Anda di halaman 1dari 13

TUGAS KEHIDUPAN MANUSIA PURBA DAN

NENEK MOYANG BANGSA INDONESIA

NAMA : M.HAFID RIDWAN


ABSEN : 19
KELAS : X-MIPA 2

SMAN 98 JAKARTA
SUKU TERNATE
Suku Ternate (bahasa Melayu: Ternate) dengan populasi
50.000 jiwa bertempat tinggal di Pulau Ternate. Pulau ini
termasuk di dalam wilayah provinsi Maluku Utara dengan
ibu kotanya Kota Ternate. Selain berdiam di pulau asalnya,
orang Ternate juga berdiam di daerah lain, misalnya di 
pulau Bacan dan pulau Obi yang termasuk wilayah
kabupaten Halmahera Selatan, serta wilayah lain di dalam
dan di luar Provinsi Maluku Utara.
SUKU TERNATE
Suku Ternate (bahasa Melayu: Ternate) dengan
populasi 50.000 jiwa bertempat tinggal di Pulau
Ternate. Pulau ini termasuk di dalam wilayah
provinsi Maluku Utara dengan ibu kotanya 
Kota Ternate. Selain berdiam di pulau asalnya, orang
Ternate juga berdiam di daerah lain, misalnya di pulau
Bacan dan pulau Obi yang termasuk wilayah
kabupaten Halmahera Selatan, serta wilayah lain di
dalam dan di luar Provinsi Maluku Utara.
Jika anda berkunjung ke Ternate dan Tidore, akan terlihat
keragaman masyarakatnya. Keragaman itu adalah hasil
pencampuran berbagai masyarakat yang datang dari
berbagai wilayah dunia ke tempat ini. Sejak zaman
prasejarah, Kepulauan Maluku Utara telah menjadi daerah
pertemuan antara suku bangsa Melanesia dan Austronesia.
Melanesia merupakan suku bangsa yang kali pertama
mendiami wilayah Nusantara. Mereka memiliki ciri-ciri fisik
kulit gelap, rambut keriting, dan berbahasa Melanesia.
Seperti suku bangsa Papua pedalaman dan Papua Nugini
saat ini. Suku bangsa Austronesia datang pada sekitar 5000
tahun yang lalu. Diperkirakan dari wilayah Taiwan dan
Filipina sekarang. Ciri-ciri mongoloid adalah kulit terang,
rambut lurus, dan berbahasa Austronesia. Bahasa ini
merupakan bahasa yang paling banyak dan tersebar luas di
Nusantara.
Pulau ini termasuk di dalam wilayah provinsi Maluku
Utara dengan ibukotanya Kota Ternate. Selain
berdiam di pulau asalnya, orang Ternate juga berdiam
di kawasan lain, misalnya di pulau Bacan dan pulau
Obi yang termasuk wilayah kabupaten Halmahera
Tengah, serta wilayah lain di dalam dan di luar
Provinsi Maluku Utara.
Kebudayaan Suku Ternate
Suku Ternate terkenal sangat kental akan
kebudayaannya, baik itu dalam adat pernikahan,
makanan, upacara penyambutan, dan juga kematian.
KEBUDAYAAN PERKAWINAN SUKU TERNATE
Kesultanan Ternate berdiri pada tahun 1257 M dengan
raja (kolano) pertama bernama Baab Mansur Malamo.
Masyarakat Ternate mendiami daerah kepulauan Ternate
secara turun temurun dan masih setia melaksanakan adat
istiadat kesultanan Ternate yang telah diwariskan oleh
leluhurnya. Masyarakat Ternate tumbuh dan berkembang
dengan segala keragaman budayanya. Berdasarkan
catatan di daerah Ternate terdapat 12 sub etnis (suku)
dengan 13 bahasa lokal. Corak kehidupan sosial budaya
masyarakat di Ternate kental dengan budaya Islam yang
dianut oleh Kesultanan Ternate. Marimoi Ngone Futuru
Masidika Ngone Foruru adalah ajakan ke arah solidaritas
dan persaudaraan antar etnis di Ternate. Potensi budaya
ini merupakan modal pembangunan yang paling
berharga untuk dikembangkan.
A. MEMINANG / KAWIN MINTA (=Lahi se Tafo atau Wosa Lahi)

Lahi se Tafo atau meminang merupakan bentuk perkawinan adat


yang sangat populer dan dianggap paling ideal bagi masyarakat
setempat, karena selain berlaku dengan cara terhormat yakni
dengan perencanaan yang telah diatur secara matang dan
didahului dengan meminang juga karena dilakukan menuruti
ketentuan yang berlaku umum di masyarakat dan juga dianggap
paling sah menurut Hukum Adat. Pelaksanaan rukun nikah
dilakukan menurut syariat Islam dan setelah itu dilaksanakan
acara Makan Adat, Saro-Saro, Joko Kaha, dan disertai dengan
acara-acara seremonial lainnya. Sebagian masyarakat Ternate
memandang bahwa semakin megah dan meriah pelaksanaan
seremonial sebuah perkawinan, maka status/strata sosial dalam
masyarakat bisa terangkat. 
Banjir melanda Kota Ternate dan sejumlah wilayah lain di Maluku Utara akibat hujan ekstrem yang
menyebabkan drainase meluap, Rabu (15/9/2021).

Prakirawan Cuaca pada Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Kelas I Sultan Baabullah
Ternate Dewi Makhrantika Madiong mengatakan, pantauan angin di lapisan 3.000 feet, terdapat angin
konvergen di wilayah Malut diakibatkan adanya palung yang terbentuk di Samudera Pasifik sebelah
timur laut Malut dan Typhoon Chantu (980 HPA, MAX 65KT) di bagian utara semakin menjauhi wilayah
Filipina.

"Kondisi tersebut diiringi dengan tingginya anomali suhu muka laut sebesar 1-3 °C di wilayah perairan
Malut dan adanya gelombang tipe low frequency di Wilayah Malut," ujarnya.

Selain itu, nilai kelembapan udara (RH) di wilayah Maluku Utara pada lapisan 850mb, 700mb dan 500mb
berkisar antara 80-100% serta nilai SOI yang cukup signifikan (+8.0) juga mempengaruhi pembentukan
awan hujan di wilayah Indonesia Timur cukup signifikan.

Kondisi tersebut yang menyebabkan terbentuknya awan konvektif (Cumulonimbus) yang


mengakibatkan terjadinya hujan sedang hingga lebat di wilayah Malut.

Oleh karena itu, pihaknya telah mengeluarkan peringatan dini oleh MEWS BMKG Ternate sebanyak dua
kali dalam grup media sosial, baik WhatsApp maupun Facebook menyusul hujan deras sejak pukul 13.50
wit dan di update pkl 15.55 WIT yang berlangsung hingga 18.25 WIT

Dia menyebut, respons lanjut oleh penerima peringatan dini, yaitu meneruskan informasi BMKG kepada
anggota yang sedang bertugas untuk meningkatkan kewaspadaan dan dalam tindakan penanganan
kejadian.
BANJIR DI TERNATE
SEKIAN
&
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai