Anda di halaman 1dari 12

LAPORAN PENDAHULUAN

GANGGUAN KEBUTUHAN OKSIGENASI

DISUSUN OLEH :

CLARA MUTIARA DEWANTI

P27220019 192

PROGRAM STUDI PROFESI NERS KEPERAWATAN


POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES SURAKARTA
2019
LAPORAN PENDAHULUAN
GANGGUAN KEBUTUHAN OKSIGENASI

A. Konsep Dasar Oksigenasi


1. Definisi Oksigenasi
Oksigenasi adalah salah satu komponen gas dan unsur vital dalam
proses metabolisme untuk mempertahankan kelangsungan hidup seluruh sel-
sel tubuh. Secara normal elemen ini diperoleh dengan cara menghirup O2
setiap kali bernapas. Masuknya oksigen ke jaringan tubuh ditentukan oleh
sistem respirasi kardiovaskuler dan keadaan hematologi (Wartonah, 2010).
Oksigen adalah salah satu komponen gas dan unsur vital dalam proses
metabolisme untuk mempertahankan kelangsungan gidup seluruh sel-sel
tubuh (Wartonah, 2010).
Kebutuhan oksigenasi adalah kebutuhan dasar manusia dalam
pemenuhan oksigen yang digunakan untuk kelangsungan metabolisme sel
tubuh, mempertahankan hidup dan aktivitas berbagai organ atau sel (Potter
& Perry, 2012). Tanpa oksigen dalam waktu tertentu sel tubuh akan
mengalami kerusakan yang menetap dan menimbulkan kematian. Otak
merupakan organ yang sangat sensitif terhadap kekurangan oksigen. Otak
masih mampu mentoleransi kekurangan oksigen hanya 3-5 menit. Apabila
kekurangan oksigen berlangsung lebih dari 5 menit, dapat terjadi kerusakan
sel otak secara permanen.
2. Etiologi
Adapun faktor-faktor yang menyebabkan klien mengalami gangguan
oksigenasi menurut NANDA (2013), yaitu hiperventilasi, hipoventilasi,
deformitas tulang dan dinding dada, nyeri, cemas, penurunan
energi/kelelahan, kerusakan neuromuskular, kerusakan muskoloskeletal,
kerusakan kognitif/persepsi, obesitas, posisi tubuh, imaturitis neurologis
kelelahan otot pernapasan dan adanya perubahan membran kapiler-alveoli.
Faktor Predisposisi
a. Faktor Fisiologis
1) Menurunnya kapasitas pengikatan O2 seperti pada anemia.
2) Menurunnya konsentrasi O2 yang di inspirasi seperti pada obstruksi
saluran nafas bagian atas.
3) Hipovolemia sehingga tekanan darah menurun mengakibatkan
transpor O2 terganggu.
4) Meningkatnya metabolisme seperti adanya infeksi, demam, ibu
hamil, luka, dan lain-lain.
5) Kondisi yang memengaruhi pergerakan dinding dada seperti pada
kehamilan, obesitas, penyakit kronik TB paru.
b. Faktor Perkembangan
1) Bayi prematur yang disebabkan kurangnya pembentukan surfaktan.
2) Bayi dan toddler adanya risiko saluran pernapasan akut.
3) Anak usia sekolah dan remaja, risiko infeksisaluran pernapasan dan
merokok.
4) Dewasa muda dan pertengahan, seperti diet yang tidak sehat, kurang
aktivitas, stres yang mengakibatkan penyakit jantung dan paru-paru.
5) Dewasa tua, seperti adanya proses penuaan yang mengakibatkan
kemungkinan arteriosklerosis, elastisitas menurun, dan ekspansi
paru menurun.
c. Faktor Perilaku
1) Nutrisi, misalnya pada obesitas mengakibatkan penurunan ekspansi
paru, gizi yang buruk menjadi anemia sehingga daya ikat oksigen
berkurang, diet yang tinggi lemak menimbulkan arteriosklerosis.
2) Exercise, yang akan meningkatkan kebutuhan oksigen.
3) Merokok, nikotin menyebabkan vasokontriksi pembuluh darah
perifer dan koroner.
4) Alkohol dan obat-obatan, menyebabkan intake nutrisi/Fe menurun
mengakibatkan penurunan hemoglobin, alkohol menyebabkan
depresi pusat pernapasan
5) Kecemasan, menyebabkan metabolisme meningkat.
d. Faktor Lingkungan
1) Tempat kerja (polusi).
2) Suhu lingkungan.
3) Ketinggian tempat dari permukaan laut.
3. Pathway Merokok

