Anda di halaman 1dari 14

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Dalam ruang lingkup kebidanan, seperti permasalahan kehamilan, persalinan, nifas, bayi baru
lahir, keluarga berencana kesehatan reproduksi wanita dan pelayanan kesehatan masyarakat sangat
diperlukan seorang bidan yang berkompeten untuk menangani masalah-masalah tersebut. Maka dari
itu, diperlukan pelayanan yang bersifat khusus berupa asuhan kebidanan.

Asuhan kebidanan adalah penerapan fungsi, kegiatan, dan tanggungjawab bidan dalam
pelayanan yang di berikan kepada klien yang memiliki butuhan dan atau masalah kebidanan
(kehamilan, persalinan, nifas, bayi baru lahir, keluarga berencana, kesehatan reproduksi wanita, dan
pelayanan kesehatan masyarakat).

Masa nifas adalah masa pasca persalinan. Bagi beberapa perempuan, masa nifas adalah masa
yang tidak mudah. Belum lagi anggapan dan mitos yang beredar membuat para ibu semakin bingung
menjalani hari-hari di masa nifas. Proses pemulihan rahim dan alat-alat reproduksi membutuhkan
waktu yang berbeda bagi tiap orang. Involusi erat kaitannya dengan masa nifas. Involusi adalah proses
mengecil kembali rahim ke ukuran semula. Hal ini tentunya terjadi berangsur-angsur. Namun, masa
nifas bukan hanya masa pemulihan ragam instrument reproduksi belaka. Kala ini, banyak ibu yang
harus bersiap menghadapi tantangan baru menjadi seorang ibu. Bukan hal mudah membiasakan diri
untuk berperan sebagai ibu.

Di dalam penulisan makalah ini, penulis menjabarkan tentang asuhan kebidanan yang penulis
khususkan pada ibu nifas. Sehingga makalah ini dapat dijadikan sebagai acuan belajar baik untuk
penulis maupun orang lain.

1.2 Rumusan Masalah

1. Apa yang dimaksud dengan Nifas ?

2. Apa yang dimaksud dengan Standar Pelayanan Kebidanan ?


3. Bagaimana Standar Pelayanan Kebidanan pada Ibu Nifas?

1.3 Tujuan

1. Mahasiswi dapat mengerti tentang Nifas.

2. Mahasiswi dapat mengenal Standar Pelayanan kebidanan .

3. Mahasiswi dapat mengetahui Standar Pelayanan Kebdanan pada Ibu Nifas.

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Nifas

2.1.1 Nifas

Nifas adalah masa dimulai setelah partus selesai dan berakhir setelah kira – kira enam
mingggu. Akan tetapi, seluruh alat genital baru pulih kembali sebelum ada kehamilan dalam waktu
tiga bulan ( Hanifa, 2005 : 237 ).

Masa nifas ( puerperium ) dimulai setelah kelahiran plasenta dan berakhir ketika alat-alat
kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil. Masa nifas berlangsung kira-kira 6 minggu
(Saifuddin, 2005 : 122 ).

2.1.2 Tujuan Masa Nifas

a. Menjaga kesehatan ibu dan bayinya, baik fisik maupun psikologik.

b. Melaksanakan skrining yang komprehensif, mendeteksi masalah, mengobati atau merujuk


bila terjadi komplikasi pada ibu maupun bayinya.

c. Memberikan pendidikan kesehatan tentang perawatan kesehatan diri, nutrisi, keluarga


berencana, menyusui, pemberian imunisasi kepada bayinya dan perawatan bayi sehat.

d. Memberikan pelayanan keluarga berencana.


