Anda di halaman 1dari 12

PENGERTIAN

Stress adalah peristiwa kehidupan yang dapat menciptakan reaksi negatif pada
kesejahteraan fisik, mental, dan emosional, atau suatu perasaan dibawah tekanan abnormal
(Mental Health Foundation, 2018):

 Contoh tekanan dari luar:


Tugas pekerjaan/ sekolah, masalah finansial, permasalahan/ pertengkaran dengan
keluarga, teman, dsb.
 Contoh tekanan dari dalam:
Keinginan individu diluar batas kemampuan

Depresi adalah keadaan atau gangguan mental kronis yang dapat diakibatkan oleh ketidak
seimbangan atau terganggunya neurotransmiter otak seperti dopamin, serotonin dan norepinefrin
atau noradrenalin. Ini mungkin disebabkan oleh beberapa faktor diantaranya gen, efek samping
dari beberapa obat, perubahan hormon, faktor usia, cedera otak, dan karena perubahan keadaan
sosial (Zabielska, 2009). Depresi dapat berdampak buruk pada suasana hati, dan perasaan
(perasaan sedih, kesepian, putus asa, rendah diri, mencela diri), nafsu makan menjadi lebih
sedikit atau lebih banyak, pola tidur (menjadi sulit tidur), aktivitas sosial (menjadi anti – sosial)
(Williams and Wilkins, 2006).

PROSES TERJADINYA DEPRESI

Dibandingkan dengan individu yang tidak menderita depresi, seseorang dengan


gangguan depresi seringkali menunjukkan peningkatan aktivitas di bagian otak yang memproses
emosi, amigdala. Amigdala akan tampak sangat aktif pada individu penderita proses terjadinya
depresi. Peningkatan aktivitas amigdala ini terjadi akibat adanya perubahan emosi seperti rasa
marah, sedih, dan takut. Selain itu, adanya hubungan proses terjadinya depresi dengan talamus,
suatu bagian otak yang berfungsi untuk mengatur respon. pada individu yang menderita
gangguan proses terjadinya depresi tertentu, talamus mungkin dapat memicu timbulnya suatu
perasaan tidak menyenangkan untuk merespon suatu rangsangan sensorik. Saat terjadinya
depresi, kemampuan untuk berpikir, belajar, dan mengingat suatu informasi juga akan ikut
terganggu. Hal ini dikarenakan proses terjadinya depresi dapat memicu peningkatan produksi
hormon stress, kortisol, yang dapat merusak atau membuat bagian otak tertentu menjadi lebih
kecil dengan cara menghambat pembentukan sel saraf dan jaringan syaraf baru. Suatu bagian
otak yang disebut dengan hipokampus, yang berperanan penting dalam proses belajar dan daya
ingat jangka panjang, mengalami pengecilan antara 9 13% pada individu wanita yang pernah
menderita proses terjadinya depresi. Berbagai gangguan yang terjadi di atas merupakan akibat
dari terhentinya atau terhambatnya pertumbuhan sel saraf baru dan mengecilnya bagian otak
tertentu akibat hormon stress, adanya hubungan antara proses terjadinya depresi dengan
demensia (pikun) dan penyakit Alzheimer (Villines, 2018).

JENIS – JENIS

1. Tipe – tipe stress (Albrecht, 1979):


a. Time stress
Stress waktu adalah stress yang didapatkan saat seseorang gagal mencapai hal – hal
yang sangat penting baginya. Contohnya, khawatir tentang batas waktu tugas, selalu
merasa terburu – buru dan tergesa – gesa, sehingga selalu merasa tidak ada jalan
keluar, tidak ada harapan, dan tidak bahagia.
 Manajemen Time Stress
Dengan mempalajari kemampuan dalam membagi waktu. Hal ini dapat
dilakukan dengan cara yang pertama membuat daftar rencana yang akan
dilakukan, kedua membuat program kegiatan atau tindakan yang akan dilakukan,
dan ketiga mengutamakan hal – hal yang penting untuk dilakukan terlebih
dahulu. Kemudian yang keempat membuat jadwal atau agenda kegiatan dengan
mempertimbangkan kapasitas atau kemampuan diri sendiri.

