Anda di halaman 1dari 11

PROPOSAL

TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK STIMULASI PADA KLIEN DENGAN


GANGGUAN SENSORI PERSEPSI HALUSINASI
SESI 4 : MENCEGAH HALUSINASI DENGAN BERCAKAP-CAKAP

Disusun Oleh : Kelompok 6


Anggota Kelompok : 1. Dwi Safitry (201701017)
2. Husny Faozul Abror (201701023)
3. Imastiani Simbolon (201701024)
4. Ita Pratiwi (201701030)
5. Linda (201701036)
6. Randi Deri Septian (201701051)
7. Rizka Nurahma (201701053)
8. Rizki Handayani (201701054)
9. Savira Alfiani (201701057)
10. Sopiatun Nazwah (201701063)
11. Yurike Amalia (201701069)

AKADEMI KEPERAWATAN PASAR REBO


Jl. Tanah Merdeka, No. 16, 17, 18, Jakarta Timur 13750
Telp.(021) 840 4242, 840 3458, 877 90913.Fax. (021) 840 4242

TAHUN AJARAN 2019


A. Topik
TAK sosialisasi gangguan persepsi sensori dengan jenis permainan “Joget
Balon” : Mencegah Halusinasi dengan Bercakap-cakap sesi 4. Mengenal
halusinasi dan mengontrol dengan cara bercakap-cakap dengan orang lain.

B. Latar Belakang
Gangguan jiwa menurut Depkes RI (2010) adalah suatu perubahan pada fungsi
jiwa yang menyebabkan adanya gangguan pada fungsi jiwa yang menimbukan
penderitaan pada individu dan hambatan dalam melaksanakan peran sosial.
Gangguan jiwa adalah gangguan alam: cara berpikir (cognitive), kemauan
(volition), emosi (affective), tindakan (psychomotor) dan kumpulan dari keadaan-
keadaan yang tidak normal, baik yang berhubungan dengan fisik, maupun dengan
mental (Maramis,2010). Gangguan jiwa mempunyai beragam bentuk, yaitu
Gangguan Mental Organik (misalnya Delirium, Dementia), Gangguan Mental
Non Organik (Skizofrenia, Gangguan Waham, Gangguan Suasana Perasaan, dan
lainnya).

Data Riskesdas (2013) menunjukkan prevalensi gangguan mental emosional yang


ditunjukan dengan gejala-gejala depresi dan kecemasan untuk usia 15 tahun
keatas mencapai 14 juta orang atau 6% dari jumlah penduduk Indonesia.
Sedangkan prevalensi gangguan jiwa berat, seperti skizofrenia mencapai sekitar
400 ribu orang atau sebanyak 1,7 per 1000 penduduk. Menurut data WHO (2016),
terdapat sekitar 35 juta orang terkena depresi, 35 juta orang terkena bipolar, 21
juta orang terkena skizofrenia, serta 47,5 juta terkena dimensia. Masalah
gangguan jiwa yang menyebabkan menurunnya kesehatan mental ini ternyata
terjadi hampir di seluruh negara di dunia.

Halusinasi adalah gangguan persepsi sensori dari suatu obyek tanpa adanya
rangsangan dari luar, gangguan persepsi sensori meliputi seluruh pancaindra.
Halusinasi merupakan salah satu gejala gangguan jiwa yang pasien mengalami
perubahan sensori persepsi, serta merasakan sensasi palsu berupa suara,
penglihatan, pengecapan, perabaan atau penciuman.
Tindakan keperawatan individu klien dengan halusinasi yaitu dengan membantu
klien mengenali halusinasi dengan cara berdiskusi dengan klien tentang isi
halusinasi (apa yang didengar atau dilihat), waktu terjadi halusinasi frekuensi
terjadinya halusinasi, situasi yang menyebabkan halusinasi muncul dan respons
pasien saat halusinasi muncul serta melatih pasien mengontrol halusinasi dengan
empat cara yaitu menghardik halusinasi, bercakap-cakap dengan orang lain,
melakukan aktivitas yang terjadwal serta menggunakan obat secara teratur.

