Anda di halaman 1dari 9

588

Hubungan antara Glasgow Coma Scale dan Tingkat Mortalitas pada Pasien Cedera
Kepala dengan Lesi Perdarahan Subarachnoid

Mustarhfiroh1, Sonny G.R. Saragih2, Diana Natalia3


1
Program Studi Kedokteran, FK UNTAN
2
SMF Bedah Saraf, RS Abdul Aziz Singkawang
3
Departemen Parasitologi Medik, Program Studi Kedokteran, FK UNTAN

Abstrak

Latar Belakang. Salah satu penyebab utama mortalitas dan morbiditas pada usia produktif
maupun usia lanjut adalah cedera kepala. Diantara spektrum yang luas dari cedera kepala
yang termasuk kedalam cedera otak traumatik, perdarahan subarachnoid karena trauma
merupakan salah satu penyebab utama mordibitas. Glasgow Coma Scale (GCS) merupakan
instrumen standar yang dapat digunakan untuk mengukur tingkat kesadaran pasien trauma
kepala. Metode. Penelitian ini bersifat analitik dengan menggunakan pendekatan potong
lintang. Subjek penelitian berjumlah 30 orang. Data Glasgow Coma Scale (GCS) dan
mortalitas diambil dari rekam medis di RSUD DR Abdul Aziz Kota Singkawang. Analisis
data menggunakan uji Chi-square. Hasil. Analisis data dengan uji Chi-square
mengindikasikan adanya perbedaan bermakna antara Glasgow Coma Scale (GCS) dan
tingkat mortalitas (p=0,003). Resiko GCS mempengaruhi mortalitas diwakili dengan nilai
odd ratio yaitu 11,875 yang berarti pasien cedera kepala sedang (GCS 9-12) dan pasien
cedera kepala berat (GCS 3-8) mempunyai peluang 11,875 kali lebih besar untuk meninggal
dibandingkan dengan pasien cedera kepala ringan (GCS 13-15). Kesimpulan. Terdapat
hubungan antara Glasgow Coma Scale (GCS) dan tingkat mortalitas yaitu terjadi peningkatan
mortalitas pada pasien cedera kepala sedang (GCS 9-12) hingga pasien cedera kepala berat
(GCS 3-8).

Kata kunci: Perdarahan subarachnoid, Glasgow Coma Scale (GCS), Tingkat mortalitas

Background. One of the major causes of mortality and morbidity in both productive and
elderly ages is head injury. Among the wide spectrum of head injuries included in traumatic
brain injury, subarachnoid haemorrhage due to trauma is one of the main causes of
mordibity. Glasgow Coma Scale (GCS) is a standard instrument that can be used to measure
the level of awareness of head trauma patients. Method. This research is analytic by using
cross sectional approach. Research subjects amounted to 30 people. Glasgow Coma Scale
(GCS) data and mortality were taken from medical records at RSUD DR Abdul Aziz Kota
Singkawang. Data analysis using Chi-square test. Result. Data analysis with Chi-square test
indicated a significant difference between Glasgow Coma Scale (GCS) and mortaliats (p =
0,003). The risk of GCS affecting mortality is represented by an odd ratio of 11.875,
moderate head injury (GCS 9-12) and severe head injury (GCS 3-8) patients were 11.875
times more likely to die compared with mild head injury patients (GCS 13-15). Conclusion.
There is a relationship between Glasgow Coma Scale (GCS) and mortality rate, there is an
increase in mortality in patients with moderate head injury (GCS 9-12) to severe head injury
(GCS 3-8).

KeyWords: Subarachnoid hemorrhage, Glasgow Coma Scale (GCS), Mortality rates

Jurnal Kesehatan Khatulistiwa. Volume 4. Nomor 1. Januari 2018


589

PENDAHULUAN biaya dari cedera kepala yang tinggi

Cedera kepala dapat menyebabkan karena mereka sering memerlukan

gangguan fisik dan mental yang kompleks, perawatan medis khusus atau rehabilitasi