b. Anticipatory stress
Adalah salah satu tipe stress yang menyangkut atau berhubungan dengan masa depan.
Tipe stress ini dapat terfokus pada kejadian /situasi tertentu seperti, presentasi yang
harus dilakukan. Bagaimanapun anticipatory stress juga tidak dapat dijelaskan sperti
rasa takut tentang masa depan, atau kekhawatiran seperti segala sesuatu tidak dapat
berjalan dengan baik.
 Manajement Anticipatory stress
1. Dikarenakan anticipatory stress berdasarkan pada pemikiran tentang masa
depan, maka manajemen yang dapat dilakukan adalah dengan tidak berpikir
buruk terkait apa yang terjadi dimasa depan, melainkan selalu
membayangkan hal – hal positif yang akan terjadi (positif visualization
technic).
2. Meditasi: akan membantu untuk meningkatkan fokus dan kemampuan
berkonsentrasi terhadap apa yang terjadi saat ini, dibandingkan
membayangkan apa yang terjadi dimasa depan.
3. Belajar bagaimana mengatasi rasa takut akan kegagalan, dengan cara
membuat rencana kemungkinan dan menganalisis segala kemungkinan hasil
untuk mendapatkan gambaran apa yang akan terjadi dimasa depan. Cara ini
dapat membantu untuk mengurangi rasa takut akan kegagalan dan
memberikan kemampuan untuk mengontrol situasi.
c. Situational stress
Adalah tipe stress yang terjadi pada situasi takut yang umumnya tidak dapat
dikontrol. Biasanya dalam hal ini adalah masalah-masalah kegawat daruratan.
Umumnya tipe stress ini ada pada situasi yang terkait pada konflik atau masalah, atau
kehilangan, status penerimaan dimata kelompok. Contohnya terkucilkan akibat
membuat kesalahan besar didalam tim atau kelompok.
 Manajement situasional stress
Kemampuan untuk menyelesaikan masalah dengan efektif yaitu dengan
menyelesaikan masalah tersebut sesuai dengan kemampuan yang dimiliki dan
tidak lari dari masalah yang dihadapi.
d. Encounter stress
Adalah tipe stress yang didefinisakan sebagai bentuk kekhawatiran dalam berinteraksi
terhadap orang – orang atau kelompok tertentu yang tidak disukai atau yang tidak
dapat diprediksi. Contohnya adalah saat terlibat pada banyak interaksi personal pada
klien atau pelanggan.
 Manajemen encounter stress
1. Emotional intelligenece Karena berfokus pada interaksi dengan orang lain,
maka penanganan tipe stress ini adalah dengan kepandaian dalam membaca
sifat atau karakter seseorang. Kemampuan untuk membaca emosi, keinginan,
dan kebutuhan dirimu sendiri dan membangun hubungan yang baik dengan
orang lain.
2. Empati adalah kemampian yang penting untuk melihat situasi dari perspektif
orang. Hal ini dapat memberikan kamu pemahaman yang lebih baik dan
membantu untuk menyusun komunikasi sesuai dengan perasaan, keinginan,
dan kebutuhan orang lain.

Sedangkan depresi, terdiri atas 3 tingkatan:

1. Depresi ringan

Depresi ringan melibatkan lebih dari sekadar perasaan sedih sementara. Gejala
bisa berlangsung selama berhari-hari dan cukup mengganggu aktivitas sehari-hari.
Depresi ringan dapat menyebabkan perasaan putus asa, mudah marah, rasa
bersalah, tak bersemangat, sulit konsentrasi, kurang motivasi, insomnia, perubahan
nafsu makan. Jika gejala ini bertahan dalam waktu lama hingga rata-rata empat
hari seminggu selama dua tahun, maka kemungkinan besar adanya gangguan
depresi persisten.

2. Depresi sedang
Dalam hal keparahan gejala, depresi moderat atau sedang adalah tingkat yang
lebih berat dari depresi ringan. Depresi sedang dan ringan memiliki gejala yang
hampir sama. Namun, biasanya depresi sedang dapat menyebabkan masalah
dengan harga diri, mengurangi produktivitas, terlalu sensitif, khawatir berlebihan
hingga merasa diri tak berguna. Perbedaan terbesar adalah gejala depresi sedang
ini cukup parah sehingga menyebabkan masalah di rumah dan tempat kerja.

3. Depresi berat

Penderita depresi berat atau parah memiliki gejala-gejala yang sama dengan
depresi ringan serta sedang, tapi lebih berat, bahkan dapat memberikan dampak
pada orang terdekat. Depresi berat berlangsung rata-rata enam bulan atau lebih
lama. Kadang-kadang depresi berat bisa hilang setelah beberapa saat, tetapi bisa
juga berulang bagi sebagian orang. Depresi berat dapat menyebabkan del usi,
pingsan, halusinasi hingga keinginan bunuh diri. Jangan tunda untuk berkonsultasi
pada ahli, karena hal ini dapat mengancam keselamatan diri sendiri.

