Bab I Pendahuluan: (N) The Planet On Which We Live The World
Bab I Pendahuluan: (N) The Planet On Which We Live The World
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Bumi menurut KBBI (Kamus Besar Bahasa Indonesia):
Planet tempat manusia hidup; dunia; jagat.
Bumi menurut Oxford Dictionary:
(n) The planet on which we live; the world.
Dari kedua pengertian di atas jelaslah sudah bahwasanya bumi adalah sesuatu
yang menjadi tempat tumpuan umat manusia untuk melangsungkan kehidupannya.
Tempat manusia mencari makan, berkembang biak dan sebagainya. Dalam Oxford
Dictionary dinyatakan bahwa bumi adalah sebagai benda yang dinyatakan oleh
kelas katanya (n) yang berarti noun atau dalam bahasa Indonesianya ialah benda,
lalu jika berbicara tentang benda maka pastilah memiliki umur atau masa
pemakaian. Selain masa pakai, benda juga memiliki sifat dapat rusak atau berubah
bentuk dan pada kebanyakan benda jika sudah rusak maka akan sulit untuk kembali
ke bentuk awal diciptakannya. Jadi untuk menghambat kerusakan yang fatal bagi
“si benda” maka manusia sebagai pemakainya harus merawatnya dengan penuh
kasih sayang. Tapi bumi yang hakikatnya sebagai benda yang dapat rusak jika
digunakan terus tanpa dirawat telah banyak dilupakan oleh manusia hari ini,
manusia hari ini hanya berpikir untuk mengeksploitasi bumi untuk memuaskan
nafsu kebendaannya semata. Terkadang mereka lupa mengenai benda apa yang
paling penting untuk hidupnya. Jika eksploitasi besar besaran terus terjadi,
ekosistem alam mulai rusak, tumbuhan tak dapat tumbuh lagi, hewan hewan pun
tak dapat hidup lama, sumber makanan pun tak ada lagi, kekeringan dimana mana
dan bumi menjadi tempat yang tak layak huni lagi bagi umat manusia, barulah
mungkin mereka dapat tersadarkan bahwa materi yang selama ini mereka cari tidak
untuk dapat dimakan.
Keadaan bumi hari ini telah berada pada masa yang memperihatinkan. Data
dari lembaga PBB yang dikutip dari laman resminya yaitu un.org (2017)
menyatakan bahwa pada abad 21 ini suhu permukaan bumi telah meningkat dan
diprediksi melebihi 3 derajat celcius. Hal tersebut jika dibiarkan secara terus
1
2
menerus akan berdampak pada perubahan iklim yang tidak dapat dikendalikan lagi.
Jika perubahan iklim sudah tak dapat dikendalikan dan diprediksi lagi akan
berdampak pada sumber pangan umat manusia, yaitu hewan dan tumbuhan.
Tumbuhan yang tak dapat tumbuh semestinya dikarenakan adanya kenaikan suhu
yang tidak biasa dan hewan yang membutuhkan tumbuhan sebagai makanannya
juga tak dapat bekembang dengan baik dikarenakan keadaan tumbuhan yang tidak
telah tercemar. Akhirnya kedua permasalahan tersebut akan berdampak pada
perkembangan manusia sebagai puncak rantai makan di bumi ini.
Saat sekarang ini isu lingkungan menjadi komoditas global yang berkaitan
dengan eksploitasi ekonomi, masyarakat dunia mulai peduli terhadap lingkungan
mereka dan melakukan berbagai cara untuk memperbaiki kerusakan alam. Proses
perubahan lingkungan telah terjadi dan akan terus berlangsung, yang saat ini telah
mengakibatkan perubahan lingkungan baik secara kualitatif dan kuantitatif.
Setiowati (2010) memberikan lima perbedaan perubahan lingkungan masa lalu dan
masa kini, yaitu: 1) Perubahan lingkungan masa lalu berjalan sangat lambat; 2)
Kerusakan lingkungan akhir-akhir ini bersifat global, melewati batas negara; 3)
Kerusakan lingkungan masa kini telah menjangkau batas-batas generasi dan
merugikan generasi mendatang; 4) Banyak kerusakan lingkungan sekarang bersifat
tidak dapat dipulihkan kembali; dan 5) Masalah lingkungan tidak lagi terbatas
masalah ekologi yang ditangani secara ilmiah belaka.
