Anda di halaman 1dari 15

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Patologi merupakan cabang ilmu kedokteran yang berkaitan dengan ciri-
ciri dan perkembangan penyakit melalui analisis perubahan fungsi atau
keadaan bagian tubuh. Patologi sendiri berasal dari kata pathos yang artinya
penderitaan dan logos artinya ilmu, sehingga bias ditarik kesimpulan bahwa
patologi adalah ilmu yang mempelajari tentang penyakit. Yang meliputi tentang
pengetahuan dan pemahaman dari perubahan fungsi dan struktur pada
penyakit mulai tingkat molekuler sampai pengaruhnya pada tingkat individu.
Tujuan utama dari patologi yaitu mengidentifikasi sebab suatu penyakit yang
pada akhirnya akan memberikan petunjuk dasar pada program pencegahan
suatu penyakit.
Sistem biliari atau ekskretori dari hati adalah bagian dari sistem hepar
yang terdiri dari pembuluh-pembuluh empedu (bile ducts) dan kandung
empedu. Berawal dari lobulus didalam hati/hepar atau liver sebagai pembuluh-
pembuluh kapiler, dan menyatu membentuk pembuluh yang lebih besar dan
akhirnya menjadi duktus hepatikus kanan dan kiri. Kedua pembuluh ini keluar
dari hati pada daerah porta hepatis dan bergabung membentuk duktus
hepatikus komunis yang selanjutnya bergabung dengan duktus sistikus
membentuk duktus kholedukhus. Duktus hepatikus dan duktus sistikus
mempunyai panjang kira-kira 1.5 inci sedangkan duktus khole lebih-kurang 3
inci yang selanjutnya bergabung dengan duktus pankreatikus dan masuk
kedalam bagian kedua dari usus dubelas jari pada ampulla Vater.
Hati memproduksi empedu, yang digunakan dalam penghancuran lemak di
usus kita. Empedu ini dialirkan dari hati ke kantung empedu, tempat empedu disimpan
dan dikonsentrasikan sebelum dilepaskan ke usus kecil, semuanya melalui saluran
empedu. Sewaktu makan, kantung empedu akan berkontraksi dan melepaskan
empedu yang terkonsentrasi melalui saluran empedu ke kepala usus kecil, tempat
empedu dapat menghancurkan lemak dalam makanan yang dicerna sebagian, dan
membuang bilirubin, produk limbah sel darah yang pecah. Macam macam gangguan
pada empedu antara lain : Kolelitiasis, Kolesistisi, Karsinoma Kantung empedu,
Karsinoma Saluran Empedu Ekstrahepatik.

B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa yang dimaksud dengan sistem biliari?
2. Apa saja gangguan pada sistem biliari?
3. Bagaimanakah etiologi gangguan pada sistem biliari?
4. Apa saja tanda dan gejala gangguan sistem biliari?
5. Bagaimana pencegahan atau pengobatan terhadap gangguan pada sistem biliari?

1
C. TUJUAN
1. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan sistem biliari.
2. Untuk mengetahui apa saja gangguan pada sistem biliari.
3. Untuk mengetahui bagaimana etiologi gangguan pada sistem biliari.
4. Untuk mengetahui apa saja tanda dan gejalan gangguan pada sistem biliari.
5. Untuk mengetahui bagaimana pencegahan atau pengobatan terhadap gangguan
sistem biliari.

D. MANFAAT
Manfaat dari penulisan makalah ini adalah agar penulis dan pembaca dapat memahami
tentang patologi Sistem Biliari dengan baik ,dari segi pemahaman maupun
penerapannya.

