OLEH:
2019
I. PENGERTIAN
Cairan tubuh adalah larutan encer yang mengandung elektrolit dan non-
elektrolit, dan terdiri atas kompartemen intrasel dan ekstrasel (Rambert, 2014).
Elektrolit merupakan molekul terionisasi yang terdapat di dalam darah, jaringan,
dan sel tubuh, yang terurai menjadi ion positif (kation) dan ion negative (anion)
(Yaswir & Ferawati, 2012; Salam, 2016). Elektrolit menghantarkan arus listrik
dan membantu mempertahankan pH dan level asam basa dalam tubuh, serta
memfasilitasi pergerakan cairan antar dan dalam sel melalui suatu proses yang
dikenal sebagai osmosis dan memegang peranan dalam pengaturan fungsi
neuromuskular, endokrin, dan sistem ekskresi.
II. ANATOMI FISIOLOGI
1) Komposisi Cairan Tubuh
a. Air, merupakan komponen utama dalam tubuh yakni sekitar 60% dari berat
badan (Total Body Weight) pada laki-laki dewasa (Wahyudi & Wahid,
2016). Persentase TBW bervariasi bergantung beberapa faktor
diantaranya (Salam, 2016):
TBW pada orang dewasa berkisar antara 45-75% dari berat
badan. Kisaran ini tergantung pada tiap individu yang memiliki
jumlah jaringan adipose yang berbeda, yang mana jaringan ini hanya
mengandung sedikit air.
TBW pada wanita lebih kecil dibanding dengan laki-laki dewasa pada
umur yang sama, karena struktur tubuh wanita dewasa yang
umumnya lebih banyak mengandung jaringan lemak.
TBW pada neonatus lebih tinggi yaitu sekitar 70-80% berat badan
Untuk beberapa alasan, obesitas serta peningkatan usia akan
menurunkan jumlah kandungan total air tubuh
Cairan tubuh dibagi dalam dua kelompok besar yaitu : Cairan intraseluler
(CIS) dan cairan ekstraseluler (CES) (Lobo, Andrew, & Allison, 2014).
Cairan intraseluler (CIS) adalah cairan yang berda di dalam sel di seluruh
tubuh (Wahyudi & Wahid, 2016). Cairan intra seluler merupakan 40%
dari TBW, CIS mempunyai kadar Na+, Cl- dan HCO3- yang lebih rendah
dibanding CES dan mengandung lebih banyak ion K+ dan fosfat, serta
protein yang merupakan komponen utama intra seluler. Transpor
membran terjadi melalui mekanisme pasif seperti osmosis dan difusi,
yang mana tidak membutuhkan energi sebagaimana transport aktif
(Salam, 2016).
Cairan Ekstraseluler (CES) adalah cairan di luar sel. Ukuran relatif dari CES
menurun dengan meningkatnya usia. Pada bayi baru lahir, kira-kira setengah
cairan tubuh terkandung di dalam CES. CES dibagi menjadi:
1. Cairan interstisiel (CIT)
Cairan ini berada di sekitar sel. Cairan limfe termasuk dalam volume
interstisial. Volume CIT kira-kira sebesar dua kali lebih besar pada
bayi baru lahir dibanding orang dewasa.
2. Cairan intravaskuler (CIV)
Cairan yang terkandung dalam pembuluh darah. Volume relatif dari
CIV sama pada orang dewasa dan anak-anak. Rata-rata volume darah
orang dewasa kira-kira 5-6 L, 3 L dari jumlah itu adalah plasma,
sisanya 2-3 L terdiri dari sel darah merah (eritrosit), sel darah putih
(leukosit) dan trombosit.
3. Cairan transeluler (CTS)
Cairan yang terdapat di dalam rongga khusus dari tubuh. Cairan CTS
meliputi cairan cerebrospinal, pericardial, pleural, sinovial, cairan
intraokular dan sekresi lambung. Sejumlah besar cairan ini dapat
bergerak ke dalam dan ke luar ruang transeluler setiap harinya.
Contoh, saluran gastrointestinal (GI) secara normal mensekresi dan
mereabsopsi sampai 6-8 L per hari. (Wahyudi & Wahid, 2016)
b) Solut (terlarut)
Selain air, cairan tubuh mengandung dua jenis substansi terlarut (zat
terlarut) elektrolit dan non-elektrolit.
Elektrolit : terurai menjadi kation dan anion. Kation adalah ion-ion
yang mambentuk muatan positif dalam larutan. Kation ekstraselular
utama adalah natrium (Na˖), sedangkan kation intraselular utama
adalah kalium (K˖). Sistem pompa terdapat di dinding sel tubuh yang
memompa natrium ke luar dan kalium ke dalam. Anion adalah ion-ion
yang membentuk muatan negatif dalam larutan. Anion ekstraselular
utama adalah klorida (Clˉ), sedangkan anion intraselular utama adalah
ion fosfat (PO4ɜ).