Asuhan masa nifas diperlukan pada peiode ini karena merupakan masa kritis baik ibu maupun bayinya.
Diperkirakan bahwa 60% kematian ibu akibat kehamilan tejadi setelah persalinan, dan 50% kematian
masa nifas terjasi 24 jam pertama.Masa neonatus merupakan masa kritis dari kehidupan bayi, dua pertiga
kematian bayi terjadi dalam 4 minggu setelah persalinan dan 60% kematian bayi baru lahir terjadi dalam
waktu 7 hari setelah lahir. Dengan pemantauan melekat dan asuhan pada ibu dan bayi masa nifas dapat
mencegah kematian beberapa ini. (Saifuddin, 2006:122)

2.1.3 Tahapan Masa Nifas

Tahapan masa nifas dibagi menjadi tiga, yaitu :

(Ambarwati, E.R, dkk, 2009:3)

a. early puerperium (masa jam pertama setelah melahirkan)

b. Intermediate puerperium (masa 1 sampai 7 hari setelah persalinan).

c. Late puerperium (masa 7 hari sampai 40 hari setelah persalinan)

2.2 Standar Pelayanan Kebidanan

Standar Pelayanan Kebidanan (SPK) adalah rumusan tentang penampilan atau nilai diinginkan
yang mampu dicapai, berkaitan dengan parameter yang telah ditetapkan yaitu standar pelayanan
kebidanan yang menjadi tanggung jawab profesi bidan dalam sistem pelayanan yang bertujuan untuk
meningkatan kesehatan ibu dan anak dalam rangka mewujudkan kesehatan keluarga dan masyarakat
(Depkes RI, 2001: 53).

Standar layanan kebidanan merupakan suatu alat organisasi untuk menjabarkan mutu
layanan Kebidanan ke dalam terminologi operasional sehingga semua orang yang terlibat dalam
layanan kebidanan akan terikat dalam suatu sistem, baik pasien, penyedia layanan kebidanan,
penunjang layanan kebidanan , ataupun manajemen organisasi layanan kebidanan, dan akan
bertanggung gugat dalam menjalankan tugas dan perannya masing-masing.

Sehingga, Standar Pelayanan Kebidanan Dasar adalah norma dan tingkat kinerja yang diperlukan
untuk mencapai hasil yang diinginkan.

Syarat standar Pelayanan Kebidanan :

1. Dapat diobservasi dan diukur


2. Realistik

3. Mudah dilakukan dan dibutuhkan

Format Standar Pelayanan Kebidanan

· Standar pelayanan berguna dalam penerapan norma tingkat kinerja yang diperlukan
untuk mencapai hasil yang diinginkan

· Melindungi masyarakat

· Sebagai pelaksanaan, pemeliharaan, dan penelitian kualitas pelayanan

· Untuk menentukan kompetisi yang diperlukan bidan dalam menjalankan praktek sehari-
hari.

· Sebagai dasar untuk menilai pelayanan, menyusun rencana pelatihan dan pengembangan
pendidikan (Depkes RI, 2001:2)

2.2 Standar Pelayanan Kebidanan Nifas

Standar 13 : perawatan bayi baru lahir

TUJUAN

Menilai kondisi bayi baru lahir dan membantu dimualinya pernafasan serta mencegah
hipotermi, hipoglikemia, dan infeksi

PERNYATAAN STANDAR

Bidan memeriksa dan menilai bayi baru lahir untuk memastikan pernafasan spontan, mencegah
asfiksia, menentukan kelainan, dan melakukan tindakan atau merujuk sesuai dengan kebutuhan.
Bidan juga harus mencegah atau menangani hipotermi, dan mencegah hipoglikemia, serta
infeksi.

HASIL
· Bayi baru lahir menerima perawatan dengan segera dan tepat

· Bayi baru lahir mendapatkan perawatan yang tepat untuk dapat memulai pernafasan
dengan baik

· Penurunan kejadian hipotermia, asfeksia, infeksi, dan hipoglikemia pada bayi baru lahir

· Penurunan terjadinya kematian bayi baru lahir

PRASYARAT

1. Bidan sudah dilatih dengan tepat dan terampil untuk mendampingi persalinan dan
memberikan perawatan bayi baru lahir dengan segera

2. Bidan sudah terlatih dan terampil untuk :

2.1 memeriksa dan menilai bayi baru lahir dengan menggunakan skor apgar

2.2 menolong bayi untuk memulai terjadinya pernapasan dan melakukan resusitasi bay baru
lahir

2.3 mengenal tanda-tanda hipotermi dan dapat melakukan tindakan yang tepat untuk
mencegah dan menangani hipotermi