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. SISTEM BILIARI

Sistem biliari atau ekskretori dari hati adalah bagian dari sistem hepar
yang terdiri dari pembuluh-pembuluh empedu (bile ducts) dan kandung
empedu. Kandung empedu merupakan kantong berongga berbentuk pir yang
terletak tepat dibawah lobus kanan hati. Berawal dari lobulus didalam
hati/hepar atau liver sebagai pembuluh-pembuluh kapiler, dan menyatu
membentuk pembuluh yang lebih besar dan akhirnya menjadi duktus hepatikus
kanan dan kiri. Kedua pembuluh ini keluar dari hati pada daerah porta hepatis
dan bergabung membentuk duktus hepatikus komunis yang selanjutnya
bergabung dengan duktus sistikus membentuk duktus kholedukhus. Duktus
hepatikus dan duktus sistikus mempunyai panjang kira-kira 1.5 inci sedangkan
duktus khole lebih-kurang 3 inci yang selanjutnya bergabung dengan duktus
pankreatikus dan masuk kedalam bagian kedua dari usus dubelas jari pada
ampulla Vater.
Fungsi utama kandung empedu adalah menyimpan dan memekatkan
empedu. Kandung empedu mampu menyimpan sekitar 40-60 ml empedu.
Empedu hati tidak dapat segera masuk ke duodenum, akan tetapi setelah
melewati duktus hepatikus, empedu masuk ke duktus sistikus dan ke kantung
empedu.

3
Dalam kandung empedu, pembuluh limfe dan pembuluh darah mengabsorbsi
air dan garam – garam anorganik, sehingga empedu dalam kandung empedu
kira – kira 5 kali lebih pekat dibandingkan dengan empedu d hati. Secara
berkala kandung empedu mengosongkan isinya ke dalam duodenum melalui
kontraksi simultan lapisan ototnya dan relaksasi sfingter Oddi. Hormon
kolesistokinin (CCK) dilepaskan dari sel dudenal akibat hasil pencernaan dari
protein dan lipid, dan hal ini merangsang terjadinya kontraksi kandung empedu.
Kandung empedu dan saluran empedu ekstrahepatik menghubungkan hati
dengan tractus gastrointestinalis, sehingga merupakan penghubung penting
dalam sirkulasi enterohepatik. Dengan atau tanpa melalui kandung empedu
maka empedu dialirkan melalui saluran empedu ini. Kandung empedu tidak
vital untuk kehidupan, tanpa alat ini iasanya manusia akan mengalami
gangguan fisiologik. Saluran empedu ekstrahepatik mempunyai 2 fungsi utama
yaitu sebagai :
a. Mengumpulkan dan memekatkan empedu
b. Menyalurkan empedu kedalam duodenum

Empedu yang dikeluarkan oleh hati terdiri atas pigmen empedu, garam
empedu, lendir, asam lemak, cholesterol, lechitin dan garam anorganik.
Produksinya ialah 500cc/24jam dengan tekanan 250-300 mm H2O. Fungsi
kandung empedu adalah memekatkan empedu dengan penyerapan selektif
dripada air, garam anorganik dan sedikit garam empedu, sehingga volumenya
menjadi 1/5 – 1/10 daripada volume yang disekresikan oleh hati.

B. GANGGUAN PADA SISTEM BILIARI


1. Radang
Radang saluran empedu dinamai Cholangitis. Yang mendadak biasanya
disebabkan oleh batu ductus choledochus. Radang emoedu dinamai
Cholecystitis yang dapat berjalan secara : a. Mendadak, b. Subakut, dan c.
Menahun. Yang akut supuratif menyebabkan empiema dan cholecystitis
gangrenosa,
sehingga dapat menyebabkan perforasi dan peritonitis acuta.
Yang mereda kadang – kadang menjadi subakut dan dapat menimbulkan
tertimbunnya kalsium dalam dinding kandung empedu (porcelain
gallbladder). Sebagian yang mereda menjadi menahun. Cholecystitis
biasanya ditemukan pada wanita gemuk berumur sekitar 40 tahun (fat-forty-
female). Cairan empedu yang dibuat dan dilepaskan oleh hati ini berfungsi
membantu pencernaan dengan cara memecah lemak menjadi asam lemak.
Namun, ada kalanya organ yang letaknya berdekatan dengan hati ini tidak
bisa bekerja dengan baik akibat radang atau infeksi empedu .

