Kolimator merupakan salah satu bagian dari pesawat
sinar-X yang memiliki fungsi untuk pengaturan
besarnya ukuran lapangan radiasi. Kolimator memiliki beberapa komponen yaitu lampu kolimator, plat timbal pembentuk lapangan, meteran untuk mengukur jarak dari fokus ke detektor atau ke film, tombol untuk menghidupkan lampu kolimasi, dan filter Aluminium (Al) dan/atau tembaga (Cu) sebagai filter tambahan. Fungsi kolimator
Dengan kolimator diharapkan kita dapat
menggunakan sinar-X secara efisien, artinya kita dapat mengetahui dengan seksama berapa luas sebenarnya sinar-X yang akan dimanfaatkan untuk menghasilkan gambaran. Macam-macam kerusakan kolimator
1. Gerakan daun kolimator yang tidak simetris
2. Macetnya gerakan kolimator disatu sisi 3. Berubahnya sudut cermin kolimator 4. Tidak lenturnya kawat pengatur gerakan daun kolimator Beam Alignment Test
Salah satu sifat sinar-X adalah merambat kesegala
arah membentuk bola (spherical). Dari bentuk menyerupai bola tersebut maka pada dasarnya sebaran foton sinar-X tersebut memiliki banyak sekali sampai tak terhingga arah foton. Peranan Beam Alignment Dalam Pembuatan Radiograf
Pusat sinar memiliki peranan yang sangat penting
pada pembuatan radiograf terhadap organ anatomi yang kecil dan berupa suatu saluran (channel) karena dengan arah pusat sinar yang sejajar dengan arah poros saluran dari organ tersebut akan menampakkan saluran tersebut. Tujuan Pengujian Untuk memastikan bahwa kolimator dan beam alignment dalam kondisi yang baik. Alat dan Bahan 1. Collimator alignment test tool 2. Beam alignment test tool 3. Film sinar-X dan kaset ukuran 24x30 cm 4. Waterpass 5. Pesawat sinar-X Prosedur 1. Meletakkan colimator dan beam alignment test tool diatas kaset. 2. Mengatur plat pengukur kolimator di titik tengah kaset, titik hitam di dekat penguji. 3. Mengatur silinder pengukur CR dengan bola baja pada silinder sisi bawah tepat di garis silang plat. 4. Mengatur FFD setinggi 100 cm 5. Mengatur luas lapangan kolimator sesuai garis pada plat. 6. Lakukan eksposi 7. Memproses film menggunakan CR 8. Mencatat perubahan skala radiasi dan x2 dan y2 serta skala lapangan kolimator x1 dan y1 dalam lembar kerja 9. Membandingkan hasil pengukuran dengan NCRP (≤2% dari FFD) Hasil dan Diskusi Data awal : x1 : 10 cm 8 cm x2 : 9 cm 9,3 cm y1 : 7cm 6 cm y2 : 8 cm 8,5 cm FFD : 100 cm 50 kVp 5 mAs Deviasi Lapangan sinar x1 = │10-8│= 2cm x2 = │9-9,3│= 0,3 cm y1 = │7-6│= 1 cm y2 = │8-8,5│= 0,5 cm Total deviasi sb x : x1+x2 = 2,3 cm ( melebihi batas) sb y : y1+y2 = 1,5 cm (dalam batas toleransi) Toleransi standard : NCRP = 2% FFD = ≤ 2 cm Beam : Hasil uji didapat titik berada di dalam lingkaran pertama dengan besaran sudut 1,5°, sehingga masih dalam batas toleransi. Centering : Dibuat garis cc dan cx lalu ditarik garis lurus dari kedua persilangan sehingga didapat nilai jarak 1,14 cm. Batas toleransi ≤ 2% FFD sama dengan 2 cm. Kesimpulan Kolimator mengalami penyimpangan pada luar berkas untuk x FFD dan y FFD masih dalam batas toleransi max yang di terapkan BAPETEN No. 9 th 2011, yaitu untuk tidak lebih ≤ 2% FFD. Beam dan centering mengalami penyimpangan namun masih dalam batas standard toleransi yang di tetapkan, sebesar ≤ 3% FFD untuk beam dan ≤ 2% FFD untuk centering. TERIMA KASIH