insiden terjadinya cedera kepala meningkat jangka panjang.6 Cedera kepala yang

secara global terutama karena semakian disebabkan oleh kecelakaan olahraga

banyaknya pengendara motor. Salah satu diperkirakan sekitar 300 000 orang setiap

penyebab utama mortalitas dan morbiditas tahunnya. Umur rata-rata terjadi cedera

pada usia produktif maupun usia lanjut kepala adalah 15-24 tahun.7 Terjadi

adalah cedera kepala.1–3 World Health penurunan jumlah korban meninggal

Organization (WHO) memperkirakan akibat kecelakaan lalu lintas di Kalimantan

kecelakaan lalu lintas akan menjadi Barat dari tahun 2013 hingga 2015 yaitu

penyebab trauma dan penyakit ketiga dari 560 orang menjadi 470.8

terbanyak didunia pada tahun 2020.4 Kecelakaan lalu lintas di Kota

Jumlah terjadinya cedera kepala di Eropa Pontianak banyak terjadi pada mahasiswa

pada tahun 2010 adalah sebanyak 500/100 dan pelajar. Korban meninggal akibat

000 populasi, di Indonesia yang kecelakaan lalu lintas pada tahun 2014

merupakan negara berkembang jumlah sebanyak 94 orang dan sebanyak 63 orang

kejadian cedera kepala relatif tinggi akibat pada tahun 2015.9 Insiden kecelakaan lalu

kecelakaan lalu lintas sebesar 19,6%.3,5 lintas di Kota Singkawang pada tahun

WHO melaporkan setiap tahunnya sekitar 2012 hingga tahun 2016 terjadi penurunan

1,2 juta orang meninggal akibat yaitu dari 211 kasus menjadi 71.10,11

kecelakaan lalu lintas dan jutaan lainnya Kejadian kecelakaan lalu lintas dengan

terluka atau cacat. Cedera kepala adalah korban yang mengalami cedera kepala

penyebab utama kematian dan cacat terdapat 13 kejadian dari bulan Januari

diantara pengguna sepeda motor serta hingga Desember tahun 2016. Diketahui

Jurnal Kesehatan Khatulistiwa. Volume 4. Nomor 1. Januari 2018


590

enam orang yang mengalami cedera kepala cedera kepala. Cedera kepala termasuk

akibat kecelakaan lalu lintas meninggal kedalam kategori ringan bila derajat GCS

dunia, sedangkan delapan orang total adalah 13-15, sedang bila derajat

mengalami luka berat dan 16 orang lainnya GCS total adalah 9-12 dan berat bila

mengalami luka ringan.11 derajat GCS total 3-8.13 Diantara spektrum

Data RSUD DR Abdul Aziz Kota yang luas dari cedera kepala yang

Singkawang menunjukkan bahwa jumlah termasuk kedalam cedera otak traumatik,

kasus cedera kepala pada periode tahun perdarahan subarachnoid karena trauma

Januari 2016 – Mei 2017 adalah sebanyak merupakan salah satu penyebab utama

529 kasus dengan jumlah pasien laki-laki mordibitas.14 Kejadian trauma

sebesar 60,3% dan perempuan 39,7%. subarachnoid bervariasi dari 26%-53%

Pasien cedera kepala yang hidup pada pada pasien dengan cedera otak yang

periode tersebut adalah 89,8% dan yang diakibatkan trauma.13

meninggal adalah 10,2%. Kejadian cedera Perdarahan subarachnoid (PSA)

kepala ringan 72,8%, cedera kepala sedang merupakan gangguan mekanikal sistem

hingga berat 27,2%. vaskuler pada intrakranial yang

Berdasarkan beratnya cedera kepala menyebabkan masuknya darah ke dalam

dibagi atas ringan, sedang dan berat yang ruang subarachnoid.14 Perdarahan ini

dinilai berdasarkan Glasgow Coma Scale biasanya terjadi pada beberapa keadaan

(GCS).12 GCS merupakan instrumen klinis, yang paling umum adalah trauma

standar yang dapat digunakan untuk kepala.14 Penelitian mengenai hubungan

mengukur tingkat kesadaran pasien trauma antara GCS dengan kejadian mortalitas

kepala.1 Pemeriksaan yang dinilai adalah pada pasien cedera kepala dengan

tingkat penurunan terbukanya mata, respon perdarahan subarachnoid belum pernah

verbal dan respon motorik dari penderita dilakukan sebelumnya sehingga peneliti

Jurnal Kesehatan Khatulistiwa. Volume 4. Nomor 1. Januari 2018


591

tertarik untuk melakukan penelitian bivariat yang dilakukan dalam penelitian

mengenai perbandingan nilai GCS dengan ini adalah uji Chi-square.

