Anda di halaman 1dari 15

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tinjauan Teori

2.1.1 Pembatasan Lapangan Sinar-X

Pembatasan lapangan sinar-X berfungsi untuk mengatur luas

lapangan sinar-X, meminimalkan paparan radiasi yang diterima

oleh pasien dan untuk mengurangi radiasi hambur (Arif Jauhari,

2008). Beberapa jenis alat pembatas lapangan sinar-X yaitu: Celah

Diafragma, Konus Silinder, dan Kolimator ( Feuber, 2013).

2.1.1.1 Celah Diafragma

Sebuah celah atau lubang yang terdapat pada diafragma

adalah pembatas penyinaran yang paling sederhana. Celah

diafragma terbuat dari selembar timah yang memiliki lubang

pada pertengahannya. Ukuran serta bentuk lubang tersebut

menentukan ukuran dan bentuk berkas sinar-X. Keuntungan

celah diafragma yaitu timah yang digunakan lunak sehingga

celah diafragma dapat diubah-ubah menjadi bentuk dan

ukuran yang dikehendaki. Sedangkan kerugian dari

penggunaan alat pembatas ini besarnya daerah penumbra

yang dihasilkan pada bagian tepi berkas sinar-X ( Curry dkk,

2011).

9
10

2.1.1.2 Konus Silinder

Konus silinder dapat dianggap sebagai modifikasi dari

celah diafragma. Kedua alat ini terbuat dari logam yang dapat

membatasi ke dalam ukuran yang dibutuhkan. Lapangan

yang dihasilkan konus silinder selalu berbentuk lingkran.

Kedua jenis pembatas yang sering digunakan sebenarnya

yaitu silinder. Kesulitan yang ditemukan dalam pemakaian

konus ini adalah apabila tabung sinar-X, konus dan film tidak

dalam satu garis lurus dapat mengakibatkan salah satu sisi

radiograf kadang tidak mendapat eksposi karena obyeknya

terhalang oleh konus ( Bushong, 2017 )

2.1.1.3 Kolimator

Kolimator merupakan salah satu dari pesawat sinar-X

yang memiliki fungsi untuk mengatur lapangan radiasi,

Kolimator memiliki beberapa komponen yaitu lampu

kolimasi, plat timbal pembentuk lapangan, meteran untuk

mengukur jarak dari fokus ke detektor atau ke film, tombol

untuk menghidupkan kolimasi, dan filter Aluminium(Al) atau

tembaga (Cu) sebagai filter tambahan (Feuber, 2013).

2.1.2 Fungsi Alat Pembatas Lapangan Sinar-X

Kolimator dan alat pembatas berkas sinar-X yang lain

memeiliki fungsi dasar yaitu ( Curry dkk, 2011 ) :


11

2.1.2.1 Mengatur Luas Lapangan Sinar-X

Luas lapangan sinar-X pada kolimator dapat ditentukan

dengan mengatur bukaan shutter yang ada pada kolimator

tersebut. Shutter kolimasi dapat digerakan dari luar melalui

tombol yang ada pada tabung sinar-X. Lapangan sinar-X

yang dihasilkan dapat berbentuk bujur sangkar atau persegi

panjang.

2.1.2.2 Proteksi Radiasi Bagi Pasien

Mekanisme yang dilakukan untuk proteksi bagi pasien

sudah jelas bahwa semakin kecil lapangan sinar-X, maka

semakin sedikit pula dosis radiasi yang diterima oleh pasien.

Jika sebuah lapangan penyinaran berukuran 20 x 20 cm

dikolimasi menjadi 10 x 10 cm, maka luas tubuh pasien yang

terkena radiasi akan menurun dari 400 cm menjadi 100cm.

Untuk itu, lapangan penyinaran bukan menyesuaikan bentuk

film atau kolimator yang digunakan melainkan membatasi

luas lapangan penyinaran sesuai dengan bentuk obyek yang

akan diperiksa, sehingga dapat menurunkan dosis radiasi

yang akan diterima oleh pasien.