Setiowati (2010) menyatakan bahwa perhatian para stakeholders terhadap
kinerja lingkungan perusahaan semakin meningkat, yang disebabkan oleh isu
pemanasan global yang semakin populer. Haque dan Islam (2012) dalam
penelitiannya menemukan bahwa sejak tahun 2009 isu yang menjadi perhatian
stakeholders terkait tanggung jawab sosial dan lingkungan adalah isu perubahan
iklim akibat pemanasan global oleh gas rumah kaca. Aktivitas ekonomi secara
langsung maupun tidak telah menjadi faktor penyebab terjadinya pemanasan global,
dengan perusahaan sebagai penyumbang terbesar gas rumah kaca dikarenakan oleh
berbagai proses produksi perusahaan (Shodiq dan Febri, 2015). Sehingga saat ini
stakeholders menuntut masalah kerusakan lingkungan yang diakibatkan perusahaan
harus menjadi tanggung jawab perusahaan, bukan tanggung jawab masyarakat
(Setiowati, 2010).
2
3
3
4
4
5
5
6
kerusakan alam tidaklah dapat terhindarkan lagi, misalnya saja lumpur lapindo di
sidoarjo yang hingga hari ini tidak kunjung menunjukkan tanda tanda untuk dapat
dikembalikan pada bentuk asalnya.
Secara umum konsep pertanggung jawaban sosial perusahaan masa kini atau
yang biasa dikenal sebagai CSR sebenarnya bertumpu pada suatu kesamaan
pemahaman yaitu tentang bagaimana perusahaan menjalin relasi yang baik dengan
lingkungannya sebagai pembantu pemerintah dengan ikut andil dalam
menyejaterahkan masyarakat, menjaga kelestarian alam dan secara tidak langsung
menaikkan nilai perusahaan nya sendiri di mata masyarakat (Kotler dan Lee, 2005;
Wibisono, 2007; Lindawati dan Puspita, 2015). Lalu jika menelisik pada Undang
Undang No. 40 tahun 2007 dan Undang Undang No. 25 tahun 2007 pemahaman
mengenai CSR yang telah dijelaskan sebelumnya tidaklah terlalu jauh dari maksud
peraturan ini.
Corporate Social Responsibility jika diperhadapkan dengan ilmu akuntansi
tentulah memiliki suatu keterikatan yang begitu erat. Hal tersebut dikarenakan baik
secara langsung maupun tidak langsung CSR dapat mempengaruhi arus keuangan
perusahaan. Hal tersebut tercermin dalam setiap laporan keuangan suatu entitas
bisnis mengenai jumlah biaya CSR yang dikeluarkan setiap tahunnya.
Namun hal tersebut belum dibarengi dengan adanya suatu standar pelaporan
keuangan yang dapat menaungi pertanggung jawaban sosial perusahaan secara
komprehensif. Hal ini mungkin belum memiliki daya tarik bagi IAI sebagai
kompartemen yang menaungi dunia akuntansi Indonesia untuk segera menyusun
suatu regulasi terkait hal ini. Menurut Fatwatie (2015) PSAK yang disusun oleh IAI
belum sama sekali mengatur secara tegas mengenai sesuatu yang mengharuskan
perusahaan untuk melaporkan tanggung jawab sosial mereka. Pengelompokan,
pengukuran dan pelaporan juga belum diatur, jadi untuk pelaporan tanggung jawab
sosial diserahkan pada masing-masing perusahaan. Akibatnya terdapat multitafsir
dalam menyikapi PSAK No 1, sehingga kemungkinan akan berdampak pada tidak
seriusnya perusahaan dalam mengungkapkan tanggung jawab sosialnya yang
berakibat pula pada berbedanya tingkat pengungkapan sosial antar perusahaan.
Terlepas dari ada atau tidak nya mengenai regulasi akuntansi tentang
pertanggung jawaban sosial ini akuntansi tidak bisa lepas dari berbagai
6
7
7
8
kekeringan pun semakin menjadi jadi dan kematian satwa pun tak dapat
terhindarkan dari kegiatan deforestasi ini.
Hal hal diatas menerangkan sekaligus memberikan dugaan bahwasanya
regulasi pemerintah hari ini mengenai perlindungan alam dan perseroan terbatas
sebagai pengelola sumber daya alam di Indonesia baik bagi perusahaan asing
maupun Badan Usaha Milik Negara masih patut untuk diperbincangkan bersama
mengenai kelangsungan alam Indonesia yang berada pada titik kritisnya. Hal
tersebut dikarenakan kian hari pengrusakan alam di negeri ini tidak menemui
perbaikan sama sekali, bahkan dirasa semakin bertambah parah.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan paparan di atas, maka yang menjadi pertanyaan dalam penelitian
ini adalah: Bagaimanakah peran Corporate Social Responsibility dalam
penanggulangan kerusakan alam Indonesia?
C. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk menilai sampai sejauh mana Corporate Social
Responsibility berperan dalam penanggulangan kerusakan alam hari ini.