4
2. Cholesterolosis
Cholesterosis atau yang biasa dinamai strawberry gallbladder adalah
endapan kantong empedu. Endapan kantong empedu adalah kumpulan
kolesterol, kalsium, bilirubin, dan senyawa lainnya yang terbentuk di
kantong empedu. Kadang-kadang disebut biliary sludge atau endapan
empedu, karena terjadi ketika empedu berada terlalu lama di dalam
kantong.
Empedu merupakan cairan kuning kehijauan yang diproduksi di hati dan
disimpan di kantong empedu. Fungsinya membantu tubuh untuk mencerna
lemak. Bila partikel kecil dari empedu tetap berada di kantong empedu
dalam jangka waktu yang terlalu lama, partikel-partikel ini bisa terkumpul
dan mengendap menjadi endapan (sludge) empedu.
Hal ini bukan kondisi medis tersendiri, tapi bisa mengakibatkan kondisi
lainnya yang berkaitan. Misalnya batu empedu dan kolesistitis. Namun, bisa
juga hilang dengan sendirinya. Dalam kebanyakan kasus, dokter
menemukan endapan kantong empedu saat dilakukan ultrasound di
kantong empedu. Hal ini lebih sering didiagnosis pada orang dengan
masalah kantong empedu dan hati karena orang dengan jenis kondisi ini
lebih cenderung menjalani tes ultrasonografi (USG) di bagian terkait.
3. Hidrops Kandung Empedu
Hidrops kandung empedu dikenal juga sebagai mucocele, yakni
kandung empedu yang memebesar akibat sekresi lendir cair yang jernih.
Salah satu sebab ialah cholecystitis yang disertai obstruksi total ductus
cysticus. Agaknya empedu di dalamnya diserap lagi dan diganti dengan
lendir yang di sekresikan oleh dinding kndung empedu. Penyebab obtruksi
dyctus cysticus dapat juga batu, tumor, atau tekukan (kinking). Biasanya
keadaan ini tidak menimbulkan gejala, tetapi kadang – kadang
menimbulkan gejala seperti pada cholecystitis. Hydrops kandung empedu
yang telah mengalami komplikasi, berbahaya. Kapan akhir deteksi penyakit
ini mengembangkan bentangan signifikan dinding kandung empedu, yang
dapat menyebabkan pembentukan microperforations di. Dalam kasus ini,
isi dari kandung empedu secara bertahap memasuki rongga perut,
memanggil itu pengembangan proses inflamasi (radang selaput perut).
Komplikasi yang paling mengerikan dari sakit gembur-gembur kandung
empedu adalah pecah empedu dengan perkembangan perdarahan dan
peritonitis.
4. Cholelitiasis (Batu Empedeu)
Batu empedu terdiri atas :
a. Batu cholesterol karena metabolisme cholesterol yang terganggu. Sifat
– sifatnya ialah : besar, lonjong, putih, biasanya satu, ringan, bila
dipotong bersusunan radier, terdiri atas cholesterol; bila ada infeksi
tercampur dengan kalsium bilirubin.
b. Batu pigmen mepedu karena gangguan metabolsime. Sifat – siatnya
ialah : berganda, kecil, hitam, rapuh, terdiri atas bilirubin.

5
c. Batu campuran karena infeksi, frekuensinya terbanya (80%). Sifat-
sifatnya ialah : berlapis (empedu + cholesterol), susunannya konsentrik,
kuning-tengguli, berfaset, berinti lendir atau sisa sel.
Frekuensinya meninggi pada kasus diabetes mmellitus, kehamilan,
hemolitik dan anemia perniciosa.
5. Tumor
Tumor yang jinak ialah papiloma, adenoma, dan adenomyoma. Sedangkan
tumor yang termasuk ganas antara lain adenocacrinoma (terbanyak),
adenoacanthoma. Tumom ganas ini dapat menyerang ikterus obstruktif
(Cholestasis) yng harus dibedakan daripada yang disebabkan oleh batu.
Dalam klinik kadang – kadang diagnosis difereniasai sukar. Lebih dari
seabad yang lalu Courvoisier telah mengemukakan 2 hukum yang sampai
sekarang masih digunakan, yaitu :
a. Ikterus obstruktif dengan kandung empedu yang memebesar
disebabkan oleh penyumbatan akibat karsinoma yang biasanya terletak
di daerah papila vateri.
b. Ikterus obstruktif tanpa pembesaran kandung empedu disebabkan oleh
pemyumbatan alibat batu.
6. Atresia Bilier
Atresia bilier adalah penyakit saluran empedu langka yang hanya
menyerang bayi. Saluran empedu pada hati, disebut juga dengan duktus
hepatikus, berfungsi untuk menghancurkan lemak, menyerap vitamin larut
lemak, serta membawa racun dan produk sisa keluar tubuh. Pada atresia
bilier, saluran tersebut membengkak dan menjadi tersumbat. Akibatnya,
cairan empedu meningkat di hati dan menyebabkan kerusakan hati. Hal ini
membuat hati sulit membuang racun dalam tubuh. Ada 2 jenis atresia bilier
yaitu fetal dan perinatal. Atresia bilier fetal muncul daat bayi masih di dalam
rahim. Atresia bilier perinatal lebih sering terjadi dan tidak disadari hingga
2-4 minggu setelah kelahiran. Beberapa bayi, khususnya yang lahir dengan
atresia bilier fetal, juga memiliki kecacatan pada jantung, limpa dan usus.
Atresia bilier jarang dan hanya terjadi pada 1 dari 18.000 bayi. Penyakit ini
lebih sering terjadi pada wanita, bayi prematur, dan anak Asia atau Afrika.

