KOAS
RADIOLOGI
Dasar Radiograf
A. Proses Pembuatan Radiograf
1. Proses Pembentukan Gambaran Radiografi dan prosesing
Tabung Sinar X
Jenis pemeriksaan
dengan sinar X a)
Pemeriksaaan sinar tembus
Pemeriksaaan sinar tembus adalah pemeriksaan radiologik
dimana ahli radiologi secara langsung dapat melihat dan
mempelajari alat-alat tubuh yang bergerak. Sinar X melalui tubuh
penderita dan mengenai kristal-kristal pendar, flour (fluorescent),
pada layar (screen) sehingga bagian-bagian tersebut dapat
terlihat. Karena sinar X yang diterima oleh pemeriksa dan
penderita cukup tinggi, maka pemeriksaan sinar tembus untuk
paru-paru tidak diperbolehkan lagi, sebagai gantinya digunakan
image intensifier dengan kamera tv tanpa menggelapkan ruangan
pemeriksa.
b) Pemeriksaan foto roentgen (radiografi)
Radiografi adalah pembuatan film rekaman (radiograf)
jaringan-jaringan tubuh bagian dalam dengan melewatkan sinar-X
atau sinar gamma ke tubuh agar mencetak gambar pada film
khusus yang sensitif.
Untuk pembuatan foto rontgen (radiografi) diperlukan :
Film Roentgen (film X-Ray)
Film rontgen terbagi menjadi tiga, screen film yang
pengunaannya selalu dalam intensifying screen, nonscreen
film yang penggunaannya tanpa intensifying screen dan dari
sensivitas, ada yang blue sensitive dan green sensitive.
Intensifying screen
Intensifying screen adalah alat yang terbuat dari kardus
khusus yang mengandung lapisan tipis emulsi fosfor dengan
bahan pengikat yang sesuai. Yang banyak digunakan adalah
kalsium tungstat.
Kaset
Kaset adalah suatu tabung (container) tahan cahaya yang
berisi 2 buah intensifying screen yang memungkinkan untuk
dimasukkan film rontgen di antara keduanya dengan mudah.
Kaset dapat diperinci sebagai berikut :
Bakelit : bakelit ini tahan cahaya tetapi secara relative
radiolusen dan terbuat dari aluminium
Intensifying screen atas dengan lapisan fosfor yang lebih tipis.
Tempat meletakkan film rontgen
Intensifying screen bawah
Lapisan timah yang akan menyerap sinar X yang menembus
lapisan screen paling luar
Per dari baja yang membuat film dan screen berhubungan
dengan rapat
Kaset harus dijaga agar tidak lekas rusak, caranya
Hindari kaset jatuh atau mengalami pukulan
Hindari kaset dari bahan kimia, terutama jangan sampai
mengenai screen
Harus tetap kering
Jangan ditumpuk-tumpuk
Tidak boleh dibiarkan terbuka
Periksa secara rutin kalau ada bagian yang rusak
Jaga agar screen dan film berhubungan rapat2
Grid (kisi-kisi)
Grid adalah alat untuk mengurangi atau mengeliminasi radiasi
hambur agar tidak sampai ke film rontgen. Gris terdiri atas
lajur-lajur tipis timbale yang disusun tegak di antara bahan-
bahan yang tembus radiasi.
Cara kerja
Sebagai sinar X akan tersebar ke segala arah pada waktu
mengenai suatu benda. Sinar tersebar ini dinamakan sinar
hambu. Walaupun sinar hambur mempunyai panjang
gelombang yang lebih tetapi efek fotografiknya tetap
ada sehingga dapat menimbulkan gangguan pada film
2
rontgen. Sinar hambur ini ditiadakan dengan grid / kisi-kisi.
