Anda di halaman 1dari 5

2.1.

5 Patofisiologi
Pada penyakit diabetes ada dua mekanisme yang menyebabkan glukosa di dalam darah
meningkat, yaitu terjadinya kelainan sekresi insulin oleh karena disfungsi sel beta pankreas atau
terjadinya resistensi insulin pada reseptor-reseptor insulin yang terdapat pada permukaan sel.2
Mekanisme yang terjadi pada diabetes tipe I adalah adanya kelainan sekresi insulin oleh karena
disfungsi sel beta pankreas. Hal ini disebabkan oleh adanya respon autoimun yang dipicu oleh
aktivitas limfosit, antibodi terhadap sel pulau Langerhans dan terhadap insulin itu sendiri.2 Sedangkan
pada diabetes tipe II, dapat terjadi kedua mekanisme tersebut, tetapi yang utama adalah adanya
resistensi insulin pada reseptor-reseptor insulin yang ada di permukaan sel. Penurunan kemampuan
insulin untuk beraksi pada jaringan target perifer (terutama otot dan hati) adalah ciri yang menonjol
pada DM tipe II dan merupakan kombinasi dari kerentanan faktor genetik serta obesitas. Adanya
resistensi insulin ini mengganggu penggunaaan glukosa oleh jaringan yang sensitif insulin dan
meningkatkan keluaran glukosa hepatik. Kedua hal ini menyebabkan terjadinya hiperglikemia.10
Pada prinsipnya resistensi insulin dapat terjadi di tingkat reseptor insulin atau di salah satu
jalur sinyal pascareseptor. Pada DM tipe II jarang terjadi defek pada reseptor insulin. Oleh karena itu,
resistensi insulin diperkirakan terutama berperan dalam pembentukan sinyal pascareseptor. 11
Polimorfisme pada IRS-1 (insulin receptor substrate 1) mungkin berhubungan dengan intoleransi
glukosa, meningkatkan kemungkinanan bahwa polimorfisme dalam berbagai molekul postreseptor
dapat menyebabkan resistensi insulin. Patogenesis resistensi insulin saat ini berfokus pada defek
sinyal PI-3-kinase (phosphoinositide 3-kinase), yang menurunkan translokasi GLUT 4 pada membran
plasma, diantara kelainan yang lainnya.12 Asam lemak bebas juga memberikan kontribusi pada
patogenesis DM tipe II. Asam lemak bebas menghambat penyerapan glukosa ke dalam otot dan
adiposit, tetapi di sisi lain asam lemak bebas juga meningkatkan keluaran glukosa hepatik yang
terkait dengan resistensi insulin.13
Selain resistensi insulin, pada diabetes tipe II juga bisa disebabkan oleh karena gangguan
sekresi insulin. Tetapi, defek pada sekresi insulin bersifat samar dan secara kuantitatif kurang berarti
jika dibandingkan dengan yang terjadi pada DM tipe I.10 Pada awal perjalanan penyakit DM tipe II,
sekresi insulin tampaknya normal dan kadar insulin plasma tidak berkurang. Namun pola sekresi
insulin yang berdenyut dan osilatif lenyap, dan fase pertama sekresi insulin (yang cepat) yang dipicu
oleh glukosa menurun. Secara kolektif hal ini dan pengamatan lain mengisyaratkan adanya gangguan
sekresi insulin pada DM tipe II, dan bukan defisiensi pada sintesa insulin. Namun pada perjalanan
penyakit berikutnya, terjadi defisiensi absolut yang ringan sampai sedang, yang lebih ringan
dibanding DM tipe I.
Penyebab defisiensi insulin pada DM tipe II masih belum sepenuhnya jelas. Berdasarkan data
mengenai hewan percobaan dengan DM tipe II, diperkirakan mula-mula resistensi insulin
menyebabkan peningkatan kompensatorik massa sel beta dan produksi insulinnya.10 Pada mereka
yang memiliki kerentanan genetik terhadap DM tipe II, kompensasi ini gagal. Pada perjalanan
penyakit selanjutnya terjadi kehilangan 20 - 50% sel beta, tetapi jumlah ini belum dapat
menyebabkan kegagalan dalam sekresi insulin yang dirangsang oleh glukosa.
Namun, tampaknya terjadi gangguan dalam pengenalan glukosa oleh sel beta. Peningkatan
asam lemak bebas (NEFA = non-esterified fatty acids) juga mempengaruhi sel beta. Secara akut,
NEFA menginduksi sekresi insulin setelah makan, sedangkan pajanan kronik terhadap NEFA
menyebabkan penurunan sekresi insulin yang melibatkan lipotoksisitas yang menginduksi apoptosis
sel islet dan / atau menginduksi uncoupling protein-2 (UCP-2) yang menurunkan membran potensial,
sintesa ATP dan sekresi insulin.13
Mekanisme lain kegagalan sel beta pada DM tipe II dilaporkan berkaitan dengan pengendapan
amiloid di islet. Pada 90% pasien DM tipe II ditemukan endapan amiloid pada autopsi. Amilin,
komponen utama amiloid yang mengendap ini, secara normal dihasilkan oleh sel beta pankreas dan
disekresikan bersama dengan insulin sebagai respons terhadap pemberian glukosa.13 Hiperinsulinemia
yang disebabkan resistensi insulin pada fase awal DM tipe II menyebabkan peningkatan produksi
amilin, yang kemudian mengendap sebagai amiloid di islet. Amiloid yang mengelilingi sel beta
mungkin menyebabkan sel beta agak refrakter dalam menerima sinyal glukosa. Yang lebih penting,
amiloid bersifat toksik bagi sel beta sehingga mungkin berperan menyebabkan kerusakan sel beta
yang ditemukan pada kasus DM tipe II tahap lanjut.13

