Disusun Oleh :
Halaman
HALAMAN JUDUL ............................................................................................... i
BAB 1 PENDAHULUAN.......................... .............................................................. 1
1.1 Latar Belakang ............................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah. ......................................................................... 2
1.3 Tujuan dan Manfaat ........................................................................ 2
BAB 2 PEMBAHASAN............................. ............................................................. 3
A . Definisi Akhlak .................. ................................................................ 3
B. Tujuan Akhlak..................... ................................................................ 4
C. Dasar – Dasar Akhlak....... .................................................................... 6
D. Manusia Adalah Makhluk Yang Perlu Hidup Bermasyarakat................. 7
1 Akhlak Terpuji ................................................................................ 8
2 Akhlak Tercela................................................................................ 9
E. Akhlak Dalam Bermasyarat............................................................... .... 10
1 Bertamu dan menerima Tamu......................................................... 11
2 Hubungan baik dengan tetangga ..................................................... 11
3 Hubungan baik dengan masyarakat ................................................. 11
4 Pergaulan muda - mudi................................................................... 14
5 Ukhuwah Islamiyah ........................................................................ 14
BAB 3 PENUTUP............................. ..................................................................... 16
F . Kesimpulan .................. . .................................................................... 16
Barang Kena Pajak adalah barang berwujud yang menurut sifat atau hukumnya dapat
berupa barang bergerak atau barang tidak bergerak dan barang tidak berwujud yang
dikenakan PPN. Pada dasarnya semua barang merupakan Barang Kena Pajak kecuali
yang diatur lain oleh Undang-Undang Nomor PPN itu sendiri. Barang Kena Pajak
tersebut terdiri dari barang berwujud (bergerak dan tidak bergerak) dan barang tidak
berwujud (hak cipta, merek dagang, paten, dll.
Sedangkan Jasa Kena Pajak adalah setiap kegiatan pelayanan yang berdasarkan suatu
perikatan atau perbuatan hukum yang menyebabkan suatu barang atau fasilitas atau
kemudahan atau hak tersedia untuk dipakai, termasuk jasa yang dilakukan untuk
menghasilkan barang karena pesanan atau permintaan dengan bahan dan atas petunjuk
dari pemesan yang dikenakan PPN, Contohnya: jasa konstruksi, jasa sewa ruangan, jasa
konsultan, jasa perantara, dll.
Mekanisme pemungutan, penyetoran, dan pelaporan PPN ada pada pihak pedagang atau
produsen sehingga muncul istilah Pengusaha Kena Pajak yang disingkat PKP. Dalam
perhitungan PPN yang harus disetor oleh PKP, dikenal istilah pajak keluaran dan pajak
masukan. Pajak keluaran adalah PPN yang dipungut ketika PKP menjual produknya,
sedangkan pajak masukan adalah PPN yang dibayar ketika PKP membeli, memperoleh,
atau membuat produknya.
B. Undang-Undang yang Mengatur PPN
Nilai yang digunakan sebagai dasar pengenaan pajak PPN ini tidak hanya satu
macam, sebab pengenaan pungutan PPN tidak bisa dipukul rata antara Barang
Kena Pajak (BKP) dan Jasa Kena Pajak (JKP).
Untuk BKP memiliki lebih dari satu nilai yang digunakan sebagai dasar
pengenaan pajak PPN. Pun demikian juga dengan JKP, yang juga tak hanya
berlandaskan satu nilai saja untuk menentukan dasar pengenaan pajak PPN.
Terkait dengan dasar pengenaan pajak PPN, tarif pembayaran PPN diatur lewat
pasal 7 UU PPN dan PPnBM yang merinci bahwa tarif PPN adalah sebagai
berikut:
Untuk ekspor BKP berwujud maupun berwujud serta ekspor JKP dikenakan
tarif 0%.
Tarif pajak terkait ekspor dapat berubah minimal sebesar 5% dan maksimal
sebesar 15%.
Pungutan PPN dengan tarif yang ditetapkan didasarkan atas dasar pengenaan
pajak PPN yang meliputi lima nilai, yakni:
1) Harga Jual
2) Penggantian
3) Nilai Impor
4) Nilai ekspor
5) Nilai lain yang diatur oleh Menteri Keuangan
1) Harga Jual Sebagai Dasar Pengenaan Pajak PPN
Penggunaan harga jual sebagai dasar pengenaan pajak PPN didasarkan atas Pasal 1
Ayat (18) UU PPN dan PPnBM. Dalam UU PPN dan PPnBM, yang dimaksud dengan
harga jual adalah nilai berupa uang.
Nilai berupa uang ini termasuk semua biaya yang diminta atau seharusnya diminta
oleh penjual karena penyerahan BKP, tidak termasuk PPN yang dipungut menurut
UU PPN dan PPnBM, serta potongan harga yang dicantumkan dalam faktur pajak.