Tindakan keperawatan kelompok klien dengan halusinasi yaitu dengan cara


berdiskusi yaitu membantu pasien mengontrol halusinasinya dengan bercakap-
cakap serta bermain peran dimana klien bisa mengikuti permainan yang dilakukan
sesuai peraturan yang diberikan oleh terapis. Terapi aktivitas kelompok (TAK)
stimulasi persepsi adalah metode pengobatan dimana klien ditemui dalam
rancangan waktu dengan tenaga yang memenuhi persyaratan. Terapi aktivitas
kelompok (TAK) stimulasi persepsi halusinasi ini difokuskan untuk membantu
klien menstimulasi gangguan halusinasi yang dialami oleh pancaindera meliputi
penglihatan dan pendengaran. Tujuan dilakukannya terapi aktivitas kelompok ini
yaitu untuk klien memahami pentingnya bercakap-cakap dengan orang lain untuk
mencegah halusinasi dan dapat menerapkan cara bercakap-cakap dengan orang
lain untuk mencegah halusinasi tersebut.

C. Tujuan
1. Tujuan Umum
Setelah dilakukan tindakan terapi aktivitas kelompok selama 1 x 60 menit
diharapkan klien dapat mengontrol halusinasi dengan cara bercakap-cakap.

2. Tujuan Khusus
a. Klien memahami pentingnya bercakap-cakap dengan orang lain untuk
mencegah munculnya halusinasi
b. Klien dapat bercakap-cakap dengan orang lain untuk mencegah halusinasi

D. Seleksi Klien
1. Kriteria Klien
a. Klien dengan halusinasi sensori persepsi
b. Klien yang kooperatif selama mengikuti sesi
c. Klien tidak mengalami agresif selama mengikuti sesi yang diberikan
d. Klien tidak bingung dan takut saat melakukan sesi kegiatan yang
berlangsung
2. Jumlah Peserta TAK
Adapun klien yang diikutsertakan berjumlah, 12 orang
3. Nama Peserta TAK
a. Tn. A
b. Tn. S
b. Tn. L
c. Tn. K
d. Tn. S
e. Tn. A
f. Tn. A
g. Tn. T
h. Tn. A
j. Tn. H
k. Tn. R
l. Tn. D

4. Proses Seleksi Klien


a. Mengobservasi klien yang masuk kriteria
b. Mengidentifikasi klien yang masuk kriteria
c. Mengumpulkan klien yang masuk kriteria
d. Membuat kontrak dengan klien yang setuju ikut TAK, meliputi:
1) Menjelaskan tujuan TAK pada klien
2) Rencana tindakan kelompok
3) Aturan main dalam kelompok
5. Hasil yang Diharapkan
a. Klien mampu mencegah halusinasi dengan bercakap-cakap pada orang lain.
b. Klien mampu mengikuti mencegah halusinasi yang diberikan dari sesi 4.
c. Klien mampu melakukan kegiatan mencegah halusinasi selanjutnya dengan
melakukan kegiatan.

E. Jadwal Kegiatan
1. Tempat Pelaksanaan TAK
Di Ruang Gatot Kaca
2. Lama Pelaksanaan TAK
Lama pelaksanaan, selama 60 menit.
3. Waktu Pelaksanaan TAK
a. Hari/Tanggal : Selasa, 5 Agustus 2018
b. Waktu : Pukul 08.00 – 09.00 WIB
c. Jumlah Klien : 12 orang