D. Motivasi Penelitian
Berdasarkan isu penelitian ini, yaitu mengkaji mengenai peran Corporate
Social Responsibility, peneliti memberikan justifikasi atau motivasi mengapa isu
tersebut penting karena:
1. Isu global mengenai dampak kerusakan alam Indonesia hingga hari ini
sangatlah parah dan tidak dapat dibendung lagi.
2. Banyaknya perusahaan nakal yang tidak mementingkan dampak lingkungan
dari proses usahanya.
3. Kerusakan alam yang terjadi dapat menggambarkan kurang tegasnya
pemerintah terhadap perusahaan perusahaan yang merusak alam.
E. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoretis
Penelitian ini secara teoretis diharapkan dapat memberikan sumbangan
acuan bagi para pemerintah yang terlibat atau para penyusun kebijakan yang
memiliki andil dalam pengelolaan sumber daya alam di Indonesia. Jika
berdasarkan teori dalam penelitian ini maka diharapkan keputusan yang
8
9
9
10
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
A. Stakeholder Theory
Stakeholders theory mennyatakan bahwa perusahaan bukanlah entitas yang
hanya beroperasi untuk kepentingan sendiri namun harus memberikan manfaat
serta kontribusi untuk para stakeholder-nya (pemegang saham, kreditor, konsumen,
karyawan, supplier, pemerintah, masyarakat, analis dan pihak lainya). Gray (2006)
mengatakan bahwa kelangsungan hidup dari suatu perusahaan akan tergantung
pada stakeholder-nya, selain itu dukungan tersebut harus didapat sehingga aktivitas
perusahaan adalah untuk mencari dukungan dari stakeholder tersebut. Semakin
Powerfull stakeholder maka semakin besar peluang perusahaan untuk beradaptasi.
Pengungkapan sosial dianggap salah satu cara untuk komunikasi perusahaan
dengan stakeholdernya (Carroll & Shabana, 2010).
Definisi Stakeholder telah berubah secara susbtansial selama empat dekade
terakhir. Pada awalnya stakeholders hanya ada pada sudut pandang investor saja,
Pandangan ini didasarkan pada argument dari friedman. Menurut Benn dan Bolton
(2011) mengatakan bahwa tujuan utama perusahaan adalah untuk memaksimalkan
kemakmuran pemilik perusahaan. Namun demikian Freeman, et al., (2010) tidak
setuju dengan pandangan ini dan memperluas definisi stakeholders dengan
memasukan konstituen yang lebih banyak. Termasuk kelompok yang tidak
menguntukan seperti pihak-pihak tertentu dan regulator yaitu pemerintah.
(Windolph, et al, 2014).
Perusahaan akan mampu tumbuh dan berkembang dengan baik kemudian
menjadi big corporate dibutuhkan dukungan dari stakeholder-nya. Informasi atas
Aktivitas perusahaan seperti CSR sangat dibutuhkan oleh para stakeholder dalam
pengambilan keputusan. Oleh karena itu, perusahaan berusaha untuk memberikan
informasi demi menarik dukungan stakeholder-nya (Park & Brorson, 2005).
Warsono et al. (2009 : 36) mengungkapkan bahwa terdapat tiga argumen
yang mendukung pengelolaan perusahaan berdasarkan prespektif teori stakeholder,
yakni argumen deskriptif, argumen instrumental, dan argumen normatif.
10
11
11
12
antara tindakan organisasi dan nilai di dalam masyarakat. Yang melandasi teori
legitimasi adalah “kontrak sosial” yang terjadi antara perusahaan dengan
masyarakat dimana perusahaan beroperasi dan menggunakan sumber ekonomi
(Ghozali dan Chariri, 2007 : 412).
Ghozali dan Chariri (2007 : 412) memberikan penjelasan tentang konsep
kontrak sosial, bahwa semua organisasi memiliki kontrak sosial, baik yang eksplisit
maupun implisit, dimana kelangsungan hidup dan pertumbuhan organisasi
tergantung pada apa yang dapat dikontribusikan oleh organisasi kepada masyarakat
luas. Teori legitimasi mendorong perusahaan untuk meyakinkan bahwa aktivitas
dan kinerjanya dapat diterima oleh masyarakat. Laporan aktivitas lingkungan
perusahaan yang dituangkan dalam sustainability report dapat digunakan oleh
perusahaan untuk membuktikan bahwa perusahaan telah menjalankan tanggung
jawab lingkungan.
C. Corporate Social Responsibility
Menurut The World Business Council for Suistainable Development
(WBCSD), Corporate Social Responsibility merupakan bentuk komitmen bisnis
untuk memberikan kontribusi dari pembangunan ekonomi berkelanjutan, melalui
kerjasama dengan para karyawan serta perwakilan mereka, keluarga, komunitas
setempat maupun masyarakat umum untuk meningkatkan kualitas kehidupan
dengan cara yang bermanfaat bagi bisnis sendiri maupun untuk pembangunan.