Mengandungzat- Mengandung
zat berbahaya radikal bebas
Genetik: Defisiensi Faktor lingkungan
antitrypsin alfa-1
Induksi aktivasi Peningkatan
Polusi udara makrofag dan stress oksidatif
leukosit
Peningkatan
apoptosis dan
Penurunan Peningkatan Pelepasan factor Peningkatan
nekrosis dari sel
netralisasi elastase pelepasan elastase kemotaktik pelepasan oksidan
yang terpapar
neutrofil

Cedera sel Cedera sel


Peningkatan jumlah
neutrofil di daerah
yang terpapar

Respon inflamasi

Hipersekresi Lisis dinding alveoli Fibrosaparu


mukus
Kerusakan alveolar Obstruksiparu

Penumpukan lender Kolaps saluran Timbul nyeri yang


dan sekresi berlebih napas kecil saat berlangsung kronis
ekspirasi

Merangsang Obstruksi jalan Nyeri Kronis


reflex batuk napas
Obstruksi pada pertukaran
O2 dan CO2dari dan ke
KETIDAKEFEKTIFAN paru-paru
BERSIHAN JALAN
KETIDAKEFEKTIFAN
NAPAS
Penurunan asupan O2 POLA NAPAS

Hipoksemia
GANGGUAN Kompensasi tubuh
PERTUKARAN GAS
https://www.scribd. dengan peningkatan RR
https://www.scribd.com/document/182787021/PATHWAY
4. Manifestasi Klinis
Adanya penurunan tekanan inspirasi/ekspirasi menjadi tanda gangguan
oksigenasi. Penurunan ventilasi permenit, penggunaan otot napas tambahan
untuk bernapas, pernapasan napas faring (napas cuping hidung), dispnea,
ortopnea, penyimpangan dada, napas pendek, napas dengan mulut, ekpirasi
memanjang, peningkatan diameter anterior-posterior, frekuensi napas
kurang, penurunan kapasitas vital menjadi tanda dan gejala adanya pola
napas yang tidak efektif sehingga menjadi gangguan oksigenasi. (NANDA,
2013)
Beberapa tanda dan gejala kerusakan pertukaran gas, yaitu takhikardi,
hiperkapnea, kelelahan, somnolen, iritabilitas, hipoksia, kebingungan,
sianosis, warna kulit abnormal (pucat, kehitam-hitaman), hipksemia,
hiperkarbia, sakit kepala ketika bangun, abnormal frekuensi, irama, dan
kedalaman napas. (NANDA, 2013).

5. Penatalaksanaan
a. Pemantauan Hemodinamika
b. Pengobatan bronkodilator
c. Melakukan tindakan delegatif dalam pemberian medikasi oleh dokter,
misal: nebulizer, kanula nasal, masker untuk membantu pemberian
oksigen jika diperlukan.
d. Penggunaan ventilator mekanik
e. Fisoterapi dada

6. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan diagnostik yang dapat dilakukan untuk mengetahui adanya
gangguan oksigenasi, yaitu :
a. Pemeriksaan gas darah arteri
Untuk memberikan informasi tentang difusi gas melalui membran
kapiler alveolar dan keadekuatan oksigenasi.
b. Oksimetri
Untuk mengukur saturasi oksigen kapiler.
c. Pemeriksaan sinar X dada
Untuk pemeriksaan adanya cairan, massa, fraktur, dan proses-proses
abnormal.
d. Bronkoskopi
Untuk memperoleh sampel biopsy dan cairan atau sampel sputum/benda
asing yang menghambat jalan napas.
e. EKG
EKG menghasilkan rekaman grafik aktivitas listrik jantung, mendeteksi
transmisi impuls dan posisi listrik jantung.

B. Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
a. Riwayat keperawatan
Riwayat keperawatan untuk status oksigenasi meliputi pengkajian
tentang masalah pernapasan dulu dan sekarang; gaya hidup; adanya
batuk; sputum; nyeri; medikasi; dan adanya faktor risiko untuk
gangguan status oksigenasi.
1) Masalah pada pernapasan (dulu dan sekarang)
2) Riwayat penyakit atau masalah pernapasan
a) Nyeri
b) Paparan lingkungan atau geografi
c) Batuk
d) Bunyi nafas mengi
e) Faktor risiko penyakit paru (misalnya perokok aktif atau pasif)
f) Frekuensi infeksi pernapasan
g) Masalah penyakit paru masa lalu
h) Penggunaan obat
3) Adanya batuk dan penanganan
4) Kebiasaan merokok
5) Masalah pada fungsi sistem kardiovaskuler (kelemahan, dispnea)
6) Faktor resiko yang memperberat masalah oksigenasi kesehatan
(Wahit Iqbal, 2009), yaitu :
a) Riwayat hipertensi
b) Merokok
c) Usia paruh baya atau lanjut usia
d) Obesitas
e) Diet tinggi lemak
f) Peningkatan kolesterol
g) Riwayat penggunaan medikasi
h) Stressor yang dialami
i) Status atau kondisi
b. Pola batuk dan produksi sputum
Menilai apakah batuk termasuk batuk kering, keras dan kuat dengan
suara mendesing, berat, dan berubah-ubah seperti kondisi pasien yang
mengalami penyakit kanker juga dilakukan pengkajian apakah pasien
mengalami sakit pada bagian tenggorokan saat batuk kronis dan
produktif serta saat dimana pasien sedang makan, merokok, atau pada
saat malam hari. Pengkajian terhadap lingkungan tempat tinggal pasien
(apakah berdebu, penuh asap, dan adanya kecendrungan
mengakibatkan alergi). Pengkajian sputum dilakukan dengan cara
memeriksa warna, kejernihan, dan apakah bercampur dengan darah.
(Aziz Alimul, 2009)
c. Sakit dada
Pengkajian dilakukan untuk mengetahui bagian yang sakit, luas,
intensitas, Faktor yang menyebabkan rasa sakit, perubahan nyeri dada
apabila pasien berubah posisi, serta ada atau tidaknya hubungan antara
waktu inspirasi dan ekspirasi dengan rasa sakit. (Aziz Alimul, 2009)
d. Pengkajian fisik
1) Inspeksi
Mengamati tingkat kesadaran klien, penampilan umum, postur
tubuh, kondisi kulit dan membrane mukosa, dada, pola napas,
(frekuensi, kedalaman pernapasan, durasi inspirasi dan ekspirasi),
ekspansi dada secara umum, adanya sianosis, deformitas dan
jaringan parut pada dada.
2) Palpasi
Dilakukan dengan meletakkan tumit tangan pemeriksa mendatar
diatas dada pasien. Saat palpasi perawat menilai adanya fremitus
taktil pada dada dan penggung pasien dengan memintanya
menyebutkan “tujuh- tujuh” secara berulang. Perawat akan
merasakan adanya getaran pada telapak tangan nya. Normaalnya
fremitus taktil akan terasa pada individu yang sehat dan akan
meningkat pada kondisi kosolidasi. Selain itu, palpasi juga dilakukan
untuk mengkaji temperature kulit, pengembangan dada, adanya nyeri
tekan, titik impuls maksimum abnormalitas masa dan kelenjar
sirkulasi perifer, denyut nadi, serta pengisian kapiler.
3) Perkusi
Dilakukan untuk menentukan ukuran dan bentuk organ dalam serta
untuk mengkaji adanya abnormalitas, cairan, atau udara didalam
paru,. Perkusi sendiri dilakukan dengan jari tengah (tangan non-
dominan) pemeriksa mendatar diatas dada pasien. Kemudian jari
tersebut diketuk-ketuk dengan menggunakan ujung jari tengah atau
jari telunjuk tangan sebelahnya. Normalnya dada menghasilkan
bunyi resonan atau gaung perkusi. Pada penyakit tertentu adanya
udara pada dada atau paru menimbulkan bunyi hipersonan atau
bunyi drum. Sedangkan bunyi pekak atau kempis terdengar apabila
perkusi dilakukan di atas area yang mengalami atelektasis.
4) Auskultasi
Auskultasi dilakukan langsung dengan menggunakan stetoskop.
Bunyi yang terdengar digambarkan berdasarkan nada, intensitas
durasi, atau kualitasnya. Untuk mendapatkan hasil yang lebih valid
atau akurat, auskultasi sebaiknya dilakukan lebih dari satu kali. Pada
pemeriksaan fisik paru, auskultasi dilakukan untuk mendengar bunyi
napas vasikuler, bronchial, bronkovasikular, ronkhi, juga untuk
mengetahui adanya perubahan bunyi napas serta lokasi dan waktu
terjadinya. (Wahit Iqbal, 2009)