2.1.2.3 Mengurngi Radiasi Hambur

Jumlah radiasi hambur yang mencapai film sinar-X

tergantung dari ukuran lapangan penyinaran. Jika semakin

luas lapangan penyinaran, maka radiasi hambur semakin


12

semakin banyak pula begitu juga sebaliknya jika semakin

kecil lapangan penyinaran, maka radiasi hambur pun semakin

kecil.

2.1.3 Pesawat Sinar-X

Pesawat sinar-X merupakan sebuah alat yang bisa

menghasilkan sinar-X (Rahman, 2009), sedangkan menurut Rasad

(2011) pesawat sinar-X adalah pesawat yang menghasilkan

gelombang elektromagnetik frekwensi tinggi (sinar-X) untuk

digunakan dalam diagnostik atau terapi. Pesawat sinar-X ini dapat

mendeteksi adanya keretakan tulang maupun tumor pada jaringan

tubuh. Komponen-komponen penyusun pesawat sinar-X antara lain

: tabung sinar-X, kolimator, kontrol panel dan generator tegangan

tinggi.

Gambar 2.1 Pesawat sinar-X RSUD Sanjiwani Gianyar

2.1.3.1 Tabung sinar-X

Tabung sinar-X adalah bagian paling penting dari

mesin sinar-X. Tabung sinar-X merupakan sebuah tabung

yang terbuat dari bahan gelas yang hampa udara. Di dalam


13

tabung inilah terbentuknya sinar-X (Fauber, 2013). Bagian

tabung sinar-X adalah katoda, anoda, oil pendingin dan

window. Proses terjadinya sinar-X di dalam tabung ini karena

adanya beda potensial yang tinggi di dalam tabung sinar-X

sehingga elektron yang dihasilkan oleh filamen di katoda

bergerak dengan kecepatan yang tinggi dan menumbuk anoda

yang sebagai target. Dari proses tersebut terjadi suatu

keadaan dimana energi elektron sebagian besar diubah

menjadi panas sebesar 99% dan hanya sebagian kecil yang

diubah menjadi sinar-X sebesar 1% ( Rahman, 2009).

I
D
E H
D
E F G
F
Gambar 2.2 Tabung sinar-X
Keterangan :
A : Cable sockets F : Output port
B : X-Ray tube insert G :Anoda
C : Expansion bellows H : Stator windings
D : Trasformer oil I : Anode rotor
E : Katoda
14

2.1.3.2 Kolimator

Kolimator merupakan salah satu bagian dari tabung

sinar-X yang memiliki fungsi untuk pengaturan lapangan

radiasi. Jika ukuran lapangan kolimasi berubah, maka akan

mempengaruhi jumlah jaringan yang diradiasi. Apabila

lapangan kolimasi mengecil maka ukuran bidang menurun,

dengan demikian baik radiasi primer maupun radiasi hambur

akan menurun, dosis yang diterima pasien juga menurun

( Zetterberg dan Aspeland, 2011)

D
E

Gambar 2.3 kolimator pesawat sinar-X RSUD Sanjiwani


Gianyar
Keterangan :
A : Tabung sinar-X
B : Monitor FFD
C : Pengaturan luas lapangan kolimasi
D : Tobol ON cahaya kolimasi
E : Kolimator
15

2.1.4 Program Quality Control

Untuk meningkatkan kualitas penelitian di masa

mendatang, maka ada beberapa hal yang perlu diperhatikan, yaitu

segera dilakukan perbaikan kolimator oleh ahli QC agar alat dapat

berfungsi lebih baik dan memenuhi standar yang ditentukan dan

sebaiknya program QC dilakukan secara berkala.

Program kendali mutu merupakan bagian dari program

jamnan mutu yang berhubungan dengan teknik-teknik pengawasan

yang digunkan pada saat memnitor alat, perawatan dan

pemeliharaan elemen-elemen teknis suatu system peralatan

radiografi dan imagin yang berpengaruh terhadap kualitas atau

mutu gambar (Papp, 2014).