2.1.6 Manifestasi Klinis Diabetes Melitus


Poliuria
Kekurangan insulin untuk mengangkut glukosa melalui membrane dalam sel menyebabkan
hiperglikemia sehingga serum plasma meningkat atau hiperosmolariti menyebabkan cairan intrasel
berdifusi kedalam sirkulasi atau cairan intravaskuler, aliran darah ke ginjal meningkat sebagai akibat
dari hiperosmolariti dan akibatnya akan terjadi diuresis osmotic (poliuria).14
Polidipsia
Akibat meningkatnya difusi cairan dari intrasel kedalam vaskuler menyebabkan penurunan
volume intrasel sehingga efeknya adalah dehidrasi sel. Akibat dari dehidrasi sel mulut menjadi kering
dan sensor haus teraktivasi menyebabkan seseorang haus terus dan ingin selalu minum (polidipsia).14

Poliphagia
Karena glukosa tidak dapat masuk ke sel akibat dari menurunnya kadar insulin maka produksi
energi menurun, penurunan energi akan menstimulasi rasa lapar. Maka reaksi yang terjadi adalah
seseorang akan lebih banyak makan (poliphagia). 14

Penurunan berat badan


Karena glukosa tidak dapat di transport kedalam sel maka sel kekurangan cairan dan tidak
mampu mengadakan metabolisme, akibat dari itu maka sel akan menciut, sehingga seluruh jaringan
terutama otot mengalami atrofidan penurunan secara otomatis.14
Merasa mudah lelah dan lambatnya proses pemulihan luka
Pada penderita diabetes terjadi gangguan terkait saraf dan pembuluh darah , hal tersebut
menyebabkan gangguan sirkulasi yang menyebabkan proses regenerasi sel-sel terutama pada bagian
tepi terganggu fungsinya, sehingga tidak optimal dalam regenerasi (pemulihan). Gejala ini dapat
dilihat ketika kulit terkena luka. Saat terkena luka, maka kulit sulit sekali sembuh, bahkan tak jarang
pula yang terjadi pembusukan dan infeksi pada luka tersebut.14
Pengelihatan kabur
Tingginya gula darah dalam tubuh akan berpengaruh pula pada pengelihatan. Kerusakan pada
pembuluh darah dan saraf mata menyebabkan gangguan organ-organ penting di mata, bisa
memberikan gejala seperti mata menjadi kering dan penurunan saraf mata (retinopati) sehingga
pandangan menjadi buram bahkan kabur. Banyak pula yang mempengaruhi kaburnya pandangan
anda, apabila gula darah anda tidak terkontrol penderita diabetes bisa saja mengalami kebutaan.
Untuk itu pastikan apa yang terjadi pada pengelihatan anda agar terhindar dari penyakit-penyakit lain
yang mengerikan.14

2.1.7 Komplikasi
Komplikasi Akut
Krisis Hiperglikemia
Ketoasidosis Diabetik (KAD) adalah komplikasi akut diabetes yang ditandai
dengan peningkatan kadar glukosa darah yang tinggi (300-600 mg/dl), disertai tanda dan
gejala asidosis dan plasma keton (+) kuat. Osmolaritas plasma meningkat (300-320
mOs/ml) dan terjadi peningkatan anion gap. Status Hiperglikemi Hiperosmolar (SHH)
adalah suatu keadaan dimana terjadi peningkatan glukosa darah sangat tinggi (600-1200
mg/dl), tanpa tanda dan gejala asidosis, osmolaritas plasma sangat meningkat (330-380
mOs/ml), plasma keton (+/-), anion gap normal atau sedikit meningkat. Kedua keadaan
(KAD dan SHH) tersebut mempunyai angka morbiditas dan mortalitas yang tinggi,
sehingga memerlukan perawatan di rumah sakit guna mendapatkan penatalaksanaan
yang memadai.15

Hipoglikemia

Hipoglikemia ditandai dengan menurunya kadar glukosa darah < 70 mg/dl.


Hipoglikemia adalah penurunan konsentrasi glukosa serum dengan atau tanpa adanya gejala -
gejala system otonom, seperti adanya whipple’s triad :15

 Terdapat gejala - gejala hipoglikemia


 Kadar glukosa darah yang rendah
 Gejala berkurang dengan pengobatan.

Sebagian pasien dengan diabetes dapat menunjukkan gejala glukosa darah rendah
tetapi menunjukkan kadar glukosa darah normal. Di lain pihak, tidak semua pasien
diabetes mengalami gejala hipoglikemia meskipun pada pemeriksaan kadar glukosa darahnya
rendah.Penurunan kesadaran yang terjadi pada penyandang diabetes harus selalu
dipikirkan kemungkinan disebabkan oleh hipoglikemia. Hipoglikemia paling sering
disebabkan oleh penggunaan sulfonilurea dan insulin. Hipoglikemia akibat sulfonilurea
dapat berlangsung lama, sehingga harus diawasi sampai seluruh obat diekskresi dan waktu
kerja obat telah habis. Pengawasan glukosa darah pasien harus dilakukan selama 24-72 jam,
terutama pada pasien dengan gagal ginjal kronik atau yang mendapatkan terapi dengan
OHO kerja panjang. Hipoglikemia pada usia lanjut merupakan suatu hal yang harus dihindari,
mengingat dampaknya yang fatal atau terjadinya kemunduran mental bermakna pada pasien.
Perbaikan kesadaran pada DM usia lanjut sering lebih lambat dan memerlukan pengawasan
yang lebih lama.16

Anda mungkin juga menyukai