2. Diagnosa Keperawatan
a. Ketidakefektifan bersihan jalan napas berhubungan dengan :
1) Lingkungan : merokok, menghirup asap rokok, dan perokok pasif.
2) Obstruksi jalan napas : spasme jalan napas, retensi secret, mucus
berlebih, adanya jalan napas buatan, terdapat benda asing dijalan
napas, secret di bronki, dan eksudat di alveoli.
3) Fisiologi : disfungsi neuromuscular, hyperplasia dinding bronchial,
PPOK, infeksi, asma, trauma jalan napas.

b. Ketidakefektifan pola napas berhubungan dengan :


1) Ansietas
2) Posisi tubuh
3) Deformitas tulang
4) Deformitas dinding dada
5) Penurunan energi dan kelelahan
6) Hiperventilasi
7) Kelelahan otot-otot pernapasan
c. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan :
1) Perubahan membran kapiler-alveolar
2) Ketidakseimbangan perfusi-ventilasi

3. Intervensi Keperawatan
Tujuan dan Kriteria
No Intervensi Rasional
Hasil
1. Setelah dilakukan 1. Auskultasi dada untuk a. Pernapasan ronchi,
tindakan keperawatan karakter bunyi napas wheezing
selama … x 24 jam dan adanya secret. menunjukkan secret
diharapkan bersihan 2. Berikan air minum osbtruksi jalan
jalan napas efektif hangat. napas.
sesuai dengan kriteria 3. Beri posisi yang b. Membantu
: nyaman seperti posisi mengencerkan
1. Menunjukkan jalan semi-fowler. secret.
napas bersih. 4. Sarankan keluarga agar c. Memudahkan pasien
2. Suara napas normal tidak memakaikan untuk bernapas.
tanpa suara pakaian ketat pada d. Pakaian ketat yang
tambahan. pasien. menyulitkan pasien
3. Tidak ada 5. Kolaborasi untuk bernapas.
penggunaan otot penggunaan nebulizer. e. Kelembaban
bantu napas. mempermudah
4. Mampu melakukan pengeluaran dan
perbaikan bersihan mencegah
jalan napas. pembentukan mukus
tebal pada bronkus
dan membantu
pernapasan.
2. Setelah dilakukan a. Kaji frekuensi a. Mengetahui
tindakan keperawatan pernapasan pasien. frekuensi pernapasan
selama … x 24 jam tinggikan kepala dan pasien.
diharapkan bersihan dan bantu mengubah b. Duduk tinggi
jalan napas efektif posisi. memungkinkan
sesuai dengan kriteria b. Ajarkan teknik bernapas ekspansi paru dan
: dan relaksasi yang memudahkan
a. Menunjukkan pola benar. pernapasan.
napas efektif c. Kolaborasikan dalam c. Dapat memberikan
dengan frekuensi pemberian obat. pengetahuan pada
napas 16-20 pasien tentang
kali/menit dan teknik bernapas.
irama teratur. d. Pengobatan
b. Ajarkan teknik mempercepat
bernapas dan penyembuhan dan
relaksasi yang memperbaiki pola
benar. napas.
c. Kolaborasikan
