Anda di halaman 1dari 11

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Lanjut usia merupakan suatu proses menurunnya kemampuan

jaringan secara perlahan untuk memperbaiki diri atau mengganti dan

mempertahankan fungsi normalnya sehingga tidak dapat bertahan

terhadap infeksi dan memperbaiki kerusakan yang terjadi. Lansia

terbagi menjadi usia pertengahan (midle age) yaitu usia 45-49 tahun,

lanjut usia (elderly) yaitu usia 60-74 tahun, lanjut usia tua (old) yaitu

usia 75-90 tahun dan usia sangat tua (very old) yaitu usia lebih dari 90

tahun (Sunaryo dkk, 2016).

World Health Organization (WHO) memperkirakan pada tahun

2025 jumlah lansia di seluruh dunia mencapai 1,2 miliar orang yang

akan terus bertambah hingga 2 miliar orang di tahun 2050. Pusat Data

dan Informasi Kemenkes RI (2017) terdapat 23,66 juta jiwa penduduk

lansia di Indonesia dan diperkirakan jumlah lansia akan bertambah

pada tahun 2020 sebanyak 27,08 jiwa, tahun 2025 sebanyak 33,69 juta

jiwa, dan tahun 2030 sebanyak 40,95 juta jiwa. Di samping itu, UHH di

Indonesia juga semakin meningkat. Berdasarkan laporan Badan Pusat

Statistik (BPS) pada tahun 2000 UHH di Indonesia adalah 64,5 tahun

dan meningkat menjadi 69,43 tahun pada tahun 2010 dan tahun 2011

UHH meningkat mencapai 69,65 tahun. Menurut catatan Perserikatan

1
Bangsa Bangsa (PBB) UHH lansia akan terus meningkat hingga tahun

2015-2050 yang diperkirakan menjadi 77,64 tahun (Kemenkes RI,

2013).

Perubahan bertambahnya usia pada lansia mengakibatkan

perubahan fisiologis seperti neurologis, sistem perkemihan, sistem

muskuloskeletal dan sistem respirasi (Kozier, 2010). Sedangkan

menurut Rudimin (2017) masalah yang terjadi dalam kesehatan lansia

cukup bervariasi, secara umum masalah yang timbul adalah resiko

jatuh, sesak napas, sakit kepala dan gangguan tidur. Gangguan tidur

merupakan salah satu masalah kesehatan yang sering di hadapi oleh

lansia. Buruknya kualitas tidur disebabkan oleh meningkatnya latensi

tidur, berkurangnya efiensi tidur dan biasanya terbangun lebih awal

karena proses penuaan. Proses penuaan tersebut menyebabkan

pernurunan fungsi neurontransmiter yang ditandai dengan menurunnya

distribusi norepinefrin (Oktora, 2016).

Semakin bertambahnya usia, proporsi yang mengalami

gangguan kesehatan semakin besar. Kondisi ini membutuhkan

perhatian yang serius karena kualitas tidur yang buruk dapat

menyebabkan berbagai penyakit seperti mudah lelah, perubahan

suasana hati, terjadi halusinasi, respon lambat dan hipertensi yang bisa

mengakibatkan penyakit jantung (Sari 2018).

Menurut Amalia (2017) kualitas tidur yang buruk dapat

memberikan dua dampak antara lain dampak fisik dan dampak

2
psikologis. Dapak fisik seperti area di sekitar mata gelap, bengkak

dikelopak mata, mata tampak cekung, kantuk yang berlebih, tidak

mampu untuk berkonsentrasi, penglihatan kabur, mengalami

peningkatan tekanan darah dan merasakan pusing. Selain itu, dampak

psikologis yang terjadi seperti menarik diri, respon menurun, penurunan

daya ingat, bingung, timbul halusinasi pendengaran dan penglihatan.

Prevalensi lansia yang mengalami masalah gangguan tidur cukup tinggi

yaitu sekitar 67% dari populasi lansia yang berusia 67 tahun. Hasil

penelitian oleh Sulistryarini & Santosa (2016) didapatkan masalah

gangguan tidur yang terjadi pada lansia usia 60-74 tahun sebesar

78,1%.

Berbagai macam cara dapat dilakukan untuk mengatasi

gangguan tidur pada seseorang yang terdiri dari terapi farmakologi dan

terapi non farmakologi. Terapi farmakologi yang digunakan dalam

jangka waktu yang lama dapat menimbulkan efek ketergantungan

(Soemardini, Suharsono, & Kusuma, 2013). Terapi non farmakologi

yang dapat digunakan untuk mengatasi masalah penurunan kualitas

tidur yaitu Stimulus Control, Sleep Restriction, Sleep Hygiene, Cognitive

Therapy, pengaturan pola tidur, psikoterapi, dan terapi relaksasi

(George & Cynthia, 2010).