C. ETIOLOGI GANGGUAN SISTEM BILIARI


1. Radang
Penyakit yang disebut juga sebagai kolesistitis ini biasanya terjadi jika cairan
empedu yang menuju usus kecil terhalang oleh batu empedu. Akibatnya, cairan
empedu tertahan di dalam kantung empedu hingga menyebabkan pembengkakan,
rasa sakit, dan kemungkinan terjadinya infeksi empedu.

6
Selain batu empedu, radang dan infeksi empedu juga bisa disebabkan oleh tumor
di pankreas atau hati, berkurangnya aliran darah ke kantung empedu, infeksi
bakteri yang menyerang sistem saluran empedu, endapan di kantung empedu,
serta karena munculnya jaringan parut. Meskipun jarang, infeksi empedu juga bisa
terjadi sebagai komplikasi dari penyakit parah yang diderita. Misalnya, penyakit
diabetes atau HIV. Jika radang dan infeksi empedu sudah berlangsung lama,
dinding kantong empedu yang membengkak akan menjadi keras dan tebal.
Beberapa faktor agaknya memegang peranan penting dalam etiologi dan
patogenensis cholecystitis, yaitu iritasi, kimia oleh empedu pekat, infeksi kuman
dan reflux pankreas. Kuman penyebab biasanya kuman colon, stafilokok,
streptokok non-hemolitik, dan kadang – kadang batang gram negatif.
2. Cholesterolosis
Kolesterolosis terjadi karena jumlah ester kolesteri yang sangat tinggi.
Salah satu alasan untuk ini diyakini berasal dari degenerasi selama proses
penuaan alami. Namun, penyebab tingginya jumlah ester kolesteri masih
dalam perdebatan antara para profesional medis dan peneliti. Studi belum
menunjukkan hubungan yang jelas antara kemungkinan penyebabnya.
Beberapa dugaan penyebab kontroversial meliputi:
 Konsumsi alkohol.
 Merokok.
 Kadar kolesterol serum meningkat.
 IMT tinggi

Sementara para ilmuwan telah meneliti ini sebagai kemungkinan


penyebabnya, belum ada hasil yang kuat untuk mengkonfirmasikannya.
Beberapa penelitian telah menunjukkan bahwa mereka yang memiliki
kolesterolosis memiliki kadar kolesterol jenuh yang lebih tinggi dalam
empedu mereka. Penyebab langsung untuk tingkat kolesterol jenuh yang
lebih tinggi ini masih diteliti, tetapi hasilnya adalah pembentukan lebih
banyak ester kolesterol. Saat ini, penelitian sedang berlangsung untuk
menemukan penyebab kolesterolosis terbukti di luar proses degeneratif
penuaan normal.