kejadian mortalitas pada pasien cedera

kepala dengan perdarahan subarachnoid di HASIL

RSUD Dr. Abdul Aziz Kota Singkawang. Sebanyak 30 subjek terlibat dalam

penelitian ini. Sebagian besar sampel

METODE dieksklusikan dari penelitian karena rekam

Penelitian ini bersifat analitik dengan medis yang tidak lengkap dan tidak

menggunakan pendekatan potong lintang. menjalani pemeriksaan CT-Scan. Usia

Penelitian ini dilakukan di RSUD DR termuda dari subjek penelitian adalah 7

Abdul Aziz Kota Singkawang dan RS tahun dan usia tertua adalah 73 tahun.

Santo Vincentius Kota Singkawang. Rata-rata usia dari seluruh subjek

Populasi penelitian ini adalah pasien penelitian adalah 40,5 ± 17.37 tahun.

cedera kepala dengan lesi perdarahan Persentase usia terbesar subjek penelitian

subarachnoid di DR Abdul Aziz Kota adalah kelompok usia 31-42 tahun yaitu

Singkawang dengan pemilihan sampel sebanyak 8 orang (26,67%). Sebagian

menggunakan metode total sampling besar subjek penelitian adalah berjenis

dengan jumlah sampel sebanyak 30 orang kelamin laki-laki yaitu sebanyak 21 orang

yang memenuhi kriteria penelitian. (70%) dan diakibatkan oleh kecelakaan

Variabel yang diteliti adalah Glasgow lalu lintas yaitu sebanyak 27 orang (90%),

Coma Scale (GCS) dan tingkat mortaliats. Dari seluruh subjek penelitian tersebut

Data dari penelitian ini dikumpulkan sebanyak 7 orang (23,33%) termasuk

melalui rekam medis dan gambaran CT- dalam kategori cedera kepala ringan, 10

Scan pasien, kemudian dilakukan analisis orang (33,3%) termasuk dalam kategori

univariat dan analisis bivariat. Analisis cedera kepala sedang dan 13 orang

Jurnal Kesehatan Khatulistiwa. Volume 4. Nomor 1. Januari 2018


592

(43,34%) termasuk dalam kategori cedera standar error 0,01 antara GCS dan tingkat

kepala berat. mortalitas. Resiko GCS mempengaruhi

Nilai Glasgow Coma Scale (GCS) mortalitas diwakili dengan nilai odd ratio

subjek penelitian memiliki rerata nilai 9.9 yaitu 11,875 yang berarti pasien dengan

± 3.34 dengan rentang nilai dari 3 hingga cedera kepala sedang hingga berat

15, dimana GCS 9 menandakan tingkat mempunyai peluang 11,875 kali lebih

kesadaran somnolen dan masuk kedalam besar untuk meninggal.

cedera kepala sedang sedangkan GCS 3

menandakan tingkat kesadaran koma dan PEMBAHASAN

masuk kedalam cedera kepala berat. Nilai Tujuan pada penelitian ini adalah

GCS terbanyak adalah 3 hingga 8 yaitu untuk mengetahui hubungan antara

sebanyak 43,34%, sedangkan GCS 13-15 Glasgow Coma Scale (GCS) dan tingkat

sebanyak 23,33% dan GCS 9-12 sebanyak mortalitas pada pasien cedera kepala

33,33% . dengan lesi perdarahan subdural di RSUD

Pada penelitian ini, hubungan DR Abdul Aziz Kota Singkawang. Cedera

Glasgow Coma Scale (GCS) dan tingkat kepala merupakan proses dimana terjadi

mortalitas dianalisis menggunakan trauma langsung atau deselerasi terhadap

program Statistical Product and Service kepala yang menyebabkan kerusakan

Solution (SPSS) 23. Pada seluruh data tengkorak dan otak.15 Cedera pada kepala

tersebut, terdapat adanya hubungan antara dapat melibatkan seluruh struktur lapisan,

