Anda di halaman 1dari 5

Ar kel Peneli an

DETERMINAN KEMATIAN BAYI DI JKMA


KOTA PAYAKUMBUH Jurnal Kesehatan Masyarakat Andalas
diterbitkan oleh:
Program Studi Kesehatan Masyarakat
Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Andalas
p-ISSN 1978-3833
e-ISSN 2442-6725
Diterima 28 Januari 2015 9(2)88-92
Disetujui 13 Februari 2015 @2015 JKMA
Dipublikasikan 1 April 2015 h p://jurnal. m.unand.ac.id/index.php/jkma/

Abdiana1
1
Fakultas Kedokteran, Universitas Andalas, Padang, Sumatra Barat, 25148

Abstrak
Angka Kematian Bayi merupakan indikator utama peningkatan status derajat kesehatan di masyarakat.
Laporan tahunan Dinas Kesehatan Kota Payakumbuh, angka kematian bayi dari tahun 2011 (12%), 2012
(24%) dan 2013 (21%). Penelitian bertujuan untuk mendapatkan gambaran mengenai determinan ke-
matian bayi di kota Payakumbuh. Jenis penelitian ini adalah deskriptif dengan populasi adalah semua
ibu yang mempunyai bayi yang meninggal di kota Payakumbuh tahun 2013. Data penelitian diambil ber-
dasarkan data atopsi verbal yang ada di puskesmas dan dinas kesehatan kota Payakumbuh. Berdasarkan
penelitian sebagian besar ibu berusia 20-35 tahun (81%) dan tingkat pendidikan ibu tamat SMA (90,5%).
Kelahiran bayi ditolong oleh nakes 95,2%, bayi perempuan 51,7%, bayi mengalami aspiksia setelah lahir
57,1%, 42,9% BBLR, 33,3% bayi prematur, 33,3% ibu yang melakukan pemeriksaan ANC <4 kali, 28,6%
yang mendapatkan ASI dari ibunya sebelum bayi tersebut meninggal. Diharapkan upaya deteksi dini terh-
adap karakteristik ibu hamil maupun janinnya dalam rangka mencegah kasus kematian bayi.

Kata Kunci: Determinan, Kematian Bayi, Asfiksia

DETERMINANT INFANT MORTALITY IN CITY PAYAKUMBUH

The infant mortality rate is one major indicators on the status of public health degree. From the annual
report of health department payakumbuh city , infant mortality rate from 2011 ( 12 % ) , 2012 ( 24 % )
and 2013 as 21 % .This study attempts to get a about determinan infant mortality in the city payakumbuh
.The kind of research this is descriptive with a population of is all the mothers that the baby is who died
in city payakumbuh 2013. Research conducted taken based on data verbal atopsi at center public health
and health department payakumbuh city. It is expected to early detection against characteristic of a mother
pregnancy and janinnya in order to prevent the death of an infant through the activities of counseling.

Keywords:Determinant, infant mortality, asphyxia

Korespondensi Penulis:
Fakultas Kedokteran, Universitas Andalas Jl.Perin s Kemerdekaan, Padang, Sumatra Barat, 25148
Telepon/HP: 081266350631 Email : abdiana_epid08@yahoo.com