3. Hidrops Kandung Empedu


 Batu yang menyumbat di leher vesica felea atau pada duktus sistikus
 Kolesistitis akut
 Tumor – polip atau keadaan keganasan pada vesica felea
 Pendesakan vesica felea atau duktus sistikus dari luar (limfonodi
ataupun jaringan fibrosis) atau metastasis dari keganasan hati,
duodenum, atau kolon
 Pada penggunaan nutrisi parenteral dalam waktu lama atau pada
terapi ceftriaxone
 Kelainan kongenital berupa penyempitan dari duktus sistikus
 Parasit (ascaris)

7
 Pada bayi dan anak-anak, non-inflammatory hydrops vesica felea
dapat diaktifkan dengan hal-hal berikut ini:
- Kawasaki syndrome
- Streptococcal pharyngitis
- Mesenteric adenitis
- Typhoid
- Leptospirosis
- Hepatitis Sindrom nefrotik
- Fibrocystic disease

4. Cholelithiasis
Patogenesis yang pasti belum diketahui. Sebagai faktor predisposisi
dikemukakan komposisi empedu yang tidak normal, infeksi dan statis.
Agaknya pengendapan batu ialah proses fisikokimia, yakni presipitasi dari
larutan yang sangat jenuh. Empedu di dalam kandung empedu ialah
cholelithiogenik, terutama cholesterol atau derivat hemoglobim, dapat
mengacaukan keseimbangan yang labil dan menyebabkan presipitasi.
Cholesterol yang hampir selalu merupakan bagian daripada batu empedu.,
melarut karena garam empedu atau asam empedu. Agar empedu tetap
mencair, maka perbandingan cholesterol dengan garam empedu ialah lebih
penting dari kadar cholesterolnya sendiri. Gangguan perbandingan ini dapat
menyebabkan terjadinya batu.
Hubungan antara choleocystitis dan choleolithiasis tidak diketahui
dengan pasti. Ada yang berpendapat bahwa ketidakseimbangan fisikokimia
dalam empedu dapat menimbulkan batu yang kemudian menyebabkan
choleocystitis. Sebaliknya ada pula yang berpendapat bahwa yang primer
ialah choleocystitis yang kemudian menyebabkan terjadinya batu, karena
mukosa yang meradang memudahkan reabsorpsi garam empedu sehingga
keseimbangan berbagai zat dalam larutan terganggu.
5. Tumor
Tidak semua tumor itu adalah kanker dan begitu pun sebaliknya. Pada
dasarnya, tumor adalah pertumbuhan sel yang tidak normal pada bagian
tubuh tertentu. Tumor terjadi jika sel-sel tubuh membelah dan tumbuh
secara berlebihan. Apabila pertumbuhan sel tersebut hanya terjadi pada
bagian tubuh tertentu dan tidak menyebar, maka hal tersebut adalah tumor
jinak. Sementara sel tumor yang menyebar ke bagian tubuh lain disebut
dengan tumor ganas atau kanker. Hingga kini, tidak jelas apa yang menjadi
penyebab kanker kandung empedu. Dokter tahu bahwa kanker kantung
empedu terbentuk ketika sel-sel kantung empedu yang sehat mengalami
perubahan (mutasi) dalam DNA. Mutasi tersebut menyebabkan sel-sel
tersebut tumbuh di luar kendali dan terus hidup pada saat sel-sel lain
biasanya akan mati.

8
Sel-sel yang terkumpul membentuk tumor yang dapat tumbuh melebihi
ukuran kandung empedu dan menyebar ke area tubuh lainnya. Kebanyakan
kanker kantung empedu dimulai pada sel-sel kelenjar yang melapisi
permukaan bagian dalam kandung empedu. Kanker kandung empedu yang
dimulai di jenis sel ini disebut adenokarsinoma. Istilah ini mengacu pada
cara sel-sel kanker muncul ketika diperiksa dengan mikroskop.
6. Atresia Bilier
Belum diketahui apa yang menyebabkan atresia bilier. Para ahli
menduga kelainan ini terjadi sesaat setelah bayi lahir, di mana saluran
empedu bayi menjadi tertutup. Kondisi ini membuat cairan empedu
terhambat dan menumpuk di hati, sehingga dapat mengakibatkan
kerusakan pada hati. Walaupun belum diketahui penyebabnya, beberapa
faktor diduga dapat meningkatkan risiko atresia bilier. Di antaranya adalah:
 Infeksi virus atau bakteri setelah lahir.
 Paparan zat kimia berbahaya.
 Gangguan sistem kekebalan tubuh.
 Perubahan atau mutasi gen tertentu.