BAHAYA

Stres berat dalam jangka panjang dapat menyebabkan (Mental Health Foundation, 2018):

• Masalah psikis/emosional,

• Masalah kesehatan fisik

• Tidak mampu berpikir jernih

• Tidak efektifnya fungsi diri

• Sulit untuk menikmati hidup.

• Memicu timbulnya depresi

Sedangkan untuk seseorang dengan depresi bila dibiarkan tanpa penanganan dapat
mengakibatkan beberapa hal diantaranya (Villines, 2018):

1. Berat badan bertambah atau berkurang


Orang dengan depresi dapat mengalami perubahan nafsu makan, yang dapat
menyebabkan penurunan atau kenaikan berat badan yang tidak diinginkan. Kekurangan
atau kelebihan berat badan bisa membahayakan jantung, memengaruhi kesuburan, dan
menyebabkan kelelahan.
2. Nyeri kronik
Orang dengan depresi dapat mengalami sakit atau nyeri yang tidak dapat dijelaskan,
termasuk nyeri sendi atau otot, nyeri dada, dan sakit kepala. Penyebab timbulnya nyeri
tubuh pada seseorang yang mengalami depresi adalah masalah tidur, diet, stres, dan
bahkan obat yang digunakan untuk mengobati depresi.
3. Penyakit jantung
Depresi dapat mengurangi motivasi seseorang untuk menjalani gaya hidup positif,
sehingga resiko penyakit jantung mereka meningkat ketika mereka makan makanan yang
tidak baik dan memiliki gaya hidup yang pasif, dengan aktivitas yang sedikit.
4. Kesehatan tubuh yang bertambah buruk
Seseorang dengan penyakit kronik ditambah mengalami depresi, dapat mempengaruhi
proses penyembuhan yang mengakibatkan bertambah parahnya penyakit atau tingkat
kesehatan tubuh yang menjadi kurang baik. Seseorang yang mengalami depresi dan yang
memiliki penyakit kronis sangat penting untuk menjaga kesehatan mental karena menjaga
kesehatan mental dapat meningkatkan kesehatan fisik dan membuat kondisi kronis lebih
mudah dikelola.
5. Masalah dalam tidur
Tidur sangat penting untuk regenerasi tubuh dan mengisi energi. Kurang tidur saja
mungkin tidak menyebabkan depresi, tetapi itu meningkatkan risiko dan dapat membuat
gejala depresi yang ada lebih buruk. Bahkan jika seseorang dengan depresi mendapatkan
tidur yang cukup, mereka mungkin tidak bangun dengan perasaan segar karena kualitas
tidur yang kurang baik daripada yang dialami oleh orang yang tidak memiliki depresi.
6. Masalah pencernaan
Penderita depresi sering melaporkan masalah perut atau pencernaan, seperti diare,
muntah, mual, atau sembelit. Menurut penelitian dari Karling dkk. (2016), seseorang
dengan depresi mengalami perubahan pada respon otak terhadap stres dengan menekan
aktivitas di hipotalamus, kelenjar hipofisis, dan kelenjar adrenal.

TANDA DAN GEJALA

Menurut Powel & Enright (2016), membagi tanda dan gejala stress menajdi 3 kelompok besar,
yaitu:

1. Fisik:
 Meningkatnya nadi dan peningkatan tekanan darah
 Hiperventilasi
 Pusing
 Berkeringat
 Matirasa
 Kontraksi otot: dapat menyebabkan pusing, sakit kepala, migraine, pusing, bergetar
 Nyeri dilambung
 Mual
 Sering buang air kecil, diaare
 Penyakit fisik seperti asma
 Kemrahan pada kulit
2. Mental
 Sulit berkonsentrasi
 Sulit membuat keputusan
 Gangguan mengingat atau mudah lupa
 Adanya pikiran negative terhadap diri sendiri (depresi)
 Pemikiran yang tidak masuk akal
 Pikiran kacau dan kekhawatiran
3. Perilaku
 Kecenderungan menghindari situasi yang menyebabkan cemas
 Menarik diri dari lingkungan sosial
 Minum – minuman keras, merokok, atau narkoba
 Sulit tidur atau mudah terbangun
 Lebih mudah marah
 Cenderung membuat kesalahan
 Cenderung memiliki obsesi yang berlebih
 Perubahan pola makan

Menurut Evans and Radunovich (2012) tanda dan gejala depresi yaitu:

1. Psikologi
 Kesedihan yang berkelanjutan atau suasana hati yang selalu sedih
 Merasa tidak berharga
 Membenci diri sendiri
 Merasa putus asa
 Merasa tidak berdaya
 Selalu ingin menangis
 Merasa bersalah
 Mudah marah, bahkan untuk hal – hal kecil
 Marah yang meledak – ledak
 Tidak ada toleransi dengan yang lain
 Ragu dalam pengambilan keputusan
 Merasa kesulitan dalam menikmati hidup
 Adanya pemikiran untuk melukai diri sendiri
 Berpikir untuk bunuh diri
 Kekhawatiran yang tak kenal lelah
 Kecemasan yang terus - menerus
2. Fisikal
 Pergerakan tubuh yang lambat dibandingkan dengan orang normal
 Masalah dalam konsentrasi dan fokus
 Berbicara lebih lambat dibandingkan dengan orang normal
 Perubahan pada pola makan, nafsu makan, yang mempengaruhi peningkatan dan
penururnan berat badan
 Tidak berenergi, merasa lelah dan lemah
 Pada wanita, pola menstruasi mengalami perubahan
 Merasa gelisah dan bingung
 Mengalami nyeri yang tidak dapat dijelaskan, seperti sakit kepala, sakit punggung,
dan masalah perut
 Insomnia
3. Sosial
 Kinerja pekerjaan buruk
 Mengalami masalah saat pembelajaran disekolah
 Lebih senang sendirian dan mengabaikan temannya
 Kehilangan minat dan hobi
 Memiliki masalah pribadi atau keluarga

MANAJEMEN STRESS dan DEPRESI


Terdapat 8 cara manajemen stress (Robinson, Smith, Segal, 2019):

1. Identifikasi sumber stress


Mengidentifikasi sumber stress tidak terlalu mudah untuk dilakukan karena sumber stress
biasanya tidak dapat diketahui dengan jelas. Untuk mengidentifikasi sumber stres yang
sebenarnya, perhatikan baik-baik kebiasaan, sikap, dan alasan tindakan yang dilakukan.
2. Mempraktekan 4 A Manajemen stress
1. Avoid unnecessary stress: menghindari stress yang bisa untuk dihindari
Belajar untuk berani berkata “tidak” pada hal – hal yang diluar batas kemampuan diri,
menghindari orang – orang yang dapat memicu stress, dapat mengendalikan
lingkungan dengan baik, hindari topic – topic perdebatan.
2. Alter the situation : mengganti respon terhadap penyebab stress itu sendiri
Rubahlah situasi atau keadaan, jika tidak dapat menghindari situasi yang sangat
tertekan. Sampaikan semua keluh – kesah yang dirasakan dengan terbuka. Jelaskan
hal – hal yang tidak disukai dan yang disukai, serta manajemen waktu yang tepat agar
tidak menimbulkan stress.
3. Adapt to the stressor : Beradaptasi dengan stressor (sumber stress)
Dengan cara menanggapi berbagai masalah dengan pikiran yang jernih dan cara yang
positif.
4. Accept the things you can’t change : Menerima (Accept) apapun yang tidak bisa
diubah
Beberapa sumber atau pemicu stress ada yang tidak dapat dihindari, dicegah, ataupun
diubah. Oleh karena itu, untuk meanganinya dapat dilakukan dengan menerima segala
sesuatu atau kondisi tersebut sebagaimana mestinya. Penerimaan hal yang tidak dapat
kita terima mungkin adalah sesuatu yang sulit, tetapi dalam jangka panjang itu lebih
mudah daripada mencoba untuk mengubah situasi yang mana diluar batas
kemampuan diri sendiri.
3. Tetap beraktifitas
olahraga adalah obat stress yang paling ampuh. Saat olahraga, tubuh melepas hormone
endorphine, yaitu hormone bahagia. Tidak usah yang terlalu berat, cukup jogging, senam
lantai atau melakukan aktifitas yang disukai selama 30 menit. Akan menjadi sangat
menyenangkan bila di tambah dengan music yang disenangi.
4. Bersosialisasi
Berinteraksi dengan orang adalah cara tercepat dan paling praktis untuk mengendalikan
stres. Saat berinteraksi dengan orang lain secara tak sadar kita telah membagi masalah ke
orang lain. Terlebih lagi saat membantu orang lain, biasanya beban akan berkurang
5. Menyediakan waktu untuk bersenag – senang dan relaksasi
Sama hal nya dengan olahraga, dengan melakukan hal yang kita senangi mampu
menanggulangi stress.
6. Memanajemen waktu dengan baik
7. Menjaga keseimbangan Gaya hidup sehat
8. Belajar bagaimana mengatasi stress secara mandiri
Salah satu tipsnya yaitu dengan melakukan relaksasi napas dalam.