2.4 pencegahan infeksi pada bayi baru lahir

2.5 mengenal tanda-tanda hipoglikemia dan melakukan penatalaksanaan yang tepat jika
hipoglikemia terjadi

3. tersedianya perlengkapan dan peralatan untuk perawatan yang bersih dan aman bagi bayi
baru lahir, seperti air bersih, sabun dan handuk yang bersih, dua handuk/ kain hangat yang
bersih ( satu untuk mengeringkan, yang lain untuk menyelimuti bayi ), gunting steril/ DTT untuk
memotong tali pust, 2 klem steril/ DTT, benang steril/ DTT ( atau klem _ untuk mengikat tali
pusat, sarung tangan bersih / DTT, thermometer bersih/ DTT, bola karet penghisap atau
penghisap DeLee yang di DTT, timbanagn bayi dan pita pengukur yang bersih

4. obat salep mata : tetrasiklin 1% atau eritromisin 0,5%

5. kartu ibu, kartu bayi, dan buku KIA

6. Sistem rujukan untuk perawatan kegawatdaruratan bayi baru lahir yang efektif

PROSES

Bidan harus :

1. Selalu mencuci tangan dan menggunakan sarung tangan bersih/ DTT sebelum menangani
bayi baru lahir

2. Memastikan bahwa suhu ruangan hangat ( ruangan harus hangat untuk mencegah
hipotermi pada bayi baru lahir )
3. Segera setelah lahir, nilai keadaan bayi, letakkan di perut ibu, dan segera keringkan bayi
dengan handuk bersih yang hangat setelah bayi kering, selimuti bayi termasuk bagian kepalanya
dengan handuk baru yang bersih dan hangat> riset membuktikan bahwa 90% bayi baru
lahirmengalami perubahan dari kehidupan intrauterine menjadi ekstrauterine dengan
pengeringan dan stimulasi. Penghisapan lender rutin tidak perlu perlu dan mungkin
membahayakan )

4. Segera menilai bayi utnuk memastikan bahwa bayi bernafas/ menangis sebelum menit
pertama nilai APGAR, jika bayi tidak menangis atau tidak bernafas spontan, hisap mulut dan
hidung bayi secara hati-hati menggunakanbola karet pengisap atau penghisap DeLee yang di
DTT

5. Jika bayi mengalami kesulitan memulai pernafassan walaupun sudah dilakukan


pengeringan, stimulasi atau penghisapan lender dengan hati-hati, mulai lalukan resusitasi bayi
baru lahir untuk menanganii asfiksia ( lihat standar 24 )

6. Jika bayi menangis/ bernafas, lakukan pemeriksaan APGAR pada menit pertama setelah
lahir

7. Minta ibu memegang bayinya. Tali pusat diklem di dua tempat menggunakan klem steril/
DTT

8. Pasang benang/ klem tali pusat

9. Bayi harus tetap diselimui dengan baik, anjurkan ibu untuk memeluk bayinya dan segera
mulai menyusui. ( riset menunjukkna pemberian ASI dini penting untuk keberhasilan awal
pemberian ASI. Kontak kulit ibu dan bayi juga merupakan cara yang baik untuk menjaga
pengaturan suhu tubuh bayi pada saat lahir. Pastikan, jika bayi tidak didekap oleh ibunya,
selimut ibayi dengan handuk yang bersih dan hangat. Tutupi kepala bayi dengan baik untuk
mencegah kehilangan panas )

10. Sesudah 5 menit lakukan penilaian terhadap keadaan bayi secara umum dengan
menggunakan skor APGAR

Skor 0 1 2
APGAR

Warna Biru/ pucat Tubuh merah jambu, Seluruh tubuh kemerahan


ekstremitas kebiruan

DJJ Tidak ada <100 x/ menit >100 x/ menit

Refleks Tdak ada Menyeringai Bersin, batu, menarik kaki

Aktivitas Tidak ada/ Sedikit fleksi Gerak aktif


lemas

pernapasan Tidak ada Lemah dan tidak teratur/ Menangis kuat, pernafasan
menangis lemah kuat dan teratur
11. Jika kondisi bayi stabil, lakukan pemeriksaan bayi setelah plasenta lahri dan kondisi ibu
stabil