Alat-alat fiksasi
Guna alat-alat fiksasi ini adalah agar objek yang difoto tidak
bergerak
Alat-alat pelindung (proteksi)
Diafragma cahaya
Konus
Pelindung gonad
Pelindung ovarium
Apron timbal
Sarung tangan timbal
Pencegah-pelindung
Kaca timbal
Karet timbal
b) Gambaran tampak
Gambaran tampak terjadi setelah film sinar X dibangkitkan
pada larutan pembangkit.
Gambaran laten setelah masuk pembangkit (cairan developer)
akan menghasilkan gambaran radioopak.
Gambaran laten bila diproses pada cairan pembangkit akan
menimbulkan gambaran radiolusen.
tubuh ditangkap oleh film
2. USG (Ultrasonografi)
Menggunakan gelombang suara berfrekuensi tinggi untuk
memperlihatkan berbagai struktur seperti abdomen, pelvis,
leher, dan jaringan lunak perifer
Prinsip dasar USG
Gelombang suara dipancarkan ke tubuh memantul dan kembali
ditangkap oleh monitor
4. Kedokteran Nuklir
Memberikan gambaran rinci baik fungsional maupun anatomis
dengan menggunakan deteksi radiasi gamma dari radioisotop yang
disuntikkan
5. MRI (Magnetic Resonance Imaging)
Memanfaatkan sifat-sifat magnetik atom hidrogen dalam tubuh
untuk mendapatkan citra
Prinsip dasar MRI
Atom hidrogen dalam manusia dibuat searah agar menjadi 1
kutub oleh
magnet yang berkekuatan tinggi diganggu oleh gelombang radio /
frekuensi atom bergerak, lalu gelombang dihilangkan atom kembali
ke normal dan ditangkap menjadi gambar oleh monitor
C. Posisioning
1. PA (Postero-Anterior)
2. AP (Antero-Posterior)
3. Lateral : melihat lesi kecil di mediastinum dan massa di
anterior paru
4. Oblique RAO (Right Anterior Oblique), LAO (Left Anterior
Oblique), RPO (Right Posterior Oblique), LPO (Left Posterior
Oblique)
Untuk Melengkapi foto PA
Fungsi :
Melihat daerah yang tertutup jantung
Membedakan lesi di paru atau dinding thoraks
5. Hiper lordotik / top lordotik
Posisi pasien berdiri & condong ke belakang
Fungsi : pemeriksaan puncak paru
6. Tangensial
7. LLD (Left Lateral Decubitus)
Fungsi : membuktikan adanya cairan di rongga pleura atau di
dalam bula
Posisi pasien berbaring dengan sisi badan menjadi tumpuan
a) Soft tissue
b) Tulang-tulang : klavikula, skapula, costae, sternum,
vertebrae
c) Diafragma : bentuk, posisi
d) Sinus costophenicus : normal tajam
e) Mediastinum superior : trakea, bronkus
f) Jantung : CTR, bentuk,
posisi CTR = Cardio-Thorax
Ratio
CTR = (A + B / C) X 100 %
Normal CTR : 45 50 %
g) Aorta : bentuk, posisi (normal atas jantung)
h) Hilus paru: normal bentuk V, 1/3 medial
i) Fissura interlobaris
j) Paru : ruang ICS kanan-kiri simetris, penarikan organ -,
radiolusen -, infiltrat -, corakan bronkovaskuler, fibrotik -,
kalsifikasi
G. Foto Thorax Normal
H.Cardiovaskular Imaging
1. Anatomi Jantung Normal
2. Penilaian Foto Jantung
a. Situs
Kedudukan organ di dada dan di bawah diafragma periksa letak
jantung dan lambung
Dekstrocar : fundus lambung di kanan, apex
dia jantung di kanan
Dekstrover : fundus lambung di kiri, apex jantung
si di kiri
: fundus lambung di kanan, apex
Levoversi jantung di kiri
c. Penilaian Cardiomegali
Menilai cardiomegali (CTI)
+
CTI =
Keterangan :
A : jarak terpanjang antara
batas jantung kanan
dengan garis tengah
B : jarak terpanjang antara