Terapi relaksasi merupakan terapi yang berfokus pada latihan

otot dan pikiran agar menjadi lebih rileks dengan berbagai cara seperti

meditasi, relaksai otot, mengurangi cahaya penerangan, dan memutar

3
musik yang dapat memberikan rasa nyaman sebelum tidur. Musik

digunakan sebagai alternative untuk relaksasi karena dengan

mendengarkan musik adalah cara yang mudah untuk mengalihkan

perhatian, sederhana, dan hampir sebagian besar masyarakat

menyukai musik (Wijayanti, 2012).

Musik yang lembut dan dapat membuat pikiran tenang salah

satunya yaitu dengan musik gamelan. Musik gamelan dengan nada

laras slendro yang memiliki tempo kurang lebih 60 ketukan/menit. Seni

gamelan bagi masyarakat Jawa mempunyai fungsi estetika yang

berkaitan dengan nilai-nilai sosial, moral, spiritual yang memiliki nilai

historis dan filosofi (Setyawan & Widyastuti, 2016). Selain musik

sebagai terapi relaksasi, juga bisa menggunakan aromaterapi lavender

untuk meningkatkan kualitas tidur.

Pemberian aromaterapi dari bunga-bunga merupakan salah

satu bentuk terapi relaksasi. Mekanisme aromaterapi dimulai dari

aroma yang dihirup memasuki hidung lalu dipancarkan ke otak melalui

sistem penghirup sehingga bisa menyebabkan tidur yang diharapkan

dan dapat meningkatkan kualitas tidur (Lanywaty, 2013). Aromaterapi

merupakan salah satu cara pengobatan penyakit dengan menggunakan

bau-bauan yang berasal dari tumbuh-tumbuhan serta berbau harum,

gurih, dan enak yang biasa dikenal dengan minyak atsiri. Beberapa

minyak atsiri yang umum digunakan dalam aromaterapi karena sifatnya

yang serbaguna antara lain Langon Kleri (Salvia Scarea), Eukaliptus

4
(EuscalyptusGlobulus), Geranium (Pelargonium Graveolens), Lavender

(Lavendula Vera Officianals), Lemon (Citrus Linonem), Pappermint

(Mentha Piperita), dan Rosmari Rosmarinus Officinals), serta Pohon teh

(Melalueca Alternifol), dari minyak-minyak tersebut, minyak lavender

merupakan minyak essensial yang paling populer (Andria, 2014).

Balai Panti Sosial Tresna Werda (BPSTW) Yogyakarta Unit

Budi Luhur merupakan milik pemerintah Propinsi Daerah Istimewa

Yogyakarta. Rentang usia lansia yang berada antara 60-100 tahun.

Jumlah lansia di BPSTW Yogyakarta Unit Budi Luhur terdapat 95

lansia. Hasil studi pendahuluan yang dilakukan pada bulan April 2019

melalui wawancara langsung kepada 15 orang lansia di BPSTW

Yogyakarta Unit Budi Luhur, mereka mengatakan mengalami gangguan

pada kualitas tidur. Mereka mengatakan kepuasan untuk tidur

berkurang.

Berdasarkan latar belakang tersebut maka peneliti tertarik

untuk meneliti tentang “Pengaruh Terapi Musik Gamelan Dan

Aromaterapi Lavender Terhadap Kualitas Tidur Lansia”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian dari latar belakang rumusan masalah

dalam penelitian ini adalah “Adakah Pengaruh Terapi Musik Gamelan

dan Aromaterapi Lavender Terhadap Kualitas Tidur Lansia?”.

5
C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Mengetahui pengaruh terapi musik gamelan dan aromaterapi

lavender terhadap kualitas tidur lansia di BSTW Yogyakarta Unit

Budhi Luhur.

2. Tujuan Khusus

a. Mengetahui perubahan kualitas tidur sebelum dan sesudah

diberikan terapi musik gamelan.

b. Mengetahui perubahan kualitas tidur sebelum dan sesudah

diberikan aromaterapi lavender.

D. Manfaat Penelitian

1. Bagi Ilmu Keperawatan Komunitas

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan dan ilmu

pengetahuan untuk kemajuan di bidang ilmu keperawatan

komunitas.

2. Manfaat Praktis

a. Bagi Lansia

Dapat menambah wawasan dan pengetahuan bagi lansia

tentang cara penangananan gangguan tidur menggunakan terapi

non farmakologi yang bisa diterapkan di kehidupan sehari-hari.

6
b. Bagi Institusi STIKES Wira Husada Yogyakarta

Dapat digunakan sebagai bahan bacaan dan dapat menambah

wawasan bagi mahasiswa kesehatan untuk bidang ilmu

keperawatan gerontik.

c. Bagi Peneliti

Dapat menambah pengalaman dan wawasan mengenai cara

penangananan gangguan tidur menggunakan terapi non

farmakologi.

d. Bagi Peneliti Selanjutnya

Dapat menambah pengetahuan dan gambaran tentang

pemberian terapi non farmakologi pada lansia yang mengalami

masalah tidur.

E. Ruang Lingkup Penelitian

1. Materi

Penelitian termasuk dalam ruang lingkup penelitian keperawatan

gerontik.