12. Periksa tanda vital bayi. Ukur suhunya dengan menggunakan thermometer yang diletakkan
di ketiak ( janganmemasukkan thermometer dalam anus bayi, hal ini merupakan prosedur yang
tidak perlu dan dapat membahayakan bayi ). Bila suhu bayi <36 C atau jika tubuh atau kaki bayi
teraba dingin, maka segera lakukan penghangatan tubuh bayi seperti pada “ penangaan
hipotermi”. Amati suhu bayi setiap jam sampai suhunya normal dan stabil

13. Periksa bayi dari kepala sampai ujung kaki untuk mencari kemungkinan adanya kelainan.
Periksa anus dan daerah kemaluan. Lakukan pemeriksaan ini dengan cepat agar bayi tidak
kedinginan. Ibu hendaknya menyaksika pemeriksaan tersebut

14. Timbang bayi dan ukur panjangnya. Lakukan dengan cepat agar bayi tidak mengalami
hipotermi

15. Tetap selimuti bayi pada saat ditimbang, meletakkan bayi pada timbangan yang dingin akan
menyebabkan kehilangan panas. Berat yang tercatat kemudian dpat disesuaikan dengan
mengurangi jumlah berat handuk/ kain tersebut

16. Setelah memeriksa dan mengukur bayi, selimuti dengan baik, pastikan bahwa kepala bayi
tertutup dan berikan bayi kembali untuk dipeluk ibu. Hal in merupakan cara yang sangat baik
untuk mencegah hipotermi

17. Cuci tangan lagi dengan sabun, air, dan handuk yang bersih. Dalam waktu satu jam setelah
kelahiran, berikan salep/ obat tetes mata pada mata bayi baru lahir, untuk mencegah oftalmia
neonatorum : salep mata tetrasikilin 1%, lautan perak 1%, atau eritromisin 1%. Biarkan obatnya
tetap di mata bayi, jangan dibersihkan salep/ obat tets mata yang berada di sekitar mata

18. Jika bayi belum diberi ASI, bantu ibu untuk mulai menyusui. ( riset menunjukkna bahwa
memulai pemberian ASI dalam waktu 1 jam pertama ketelah kelahiran adalah penting untuk
keberhasilan awal pemberian ASI. Kolostrum, ASI pertama, penting karena mengandung zat
kekebalan untukpencegahan infeksi dan penyakit pada bayi baru lahir. Pemberian ASI dini akan
mencegah/ menangani hipoglikemia pada bayi baru lahir

19. Hindari pemberian susu formula pada bayi baru lahir, hal ini tidak perlu dan mungkin
membahayakan

20. Tunggu 6 jam, atau lebih, setelah kelahiran bayi, sebelum memandikannya, tunggu lebih
lama jika bayi mengalami kesulitan mempertahankan suhu tbuhny atau mengalami asfiksia pada
saat lahir : periksa suhu tubhbayi sebelum memandikannya, suhu tubuh bayi baru lahir harus
antara 36-37 C. Gunakan air hangat untuk memandikan bayi dan pastikan ruangan hangat.
Memandikan bayi dengan cepat dan segera keringkan bayi dengan handuk bersih, hangat, dan
kering untuk mencegah kehilangan panas tubuh yang berlebihan

21. Kenakan baju yang bersih dan selimuti bayi dengan handuk/ kain yang hangat dan bersih
22. Periksa apakah bayi baru lahir mengeluarkan urine dan meconium dalam 24 jam pertama
kehidupannya., catat waktu pengeluaran urine dan meconium. Mintalah ibu memperhatikannya
bila persalinan berlangsung di rumah. Bila dalam 24 jam bayi tiak mengeluarkan urine dan
meconium, segera rujuk ke rumah sakit

23. Lakukan pencatatan semua temuan dan perawatan yang diberikan dengan cermat dan
lengkap dalam partograf, Karu Ibu dan Kartu Bayi