Gangguan perkembangan hati dan saluran empedu saat di dalam rahim .

D. TANDA DAN GEJALA GANGGUAN PADA SISTEM BILIARI


1. Radang
Radang atau infeksi empedu bisa dikenali dari berbagai gejalanya, seperti:
 Gejala utama: Nyeri parah di perut bagian kanan atas (di bawah
tulang rusuk). Rasa sakit ini bisa menjalar hingga ke punggung atau
ke bahu kanan dan cenderung berlangsung selama beberapa jam,
bahkan lebih dari enam jam. Rasa sakit juga cenderung terjadi
setelah makan dan menjadi lebih parah jika sedang mengambil
napas dalam-dalam.
 Perut terasa sakit ketika disentuh.
 Demam.
 Mual.
 Muntah.
 Perut kembung.
Jika terdapat gejala di atas, Anda sebaiknya segera berkonsultasi ke dokter
untuk mendapatkan pemeriksaan dan penanganan yang tepat.
2. Cholesterolosis
Gejala terjadinya Strawbery gallbladder adalah terasa nyeri termasuk nyeri
tajam di sisi kanan atau bagian tengah perut, biasanya setelah makan, terutama
setelah makanan yang berlemak. Nyeri ini dapat memancar ke punggung dan
ujung bahu. Mungkin juga disertai pusing, muntah, demam atau penyakit kuning.

9
3. Hidrops Kandung Empedu
Gejala pada hidrops kandung empedu sama dengan gejala pada penyakit radang
empedu, karena hidrops batu empedu salah satu faktornya disebabkan karena
cholecystitis atau radang empedu.
4. Cholelithiasis
Secara umum gejala batu empedu dapat berupa:
 Nyeri mendadak dan terus-menerus pada perut kanan atas.
 Nyeri mendadak dan terus-menerus pada perut tengah, di bawah
tulang dada.
 Nyeri punggung di antara tulang bahu Anda.
 Nyeri di bahu kanan.
 Demam.
 BAB dempul, berwarna putih atau pucat.
 Mual dan muntah.
Gejala nyeri akibat penyakit satu ini dapat berlangsung selama beberapa
menit hingga berjam-jam. Biasanya kemunculan gejala jika Anda
mengonsumsi makanan tertentudengan kadar lemak yang tinggi.
Kemungkinan ada tanda-tanda dan gejala batu empedu yang tidak
disebutkan di atas. Bila Anda memiliki kekhawatiran akan sebuah gejala
tertentu, jangan ragu untuk melakukan konsultasi dengan dokter Anda.
5. Tumor
Sebagian besar kasus batu empedu tidak menunjukkan gejala yang
khas. Namun, gejala tampak saat ukuran batu empedu cukup besar,
sehingga menyumbat saluran kandung empedu ataupun saluran
pencernaan lainnya. Tanda-tanda dan gejala yang umum dari kanker
kantung empedu dapat meliputi:
 Nyeri perut, terutama di bagian atas kanan perut
 Perut kembung
 Gatal-gatal
 Demam
 Kehilangan napsu makan
 Mual
 Warna kulit dan bagian putih mata menguning (tanda penyakit
kuning)
6. Atresia Bilier
Gejala awal atresia bilier yaitu penyakit kuning dan mata kuning. Umumnya,
bayi lahir dengan sakit kuning ringan pada 1-2 minggu pertama dan hilang
dari 2-3 minggu. Meski begitu, pada anak dengan sumbatan bilier, sakit
kuning yang mereka alami dapat bertambah parah. Beberapa gejala lain
dari atresia bilier adalah:
 Warna urin gelap seperti teh
 BAB berwarna abu-abu atau putih seperti dempul
 Pertumbuhan lambat