Ketenaran istilah CSR semakin menjadi ketika buku Cannibals With Forks:
The Triple Bottom Line in 21st Century Business (1998) terbit di pasaran. Buku ini
adalah karangan John Elkington. Dalam Brundtland Report (1987), Elkington
mengemas CSR dan disingkat menjadi 3P yaitu profit, planet dan people. Di dalam
bukunya, ia menjelaskan bahwa Perusahaan yang baik tidak hanya memburu
keuntungan ekonomi belaka (profit). Melainkan pula memiliki kepedulian terhadap
kelestarian lingkungan (planet) dan kesejahteraan masyarakat (people). Menurut
Elkington, sebuah perusahaan tidak akan pernah menjadi besar jika lingkungan dan
masyarakat tidak mendukung.
Pelaksanaan tanggung jawab sosial perusahaan (CSR) di Indonesia diatur
dalam beberapa peraturan perundang-undangan, antara lain: UU Nomor 25 tahun
2007 tentang Penanaman Modal (UUPM), UU Nomor 4 Tahun 2009 tentang
12
13
13
14
lahirnya suatu konsep yang disebut sebagai Social Accounting, Socio Economic Accounting
atau pun Social Responsibility Accounting (Indira dan Apriyanti, 2005).
Pertimbangan aspek sosial ke dalam akuntansi telah dilakukan oleh Trueblood
Committee. Trueblood Committee dalam Zeff (1999) menyatakan bahwa tujuan sosial
perusahaan tidak kalah penting daripada tujuan ekonomi. Trueblood Committee Report
menyatakan
An objective of financial statements is to report on those activities of the enterprise
affecting society which can be determined and described or measured and which are
important to the role of the enterprise in its social environment.
Dari pernyataan tersebut dapat diketahui bahwa tanggung jawab sosial perusahaan
(CSR) adalah bagian dari tujuan laporan keuangan. Gray et al. (1994) mendefinisikan
Social and environmental accounting sebagai:
…the process of communicating the social and environmental effects of
organizations’ economic actions to particular interest groups within society and to
society at large…
Dari definisi diatas akuntansi pertanggung jawaban sosial merupakan suatu proses
pengkomunikasian dampak sosial dan lingkungan dari kegiatan ekonomi organisasi
terhadap kelompok khusus yang berkepentingan dan masyarakat secara keseluruhan.
Sampai saat ini masih terdapat perbedaan pendapat mengenai isi dari pengungkapan
CSR itu sendiri (Ghozali dan Chariri, 2007). Dalam survei yang dilakukan oleh Ernst dan
Ernst,1998 (Ghozali dan Chariri, 2007) menemukan bahwa pengungkapan dikatakan
berkaitan dengan isu sosial (dan lingkungan) jika pengungkapan tersebut berisi informasi
yang dapat dikatagorikan ke dalam kelompok berikut ini :
1. Lingkungan
2. Energi
3. Praktik bisnis yang wajar (fair)
4. Sumber daya manusia
5. Keterlibatan masyarakat
6. Produk yang dihasilkan
7. Pengungkapan lainnya
E. Pengungkapan Emisi Karbon
Emisi karbon adalah pelepasan karbon ke atmosfer, terkait gas rumah kaca
yang khususnya CO2 (gas terbesar yang dihasilkan oleh aktivitas manusia), yang
terkait dengan proses produksi maupun penyediaan barang dan jasa (Linggarsari,
2015). Salah satu penyumbang emisi karbon terbesar adalah aktivitas operasional
14
15
dari perusahaan, yang dimana perusahaan saat ini masih banyak menggunakan
bahan bakar fosil sebagai sumber energinya (Shadiq dan Kartikasari, 2009).
Perusahaan dalam menghadapi perubahan iklim diharapkan mengungkapkan
aktivitasnya yang berperan terhadap perubahan iklim salah satunya pengungkapan
emisi karbon (carbon emission disclosure). Hal tersebut juga diiukti dengan
berbagai peraturan yang dikeluarkan oleh pemerintah serta tuntutan dari berbagai
stakeholder perusahaan.