88
Abdiana | Determinan Kema an Bayi

Pendahuluan per 1.000 kelahiran hidup. Angka kematian


Penurunan Angka Kematian Bayi (AKB) bayi hasil SDKI 2012 adalah 32 kematian per
merupakan salah satu indikator utama da- 1.000 kelahiran hidup dan kematian balita
lam peningkatan status derajat kesehatan adalah 40 kematian per 1.000 kelahiran hi-
masyarakat di suatu daerah. Indikator ini dup. Sama dengan pola SDKI 2007, lebih dari
menggambarkan secara umum situasional tiga perempat dari semua kematian balita terja-
pelayanan kesehatan secara umum di suatu di dalam tahun pertama kehidupan anak dan
wilayah tersebut. Banyak faktor yang terkait da- mayoritas kematian bayi terjadi pada periode
lam pencapaian indikator ini, menyangkut fak- neonatus(7).
tor pelayanan kesehatan, perilaku masyarakat Angka kematian bayi untuk provinsi
terhadap kesehatan, pola sistem rujukan pe- Sumatera Barat adalah 27 per 1.000 kelahiran
layanan dasar, dan kualitas Sumber Daya Ma- hidup. Angka tersebut masih jauh dari target
nusia Kesehatan di wilayah tersebut. Angka MDG’s 2013 yaitu 23 per 1.000 kelahiran hi-
Kematian Bayi (AKB) selalu menggambarkan dup. Sedangkan angka kematian bayi (AKB)
kualitas pembangunan daerah karena sedikit di Kota Payakumbuh masih menunjukkan
banyaknya angka ini juga turut menyumbang kecenderungan yang fluktuatif, yaitu 27 ka-
perhitungan Umur Harapan Hidup (UHH) sus tahun 2009, sempat terjadi penurunan
yang pada gilirannya juga berperan dalam 17 kasus di tahun 2010. Namun terjadi lagi
perhitungan Indeks Pembangunan Manusia peningkatan di tahun 2011 menjadi 24 kasus
(IPM) di wilayah tersebut(2). (10/1.000 KH), tahun 2012 turun lagi menjadi
Angka Kematian Bayi (AKB) adalah 21 kasus (9/1.000 KH), dan meningkat lagi di
jumlah kematian bayi dalam usia 28 hari per- tahun 2013 yaitu 28 kasus (11/1.000 KH). Ber-
tama kehidupan per 1000 kelahiran hidup. dasarkan target MDGs, angka kematian bayi di
Dari sisi penyebabnya, kematian bayi ada dua Kota Payakumbuh memang masih di bawah 23
macam yaitu endogen dan eksogen. Kematian per 1.000 kelahiran hidup. Namun, jika dili-
bayi endogen atau kematian neonatal disebab- hat dari tahun ke tahun jumlah kasus tersebut
kan oleh faktor-faktor yang dibawa anak sejak cenderung mengalami peningkatan. Pening-
lahir, yang diperoleh dari orang tuanya pada katan kasus tersebut sangat mengkhawatirkan
saat konsepsi. Pendapat Saifuddin, kematian dan menjadi masalah tersendiri di Kota Paya-
bayi yang dibawa oleh bayi sejak lahir adalah kumbuh mengingat indikator kasus kematian
asfiksia. Sedangkan kematian bayi eksogen bayi merupakan salah satu indikator makro
atau kematian post-neonatal disebabkan oleh dalam pembangunan kesehatan masyarakat.
faktor-faktor yang bertalian dengan pengaruh
lingkungan luar(6,9). Metode
Kematian bayi dapat pula diakibatkan Penelitian ini mengunakan jenis pe-
dari kurangnya kesadaran akan kesehatan ibu. nelitian deskriptif yaitu untuk mendapatkan
Banyak faktor yang mempengaruhinya, seper- gambaran mengenai determinan kematian
ti, Ibu jarang memeriksakan kandungannya ke bayi di kota Payakumbuh yang dilaksanakan
bidan, hamil diusia muda, jarak yang terlalu pada bulan Februari sampai Oktober 2014.
sempit, hamil diusia tua, kurangnya asupan sampel dalam penelitian ini adalah semua ibu
gizi bagi ibu dan bayinya, makanan yang dikon- yang mempunyai bayi yang meninggal di kota
sumsi ibu tidak bersih, fasilitas sanitasi, dan hi- Payakumbuh tahun 2013 yang memenuhi kri-
gienitas yang tidak memadai. Disamping itu, teria inklusi. Semua populasi dijadikan sampel
kondisi ibu saat hamil yang tidak bagus dan penelitian.
sehat, juga dapat berakibat pada kandungan- Kriteria Inklusi adalah Ibu yang mela-
nya, seperti faktor fisik, faktor psikologis, fak- hirkan di kota Payakumbuh dan Ibu yang
tor lingkungan, sosial, dan budaya(8). memiliki data autopsi verbal yang lengkap ta-
Target kematian balita tahun 2015 ada- hun 2013. Analisis dalam penelitian ini adalah
lah 32 per 1000 kelahiran hidup, dan bayi 23 disajikan dalam bentuk distribusi frekwensi/

89
Jurnal Kesehatan Masyarakat Andalas |April 2015 - September 2015 | Vol. 9, No. 2, Hal. 88-92

Tabel 1. distribusi frekuensi variabel dengan jenis kelamin perempuan. Berdasarkan


Variabel f Persentase hasil penelitian ini sebagian besar dialami oleh
(%) bayi yang mengalami kondisi napas asfiksia.
Umur Ibu Melahirkan Berat lahir rendah didefinisikan sebagai be-
<20 - >35 4 19,0 rat lahir kurang dari 2500 gram. Berdasarkan
20 - 35 17 81,0
hasil penelitian diperoleh bayi lebih banyak la-
hir dengan berat lebih dari 2500 gram. Hasil
Pendidikan Ibu
penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat
<=SMA 19 90,5 33,3% ibu yang melakukan pemeriksaan ANC
>SMA 2 9,5 <4 kali dan 66,7% ibu yang melakukan peme-
Penolong Persalinan riksaan ANC ≥ 4 kali dan terdapat 28,6% yang
Non nakes 1 4,8 mendapatkan ASI dari ibunya sebelum bayi
tersebut meninggal dan sisanya 71,4% tidak
Nakes 20 95,2
mendapatkan ASI (MP-ASI) yang berarti lebih
Jenis Kelamin Bayi
banyak bayi yang tidak mendapatkan ASI.
Perempuan 12 57,1
Laki-laki 9 42,9 Pembahasan
Kondisi Napas Bayi Faktor umur merupakan salah satu fak-
Aspiksia 12 57,1 tor yang menyebabkan terjadinya kematian
pada bayi. Dalam penelitian ini umur bukan
Tidak Aspiksia 9 42,9
menjadi penyebab kematian bayi dan kemung-
Berat Badan Lahir kinan disebabkan oleh faktor lain seperti ting-
<2500 gr 9 42,9 kat pendidikan ibu. Dari hasil penelitian di-
>=2500 gr 12 57,1 peroleh tingkat pendidikan ibu lebih banyak ≤
Prematur SMA sehingga dapat menyebabkan ibu kurang
Prematur 7 33,3
untuk mengakses informasi mengenai kehami-
lan dan secara tidak langsung diduga dapat
Tidak Prematur 14 66,7
mempengaruhi kehamilan, proses persalinan
Pemeriksa ANC dan pasca persalinan. Hasil penelitian ini sama
<4 Kali 7 33,3 dengan penelitian Arinta yang mendapatkan
>=4 Kali 14 66,7 bahwa kematian bayi lebih banyak ditemukan
Pemberian ASI pada ibu yang berumur 20-34 tahun yaitu se-
besar 69,6%(1).
MP-ASI 15 71,4
Faktor pelayanan kesehatan yaitu salah
ASI 6 28,6
satunya penolong persalinan. Dalam pelayanan
proporsi mengenai Determinan Kematian kesehatan ibu dan anak, dikenal beberapa je-
Bayi (Umur ibu melahirkan, pendidikan ibu, nis tenaga yang memberi pertolongan persali-
tenaga penolong persalinan jenis kelamin bayi, nan kepada masyarakat. Jenis tenaga tersebut
BBL bayi, kondisi napas bayi, bayi prematur, adalah tenaga profesional seperti dokter spe-
pemeriksaan ANC dan Pemberian ASI). sialis kebidanan, dokter umum, bidan dan
dukun bayi(9). Dari hasil penelitian diperoleh
Hasil bahwa tenaga penolong persalinan mayoritas
Pada hasil diperoleh karakteristik se- tenaga kesehatan yaitu bidan, dokter umum
bagian besar ibu adalah berusia 20-35 tahun dan dokter spesialis. Ada kemungkinan bahwa
(81%). (pada tabel 1) dengan tingkat pendi- kematian bayi yang ditolong oleh tenaga ke-
dikan ibu lebih banyak ≤ SMA (90,5%). Pada sehatan memiliki kendala selama pemeriksaan
tabel 1 juga didapatkan sebagian besar kelahi- kehamilan hingga proses persalinan. Selain itu
ran bayi ditolong oleh tenaga kesehatan yaitu terdapat faktor dari ibu maupun keluarga yang
sebesar 95,2% dan sebagian besar bayi lahir dapat mempengaruhi pemilihan penolong per-