Program kendali mutu digunakan untuk menghasilkan

radiograf yang berkualitas tinggi dengan biaya dan radiasi yang

minimum. Program ini meliputi pengukuran secara rutin terhadap

parameter-parameter fisik dari instrument dan peralatan pesawat

sinar-X (Papp, 2014).

2.1.5 Dasar Hukum Tentang Quaity Control

Sesuai dengan PERKA BAPETEN No.9 Tahun 2011

tentang Uji Kesesuaian pesawat Sinar-X Radiologi Diagnostik dan

Intervensional. Pasal 5, kolimasi merupakan salah satu parameter

yang harus diuji dan merupakan salah satu parameter utama uji

kesesuaian. Maksud dari parameter utama ini adalah parameter


16

yang secara langsung mempengaruhi dosis radiasi pasien dan

menentukan kelayakan operasi pesawat sinar-X. Salah satu uji

kolimasi dalam PERKA tersebut adalah kesesuaian luas lapang

kolimator dengan luas lapang berkas sinar-X menjelaskan bahwa :

2.1.5.1 Tujuan :

1. Mengevaluasi kesesuaian lapangan kolimasi cahaya

dengan berkas sinar-X.

2. Mengevaluasi kesesuaian lapangan berkas sinar-X

dengan reseptor citra.

3. Mengevaluasi kesesuaian tepi lapangan berkas sinar-X

dengan reseptor citra.

2.1.5.2 Alat dan Bahan

1. Pesawat sinar-X

2. Kaset 24 X 30 cm

3. Collimator Test Tool

4. Waterpass

5. Mistar

6. Alat tulis

7. Kamera dokumentasi

2.1.5.3 Prosedur yang dilakukan yaitu :

1. Letakkan kaset berukuran 24x 30cm pada permukaan

yang datar
17

2. Posisikan tabung sinar-X tegak lurus dengan kaset dan

atur jarak antara FFD setinggi 100 cm

3. Atur horizontal meja pemeriksaan dan tabung sinar-X

dengan menggunakan waterpass

4. Pastikan bahwa sumbu anoda dan katoda adalah pararel

dengan kaset

5. Tempatkan collimator test tool di atas kaset pada

posisi tengah (center). Beri penanda pada collimator

test tool untuk posisi Katoda

6. Hidupkan lampu kolimator, atur luas lapangan cahaya

kolimator sesuai dengan batas pengukuran

7. Lakukan exposi dengan penggunakan 50 kV dan 4-8

mAs

8. Selanjutnya IP diproses menjadi radiograf

9. Dilakukan pengukuran penyimpangan lapangan

pengukuran dan disesuaikan dengan parameter.

10. Dokumentasikan hasil pengujian dan pengukuran.

B
A
C
D

Gambar 2.4 Metode RMI Collimator Test Tool


18

Keterangan :
A : FFD
B : Kolimator
C : RMI Beam Aligament Test Tool
D : RMI Collimator Test Tool

2.1.5.4 Frekuensi Uji :

1. Sebulan sekali atau setelah perbaikan atau perawatan

rumah tabung dan kolimator. Frekuensi pengujian

dapat diperbanyak tergantung dengan besarnya

beban penggunaan pesawat

2.1.5.5 Penilaian dan Evaluasi :

1. Gambaran yang tampak pada radiograf akan

menentukan jika berkas sinar-X didalam ± pada

semua sisi berkas cahaya. Tingkat akurasi

seharusnya diperoleh pada posisi apapun dari

kolimator. Secara umum hanya digunakan untuk

orientasi yang diperlukan untuk mengevaluasi.