Perusahaan dituntut untuk lebih terbuka terhadap informasi terkait segala
aktivitas yang dilakukan perusahaan dan bentuk pertanggungjawabannya (Pratiwi,
2013). Oleh karena itu pengungkapan dituntut lebih dari sekedar pelaporan
keuangan, tetapi meliputi pula penyampaian informasi kualitatif dan kuantitatif
seperti pengungkapan tanggung jawab sosial dan lingkungan. Clarkson et al.,
(2011) menyatakan bahwa pengungkapan lingkungan mencakup intensitas Green
House Gas (GHG) emission atau gas rumah kaca dan penggunaan energi, corporate
governance, dan strategi dalam kaitannya dengan perubahan iklim, kinerja terhadap
target pengurangan emisi gas rumah kaca, resiko dan peluang terkait dampak
perubahan iklim. Carbon Emission Disclosure merupakan salah satu dari
pengungkapan lingkungan yang merupakan bagian dari laporan tambahan yang
telah dinyatakan dalam PSAK No. 1 (revisi 2009) paragraf dua belas yaitu:
“Entitas dapat pula menyajikan, terpisah dari laporan keuangan, laporan
mengenai lingkungan hidup dan laporan nilai tambah (value added statement),
khususnya bagi industri dimana faktor lingkungan hidup memegang peranan
penting dan bagi industri yang menganggap karyawan sebagai kelompok pengguna
laporan yang memegang peranan penting. Laporan tambahan tersebut di luar
lingkup Standar Akuntansi Keuangan.”
F. Tekanan Stakeholder
Stakeholders adalah suatu kelompok atau individu yang memiliki
kepentingan dan dapat memengaruhi jalannya operasional perusahaan atau yang
menyangkut masalah kelangsungan hidup (going concern) perusahaan (Abdullah et
al., 2015). Dengan demikian, keberadaan suatu perusahaan sangat dipengaruhi oleh
dukungan yang diberikan oleh stakeholder kepada perusahaan tersebut. Kasali
dalam Wibisono (2007 : 90) membagi stakeholder sebagai berikut:
15
16
3gggg
16
17
17
18
18
19
19
20
H. Paradigma Kritis
Paradigma kritis pada dasarnya adalah paradigma ilmu pengetahuan yang
meletakkan epistemologi kritik Marxisme dalam seluruh metodologi penelitiannya
(Irwanto, 2013). Fakta menyatakan bahwa paradigm kritis yang diinspirasikan dari
teori kritis tidak bisa melepaskan diri dari warisan Marxisme dalam seluruh filosofi
pengetahuannya. Pengaruh ide Marxisme-Neo Marxisme dan teori kritis
mempengaruhi filsafat pengetahuan dari paradigma kritis. Paradigma ini berasumsi
realitas suatu hal yang tidak netral namun terikat oleh nilai serta kekuatan ekonomi,
politik dan sosial. Sebab itu, paradigma kritis mengedepankan pembebasan nilai
dominasi dari kelompok yang ditindas. Paradigma ini lebih dipahami sebagai
proses katalisasi untuk membebaskan manusia dari segenap ketidakadilan (Rozi,
2014). Prinsipnya sudah tidak lagi bebas nilai, dan melihat realitas sosial menurut
perspektif kesejarahan (historisitas). Paradigma ini menempatkan rakyat atau
manusia sebagai subyek utama yang perlu dicermati dan diperjuangkan.
Menurut Tilling dan Carol (2013) tindakan kritis merupakan sebuah
perpecahan yang telah melahirkan suatu konsep yang bertujuan untuk melestarikan
budaya manusia dan nilai-nilai transedental tertentu, untuk menghidupkan kembali
moralitas manusia dan digunakan dalam mengembangkan, mengeksplorasi dan
mendukung berbagai perspektif dalam literature akuntansi. Asumsi dasar dalam
paradigma kritis berkaitan dengan keyakinan bahwa ada kekuatan laten dalam
masyarakat yang begitu berkuasa mengontrol proses komunikasi masyarakat. Ini
berarti paradigma kritis melihat adanya “realitas” di balik kontrol komunikasi
masyarakat
Paradigma kritikal melihat bahwa pengkonstruksian suatu realitas itu
dipegaruhi oleh faktor kesejarahan dan kekuatan-kekuatan sosial, budaya, ekonomi,
politik, dan media yang bersangkutan. Hal-hal kritis hadir untuk memecahkan suatu
masalah atau situasi yang menimbulkan tanda tanya dan memerlukan upaya untuk
mencari jawabannya serta penetapan fokus atau masalah dalam suatu riset yang
bersifat kualitatif yang akan dipastikan sewaktu peneliti berada pada fenomena
akuntansi yang diriset (Sukoharsono, 2014).
Paradigma kritis berangkat dari cara melihat realitas dengan mengasumsikan
bahwa selalu saja ada struktur sosial yang tidak adil. Paradigma kritis (critical
20
21
21
22
Pihak Penyusun
Pihak Perusahaan
Regulasi
Regulasi CSR
Pengelolaan CSR
Inti Permasalahan
Kerusakan Alam
Saran
Penanggulangan
Permasalahan yang
Terjadi
22
23
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Penelitian ini termasuk dalam kelompok penelitian kualitatif. Miles dan
Huberman dalam Amaliah (2014), menjelaskan bahwa penelitian kualitatif
berusaha mengungkapkan berbagai keunikan yang terdapat pada individu,
kelompok, masyarakat atau organisasi dalam kehidupan sehari-hari secara
menyeluruh, rinci, dalam dan dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah.