24. Rujuk segera ke puskesmas atau rumah sakit yang tepat jika ditemukan kelainan dari normal

Standar 14: penanganan pada dua jam pertama setelah persalinan


TUJUAN

Mempromosikan perawatan ibu dan bayi yang bersih dan aman selama persalinan kala empat untuk
memulihkan kesehatan ibu dan bayi. Meningkantkan asuhan sayang ibu dan sayang bayi. Memulai
pemberian ASI dalam waktu 1 jam pertama setelah persalinan dan mendukung terjadinya ikatan batin
antara ibu dan bayinya

PERNYATAAN STANDAR

Bidan melakukan pemantauan ibu dan bayi terhadap komplikasi paling sedikit selama 2 jam setelah
persalinan,, serta melakukan tindakan yang diperlukan. Di samping itu, bidan memberikan penjelsan
tentang hal-hal yang mempercepat pulihnya kesehatan ibu, dan membantu ibu untuk memulai
pemberian ASI

HASIL

· Komplikasi segera dideteksi da dirujuk

· Penurunan kejadian infeksi pada ibu dan bayi baru lahir

· Penurunan kematian akibat perdarahan pasca persalinan primer

· Pemberian ASI dimulaii dalam 1 jam pertama sesudah persalinan

PRASYARAT

1. Ibu dan bayi dijaga oleh bidan terlatih selama dua jam setelah persalinan dan jik amungkin bayi
tetap bersama ibu

2. Bidan terlatih dan terampil dalam memberikan perawatan untuk ibu dan bayi segera setelah
persalinan, termasuk ketrampilan pertolongan pertama pada keadaan gawat darurat

3. Ibu didukung/ dianjurkan untuk menyusui dengan ASI dan memberikan kolostrum

4. Tersedia alt perlengkapan, misalnya untuk membersihkan tangan yaitu air bersih, sabun dan
handuk bersih; handuk/ kain bersih untuk menyelimuti bayi, pembalut wanita yang bersih, pakaian
kering dan bersih untuk ibu, sarung atau kain kering dan bersih untuk alas ibu, kain/ selimut yang kering
untuk menyelimuti ibu, sarung tangan DTT, tensimeter air raksa, stetoskop dan thermometer

5. Tersedianya obat-obatan oksitosika, obat lain yan diperlukan dan tempat penyimpanan yang
memadai

6. Adanya sarana pencatatn : partograf, kartu ibu, kartu bayi, buku KIA

7. Sistem rujukan untuk perawatan kegawatdaruratan obstetric dan kegawatdaruratan bayi baru lahir
yang efektif

PROSES

Bidan harus ;

1. Selalu mencuci tangan sebelum dan sesudah memberikan perawatan pada ibu dan bayi baru lahir.
Menggunakan sarung tangan bersih pada saat melakukan kontak dengan darah atau cairan tubuh

2. Mendiskusikan semua pelayanan yang diberikan untuk ibu dan bayi dengan ibu, suami, dan
keluarganya

3. Segera setelah lahir, nilai keadaan bayi, letakkan di perut ibu, dan segera keringkan bayi dengan
handuk bersih yang hangat. Setelah bayi kering, selimuti bayi dengan handuk baru yang bersih dan
hangat. Bila bayi bernafas/ menangis tanpa kesulitan, dukung ibu untuk memeluk bayinya ( lihat standar
13 ). Jika bayi mengalami kesulitan bernafas ( lihat standar 24 )

4. Sangat penting untuk menilai keadaan ibu beberapa kali selama dua jam pertama setelah
persalinan. Berada bersama ibu da melakukan setiap pemeriksaan ini jangan pernah meninggalkan ibu
sendirian sampai paling sedikit 2 jam setelah persalinan dan kondisi ib stabil. Lakukan penatalaksanaan
yang tepat dan persiapkan rujukan jika diperlukan.