Glasgow Coma Scale (GCS) dan tingkat mulai dari lapisan kulit kepala atau lapisan

mortalitas p=0,003 (p<0,05) hal ini yang paling luar, tulang tengkorak,

mengindikasikan adanya hubungan saling duramater, vaskular otak, sampai jaringan

mempengaruhi secara signifikan dengan otaknya sendiri, baik berupa luka yang

derajat kepercayaan 99% atau dengan tertutup, maupun trauma yang menembus

Jurnal Kesehatan Khatulistiwa. Volume 4. Nomor 1. Januari 2018


593

kulit hingga tengkoraknya.16 Cedera bermotor khususnya sepeda motor.17

kepala adalah penyebab utama kematian Adapun penyebab tersering cedera kepala

dan cacat diantara pengguna sepeda motor adalah kecelakaan lalu lintas yaitu

serta biaya dari cedera kepala yang tinggi sebanyak 49% dan kemudian disusul

karena mereka sering memerlukan dengan jatuh. 17

perawatan medis khusus atau rehabilitasi Pada penelitian ini, derajat cedera

jangka panjang.6 kepala terbanyak adalah cedera kepala

Pada penelitian ini, cedera kepala berat sebanyak 43,34%, sedangkan cedera

paling banyak terjadi pada jenis kelamin kepala sedang sebanyak 23,33% dan

laki-laki dengan kelompok umur 29-39 cedera kepala ringan sebanyak 33,33%.

tahun dan 40-50 tahun. Etiologi cedera Cedera kepala sangat berhubungan dengan

kepala sebanyak 90% diakibatkan oleh fungsi kesadaran dari otak dimana

kecelakaan lalu lintas. Cedera kepala mempengaruhi Ascending Reticular

merupakan penyebab hampir setengah dari Activating System (ARAS) dari formasio

seluruh kematian akibat trauma.16 reticularis sehingga semakin besar

Distribusi kasus cedera kepala lebih kerusakan jaringan ARAS maka tingkat

banyak melibatkan kelompok usia kesadarannya akan semakin menurun

produktif, yaitu antara usia 15-44 tahun sehingga mempengaruhi derajat keparahan

dan lebih didominasi oleh kaum laki-laki dari cedera kepala.18-20

dibandingkan dengan perempuan.16 Di Dari 30 subjek penelitian didapatkan

Indonesia saat ini, seiring dengan 21 orang meninggal dimana 13 diantara

kemajuan teknologi dan pembangunan, pasien yang meninggal mengalami cedera


21
frekuensi terjadinya cedera kepala kepala berat. Richard et al menuliskan

cenderung meningkat.17 Hal ini disebabkan pasien dengan nilai GCS 3-5 mempunyai

karena bertambahnya jumlah kendaraan tingkat mortalitas yang lebih tinggi dengan

Jurnal Kesehatan Khatulistiwa. Volume 4. Nomor 1. Januari 2018


594

peningkatan sebanyak 87-100%.21 Terdapat berbagai faktor yang

Gangguan fungsi fisiologis saraf otonom mempengaruhi mortalitas pasien

karena terjadinya peradarahan intrakranial diantaranya adalah pasien dengan kondisi

dapat mempengaruhi pengaturan sistem hipotensi, hipotermi, electrolyte changes,

pernapasan, sistem kesadaran hingga multiple injuries, midline shift dan

hemodinamik.22,23 Salah satu mekanisme gender.26-31 Sebuah penelitian multisenter

yang dipicu saat terjadi cedera kepala berat yang menggunakan data dari traumatic

adalah terjadinya respon simpatik dan coma data bank menemukan bahwa

hormonal dengan level katekolamin yang hipotensi merupakan keadaan yang

berbanding terbalik dengan tingkat memperburuk outcome pasien.26 Gangguan

keparahan cedera. Setelah cedera primer ionik dan homeostatis neurotransmiter

hiperglikemik merupakan keadaan yang diakui sebagai mekanisme terpenting yang

sering terjadi berhubungan dengan berkontribusi terhadap pembengkakan otak

keparahan cedera dan buruknya prognosis sekunder setelah terjadinya cedera kepala,