Kemudian Ia menyimpulkan bahwa penelitian kualitatif merupakan suatu aktivitas
yang menempatkan peneliti di dunia yang memiliki banyak interpretasi sehingga
membuat dunia semakin terbuka untuk memberikan pengertian tentang apa yang
sebenarnya terjadi. Penelitian kualitatif didasarkan pada dua alasan, pertama
permasalahan yang dikaji dalam penelitian ini membutuhkan sejumlah data
lapangan yang sifatnya aktual dan kontekstual. Kedua, pemilihan pendekatan ini
didasarkan pada keterkaitan masalah yang dikaji dan tidak dapat dipisahkan oleh
fakta alamiahnya. Penelitian kualitatif menghasilkan analisis tentang kegiatan,
proses atau peristiwa-peristiwa penting (Sudjana, 2009)
Penelitian kualitatif disebut interpretative inquiry karena banyak melibatkan
faktor subjektif, baik dari informan, subjek penelitian maupun peneliti itu sendiri
(Irawan, 2006). Strauss dan Corbin (2003) menyatakan, bahwa istilah penelitian
kualitatif adalah jenis penelitian yang temuan-temuannya tidak diperoleh melalui
prosedur statistik atau bentuk hitungan lainnya. Dia bisa saja menggunakan data
yang dapat dihitung, misalnya data sensus, namun analisisnya bersifat kualitatif.
B. Pendekatan Penelitian
Penelitian ini didasarkan oleh paradigma kritis dengan pendekatan
hermeneutika kritis oleh Jurgen Hambermas. Istilah teori kritis (critical
theory) pertama kali dikenalkan oleh Max Horkheimer dan pada mulanya hanya
merujuk secara khusus kepada tradisi Mazhab Frankfurt yang di antara tokohnya
adalah Max Horkheimer (1895-1973), Theodor W. Adorno (1903-1969), Herbert
Marcuse (1898-1979), dan Jurgen Habermas (1929-). Seiring dengan
perkembangan ilmu sosial, istilah tersebut mempunyai konotasi yang lebih
23
24
24
25
Untuk mengumpulkan data dalam penelitian ini digunakan dua metode yaitu
metode sekunder dan metode primer. Adapun pengumpulan datanya adalah :
1. Penelitian Kepustakaan, kegiatan yang dilakukan dalam penelitian
kepustakaan ini adalah melakukan kajian pada sumber bacaan dan
berbagai penelitian terdahulu untuk mengetahui kaitan antara penelitian
yang penulis lakukan dengan penelitian sebelumnya.
2. Studi Dokumentasi, merupakan pengumpulan data berupa data-data
sekunder yang berupa dokumen-dokumen, foto, tabel dan grafik yang
memuat penjelasan mengenai perusahaan,
3. Internet Searching, dilakukan dengan mengumpulkan berbagai tambahan
referensi yang bersumber dari internet guna melengkapi referensi penulis
serta digunakan untuk menemukan fakta atau teori berkaitan masalah
yang diteliti.
E. Instrumen Penelitian
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah laptop untuk mencari
artikel ataupun literatur yang yang terkit dengan penelitian. Namun, dalam
penelitian kualitatif instrument terpenting adalah diri peneliti itu sendiri.
F. Metode Analisis Data
1. Reduksi Data
Mereduksi data berarti merangkum, memilih hal-hal yang pokok,
memfokuskan pada hal-hal yang penting, dicari tema dan polanya dan
membuang yang tidak perlu (Sugiyono, 2009). Reduksi data bisa
dilakukan dengan jalan melakukan abstrakasi. Abstraksi merupakan usaha
membuat rangkuman yang inti, proses dan pernyataan-pernyataan yang
perlu dijaga sehingga tetap berada dalam data penelitian (Moleong, 2001).
Dengan kata lain proses reduksi data ini dilakukan oleh peneliti secara
terus menerus saat melakukan penelitian untuk menghasilkan catatan-
catatan inti dari data yang diperoleh dari hasil penggalian data.
2. Penyajian data
Menurut Idrus (2009) bahwa penyajian data adalah sekumpulan
informasi tersusun yang memberi kemungkinan adanya penarikan
kesimpulan. Langkah ini dilakukan dengan menyajikan sekumpulan
25
26
26
27
arsip, dokumen sejarah, catatan resmi, catatan atau tulisan pribadi dan
gambar atau foto. Tentu masing-masing cara itu akan menghasilkan
bukti atau data yang berbeda, yang selanjutnya akan memberikan
pandangan (insights) yang berbeda pula mengenai fenomena yang
diteliti. Berbagai pandangan itu akan melahirkan keluasan pengetahuan
untuk memperoleh kebenaran handal.