4.1 melakukan penilaian dan masase fundus uteri setiap 15 menitt selama satu jam pertama persalinan,
kemudian setiap 30 menit selama satu jam kedua setelah persalinan. Pada saat melakukan masase
uterus, perhatikan berapa banyak darah yang keluar dari vagina. Jika fundus tidak teraba keras, terus
lakukan masase daerah fundus agar uterus berkontraksi. Periksa jumlah perdarahan yang keluar dari
vagina. Periksa perineum ibu apakah membengkak, hematoma, dan berdarah dari tempat perlukaan
yang sudah dijahit setiap kali memeriksa perdarahan fundus dan vagina

4.2 jika terjadi perdarahan, segera lakukan tindakan sesuai dengan standar 21. Berbahaya jika terlambat
bertindak

4.3 periksa tekanan darah dan nadi ibu setiap 15 menit selama satu jam pertama setelah persalinan,
dan setiap 30 menit selama satu jam kedua setelah persalinan ( jika tekanan darah ibu naik, lihat
standar 17 )

4.4 lakukan palpasi kandung kemih ibu setiap 15 menit selama satu jam pertama setelah persalinan dan
kemudian setiap 30 menit selasa satu jam kedua setelah persalinan. Bila kandung kemih penuh dan
meregang, mintalah ibu untuk b.a.k, jangan memasang kateter kecuali ibu tidak bisa melakukannya
sendiri. ( retensi urine dapat mengakibtkan perdarahan uterus ). Mintalah ibu untuk b.a.k dalam dua jam
sesudah melahirkan.
4.5 Periksa suhu tubuh ibu beberapa saat setelah persalinan dan sekali lagi satu jam setelah persalinan.
Jika suhu tubuh ibu > 38 C, minta ibu untuk minum 1L cairan, jika suhunya tetap 38 C segera rujuk ibu ke
pusat rujukan terdekat ( jika mungkin mulai berikan IV RL dan berikan ibu 1gr amoksilin dan ampisilin
oral )

5. Secepatnya bantu ibu agar dapat menyusui ( lihat standar 10 & 13 ). Atur posisi bayi agar dapat
melekat dan mengisap dengan benar. ( semua ibu membutuhkan pertolongan untuk mengatur posisi
bayi, baik untuk ibu yang baru pertama kali menyusui maupun ibu yang sudah pernah menyusui )

6. Penggunaan gurita atau stagen harus diunda hingga 2 jam setelah melahirkan. Kontraksi uterus dan
jumlah perdarahan harus dinilai, dan jika ibu mengenakan gurita atau stgen hal ini sulit dilakukan

7. Lihat standar 13 untuk “perawatan bayi baru lahir”

8. Bila bayi tidak memperlihatkan tanda-tanda kehidupan setelah dlakukan resusitasi, maka beritahu
orangtua bayi apa yang terjadi. Berikan penjelasan secara jujur dan sederhana. Biarkan mereka melihat
atau memeluk bayi mereka. Berlakulah bijaksana dan penuh perhatian. Biarkan orangtua melakukan
upacara untuk bayi yang meninggal sesuai dengan adat istiadat atau kepercayaan mereka. Setelah
orangtua bayi mulai tenang, bantulah mereka dan perlakukan bayi dengan baik dan penuh pengertian
terhadap kesedihan mereka

9. Bantu ibu membersihkan tubuhnya dan mengganti pakaian, ingatkan ibu untuk selalu menjaga
kebersihan tubh dan mengganti kain pembalut secara teratur, berikan penjelasan perubahan-perubahan
yang terjadi pasca persalinan

10. Catat semua temuan dan tindakan dengan lengkap dan seksama pada partograf, kartu ibu, dan
kartu bayi

11. Sebelum meninggalkan biu, bahaslah semua bahaya potential dan tanda-tandanya dengan suami
dan keluarga. Bahaya potensial dan tanda-tandanya :

11.1 ibu mengalami perdarahan hebat

11.2 mengeluarkan gumpalan darah

11.3 pusing

11.4 lemas yang berlebihan

11.5 suhu tubuh ibu >38 C

11.6 suhu tubuh bayi < 36 C atau > 37,5 C

11.7 bayi tidak mau menyusu

11.8 bayi tidak mengeluarkan urine atau meconium dala 24 jam pertama

12. pastikan bahwa ibu dan keluarganya mengetahui bagaimana dan kapan harus memminta
pertolongan

13. jangan meninggalkan ibu dan bayi sampai mereka dalam keadaan baik dan semua catatan lengkap.
Jika ada hal yang mengkhawatirkan ibu atau janin, lakukan rujukan ke puskesmas atau rumah sakit
Standar 15: pelayanan bagi ibu dan bayi pada masa nifas
TUJUAN