2. Responden

Responden dalam penelitian ini adalah lansia yang berada di

BPSTW Yogyakarta Unit Budi Luhur.

3. Tempat

Penelitian ini dilaksanakan di BSTW Yogyakarta Unit Budhi Luhur.

7
4. Waktu

Penelitian ini dilaksanakan pada Juni-Juli 2019.

F. Keaslian Penelitian

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan sebelumnya tentang

pengaruh terapi musik gamelan dan aromaterapi lavender terhadap

kualitas tidur lansia adalah :

1. Sari, dkk., (2018), dengan judul “Pengaruh Terapi Musik Tradisional

Gamelan Terhadap Gangguan Tidur Pada Lansia Di Wilayah Kerja

Puskesmas Weru Sukoharjo”. Tujuan penelitian ini adalah untuk

mengetahui pengaruh terapi musik tradisional gamelan terhadap

gangguan tidur pada lansia di wilayah kerja puskesmas weru

sukoharjo. Penelitian ini menggunakan metode quasi eksperimen

dengan rancangan pendekatan pre and post test without control

grup. Penelitian ini menggunakan sampling sebanyak 39 responden.

Perbedaan penelitian ini terletak pada dua variabel bebas yaitu

terapi musik gamelan dan aromaterapi lavender, tempat penelitian,

waktu penelitian dan jumlah sampling. Persamaan penelitian ini

terletak pada variabel terikat yaitu kualitas tidur pada lansia dan

menggunakan metode quasi eksperimen.

2. Rahkman, dkk., (2017), dengan judul “Musik Gamelan

Meningkatkan Kualitas Tidur Lansia Di Desa Kagok Kecamatan

Slawi Kabupaten Tegal”. Tujuan penelitian untuk mengidentifikasi

8
pengaruh terapi musik gamelan meningkatkan kualitas tidur lansia di

desa kagok kecamatan Slawi kabupaten Tegal. Penelitian ini

menggunakan metode quasi eksperimental dengan rancangan

pendekatan One Group Pre-Post Test. Penelitian ini menggunakan

sampling sebanyak 16 responden. Perbedaan penelitian ini terletak

pada dua variabel bebas yaitu terapi musik gamelan dan

aromaterapi lavender, tempat penelitian, waktu penelitian dan

jumlah sampling. Persamaan penelitian ini terletak pada variabel

terikat yaitu kualitas tidur pada lansia dan menggunakan metode

quasi eksperimen.

3. Sari & Leonard (2018), dengan judul “Pengaruh Aromaterapi

Lavender Terhadap Kualitas Tidur Lansia Di Wisma Cinta Kasih”.

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh

aromaterapi lavender terhadap kualitas tidur lansia di wisma cinta

kasih. Penelitian ini menggunakan metode quasi eksperimen

dengan rancangan pendekatan one group preetest-posttest.

Penelitian ini menggunakan sampling sebanyak 30 orang.

Perbedaan penelitian ini terletak pada dua variabel bebas yaitu

terapi musik gamelan dan aromaterapi lavender, tempat penelitian,

waktu penelitian dan jumlah sampling. Persamaan penelitian ini

terletak pada variabel terikat yaitu kualitas tidur pada lansia dan

menggunakan metode quasi eksperimen.

9
4. Novianty (2014), dengan judul “Pengaruh terapi Musik Keroncong

Dan Aromaterapi Lavender Terhadap Peningkatan Kualitas Tidur

Lansia Di Panti Wredha Dharma Bhakti Kasih Surakarta”. Tujuan

penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh terapi musik

keroncong dan aromaterapi lavender terhadap kualitas tidur lansia.

Penelitian ini menggunakan metode quasi eksperimen dengan

desain penelitian pree and post test without control. Jumlah

sampling pada penelitian ini sebanyak 20 responden. Perbedaan

penelitian ini terletak pada satu variabel bebas yaitu terapi musik

gamelan, tempat penelitian, dan waktu penelitian. Persamaan

penelitian ini terletak pada satu variabel bebas yaitu aromaterapi

lavender, variabel terikat yaitu kualitas tidur pada lansia dan

menggunakan metode quasi eksperimen.

5. Hadi (2013), dengan judul “Pengaruh Intervensi Musik Gamelan

Terhadap Depresi Pada Lansia Di Panti Wreda Harapan Ibu

Semarang”. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui pengaruh

intervensi musik gamelan terhadap depresi pada lansia di panti

wreda harapan ibu Semarang. Penelitian ini menggunakan metode

quasi eksperiment design dengan rancangan preetest-posttest one

group design. Jumlah sampling pada penelitian ini sebanyak 30

responden. Perbedaan penelitian ini terletak pada variabel terikat

yaitu depresi pada lansia, waktu penelitian dan tempat penelitian.

10
Persamaan penelitian ini terletak pada variabel bebas yaitu musik

gamelan, dan menggunakan metode penelitian quasi eksperiment.

11

Anda mungkin juga menyukai