F. Metode
1. Dinamika kelompok
2. Diskusi dan tanya jawab

G. Media dan Alat


1. Balon
2. Speaker

H. Pengorganisasian
1. Leader (Savira Alfiani)
Tugas :
a. Menyusun perencanaan pelaksanaan TAK
b. Mengarahkan kelompok dalam mencapai tujuan
c. Memfasilitasi setiap anggota kelompok untuk mengekspresikan perasaan,
mengajukan pendapat dan umpan balik
d. Sebagai role model
e. Memotivasi anggota untuk mengemukakan pendapat dan memberikan
umpan balik
f. Memimpin jalannya TAK
g. Menutup acara TAK
2. Co-Leader (DwiSafitry)
Tugas :
a. Membantu leader dalam menyusun perencanaan pelaksanaan TAK
b. Membantu leader mengarahkan kelompok dalam mencapai tujuan
c. Membantu leader memfasilitasi setiap anggota kelompok untuk
mengekspresikan perasaan, mengajukan pendapat dan umpan balik
d. Sebagai role model
e. Membantu leader dalam memotivasi anggota untuk mengemukakan
pendapat dan memberikan umpan balik
f. Membantu leader dalam memimpin jalannya TAK
3. Fasilitator (Ita Pratiwi, Randi Deri Septian, Husni Faozul Abror, Linda,
Imastiani Simbolon, Risky Handayani dan Sopiatun Nazwah)

Tugas :
a. Memfasilitasi anggota kelompok untuk berperan aktif dan memotivasi
anggota kelompok
b. Mempertahankan kehadiran anggota kelompok
c. Mencegah atau hambatan kelompok dari dalam maupun dari luar kelompok
4. Observer (Yurike Amalia, Rizka Nurrahma)
a. Mengobservasi setiap respons klien
b. Mengamati dan mencatat semua proses yang terjadi dan semua perubahan
perilaku klien (jumlah peserta yang hadir, daftar hadir, yang memberikan
ide dan pendapat, topik dan diskusi, respons verbal dan non verbal)

I. Setting Tempat

Keterangan :

: Leader

: Co - Leader

: Klien

: Fasilitator
: Observer

J. Langkah Kegiatan TAK


1. Persiapan
a. Mengidentifikasi kontrak dengan klien yang telah mengikuti sesi
b. Terapis membuat kontrak dengan klien
c. Mempersiapkan alat dan tempat pertemuan
2. Orientasi
a. Salam terapeutik
 Salam dari terpis kepada klien
 Klien dan terapis memakai papan nama
b. Evaluasi/validasi
 Menanyakan perasaan klien saat ini
 Menanyakan pengalaman klien setelah menerapkan dua cara
yang telah dipelajari (menghardik, menyibukkan diri dengan
kegiatan terarah) untuk mencegah halusinasi
c. Kontrak
 Terapis menjelaskan tujuan, yaitu mengontrol halusinasi
dengan bercakap-cakap dengan orang lain
 Terapis menjelaskan aturan main berikut.
 Jika ada klien yang ingin meninggalkan kelompok,
harus meminta izin kepada terapis
 Lama kegiatan 60 menit
 Setiap klien mengikuti kegiatan dari awal sampai akhir