10
E. PENGOBATAN ATAU PENCEGAHAN GANGGUAN SISTEM BILIARI
1. Radang
Pengobatan radang dan infeksi empedu disesuaikan dengan gejala
penyakit yang diderita serta kondisi kesehatan pasien. Seringkali kondisi ini
perlu mendapat perawatan di Rumah Sakit.
Jika ringan, pengobatan radang atau infeksi empedu dilakukan dengan
berpuasa, pemberian cairan infus dan antibiotik suntikan melalui pembuluh
darah, minum obat, dan banyak minum air agar peradangan mereda.
Untuk kondisi yang parah, pasien harus dibawa dan dirawat di rumah sakit.
Penanganannya meliputi operasi kolesistektomi untuk mengeluarkan
kantong empedu. Seringkali operasi ini bisa dilakukan dengan membuat
sayatan kecil di perut untuk memasukkan alat khusus (bedah laparoskopi)
atau bisa juga dengan operasi konvensional dengan sayatan yang lebih
besar. Namun, jika infeksi empedu disebabkan oleh batu empedu yang
menempel di saluran empedu, pengobatan mungkin melibatkan prosedur
endoskopi guna menghilangkan batu di saluran empedu terlebih dahulu.
Setelah endoskopi dilakukan, baru kemudian operasi pengeluaran kantong
empedu dilakukan. Biasanya operasi bisa menunggu beberapa hari hingga
beberapa minggu sampai radang pada empedu reda.
Setelah organ empedu diangkat, Anda tetap bisa makan seperti biasa.
Namun kadangkala Anda akan disarankan dokter untuk menjalani pola
makan rendah lemak. Selain itu, setelah operasi pengangkatan empedu,
juga bisa terjadi beberapa kondisi seperti sering kembung, nyeri perut,
hingga menjadi lebih sering buang air besar.
2. Cholesterolosis
Dalam kebanyakan kasus, Anda tidak akan tahu Anda menderita
kolesterolosis kecuali jika Anda menjalani tes ultrasonografi atau pencitraan
lain untuk batu empedu, atau setelah kolesistektomi, pengangkatan
kantong empedu Anda.
Karena biasanya tidak ada gejala yang terkait dengan kolesterolosis dan
polip yang paling sering jinak, tidak diperlukan pengobatan. Jika dokter
Anda menemukan bahwa Anda memiliki kondisi ini, Anda mungkin perlu
MRI atau pemindaian lain dilakukan setahun sekali, hanya untuk
mengawasi polip. Dalam beberapa kasus, dokter Anda mungkin ingin
melakukan biopsi polip Anda untuk mengonfirmasi bahwa mereka jinak.

11
Ada beberapa profesional medis yang percaya bahwa mengendalikan
beberapa aspek kesehatan umum Anda dapat membantu mencegah atau
mengelola kolesterolosis. Ini termasuk:
 menurunkan berat badan atau mempertahankan IMT Anda pada
level yang disarankan
 mengendalikan kolesterol tinggi
 mengurangi konsumsi alkohol
 tidak merokok
Namun, saat ini tidak ada penelitian yang cukup untuk membuktikan bahwa
tindakan ini akan memengaruhi kolesterolosis Anda. Namun secara umum,
hal-hal ini baik untuk kesehatan Anda secara keseluruhan.
3. Hidrops Kandung Empedu
Kolesistektomi adalah pengobatan definitif untuk pembesaran kandung
empedu. Laparoskopi kolesistektomi adalah gold standar yang dipakai saat
ini. Kolesistektomi terbuka dapat dilakukan pada pasien dengan kandung
empedu yang sangat besar, dengan dinding kandung empedu sangat
menebal. Pembedahan laparoskopi bisa sulit dan memakan waktu. Pada
pasien dengan tanda-tanda dan gejala sistemik, manajemen preoperatif
harus mencakup koreksi hidrasi, drainase nasogastrik (bila perlu), dan
sesuai terapi antibiotik spektrum luas.
4. Cholelithiasis
Batu empedu yang tidak menyebabkan gejala tidak membutuhkan
terapi, namun membutuhkan pengawasan yang ketat. Namun jika Anda
memiliki riwayat penyakit seperti diabetes, tekanan darah tinggi pada hati
(hipertensi portal), serta sirosis hati, maka dokter mungkin akan
menganjurkan Anda untuk melakukan pengobatan. Berbagai kondisi medis
tertentu dapat meningkatkan risiko terjadinya komplikasi jika batu empedu
yang Anda miliki tidak diobati dengan tepat.