2. Triangulasi Teori
Triangulasi teori adalah hasil akhir penelitian kualitatif berupa
sebuah rumusan informasi atau thesis statement. Informasi tersebut
selanjutnya dibandingkan dengan perspektif teori yang relevan untuk
menghindari bias individual peneliti atas temuan atau kesimpulan yang
dihasilkan. Selain itu, triangulasi teori dapat meningkatkan kedalaman
pemahaman asalkan peneliti mampu menggali pengetahuan teoretik
secara mendalam atas hasil analisis data yang telah diperoleh.
27
28
DAFTAR PUSTAKA
Abdullah, M Wahyuddin., Saiful Muchlis dan Sri Nirmala Sari. 2015. Pengaruh
Tekanan Stakeholders dan Tanggung Jawab Sosial terhadap Penerapan
Akuntansi Lingkungan di Kawasan Industri Makassar. Assets. 5(1): 1-10.
Agger, Ben. 1992. Postmodernism: Ideology or Critical Theory, dalam The Discourse
of Domination: From Frankfurt School to Postmodernism. Illinois:
Northwestern University Press.
Attamimi, Faisal. 2012. Hermeneutika Gadamer dalam Studi Teologi Politik. Hunafa:
Jurnal Studia Islamika. 9 (2), 275-297.
Benn, S. & Bolton, D. 2011. Key Concepts in Corporate Social Responsibility. 1 ed.
Los Angeles: Sage.
Carroll, A. B. & Shabana, K. M. 2010. The Business Case for Corporate Social
Responsibility: A Review of Concepts, Research and Practice. International
Journal of Management Reviews, 12(1), pp. 85-105.
Clarkson, Peter M., Michael B. Overell dan Larelle Chapple. 2011. Environmental
Reporting and its Relation to Corporate Environmental Performance. Abacus
Journal. 47(1): 27-60.
Freeman, E. R. et al. 2010. Stakeholder Theory - The State of the Art. United Kingdom:
Cambridge University Press.
Ghozali, Imam dan Anis Chariri. 2007. Teori Akuntansi. Semarang: BP UNDIP.
Gray, Rob. 2006. Social, environmental and sustainability reporting and organisational
value creation?. Accounting, Auditing & Accountability Journal. 19 (6), 793 –
819.
Gray, R., R. Kouhy, dan S. Lavers. 1995. Corporate Social and Environmental
Reporting. A Review of the Literature and a Longitudinal Study of UK
Disclosure. Accounting, Auditing and Accountability Journal. 8(2)pp. 47-77.
Haque, Shamima & Muhammad Azizul Islam. 2012. Stakeholder Pressures and Climate
Change Disclosure: Australian Evidence. Open Confrence Proceeding
AFAANZ Melbourne.
28
29
Idrus, Muhammad. 2009. Metode Penelitian Ilmu Sosial Pendekatan Kualitatif dan
Kuantitatif. Jakarta: Erlangga.151.
Irawan, P. 2006. Penelitian Kualitatif dan Kuantitatif untuk Ilmu-ilmu Sosial. Jakarta:
Departemen Ilmu Administrasi, Fakultas Ilmu Sosial dan Politik, UI.
Irwanto. 2013. Media Massa Dalam Tinjauan Kritis. Jurnal Komunikasi. 4(1): 30-35.
Jannah, Richatul dan Dul Muid. 2014. Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi
Carbon Emission Disclosura pada Perusahaan di Indonesia (Studi Empiris pada
Perusahaan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode 2010-2012).
Diponegoro Journal of Accounting. 3(2): 2337-3806.
Jensen, M.C. & Meckling W. H. 1994. The Nature of Man. Journal of Applied
Corporate Finance. 7, 4-19.
Kotler, P dan N Lee. 2005. Corporate Social Responsibility: Doing the Most Good for
Your Company and Your Cause. New Jersey: John Wiley and Sons.
Koplitz, Shannon N., Loretta J Mickley, Miriam E Marlier & Jonathan J Buonocore.
2016. Public health impacts of the severe haze in Equatorial Asia in
September–October 2015: demonstration of a new framework for informing
fire management strategies to reduce downwind smoke exposure. Environment
Research Letters. 11 (2016) 094023.
Lindawati, Ang Swat Lin & Marsella Eka Puspita. 2015. Corporate Social
Responsibility: Implikasi Stakeholder dan Legitimacy GAP dalam Peningkatan
Kinerja Perusahaan. Jurnal Akuntansi Multiparadigma. 6 (1), 157-174.
29
30
Luskin, M.S., Wido Rizki Albert & Mathias W. Tobler. 2017. Sumatran Tiger Survival
Threatened by Deforestation Despite Increasing Densities in Parks. Nature
Communication. 8 (1).