batas jantung kiri dengan
garis tengah
C : panjang diafragma
d. Apeks
Apeks
o
tertanam : sudut cardiophrenicus > 90 C LVH
o
: sudut cardiophrenicus < 90 C
Apeks
terangkat RVH
d. TB Miliar
Terdapat bercak-bercak granuler pada seluruh lapang kedua
paru
e. TB Anak
Proses spesifik adanya KGB / kompleks primer maka
seolah hilus paru melebar
2. Tumor paru
Gambaran
klinis Gejala
lokal :
a. Batuk baru atau batuk lebih hebat pada batuk kronis
b. Hemoptisis
c. Mengi
d. Adanya kavitas
e. Atelektasis
Invasi lokal :
a. Nyeri dada
b. Dispneu karena efusi pleura
c. Tamponade / aritmia akibat invasi ke pericard
d. Sindrom vena cava superior
e. Suara serak
f. Sindrom hormer
Gejala akibat
metastasis
Gambaran radiologis
a. Tumor paru primer
Kesuraman homogen, kadang disertai dengan erosi costae
*Note : kesuraman homogen lain pneumonia,
atelektasis, efusi pleura
b. Tumor paru sekunder
Bentuk khas, yaitu coin Coin lession, bisa multipel
Differensial diagnosis (DD) : Pneumonia, Atelektasis
Usul : Foto Thorax lateral dan CT-Scan Thorax
Contoh kasus : Tumor Paru Sinistra
Gambaran radiologis :
a. Tampak infiltrat / bercak kesuraman pada lapang
bawah / tengah paru dextra/sinistra
b. Silhuente sign
c. Air bronchogram area konsolidasi menjadi putih
d. Cor : bentuk dan ukuran dalam batas normal
e. Kedua sinus dan diafragma baik
f. Tulang-tulang tervisualisasi intak
Differensial diagnosis (DD) : TB paru / Pneumonia
2. Pneumonia
Gambaran klinis :
a. Demam, menggigil
b. Batuk dengan dahak mukoid /purulen
c. Sesak nafas
d. Kadang disertai nyeri dada
Pemeriksaan fisik :
a. Bagian yang sakit tertinggal saat bernafas
b. Vokal fremitus mengeras
c. Perkusi redup
d. Auskultasi terdengar ronkhi basah halus, dan menjadi
ronkhi basah kasar saat resolusi
Gambaran radiologis :
Sesak nafas
1.
Pneumothorax
: penimbunan udara / gas di
Definisi cavum pleura
Klasifik
asi
a. Simple pneumothorax : tidak berhubungan dengan udara di
luar /
mediastinum, tidak menggeser midline
b. Tension pneumothorax : akumulasi udara dengan tekanan
progresif
dalam cavum pleura (one way valve), udara tidak bisa
keluar dari paru pergeseran mediastinum dengan
kompresi dari paru kontralateral dan pembuluh darah
Gambaran klinis
a. Nyeri dan sesak nafas tiba-tiba
b. Pemeriksaan fisik : dada asimetri, fremitus menurun /
hilang, perkusi hipersonor
c. Tension pneumothorax
Takikardi
Distensi vena jugularis
Tidak adanya bunyi nafas pada paru yang terkena
Pergeseran trakea ke paru yang sehat
d. Open pneumothorax
Tampak luka terbuka pada dinding
Disertai gejala klinis pneumothorax (nyeri dada,
sesak nafas) *Terapi : plester 3 sisi
Gambaran radiologis
a. Tampak hiperlusen avaskuler pada lapang paru D/S
b. Adanya gambaran paru D/S kolaps dengan bayangan pleura
visceralis yang
jelas terlihat sesuai gambaran pleural white line, dengan
shift mediastinum ke arah sisi yang berlawanan
c. Adanya fraktur pada costae tidak selalu ada
3. Efusi pleura
Definisi : suatu keadaan dimana cairan terkumpul pada ruang
antara lapisan parietal dan visceral pleura cairan serosa /
lainnya
Gambaran klinis :
a. Sesak nafas
b. Pemeriksaan fisik : perkusi pekak, vokal fremitus
melemah / hilang *Abses hepar karena amoeba