Dalam UU PPN dan PPnBM Pasal 1 Ayat (19), yang dimaksud dengan penggantian
adalah nilai berupa uang, termasuk semua biaya yang diminta atau seharusnya
diminta oleh pengusaha karena penyerahan JKP, ekspor JKP atau ekspor BKP tidak
berwujud, tetapi tidak termasuk PPN yang dipungut menurut UU PPN dan PPnBM
serta potongan harga yang dicantumkan dalam faktur pajak.
Penggantian juga termasuk nilai berupa uang yang dibayar atau seharusnya dibayar
oleh penerima jasa karena pemanfaatan JKP dan/atau oleh penerima manfaat BKP
tidak berwujud karena pemanfaatan BKP tidak berwujud dari luar daerah pabean di
dalam daerah pabean.
Pengeritan nilai impor dalam UU PPN dan PPnBm Pasal 1 Ayat (20) adalah, nilai
berupa uang yang menjadi dasar penghitungan bea masuk ditambah pungutan
berdasarkan ketentuan dalam peraturan perundang-undangan.
Sementara, nilai ekspor adalah nilai berupa uang, termasuk semua biaya yang
diminta atau seharusnya diminta oleh eksportir.
4) Nilai Lain Sebagai Dasar Pengenaan Pajak PPN
Nilai lain PPN sebagai DPP dimaksudkan untuk menjamin rasa keadilan dalam dua
hal, yakni:
Prinsip Pemungutan Pajak Penjualan atas Barang Mewah ialah hanya 1 (satu) kali saja,
yaitu pada saat:
Penyerahan oleh pabrikan atau produsen Barang Kena Pajak yang tergolong
mewah
Impor Barang Kena Pajak yang tergolong mewah
Pemungutan pajak barang mewah ini sama sekali tidak memperhatikan siapa yang
mengimpor maupun seberapa sering produsen atau pengusaha melakukan impor
tersebut (lebih dari sekali atau hanya sekali saja)
Perhitungan PPn Masukan (VAT In) dan PPn Pengeluaran (VAT Out)
PPN masukan dan keluaran merupakan dua istilah yang dikenal dalam jenis
pajak PPN. Fungsinya untuk menghitung seberapa besar PPN yang perlu wajib
pajak setorkan ke pemerintah.
PPN masukan merupakan pajak yang dikenakan ketika Pengusaha Kena Pajak
(PKP) melakukan pembelian atas Barang Kena Pajak (BKP) dan/atau Jasa Kena
Pajak (JKP). Sedangkan PPN keluaran merupakan pajak yang dikenakan saat
PKP melakukan penjualan terhadap BKP/JKP.
Secara sederhana penghitungan PPN masukan dan keluaran itu ketika PKP
mengkreditkan/mengurangkan pajak masukan dalam satu masa pajak dengan
PPN keluaran dalam masa pajak yang sama.
Jika dalam suatu masa pajak PPN keluaran ternyata lebih besar, maka kelebihan
pajak keluaran tersebut harus disetorkan kepada negara. Namun, jika yang
kelebihan adalah PPN masukannya, maka PKP bisa mendapatkan kompensasi di
masa pajak selanjutnya atau PKP bisa mengajukan restitusi pajak.
Pengusaha yang sudah PKP menjual laptop sebanyak 20 unit dengan harga
satuannya sebesar Rp5.000.000. Tentukan besar PPN keluarannya!
Untuk menemukan PPN terutang yang harus Anda setorkan ke kas negara, sebelumnya
Anda harus melakukan pengurangan antara PPN keluaran dan masukan yang dapat
dikreditkan. Hasil dari pengurangan tersebutlah yang harus disetorkan oleh PKP ke kas
negara.
Meski pajak masukan ini dapat dikreditkan, namun ada batasan waktu pajak masukan
bisa dikreditkan. Pajak masukan dapat dikreditkan dengan PPN keluaran pada masa
pajak yang sama. Dapat pula dikreditkan pada masa pajak berikutnya, namun selambat-
lambatnya dalam waktu 3 bulan setelah berakhirnya masa pajak.
Agar Anda bisa lebih memahami mekanisme pengkreditan pajak masukan, mari simak
contohnya sebagai berikut:
Pengusaha yang sudah PKP dalam masa pajak Februari 2016 memiliki komposisi PPN
sebagai berikut ini:
Atas penyerahan BKP, PPN keluaran PKP tersebut sebesar Rp100.000.000. Sedangkan
pajak masukannya sebesar Rp90.000.000.
Baik PPN keluaran dan masukan yang dilakukan oleh PKP ini wajib dituangkan dalam
faktur pajak sebagai bukti pungutan pajak yang dibuat oleh PKP atas penyerahan
BKP/JKP.