3. Tahap kerja
a. Terapis menjelaskan pentingnya bercakap-cakap dengan orang lain
untuk mengontrol dan mencegah halusinasinya
b. Terapis meminta tiap klien menyebutkan orang yang biasa dan bias
diajak bercakap-cakap
c. Terapis meminta tiap klien menyebutkan pokok pembicaraann yang
biasa dan bias dilakukan
d. Terapis memperagakan cara bercakap-cakap jika halusinasi muncul,
“suster, ada suara di telinga, saya mau ngorol saja dengan suster” atau
“suster saya mau ngobrol tentang kegiatan harian saya”
e. Terapis meminta klien untuk memperagakan percakapan dengan orang
di sebelahnya
f. Beri pujian atas keberhasilan klien
g. Terapis menjelaskan tujuan dan manfaat permainan “Joget Balon”
1) Tujuan :
a) Untuk melatih kelincahan peserta
b) Untuk meningkatkan focusing peserta
c) Untuk melatih kerja sama dan interaksi antar peserta
2) Manfaat
a) Dapat meningkatkan hubungan dengan orang lain
b) Dapat meningkatkan solidaritas dan kekompakkan antar
peserta
c) Dapat meningkatkan konsentrasi peserta
h. Terapis menjelaskan cara bermain permainan “Joget Bangku”
1) Peserta diminta untuk berbaris 2 banjar
2) Masing-masing peserta mengambil kocokan nama
3) Peserta diminta untuk mencari pasangan sesuai dengan kocokan
yang didapatkan
4) Peserta diminta untuk mencari pasangannya
5) Masing-masing peserta dan pasangannya diberikan balon
6) Terapis mencontohkan cara bermain yang akan dilakukan oleh
peserta dengan cara menempelkan balon di bagian tubuh peserta
dengan pasangannya, lalu berjoget saat musik diputarkan dan
berlajan menuju garis finish, lalu peserta yang sampai duluan akan
mencontohkan cara mengontrol halusinasinya dengan cara
bercakap-cakap. Tiga peserta pertmana yang sampai di garis finish
akan diberikan hadiah.
7) Terapis menginstruksikan untuk memulai permainan.
4. Tahap terminasi
a. Evaluasi
1) Terapis menanyakan perasaan peserta setelah mengikuti TAK
2) Terapis memberikan pujian atas keberhasilan kelompok
b. Rencana tindak lanjut
Terapis menganjurkan peserta untuk terus berlatih cara mengontrol
halusinasi
c. Kontrak yang akan dating
1) Menyepakati TAK yang akan datang, yaitu mengontol halusinasi
dengan patuh minum obat
2) Menyepakati waktu dan tempat

K. Evaluasi
1. Evaluasi Struktur
a. Leader menjelaskan aturan main dengan jelas
b. Fasilitator menempatkan diri di tengah – tengah peserta
c. Fasilitator dapat memotivasi peserta untuk aktif menyelesaikan
kegiatan
d. Observer menempatkan diri di tempat yang memungkinkan untuk
dapat mengawasi jalannya megiatan

2. Evaluasi Poses
a. Leader menjelaskan aturan main dengan jelas
b. Fasilitator menemapatkan diri di tengah – tengah klien
c. Fasilitator dapat memotivasi klien untu aktif menyelesaikan kegiatan

3. Evaluasi Hasil
a. 80% klien dapat mengikuti kegiatan sampai selesai
b. 80% klien dapat berkerjasama dengan orang lain
c. 80% klien dapat berkonsentrasi serta patuh pada aturan permainan
d. 80% klien dapat memahami pentingnya bercakap-cakap dengan orang
lain untuk mengontrol dan mencegah halusinasi

DAFTAR PUSTAKA

Keliat, Budi Anna dan Akemat. (2014). Keperwatan Jiwa Aktivitas Kelompok.
Jakarta : EGC.
Yosep, I. (2012). Keperawatan Jiwa. Bandung : PT Refika Aditama
Hartono, Yudi. (2012). Buku Ajar Keperawatan Jiwa. Jakarta : Salemba Medika.
Eko, Prabowo. (2014). Konsep Dan Aplikasi Asuhan Keperawatan Jiwa.
Yogyakarta : Nuha Medika.
LEMBAR PENGESAHAN

Makalah dengan judul “Asuhan Keperawatan Jiwa pada Tn. M dengan Gangguan
Sensori Persepsi : Halusinasi Pendengaran di ruang Gatot Kaca RS Dr. H. Marzoeki
Mahdi Bogor” ini dilakukan untuk melaksanakan untuk melaksanakan case
conference pada tanggal 08 Agustus 2019
Laporan ini telah di sah kan dan disetujui :
Pembimbing ruangan Gatot Kaca di Rumah Sakit Dr. H. Marzoeki Mahdi Bogor.

Pembimbing Ruangan I Pembimbing Ruangan II

Wildhani Khairil A, Amd. Kep Dadun Juhandi,Amd. Kep


NIP. 198212122008011023 NIP.198204122005011001

Mengetahui,
Pembimbing Akademik Keperawatan Pasar Rebo

(…………………………………)
NIP.

Anda mungkin juga menyukai