efusi pleura dextra
Gambaran radiologis :
Terapi : perikardiosintesis
FOTO GASTROINTESTINAL
A. Foto Polos / BOF / KUD / BNO
Klasifkasi :
1. Segera / darurat
Dilakukan pada kasus trauma, ileus, pankreatitis, appendicitis,
dll
2. Direncanakan
Dilakukan pada kasus batu ginjal, batu buli-buli, dll
Usia :
1. Anak
Klinis : Bila bayi muntah terus waktu disusui dan dugaan ada
atresia pada saluran cerna , dilakukan foto BOF diusahakan jangan
berulang
Atresia yang sering di jumpai :
a. Atresia oesofagus : Dimasukkan kateter kecil dan kontras
menetes 1 tetes Klinis : ada 4 Type :
1) Muntah , udara usus (+)
2) Muntah , Udara usus (-)
3) Kalau makan/ minum , tersedak, udara usus (-)
4) Kalau makan /minum , tersedak , udara usus (+)
5) Kalau makan / minum , tersedak minimal , udara usus
(+)
Persiapan BOF :
a. Makan bubur kecap mulai dua malam sebelum di foto,
b. dilanjutkan : pagi , siang , sore , satu malam sebelum di foto ,
c. dilanjutkan pagi hari saat di foto BOF .
d. Minum laxantia siang sehari sebelum di foto BOF
Pagi jam 04.00 , minum laxantia lagi
Bila perlu dilakukan lavement, sekitar jam 07.00 pagi baru di
foto BOF
Tenggang waktu antara lavement dengan saat foto BOF ,
jangan terlalu lama menjaga usus jangan sampai terisi
udara , sehingga menganggu interpretasi
Pasien dilarang banyak bicara ataupun merokok , untuk hal
yang sama
Tujuan semua ini agar isi perut mendekati homogen dan
memudahkan interpretasi foto
Termasuk kotoran di foto BOF: Fecal material dan udara
didalam usus
b) Kolitis
Suatu peradangan akut
/ kronis pada kolon
yang dapat disebabkan
oleh infeksi / non
infeksi
Keterangan : Kaliber
lumen kolon descendens
dalam batas normal
dengan haustra yang
mulai menghilang
c) Carcinoma recti
Tampak filling defect pada
1/3 tengah rectum yang
memberikan gambaran
apple care
IVP (Intra Venous
Pyelograf)
A. Pengertian
Pemeriksaan radiologi untuk melihat fungsi dan bentuk calix kedua
ginjal, ureter, VU, dan urethra menggunakan kontras yang disuntikkan
secara intravena (iv).
D.Penyuntikan kontras
Kontras disuntikkan secara intravena.
Ekskresi kontras lewat ginjal (utk dewasa: 5-7 menit pd org
normal= 7 menit sudah keluar)
Jenis kontras :
o Kontras ionic
Efek samping : alergi
Contoh : urrografin, telebrix dll.
o Kontras non ionic
Lebih mahal tapi tidak menimbulkan alergi
Contoh : Iopamiro
Pemilihan kontras :
o Kontras yang dipakai mengandung yodium sehingga bersifat
nefrotoksik sehingga jangan diulangi pemeriksaan IVP sebelum
1 minggu
o Dipilih kontras non ionic
Dosis normal kontras : 1 mg per kg/BB
F. Penilaian IVP
5 pertama: fungsi sekresi dan ekresi ginjal.
o Fungsi sekresi dikatan baik apabila tampak kontur ginjal dengan
jelas karena nefro-nefron ginjal terisi kontras dengan baik.
o Fungsi ekresi ginjal dikatan baik apbila kontras telah mengisi sintem
pelvicalices. o Namun dalam ekpertise belum boleh dikatakan baik
karena pada dasarnya fungsi
sekresi dan ekresi ginjal haruslah sampai ke uretra.
o Kemudian nilai apakah ada pelebaran dari calices dan bandingkan
antara kanan dan kiri.
o Pelebaran PCS ginjal ada 2 , yaitu :
non
Pielo
caliectasis patologis
Hydronefrosis patologis.