dalam pemberian
obat.
3. Setelah dilakukan a. Auskultasi dada untuk 1. Wheezing atau
tindakan keperawatan karakter bunyi napas mengindikasi
selama … x 24 jam dan adanya sekret. akumulasi
diharapkan bersihan b. Beri posisi yang secret/ketidakmamp
jalan napas efektif nyaman seperti posisi uan membersihkan
sesuai dengan kriteria semi-fowler. jalan napas sehingga
: c. Anjurkan untuk otot aksesori
a. Menunjukkan bedrest, batasi dan digunakan dan kerja
perbaikan ventilasi bantu aktivitas sesuai pernapasan
dan oksigenasi. kebutuhan. meningkat.
b. Tidak ada sianosis. d. Ajarkan teknik 2. Memudahkan pasien
bernapas dan relaksasi untuk bernapas.
yang benar. 3. Mengurangi
e. Kolaborasikan terapi konsumsi oksigen
oksigen pada periode
respirasi
4. Dapat memberikan
pengetahuan pada
pasien tentang
teknik bernapas.
5. Memaksimalkan
sediaan oksigen
khususnya ventilasi
menurun.
4. Implementasi Keperawatan
Implementasi merupakan tindakan yang sudah direncanakan dalam rencana
tindakan keperawatan.
a. Mandiri
Aktivitas perawat yang didasarkan pada kemampuan sendiri dan bukan
merupakan petunjuk/perintah dari petugas kesehatan.
b. Delegatif
Tindakan keperawatan atas instruksi yang diberikan oleh petugas
kesehatan yang berwenang.
c. Kolaboratif
Tindakan perawat dan petugas kesehatan yang lain dimana didasarkan
atas keputusan bersama.
5. Evaluasi Keperawatan
Diagnosa 1 :
a. Menunjukkan adanya kemampuan dalam.
b. Menunjukkan jalan napas paten.
c. Tidak ada suara napas tambahan.
d. Mampu melakukan perbaikan bersihan jalan napas.
Diagnosa 2:
a. Menjukkan pola napas efektif dengan frekuensi dan kedalaman napas
yang normal.
b. Tidak ada sianosis.
Diagnosa 3 :
a. Perbaikan ventilasi dan oksigenasi jaringan.
b. Tidak ada gejala distres pernapasan.
DAFTAR PUSTAKA

Alimul H, A Aziz. 2009. Kebutuhan Dasar Manusia Aplikasi Konsep dan


Proses Perawatan. Jakarta : Salemba Medika.

Mubarak, Iqbal. 2009. Buku ajar : Kebutuhan dasar manusia. EGC. Jakarta.

Muttaqin, Arif. 2010. Buku Ajar Asuhan Keperawatan Klien Dengan


Gangguan Sistem Pernapasan. Jakarta: Salemba Medika.
Nanda International. 2013. Diagnosis Keperawatan: definisi dan klasifikasi.
Jakarta: EGC.
Potter & Perry. 2012. Fundamental Keperawartan Konsep, Proses dan
Praktik.Edisi 4. EGC. Jakarta

Tarwonto & Wartonah. 2010. Kebutuhan Dasar Manusia dan Proses


Keperawatan. Edisi 4. Jakarta: Salemba Medika.
https://www.scribd.com/document/182787021/PATHWAY

Anda mungkin juga menyukai