Sedangkan untuk menangani depresi dapat dilakukan dengan mengonsumsi obat, mengikuti
program CBT, terapi intrapersonal, konseling kelompok, dukungan sosial,mengatur pola makan,
berolahraga, terapi humor, dan berdoa (Al Qahtani, 2017) :

1. Mengkonsumsi Obat
Pengobatan adalah salah satu pilar penting untuk mencegah depresi kambuh kembali.
Jika diresepkan obat antidepresan, jangan berhenti mengonsumsinya secara mendadak
tanpa sepengetahuan dokter. Jangan pula sembarangan mengubah dosisnya sebagai
upaya mempercepat penyembuhan atau menghindari risiko efek samping obat.
Melakukan hal ini justru akan berbalik merugikan kesehatan tubuh ke depannya. Ada
beberapa obat anti depresan yaitu: Lithium, MAOIs, Tricyclics, SSRIs

2. CBT (Cognitive Behavior Therapy)


Pendekatan CBT memusatkan perhatian pada proses berpikir klien yang
berhubungan dengan kesulitan emosional dan psikologi klien. Pendekatan ini akan
berupaya membantu klien mengubah pikiran-pikiran atau pernyataan diri yang negative
dan keyakinan-keyakinan pasien yang tidak rasional. Jadi, focus terapi ini adalah
mengganti cara-cara berfikir yang tidak logis menjadi logis.

3. Terapi Interpersonal dan dukungan sosial


Terapi Interpersonal adalah bantuan psikoterapi jangka pendek yang berfokus kepada
hubungan dengan orang lain. Tetap terbuka dengan oranglain dapat membantu dalam
pengurangan tingkat depresi dikarenakan dengan bercerita ke orang lain dapat membantu
seseorang untuk mencari jawaban atas permasalahan yang tidak dapat ditangani oleh diri
sendiri. Walaupun dengan terbuka ke orang lain juga tidak menemukan solusi masalah,
setidaknya keterbukaan tersebut dapat membantu diri untuk sedikit merasa lebih lega atau
ringan karena dapat membantu meringankan beban pikiran sehingga dapat berpikir dengan
jernih kembali.

4. Konseling kelompok
Konseling secara kelompok adalah pelaksanaan wawancara konseling yang
dilakukan antara seorang konselor professional denganbeberapa pasien sekaligus dalam
kelompok kecil.

5. Tetap beraktivitas
Dapat dilakukan dengan berolahraga, melakukan aktivitas yang menyenanglan
6. Diet (mengaturpolamakan)
7. Berdoa
Berdoa merupakan salah satu cara untuk mengatasi depresi. Meluangkan waktu untuk
berdoa memberI kesempatan pada tubuh untuk menghentikan atau mengalihkan
sementara kegiatan yang menekan hidup. Banyak orang mempunyai kecenderungan
alami untuk berpaling pada agama dalam memperoleh kekuatan dan ketenangan. Bagi
yang percaya, keyakinan yang kuat pada agama tertentu serta tujuan yang sama dapat
menanggulangi penderitaan dan depresi.
REFERENSI

Albrecht’s Four Type Of Stress n.d; Viewed 16 September 2019,


(https://www.mindtools.com/pages/article/albrecht-stress.htm).

Al Qahtani A, Al Qahtani N. 2017. Prevention of Depression: A Review of Literature. J


Depress Anxiety 6: 292. doi:10.4172/2167-1044.1000292

Evans, G. and H.L. Radunovich, 2012. Signs and symptoms of job depression.
department of family youth and community sciences department. Document No. FCS2183.
Florida University of Florida. Available from http://edis.ifas.ufl.edu. [Acessed 14 November,
2012]

Mental Health Foundation, 2018, How To Manage and Reduce Stress, Viewed: 16
September 2019, (https://www.mentalhealth.org.uk ).

Powell, T, Enright, S, 2016, Anxiety And Stress Management, 3rd Vol, Routledge Library,
New York.

Robinson, L, Smith, M, & Segal, R, 2018, Stress Management: How To Reduce, Prevent
and Cope with Stress, Viewed 16 September 2019, ( https://www.brainline.org/article/stress
management-how-reduce-prevent-and-cope-stress ).

Williams, L. and Wilkins, 2006. Stedman's medical dictionary. UK: MediLexicon


International Ltd.

Villines, Z. 2018. How Does Depression Affect the Body?. Viewed: 17 September 2019.
(https://www.medicalnewstoday.com/articles/322395.php)

Anda mungkin juga menyukai