Ada 4 tingkat hydronefrosis
yaitu :
a) Hydronefrosis grade 1 : Dilatasi pelvis renalis tanpa
dilatasi kaliks. Kaliks berbentuk blunting, alias tumpul.
b) Hydronefrosis grade 2 : Dilatasi pelvis renalis dan kaliks
mayor. Kaliks berbentuk flattening, alias mendatar.
c) Hyhdronefrosis grade 3 : Dilatasi pelvis renalis, kaliks
mayor dan kaliks minor. Tanpa adanya penipisan korteks.
Kaliks berbentuk clubbing, alias menonjol.
d) Hydronefrosis grade 4 : Dilatasi pelvis renalis, kaliks mayor
dan kaliks minor. Serta adanya penipisan korteks Calices
berbentuk ballooning alias menggembung.
*Note : Penentuan grade berdasar lebar PCS dan cortex
ginjal, makin tinggi gradasinya, cortex ginjal makin tipis.
Fungsi ginjal juga makin menurun.
15: menilai drainase ureter.
o Apakah kedua ureter telah terisi kontras dan sebagian vesika
urinaria juga terisi kontras.
o Dinilai juga bentuk kalices apakah ada pelebaran. Normalnya
berbentuk cuping. Derajat pembesaran calices ada 4 grade :
Grade 1 : mendatar (flatering)
Grade 2 : tumpul (blunting)
Grade 3 : bulging
Grade 4 : balloning
30 : menilai vesika urinaria
Seluruh vesika urinaria telah terisi kontras dan dinilai apakah ada :
o Filling defek : untuk menilai apakah ada bagian VU yang tidak
terisi oleh kontras, untuk menilai apakah ada masa di buli-buli.
o Additional shadow : kelaianan organ yang menyebabkan
permukaan organ bertambah dan kontras mengisi permukaan
tersebut. Seperti diverticulosis.
o Indentasi : kontras terisi keseluruh buli-buli namun terlihat
bayangan suram yang merupakan penekanan masa diluar
organ.
Post voiding (PV) : menilai residu urine. Normalnya residu urine
minimal.
Contoh Penilaian IVP
(1) :
Foto Post
Voiding
USG
USG Urologi
Tujuan USG urologi : melihat ginjal , vesica urinaria , memakai USG.
Ginjal dengan bagian bagianya : Cortex ginjal , medulla ginjal dan
sinusoid..
Pielo caliceal system ginjal dilihat apakah melebar / tidak
melebar.
Kasus-kasus yang didapat
:
20 Januari 2015
1. Sindroma Nefrotik
pada Anak : ginjal normal berisi cairan
SN pada anak merupakan penyakit ginjal
Pendahuluan yang
memiliki insidensi tinggi yaitu 6 per
100.000 per
tahun pada anak berusia kurang dari 14
tahun di
Indonesia.