Meijaard, E., Garcia-Ulloa, J., Sheil, D., Wich, S.A., Carlson, K.M., Juffe-Bignoli, D.,
and Brooks, T.M. 2018. Oil palm and biodiversity. A situation analysis by the
IUCN Oil Palm Task Force. Switzerland: IUCN Oil Palm Task Force.
Muallidin, Isnaini & Leli Joko Suryono. 2015. Model Kebijakan Pemerintah Daerah
dalam Pengelolaan Program Tanggung Jawab Sosial Perusahaan Berbasis
Regulasi Daerah. Jurnal Media Hukum. 22 (1), 128-139.
Moleong, J.L. 2001. Metodelogi Penelitian Kualitatif. Edisi Revisi. Bandung: Remaja
Rosdakarya.
Saidi, Zaim dan Hmid, Abidin. 2004. Menjadi Bangsa Pemurah: Wacana dan Praktek
Kedermawanan Sosial di Indonesia. Piramida: Jakarta
Setiowati, Ardhy Pratiwi. 2010. Analisis Hubungan Kinerja Lingkungan dan Kinerja
Keuangan Perusahaan Pertambangan. Economic Review Journal Universitas
Indonesia. 1-27.
Shodiq, M. Ja’far & Yogi Trisita Febri. 2015. Sistem Akuntansi dan Pelaporan Emisi
Karbon: Dasar Pengembangan Standar Akuntansi Karbon (Studi ekplorasi pada
perusahaan manufaktur di BEI). Simposium Nasional Akuntansi XVII Medan.
Strauss, A. dan J. Corbin. 2003. Dasar-dasar Penelitian Kualitatif Tata langkah dam
Teknik-teknik Teoritisi Data. (Muhammad Shodiq dan Iman Muttaqien
Penerjemah). Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Sudaryati, Dwi dan Nafi’ Inayati
Zahro, Auditing Forensik Dan Value For Money Audit, ISSN : 1979-6889.
Sukoharsono, Eko Ganis. 2014. Refleksi Ethnografi Kritis: Pilihan Lain Teknik Riset
Akuntansi. Accounting Research Training Series 5-Kritis PDIA-PMA JAFEB
Universitas Brawijaya. Hal: 1-16.
Sudjana, Nana. 2009. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: Remaja
Rosdakarya.
30
31
Tilling, Mr. Matthew end Carol Tilt. 2013. Alas Poor Critical Accounting, We Knew
Him, Karl. School of Commerce. Research Paper Series: 02-3. ISSN: 1441-
3906. Hal: 1-10.
Triyuwono, Iwan. 2015. Awakening The Conscience Inside: The Spirituality of Code of
Ethics for Professional Accountants. Procedia-Social and Behavioral Sciences.
172, 254 – 261.
United Nations. 2017. Goal 13 : Take Urgent Action to Combat Climate Change and Its
Impacts. http://www.un.org/sustainabledevelopment/climatechange-2/. Diakses
pada tanggal 15 Des 2018.
Pratiwi, KP dan Anis Chariri. 2013. Environmental Incident, Pemberitaan Media dan
Praktik Pengungkapan Lingkungan (Environmental Disclosure): Studi pada
Sustainability Report Asia Pulp and Paper Co., Ltd. Diponegoro Journal of
Accounting. 2(1): 1-32.
Purba, Winda Sartika, Pramudya Ajeng Safitri dan Riski Andianti. 2017. Statistik
Lingkungan Hidup Indonesia 2017. Jakarta: Badan Pusat Statistik
Indonesia/BPS.
Rozi, Achmad Bahrur. 2014. Pendidikan Dalam Perspektif Kritis (Ke Arah
Kontekstualisasi Pendidikan Yang Membebaskan). Jurnal Pelopor Pendidikan.
5(1): 31-38.
Voight, Maria, Serge A. Wich, Marc Ancrenaz, et al. 2018. Global Demand for Natural
Resources Eliminated More Than 100,000 Bornean Orangutans. Current
Biology. 28(5): 761-769.
Warsono, dkk. 2009. Corporate Governance; Concept and Model. Yogyakarta: BPFE,
UGM.
Wibisono, Y. 2007. Membedsah Konsep & Aplikasi CSR. Gresik: Fascho Publishing.
Xin, Z. & Liu, G. 2013. Homo Economicus Belief Inhibits Trust. PLoS ONE. 8 (10).
Yasir. 2012. Paradigma Komunikasi Kritis: Suatu Alternatif Bagi Ilmu Komunikasi.
Jurnal Ilmu Komunikasi. 1(1): 8-17.
31
32
Zarkasyi, Hamid Fahmy. 2004. Menguak Nilai di balik Hermeneutika. ISLAMIA. 1 (1).
32