Beberapa pengobata yang bisa dilakukan untuk mengurangi gejala batu


empedu di antaranya:
 Obat asam empedu
 Suntikan MTBE
 Terapi Extracorporeal Shock Wave Lithotrips (ESWL)
 Endoscopic retrograde cholangio-pancreatography (ERCP)
 Operasi
5. Tumor
Berikut adalah tahapan kanker kantong empedu:
 Stadium I. Pada tahap ini, kanker kantong empedu hanya terbatas
pada lapisan dalam kantong empedu.
 Stadium II. Pada tahap ini, kanker kantong empedu telah tumbuh
hingga ke lapisan luar kantong empedu dan dapat melebar melebihi
kantong empedu.

12
 Stadium III. Pada tahap ini, kanker kantong empedu telah tumbuh
(menyebar) hingga mencapai satu atau lebih organ terdekat, seperti
hati, usus halus, atau lambung. Kanker kantong empedu mungkin
saja telah menyebar ke kelenjar getah bening di dekatnya.
 Stadium IV. Tahap terakhir dari kanker kantong empedu meliputi
tumor besar yang melibatkan beberapa organ terdekat dan tumor
dengan berbagai ukuran yang telah menyebar ke area yang jauh di
tubuh.
6. Atresia Bilier
Pengobatan untuk penyakit atrsia bilier antara lain :
a. Prosedur Kasai
Prosedur Kasai biasanya merupakan terapi awal untuk atresia bilier. Saat
prosedur Kasai, dokter bedah akan mengangkat saluran empedu yang
tersumbat pada bayi dan mengambil usus untuk menggantinya. Lalu cairan
empedu akan mengalir langsung ke usus kecil. Pada kasus operasi yang
berhasil, pasien akan memiliki kesehatan yang baik dan tidak mengalami
masalah hati. Jika operasi Kasai gagal, anak akan membutuhkan
transplantasi hati dalam 1-2 tahun. Walaupun setelah terapi berhasil,
kebanyakan anak akan berisiko sirosis bilier obstruktif saat dewasa. Jadi,
anak perlu dikontrol secara teratur untuk memonitor aktivitas hati.
b. Transplantasi Hati
Perkembangan dan kemajuan pada operasi transplantasi meningkatkan
kesediaan dan pemakaian hati dalam transplantasi yang efisien pada anak.
Sebelumnya, transplantasi hati hanya dilakukan jika hati tersedia dari donor
yang cocok, dari anak kecil yang sudah meninggal. Sekarang dengan
operasi lebih maju, dokter bedah dapat melakukan transplantasi hati orang
dewasa untuk anak kecil. Hal ini dinamakan pengecilan atau transplantasi
split liver.

13
BAB III
PENUTUP
1. KESIMPULAN
Sistem biliari atau ekskretori dari hati adalah bagian dari sistem hepar
yang terdiri dari pembuluh-pembuluh empedu (bile ducts) dan kandung
empedu. Kandung empedu merupakan kantong berongga berbentuk pir yang
terletak tepat dibawah lobus kanan hati. Fungsi utama kandung empedu adalah
menyimpan dan memekatkan empedu. Gangguan pada sistem biliari antara
lain : radang, cholesterolosis, hidrops kandung empedu, cholelithiasis, tumor,
dan atresia bilier.
2. SARAN
Gangguan pada sistem biliari rata – rata tidak ada yang terjadi secara langsung
dan butuh waktu. Gejalanya juga sering disepelekan. Semoga makalah ini
dapat disempurnakan mengingat masih banyaknya kekurangan pada makalah
ini.

14
DAFTAR PUSTAKA
Staf Pengajar Bagian Patologi Anatomik Fakultas Kedokteran Universitas
Indonesia,1985. Patologi. Jakarta: FK UI
Price, Syvia Anderson, Lorraine McCarty Wilson, 1988. Patofisiologi Konsep
Klinik Proses-Proses Penyakit (Edisi 2). EGC Penerbit Buku
Kedokteran:Jakarta
Price, Syvia Anderson, Lorraine McCarty Wilson, 1988. Patofisiologi Konsep
Klinik Proses-Proses Penyakit (Edisi 6). EGC Penerbit Buku
Kedokteran:Jakarta

15

Anda mungkin juga menyukai