Laki-laki :
perempuan =2:1
Etiologi Kongenital
Idiopatik / primer
Sekunder mengikuti penyakit sistemik yang
diderita (seperti SLE, purpura Henoch
Schonlein,
dll)
Reaksi antigen-antibodi yang
Patofisiologi menyebabkan
permeabilitas membran basalis glomerulus
meningkat diikuti dengan kebocoran
protein
(albumin)
Gejala klinis Edema palpebra / pretibia
: ascites, efusi pleura, dan
Berat edema
genital
Kadang disertai oligouria dan gejala
infeksi, nafus
makan menurun, diare
Sakit perut hati-hati peritonitis/ hipovolemia
SN adalah keadaan klinis yang ditandai
Diagnosis dengan
gejala :
a. Proteinuria masif ( > 40 mg/m2 LPB/jam
atau 50
mg/kg/hari atau rasio protein / kreatinin
pada
urin sewaktu > 2 mg/mg atau dipstik
>2+
b. Hipoalbuminemia < 2,5 g/dl
c. Edema
d. Dapat disertai hiperkolesterolemia >
200 mg/dl
2. BPH : prostat membesar
mendesak VU
Pendahuluan
Benign Prostat Hyperplasia pembesaran
kelenjar
prostat pada laki-laki, bukan kanker
Penurunan hormon testosteron dan
Etiologi peningkatan
hormon estrogen memacu pembesaran
kelenjar prostat
Peningkatan hormon dihydrotestosteron
(DHT)
yang berperan dalam pertumbuhan
kelenjar
prostat
Faktor risiko Usia di atas 40 tahun
Riwayat keluarga dengan BPH
RPD : obesitas, kelainan jantung, dan diabetes
tipe 2
Kurang olahraga
Disfungsi ereksi
Gejala klinis a. Polimiksi kencing 8x sehari atau sehari
b. Urinary urgency tidak mampu
menahan
kencing
c. Kesulitan untuk mengeluarkan kencing
d. Pancaran urin lemah / terputus
e. Akhir kencing menetes (dribbling at the
end of
urination)
f. Nokturia
g. Retensi urinari
h. Inkontinensia urin
i. Nyeri saat ejakulasi dan kencing
j. Warna dan bau urin abnormal
Komplikasi Acute urinary retention
Chronic or long lasting urinary retention
Blood in urine
Urinary tract infection (UTIs)
Bladder and kidney damage
Bladder stones
a. Riwayat kesehatan personal dan
Diagnosis keluarga
b. Pemeriksaan fisik
Discharge uretra
Pembesaran limfonodi
Pembengkakan dan nyeri pada skrotum
Rectal Touche (RT) : pembesaran prostat
c. Pemeriksaan penunjang
Terapi 1. Lifestyle changes
Mengurangi minum sebelum hang
out atau
tidur
Mengurangi konsumsi kafein dan alkohol
efek diuretik
Monitor penggunaan obat
decongestan,
antihistamin, antidepresi, dan diuretik
Melatih VU untuk menahan kencing
Melatih otot pelvis
Mencegah dan mengobati konstipasi
2. Medication
alpha blockers
phosphodiesterase-5 inhibitors
5-alpha reductase inhibitors
combination medications
3. Minimally invasive procedures
4. Surgery
21 Januari 2015
1. DHF : efusi pleura bilateral, ascites klinis : demam 1 minggu
2. Ca servix : komplikasi hidronefrosis bilateral, calyx renalis extasis grade I
3. Batu ginjal multipel pada anak
4. Pielonefritis
5. Hemangioma colli : massa cyst di colli, di atas arteri carotis
6. Sistisis : dinding VU menebal, kronis kalsifikasi pada dinding VU
7. Invaginasi mesenterium: gambaran donat, klinis mual, susah
kentut
22 Januari 2015
1. Appendicitis : USG digunakan untuk menyingkirkan DD,
mencari komplikasi perforasi (cairan bebas di abdomen)
DD nyeri kolik regio inguinal dextra : Batu ureter distal
komplikasi hidronefrosis, salpingitis, adneksitis
23 Januari 2015
1. Divertikel VU