mortalitas dan perbaikan fungsional pada Reinert27 menemukan peningkatan

orang dewasa dan anak-anak. Sekitar 50% pottasium sebanyak 20% berhubungan

pasien menunjukkan kadar glukosa darah dengan terjadinya outcome yang buruk

> 11,1 mmol-1 (200mg dl-1) dan level karena pottasium menginduksi

puncak yang lebih tinggi dari angka pembengkakan atrosit.28 Penelitian

tersebut pada 24 jam pertama setelah menemukan bahwa perempuan 1,75 kali

masuk rumah sakit berhubungan dengan lebih mungkin meninggal karena cedera

peningkatan resiko mortalitas dan status otak dibandingkan dengan laki-laki.30 Pada

fungsional hingga 1 tahun paska pasien yang mengalami perdarahan otak

trauma.24,25 disertai dengan midline shift mengalami

kerusakan yang juga mengganggu anatomi

Jurnal Kesehatan Khatulistiwa. Volume 4. Nomor 1. Januari 2018


595

otak normal dan fisiologis sehingga DAFTAR PUSTAKA


1. Irawan H, Setiawan F, Dewanto G.
menyebabkan pembengkakan yang cepat Perbandingan Glasgow Coma Scale dan
revised trauma skor dalam memprediksi
disabilitas pasien trauma kepala dirumah sakit
dan signifikan.30 atma jaya. Majalah kedokteran. 2010;60:438.
2. Japardi I. Cedera Kepala. Jakarta: PT Bhuana
Berdasarkan hasil penelitian yang Ilmu Populer; 2004.
3. Riyadina W. profil cedera akibat jatuh ,
kecelakaan lalu lintas dan terluka benda tajam
telah dianalisis secara statistik, terdapat atau tumpul pada masyarakat Indonesia.
2009.p.1–11.
perbedaan bermakna nilai GCS dan tingkat 4. Maas AIR, Stocchetti N, Bullock R. Moderate
and severe traumatic brain injury in adults.
mortalitas pasien. Hasil penelitian tersebut 2008 Agustus [cited 2016 Jun 12]; Available
from:
http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/186350
menunjukan kesesuaian dengan teori. 21
5. Lingsma HF, Roozenbeek B, Steyerberg EW,
Pasien cedera kepala sedang (GCS 9-12) Murray GD, Maas AlR. Early prognosis in
traumatic brain injury: from prophecies to
predictors. Lancet Neurol. 2010.p.543–54.
dan berat (GCS 3-8) mempunyai peluang 6. Safrizal. Hubungan Nilai Oxygen Delivery
dengan Outcome Rawatan Pasien Cedera
11,875 kali lebih besar untuk meninggal Kepala Sedang. Skripsi Bagian Ilmu Bedah
Fak Kedokt Univ Andalas. 2013.
dibandingkan dengan pasien cedera kepala 7. Norman SW, Christopher JKB, Ronan P,
editors. Bailey & Loves: Short Practice Of
Surgery. 25th Edition. London: Hachette UK
ringan (GCS 13-15). Semakin parah Company. Early Assessment And
Management Of Trauma. 2008;22.p.287.
derajat cedera kepala akan meningkatkan 8. Badan Pusat Statistik Provinsi Kalimantan
Barat. Kalimantan Barat dalam Angka 2015.
Pontianak: BPS-Provinsi Kalimantan Barat;
kejadian mortalitas pasien. 2015.
9. Badan Pusat Statistik Kota Pontianak. Kota
Pontianak dalam Angka 2015. Pontianak:
BPS-Kota Pontianak; 2015.
KESIMPULAN 10. Kepolisian Resort Kota Singkawang. Data
Penyelesaian Perkara Laka Lantas Tahun
2012-2015. Singkawang: Kepolisian Negara
Terdapat hubungan antara Glasgow Republik Indonesia Daerah Kalimantan Barat
Resort Singkawang; 2015.
Coma Scale (GCS) dan tingkat mortalitas 11. Kepolisian Resort Kota Singkawang. Data
Penyelesaian Perkara Laka Lantas Tahun
2016. Singkawang: Kepolisian Negara
pada pasien cedera kepala dengan lesi Republik Indonesia Daerah Kalimantan Barat
Resort Singkawang; 2016.
perdarahan subarachnoid di RSUD DR 12. American College of Surgeons, Committee on
Trauma. Advanced Trauma Life Support For
Abdul Aziz Kota Singkawang. Doctors. 7th Edition. 2004.
13. Ucha C, Rekha NL. Cedera Kepala Berat
dengan Perdarahan Subaraknoid. J Medula
Unila. 2016;4:189.
14. Modi NJ, Agrawal M, Sinha VD. Post-
traumatic subarachnoid hemorrhage: A
review. Neurol India [serial online] 2016
[cited 2016 Jun 12];64, Suppl S1:8-13.
Available from:

Jurnal Kesehatan Khatulistiwa. Volume 4. Nomor 1. Januari 2018


596

http://www.neurologyindia.com/text.asp?2016 4. World Bank. World development indicators


/64/7/8/178030. . Washington, DC. 2006.
15. Jung HS, Sung KH, Do SC, Sung HK, Dong 30. Han J, King NK, Neilson SJ, Gandhi MP, Ng
BP. Study of Factors Assosiated With I. External validation of the CRASH and
Neurological Outcome in Traumatic IMPACT prognostic models in severe
Subarachnoid Hemorrhage. J Kor traumatic brain injury. J Neurotrauma.
Neurotraumatol Soc. 2006: 18-24. 2014;31(13):1146–52.
16. Rosen DS, Macdonald RL. Subarachnoid
Hemorrhage Grading Scales a Systematic
Review. Neurocritical care. 2005; 2: 110-117.
17. Satyanegara. Ilmu Bedah Saraf. IV. Jakarta:
PT Gramedia Pustaka Utama; 2010. p. 191-
98.
18. Peterson N dan Scardiglia J. Advanced
Trauma Life Support for Doctors: ATLS
Student Course Manual. Edisi ke-18. Chicago:
American College Surgeons; 2008.
19. American College of Surgeons, Committee on
Trauma. Advanced trauma life support:
student course manual. Edisi ke-9. Chicago:
American College of Surgeons; 2012.
20. Chobanian AV, Bakris GL, Black HR,
Cushman WC, Green LA dkk. Seventh report
of the Joint National Committee on
Prevention, Detection, Evaluation, and
Treatment of High Blood Pressure.
Hypertension. 2003; 42(6): 1206.
21. Richard G, Ellenbogen, Saleem I, Abdulrauf,
Sekhar. Principles of Neurosurgery.
Philadelphia: Elsevier Health Sciences. 2012:
350.
22. Sherer M dan Sander AM. Handbook on the
Neuropsychology of Traumatic Brain Injury.
New York: Springer; 2014.
23. Takahashi C, Hinson H dan Bagulay IJ.
Autonomic dysfunction syndromes after acute
brain injury. Edisi ke-3. Philadelphia:
Elsevier; 2015.
24. Moppet K I. Traumatic Brain Injury:
Assessment, Resuscitation, and Early
Management. BJA. 2007;99:18-31.
25. Marik PE, Varon J, Trask T. Management of
Head Trauma. CHEST. 2002;122:699-711.
26. Maas AI, Hukkelhoven CW,Marshall LF.
Prediction of outcome in traumatic brain
injury with computed topographic
characteristics: a comparison between the
computed topographic classification and
combinations of computed topographic
predictors. Journal of Neurosurgery. 2005.
57:1173-82.
27. Opondo E. Factors influencing outcome of
severe head injury at Kenyatta National
Hospital. MMED Thesis, University of
Nairobi. 2005.
28. Reinert C.K, Hukkelhoven C.W,Marshall L.F.
Prediction of outcome in head injury patients.
Journal of Neuro Trauma. 2000. 16:152-158.
29. Jennett B, Bond M. Assessment of outcome
after severe brain damage. Lancet 1975; 480-

Jurnal Kesehatan Khatulistiwa. Volume 4. Nomor 1. Januari 2018

Anda mungkin juga menyukai