90
Abdiana | Determinan Kema an Bayi

salinan, seperti pengambilan keputusan yang natal dengan nilai OR sebesar 10,03(10).
kurang tepat saat akan melahirkan. Hasil pene- Berdasarkan hasil penelitian diperoleh
litian ini sama dengan penelitian Arinta yang bayi lebih banyak lahir dengan berat lebih dari
mendapatkan hasil bahwa persalinan lebih 2500 gram. Kelangsungan hidup bayi yang la-
banyak ditolong oleh tenaga kesehatan seperti hir dalam periode neonatal sangat erat hubun-
dokter (52,5%) dan bidan (43,5%)(1). Untuk gannya dengan berat badan lahir. Bayi yang
menurunkan angka kematian ibu, kegiatan lahir dengan BBLR memiliki risiko lebih ting-
deteksi dini ibu hamil berisiko harus lebih gi untuk menderita suatu penyakit dan lebih
digalakkan, baik di fasilitas pelayanan keseha- sulit untuk didiagnosanya, sehingga menye-
tan maupun di masyarakat. Semakin banyak babkan keterlambatan dalam pelaksanaannya.
ditemukan faktor risiko pada ibu hamil, sema- Hasil penelitian ini sama dengan penelitian
kin tinggi risiko kehamilannya. Risiko tinggi Prabamurti PN yang menemukan bahwa bayi
kehamilan merupakan keadaan penyimpa- lebih banyak lahir dengan berat badan ≥ 2500
ngan dari normal, yang secara langsung menye- gram yaitu sebesar 58,62%(5).
babkan kesakitan atau kematian pada ibu dan Hasil penelitian diperoleh 33,3% bayi
bayinya(9). lahir prematur. Penelitian ini berbeda dengan
Berdasarkan hasil penelitian diperoleh penelitian Arinta yang menemukan 65,2%
bahwa sebagian besar bayi lahir dengan jenis bayi lahir prematur. 1Salah satu komplikasi ke-
kelamin perempuan. Daya tahan bayi dapat hamilan adalah persalinan prematur. Kondisi
dilihat berdasarkan jenis kelaminnya, sehing- seperti itu kemungkinan bagi wanita hamil
ga dapat dikatakan bahwa daya tahan antara dapat melahirkan bayi yang belum cukup bu-
bayi laki-laki dan perempuan berbeda. Hasil lan serta dapat pula menyebabkan kematian
penelitian ini berbeda dengan penelitian yang pada bayi. Bayi dengan BBLR sering terkait
dilakukan oleh Arinta yang menemukan bah- dengan prematuritas, sehingga menyebabkan
wa kematian bayi lebih banyak berjenis ke- fungsi organ-organ yang belum maksimal.
lamin laki-laki(1). Hasil penelitian ini menunjukkan
Berdasarkan hasil penelitian ini seba- bahwa terdapat 33,3% ibu yang melakukan
gian besar mengalami kondisi napas asfiksia. pemeriksaan ANC <4 kali dan 66,7% ibu
Asfiksia adalah kondisi kekurangan oksigen yang melakukan pemeriksaan ANC ≥ 4 kali.
pada pernapasan yang bersifat mengancam Pemeriksaan antenatal dalam penelitian ini
jiwa. Keadaan ini bila dibiarkan dapat me- telah dilakukan oleh ibu sebanyak lebih dari
ngakibatkan hipoksemia dan hiperkapnia 4 kali. Jika dilihat berdasarkan frekuensinya,
yang disertai dengan metabolik asidosis. Asfik- pemeriksaan kehamilan sudah sesuai dengan
sia timbul karena adanya depresi dari susunan teori yang ada. Pada setiap kali kunjungan an-
saraf pusat (CNS) yang menyebabkan gagaln- tenatal tersebut, perlu didapatkan informasi
ya paru-paru untuk bernapas. Kematian bayi yang sangat penting. Hasil penelitian ini sama
yang disebabkan karena kondisi bayi, ternya- dengan penelitian Arinta yang menunjukkan
ta tidak lepas dari kondisi ibu saat hamil se- bahwa 69,6% ibu yang melakukan pemerik-
hingga menyebabkan bayi asfiksia. Hasil pene- saan ANC ≥ 4 kali. Masa kehamilan merupa-
litian ini sama dengan penelitian Prabamurti kan masa yang rawan kesehatan, baik kese-
PN menunjukkan bahwa persentase bayi yang hatan ibu yang mengandung maupun janin
mengalami asfiksia lebih banyak yang mening- yang dikandungnya sehingga dalam masa ke-
gal pada usia neonatal (62,07%) dari pada hamilan perlu dilakukan pemeriksaan secara
yang hidup (17,24%)(6). Asfiksia waktu lahir teratur(1). Hal ini dilakukan guna menghindari
merupakan penyebab utama kematian neona- gangguan sedini mungkin dari segala sesuatu
tal terutama pada bayi berat lahir rendah. Pe- yang membahayakan terhadap kesehatan ibu
nelitian dengan hasil yang sama dilakukan di dan janin yang dikandungnya. Antenatal ber-
Purworejo yang menyimpulkan bahwa asfiksia tujuan untuk menyiapkan fisik dan mental
merupakan salah satu penyebab kematian neo- ibu hamil serta menyelamatkan ibu dan anak