Memberikan pelayanan pada ibu dan bayi sampai 42 hari setelah persalinan dan memberikan
penyuluhan ASI eksklusif

PERNYATAAN STANDAR

Bidan memberiakn pelayanan selama masa nifas di puskesmas dan rumah sakit atau melalui kunjungan
ke rumah pada hai ketig, minggu kedua, dan mingu keenam setelah persalinan untuk membantu proses
pemulihan ibu dan bayi melalui penatalaksanaan tali pusat yang benar, penemuan dini, penatalaksanaan
atau rujukan komplikasi yang mungkin terjadi pada masa nifas, serta memberikan penjelasan tentang
kesehatan secara umum, kebersihan perorangan, makan bergizi, asuhan bayi baru lahir, pemberian ASI,
imunisasi, dan KB

HASIL

· Komplikasi pada masa nifas segera dideteksi dan dirujuk pada saat yang tepat

· Mendukung dan menganjurkan pemberian ASI eksklusif

· Mendukung penggunaan cara tradisional yang berguna dan menganjurkan untuk menghindari
kebiasaan yang merugikan

· Menurunkan kejadian infeksi pada ibu dan bayi

· Masyarakat semakin menyadari pentingnya keluarga berencana/ penjarangan kelahiran

· Meningkatnya imunisasi pada bayi

PRASYARAT

1. System yang berjalan dengan baik agar ibu dan bayi mendapatkan pelayanan pasca persalinan dari
bidan terlatih sampai dengan 6 minggu setelah persalinan, baik di rumah, puskesmas, atau rumah sakit

2. Bidan telah terlatih dan terampil dalam :

2.1 perawatan nifas, termasuk pemeriksaan ibu dan bayi dengan cara yang benar

2.2 membantu ibu untuk memberikan ASI

2.3 mengetahui komplikasi yang dapat terjadi pada ibu dan bayi pada masa nifas

2.4 penyuluhan dan pelayanan KB/ penjarangan kelahiran

3. bidan dapat memberikan pelayanan imunisasi atau bekerja sama dengan juur imunisasi di
puskesmas atau fasilitas kesehatan masyarakat
4. tersedia vaksin, alat suntik, tempat penyimpanan vaksin dan tempat pembuangan benda tajam
yang memadai

5. tersedianya tablet besi dan asam folat

6. terseida alt/ perlengkapan, misalnya untuk membersihkan tangan, yaitu sabun, air bersih dan
handuk bersih, sarung tanagn bersih/ DTT

7. Tersedia kartu pencatatan, kartu ibu, kartu bayi, buku KIA

8. Sistem rujukan untuk perawatan komplikasi kegawatdaruratan ibu dan bayi abru lahri yang
berjalaan dengan baik

PROSES

Bidan harus :

1. Pada kunjungan rumah, sapalah ibu dan suami/ keuarganya dengan ramah

2. Tanyakan pada ibu dan suami/ keluarganya jika ada masalah atau kekhawatiran tentang ibu atau
bayinya

3. Cuci tangan sebelum dan sesudah memeriksa ibu dan bayi

4. Pakai sarung tangan DTT/ bersih bila melakukan kontak dengan darah atau cairan tubuh

5. Periksa tanda-tanda vital ibu ( suhu tubuh, nadi, dan tekanan darah ). Periksa payudara ibu, amati
bila puting retak, dan tanda-tanda atau gejala-gejala saluran ASI tersumbat atau infeksi payudara.
Periksa involusi uterus ( oengecilan uterus sektar 2 cm/ hari selama 8 hari pertama ). Periksa lochia, yang
pada hari ketiga seharusnya mulai berkurang dan berwarna coklat, dan pada hari ke- 8 – 10 menjadi
sedikit dan berwarna merah muda. Jika ada kelainan segera rujuk ( lihat daftar tanda-tanda bahaya dan
tanda-tandanya di akhir satndar ini ). Jika dicurigai sepsis puerperalis gunakan ( standar 23 ). Untuk
penanganan perdarahan pasca persalinan gunakan standar 22 )

6. Tanyakan apakah ibu meminum tablet sesuai ketentuan ( sampai 42 hari setelah melahirkan ), dan
apakah persediaannya cukup