2. Amati apakah bulatan timbal atas dan bawah

alignment test tool terjadi superposisi. Rendahnya

kesesuaian antara pusat sinar-X dan berkas


19

cahaya dapat menyebabkan problem imejing oleh

effek heel dari anoda yang berlebihan dan

menyebabkan grid cutt-off. Untuk ketinggian test

tool 20 cm, objek di atas harus berada 5 mm pada

objek di bawah.

2.1.6 Jenis Pengujian Kesesuain Luas Lapangan Sinar-X dengan

Berkas Cahaya Kolimator

2.1.6.1 RMI Collimator Test Tool

Dalam buku In Manual Quality Assurance In

Radiologi RMI Collimator Test Tool merupakan alat

pengujian standar yang merupakan gabungan dari dua alat

yaitu :

1. RMI Collimator Test Tool

RMI Collimator Test Tool merupakan sebuah lempengan

rata yang terbuat dari kuningan dengan garis luar

persegipanjang dan ditandai dengan geseran

permukaan. Dianjurkan sebelum menggunakan alat ini

permukaan pada meja harus benar-benar datar,

sehingga dibutuhkan waterpass untuk mengetahuinya.

Disamping itu kaset danmeja harus tegak lurus dengan

tabung sinar-X.
20

2. RMI Beam Aligament Test Tool

RMI Beam Aligament Test Tool merupakan

plastik silinder dengan tinggi 12,25 cm dilengkapi

sebuah bola baja dengan diameter 1,6 mmpada masing-

masing ujungnya. Bola baja pada permukaan lurus

diatas yang lain terdapat pada dasar sewaktu alat

diletakan diatas permukaan yang sejajar.

Gambar 2.5 Metode RMI Collimator Test Tool


Keterangan :
A : RMI Beam Aligament Test Tool
B : RMI Collimator Test Tool
C : Kaset

2.1.6.2 Pengujian menggunkan empat kawat berbentuk”L”

Pengujian yang sering digunakan dilapangan

adalah dengan menggunakan kawat. Peralatan yang

diperlukan untuk pengecekan hanya berupa empat buah

kawat yang berbentuk “L”, lapangan persegi empat

yang gelap menunjukkan posisi berkas sinar-X, dan

persegi empat yang gelap menunjukkan berkas cahaya

tampak (curry,dkk, 2011).


21

Gambar 2.6 Metode Pengujian Dengan Empat


Kawat “L”
Keterangan :
A : Kawat berbentuk “ L”
B : Luas lapangan penyinaran
C : Kaset

2.1.6.3 Pengujian menggunakan delapan buah koin berukuran sama

Pengujian kesesuaian dengan menggunakan

koin merupakan salah satu metode pengujian

konvensional. Koin-koin yang digunakan dalam

pengujian ini harus memiliki bentuk dan ketebalan

yang sama.

Gambar 2.7 Metode Pengujian Menggunakan


Delapan Buah Koin Berukuran Sama
Keterangan :
A : Luas lapangan penyinaran
B : Koin berukuran sama
C : Kaset
22

2.2 Kerangka Teori

Quality Control
Pesawat Sinar-X

Uji Kesesuaian Luas


Lapangan Kolimator

RMI Collimator Pengujian Pengujian


menggunakan menggunakan empat
Test Tool
delapan buah koin kawat berbentuk L

berukuran sama

Radiograf

Analisis

Kesimpulan

a Data Bagan 2.1 Kerangka Teori

2.3 Hipotesis

H0 : Nilai ketidaksesuaian luas lapangan penyinaran dengan berkas cahaya

kolimator pada pesawat sinar-X Merk Siemens Optitop di Instalasi

Radiologi RSUD Sanjiwani Gianyar di bawah nilai batas 2% FFD

yang digunakan.

Ha : Nilai ketidaksesuaian luas lapangan penyinaran dengan berkas cahaya

kolimator pada pesawat sinar-X Merk Siemens Optitop di Instalasi


23

Radiologi RSUD Sanjiwani Gianyar melebihi nilai batas 2% FFD

yang digunakan.

Anda mungkin juga menyukai