91
Jurnal Kesehatan Masyarakat Andalas |April 2015 - September 2015 | Vol. 9, No. 2, Hal. 88-92

selama kehamilan, persalinan dan masa nifas Daftar Pustaka


sehingga keadaan ibu sehat dan normal, baik 1. Arinta, Kusuma Wandira. Faktor Penyebab
fisik maupun mental(4). Kematian Bayi di Sidoarjo.FKM UNAIR.
Pada hasil penelitian ini menunjukkan Jurnal Biometrika dan Kependudukan,
bahwa terdapat 28,6% yang mendapatkan ASI Volume 1 Nomor 1, Agustus 2012 : 33-42.
dari ibunya sebelum bayi tersebut meninggal 2. Candra S. Hubungan Tingkat Pengeta-
dan sisanya 71,4% tidak mendapatkan ASI huan dan sikap tentang Antenatalcare
(MP-ASI) yang berarti lebih banyak bayi yang dengan Keteraturan Kunjungan Antenatal
tidak mendapatkan ASI. Kematian bayi yang Care pada Ibu Post Partum di Posyandu
diduga akibat ASI yang diberikan tidak bisa Wilayah Kerja Puskesmas Arjowinangan
ditelan secara lancar, disamping itu bayi terse- Kota Malang. 2007
but mendapatkan susu formula dari pusat pe- 3. Kamila, Dina. Hubungan Pemberian ASI
layanan kesehatan. ASI dapat dapat diberikan Eksklusif dengan Kejadian Diare pada Bayi
setelah bayi lahir dalam waktu 30 menit setelah Usia 1-6 Bulan di Wilayah Kerja Puskesmas
bayi lahir karena daya hisap pada saat itu pa- Kedungwuni I Tahun 2004/2005. Skripsi.
ling kuat untuk merangsang pengeluaran ASI Ilmu Kesehatan Masyarakat Universitas
selanjutnya(3). Pada kasus kematian bayi ham- Negeri Semarang. 2005.
pir semua bayi tidak mendapatkan ASI. ASI 4. Latifah. Hubungan frekwensi kunjungan
yang tidak keluar kemunkinan karena bayi la- ANC selama kehamilan dengan kejadian
hir prematur, ibu sedang menderita sakit, ibu kematian neonatal (analisis data SDKI
mengalami depresi, serta kurang mendapat 2007). Tesis. Fakultas Kesehatan Ma-
dukungan dari suami atau keluarganya dalam syarakat. Universitas Indonesia. 2012.
menyusui bayinya. Sehingga ASI yang dipro- 5. Prabamurti, Priyadi Nugraha. Analisis Fak-
duksinya menjadi kurang lancar atau tidak tor Risiko Kematian Neonatal. Jurnal Pro-
bisa keluar sama sekali. mosi Kesehatan Indonesia Vol.3 / No.1 /
Januari 2008.
Kesimpulan 6. Profil Kesehatan Indonesia. diterbitkan
Berdasarkan hasil penelitian, diper- oleh Kementrian Kesehatan Republik In-
oleh gambaran determinan kematian bayi donesia. 2011.
dikota Payakumbuh yaitu Sebagian besar ibu 7. SDKI. Laporan Pendahuluan SDKI. Jakar-
melahirkan pada umur 20-35 tahun, Sebagian ta. 2012.
besar ibu bayi mempunyai tingkat pendidikan 8. Sulistyowati, Ari. Buku Asuhan Kebidanan
SMA sederat, Sebagian besar persalinan ibu di- Pada Ibu Nifas. Yogyakarta : CV Andi Off-
tolong oleh tenaga kesehatan, Sebagian besar set. 2009.
bagi lahir berjenis kelamin perempuan, Seba- 9. Syaifuddin. Pelayanan Kesehatan Mater-
gian besar bayi mengalami kondisi napas as- nal Neonatal, Yayasan Bina Pustaka, Jakar-
piksia, Sebagian besar bayi lahir dengan berat ta. 2011.
badan ≥2500 gram, Sebagian besar bayi lahir 10. Wahid. Analisis Faktor Risiko Kematian
tidak prematur, Sebagian besar ibu melakukan Neonatal : Studi Nested Case Control di
pemeriksaan ANC lebih dari 3 kali, Sebagian Kabupaten Purworejo. Tesis S2 UGM Yog-
besar bayi tidak diberi ASI. yakarta. 2000.

Ucapan Terima Kasih


Ucapan terimakasih kami sampaikan
untuk Dinas Kesehatan Kota Payakumbuh
yang telah memberi izin dalam pelaksanaan
penelitian ini.

92

Anda mungkin juga menyukai