Non-elektrolit : Substansi seperti glokusa dan urea yang tidak
berdisosiasi dalam larutan dan diukur berdasarkan berat (miligram per
100 ml-mg/dl). Non-elektrolit lainnya yang secara klinis penting
mencakup kreatinin dan bilirubin (Wahyudi & Wahid, 2016).
2) Proses pergerakan cairan tubuh antar kompartemen
Terdapat 3 proses utama diantaranya (Salam, 2016):
a) Osmosis
Osmosis adalah bergeraknya molekul (zat terlarut) melalui membran
semipermeabel (permeabel selektif dari larutan berkadar lebih rendah
menuju larutan berkadar lebih tinggi hingga kadarnya sama. Membran
semipermeabel ialah membran yang dapat dilalui air (pelarut), namun
tidak dapat dilalui zat terlarut misalnya protein.
b) Difusi
Difusi ialah proses bergeraknya molekul lewat pori-pori. Larutan akan
bergerak dari konsentrasi tinggi ke arah larutan berkonsentrasi rendah.
Difusi tergantung kepada perbedaan konsentrasi dan tekanan hidrostatik
c) Pompa Natrium Kalium
Pompa natrium kalium merupakan suatu proses transport yang memompa
ion natrium keluar melalui membran sel dan pada saat bersamaan
memompa ion kalium dari luar ke dalam. Tujuan dari pompa natrium
kalium adalah untuk mencegah keadaan hiperosmolar di dalam sel
Berikut ini table nilai norma cairan dan elektrolit dalam tubuh:
Hipernatremia Hiponatremia
Konsentrasi natrium yang tinggi dalam Melibatkan peningkatan proporsi air
plasma, akibat rasa haus terganggu, dan garam dalam darah akibat
hiperventilasi, demam, cidera kepala, gangguan sekresi ADH (cidera
penurunan sekresi ADH, diabetes kepala, stress fisiologis dan
insipidus, diare, ketidakmampuan psikologis berat)
ginjal berespon terhadap ADH
Natrium serum > 145 mEq/L Natrium serum < 135 mEq/L
Hipotensi Hipertensi, TIK meningkat
Hipervolemia Hipovolemia
Membran mukosa kering Salivasi meningkat
Koma, meninggal Koma, meninggal
Rasa haus, demam, lidah kering, Tidak nafsu makan, mual, muntah,
halusinasi, disorientasi, letargi, twitching, lemah, bingung, edema
hiperaktif bila dirangsang pupil
b. Kalium
Hiperkalemia Hipokalemia
Kadar kalium serum yang tinggi Kadar kalium serum yang rendah
Karena asidosis mendorong kalium ke Karena alkalosis mendorong kalium
luar sel masuk ke dalam sel
K+ serum > 5 mEq/L K+ serum < 3, 5 mEq/L
Gangguan konduksi jantung Aktivasi jantung ektopik
EKG: gelombang T memuncak, QRS EKG: gelombang T mendatar,
melebar, P-R memanjang depresi segmen ST
Diare, nyeri abdomen Bising usus menurun, ileus
Iritabilitas neuromuskuler Kelemahan otot, parestesia
Oliguria/anuria Poliuria
Gagal jantung Toksisitas digitalis
c. Kalsium
Hiperkalsemia Hipokalsemia
Ca ++ serum > 10,5 mEq/L Ca ++ serum < 8,5 mEq/L
Kewaspadaan mental menurun Iritabilitas neuromuskuler (baal,
parestesia, reflek hiperaktif, kejang)
Nyeri abdomen, kelemahan otot, mual, Nyeri tulang
muntah, hipertensi
d. Klorida
e. Magnesium
Faktor
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Beberapa diagnosa keperawatan ketidak seimbang cairan dan elektrolit
(NANDA, 2015):
1. Gangguan keseimbangan elektrolit b.d kelebihan atau kekurangan
cairan, gangguan mekanisme regulasi, atau disfungsi ginjal
2. Kekurangan volume cairan b.d cairan tubuh atau penurunan masukan,
terjadi karena luka bakar, muntah, dan lain-lain
3. Kelebihan volume cairan b.d gangguan mekanisme regulasi, atau
kelebihan asupan cairan.
C. INTERVENSI KEPERAWATAN
Wahyudi, A. S., & Wahid, A. (2016). Ilmu Keperawatan Dasar. Mitra Wacana
Media. Retrieved from
https://www.researchgate.net/publication/311455903_Ilmu_Keperawatan_Dasar.