2. Batu ginjal, batu buli-buli
Ca : gambaran pseudo-
3. sigmoid kidney
4. Sistisis
26 Januari 2015
1. Sirosis hepatis
Etiologi : billiar chirosis, cardiac chirosis, metastase Ca mammae,
hepatitis, alkohol
27 Januari 2015
Ca : nodul di hepar, rectum menebal, pelebaran
1. rectum intrahepatal & bile duct
Kolesistisi
2. s : dinding gall bladder menebal
3. Sirosis hepatis : ada tumor trombus (bagian hepar yang masuk
pembuluh darah) tanda hepatoma
4. Hidronefrosis : calyx menebal, ureter membesar
Batu 1/3 distal VU IVP : Batu di UVJ (Ureter-Vesiko Junction)
5. DD : Typhoid : gall bladder
membesar Abses : leukosit
tinggi
Ruptur gall bladder : akibat trauma
6. Epididimitis, orchitis : hiperemi
Nefritis kronis + tumor buli-
7. buli :
Ginjal terlihat sama berupa jaringan ikat, batas korteks dan
medulla menghilang
Klinis : mual, muntah
Massa di buli-buli : 58 mm
8. Gaster : susah dievaluasi dengan USG menggunakan foto UGI
9. USG : isi cairan hitam, isi udara gambar kabur
Abses hepar : massa cyst di
hepar
Akibat amoeba efusi pleura dextra
28 Januari 2015
: gambaran nefritis kronis di kedua ginjal, massa
1. Tumor buli-buli du VU
: Batu gall bladder multiple (6 mm), dinding gall
2. Kolelitiasis bladder tidak
menebal, HBD dan CBD tidak melebar, ginjal dan VU normal
Single nodul pada : nodul di LLL hipoekhoik (26
3. hepar mm),metastase proses (?)
Tumor buli-buli yang kemungkinan berasal : tumor buli-buli,
4. dari prostat blood
clot +, batu ren sinistra + (0,5 cm)
USG Mammae : diminta kembali setelah H-10 menstruasi agar hasil
5. lebih akurat
CT-SCAN
CT Scan Kepala Normal
Lapisan Kepala :
Anatomi CT-Scan
CT Scan pada Head Injury
Tanda
Hematoma 1.
Size
2. Sign and Symptoms
korelasikan dengan gejala klinis.
Contoh : didapatkan hemiparesis dextra CT Scan fokus ke
hemisfer cerebri sinistra
3. Shift
Garis tengah otakdibentuk oleh falx cerebri dari duramater
Jika ada hematoma, maka midline shift bergeser TIK tinggi
Kompensasi :
a. Darah dari jantung dicegah masuk ke otak
b. N III : dilatasi pupil pada sis yang sama dengan lesi
c. Menyebabkan herniasi tentorial
4. Stand for sidediberi tanda kanan / kiri
5. Site the hematom lokasi hematom. Misal : large right frontal &
temporal, acute subdural hematom
Gejala klinis
Lucid internal (+)
Kesadaran makin menurun
Hemiparese
kontralateral
lesi Pupil anisokor
Refleks babinski (+)
kontralateral lesi
Fraktur darah temporal
Gambaran radiologis
Gambaran hiperdens
(perdarahan) di tulang
tengkorak dan duramater,
umumnya di daerah temporal,
dan tampak bikonveks
SDH (Subdural Hematom)
Definisi
Perdarahan yang terjadi
antara duramater dan
arakhnoid akibat robeknya
bridging vein
Gejala klinis
Sakit kepala
Kesadaran menurun +/-
Gambaran radiologis
Gambaran hiperdens
(perdarahan) diantara
duramater dan arakhnoid,
umumnya karena robekan dari
bridging vein dan tampak
seperti bulan sabit
2. Klinis : COB
CT Scan kepala non kontras :
Tampak gambaran perdarahan basis cranii frontal kanan
ukuran 2x4 cm
Mid line shift 12 mm
Ventrikel lateralis dan sulcus tampak sempit
Kesan : ICH dengan edema cerebri berat
3. Klinis : CVA Hemmoragik
28 Januari 2015
1. Klinis : Hidrocephalus post VP Shunt
2. Klinis : COB