7. Bila ibu menderita anemia semasa hamil atau mengalami perdarahan berat selama proses
persalinan, periksa Hb pada hari ketiga. Nasehati ibu supaya makan makanan bergizi dan berikan tablet
tambah darah

8. Berikan penyuluhan kepada ibu tentang pentingnya menjaga kebersihan diri, memakai pembalut
yang bersih, makanan bergizi, istirahat cukup dan cara merawat bayi

9. Cucilah tangan, lalu periksalah bayi. Periksalah tali pusat pada setiap kali kunjungan. ( paling sedikit
sampa hari ketiga, minggu kedua, dan mingg ukeenam ). Tali pusat harus tetap kering. Ibu perlu
diberitahu bahayanya membubuhkan sesuatu pada tali pusat bayi, misalnya minyak atau bahan lain. Jika
ada kemerahan pada tali pusat, perdarahan atau tercium bau busuk, bayi segera dirujuk

10. Perhatikan kondisi umum bayi, tanyakan pada ibu pemberian ASI, misalnya bayi tidak mau
menyusu, waktu jaga, cara bayi menangis, berapa kali b.a.k, dan bentuk fesesnya
11. Perhatikan warna kuit bayi, apakah ada icterus atau tidak. Ikterus pada hari ketiga postpartum
adalah icterus fisiologis yang tidak memerlukan pengobatan. Namun, bila icterus terjadi sesudah hari
ketiga/ kapan saja, dan bayi mala untuk menyusu dan tampak mengantuk, maka bayi harus segera
dirujuk ke rumah sakit

12. Bicarakan pemberian ASI, dan bila mungkin perhatikan apakah bayi menyusu dengan baik ( amati
apakah ada kesulitan atau masalah )

13. Nasehati ibu tentan gpentingnya pemberian ASI eksklusif sediki 4 sampai 6 bulan. Bicarakan bahaya
pemberian unsur tambahan ( susu formula, air, atau makanan lain ) sebelum bayi berumur 4 bulan

14. Bicarakan tentang KB dan kapan senggama dapat dimulai. Sebaiknya hal ini didiskusikan dengan
kehadiran suaminya

15. Catat dengan tepat semua yang ditemukan

16. Jika ada hal-hal yang tidak normal, segeralah merujuk ibu dan/ atau bayi ke puskesmas/ rumah sakit

17. Jika ibu atau bayi meninggal, penyebab kematian harus diketahui sesuai dengan standar kabupaten/
propinsi/nasional

BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Standar Pelayanan Kebidanan Dasar adalah norma dan tingkat kinerja yang diperlukan untuk
mencapai hasil yang diinginkan. Standar Pelayanan Kebidananan terdiri dari 24 Standar.

Standar pelayanan kebidanan digunakan untuk menentukan kompetensi yang diperlukan bidan
dalam menjalankan praktik sehari-hari. Standart pelayanan kebidanan juga dapat digunakan untuk:

1. Menilai mutu pelayanan

2. Menyususn rencana diklat bidan

3. Pengembangan kurikulum pendidikan bidan


Masa nifas merupakan masa dimulai setelah kelahiran plasenta dan berakhir ketika alat
kandung kembali seperti semula sebelum hamil, yang berlangsung selama 6 – 8 minggu atau
dalam agama islam disebut 40 hari, tahap- tahap masa nifas meliputi : puerpurium dini,
puerpurium intermedial, remot puerpurium. Tujuan dari masa nifas yaitu untuk mengetahui
kesejahtraan ibu dan bayi, baik dari kesehatan, kebersihan , nutrisi, pemberian ASI, tanda
bahaya masa nifas, perdarahan, cara mencegah hipotermi pada bayi.

3.2 Saran

Semoga makalah ini bermanfaat bagi kami sebagai mahasiswi untuk meningkatkan
pengetahuan dan wawasan mengenai standar pelayanan Nifas . Serta bermanfaat bagi
institusi/bidan sebagai bahan pertimbangan untuk perbandingan dalam meningkatkan pelayanan
asuhan kebidanan.

Anda mungkin juga menyukai