Bab 2 Teori
Bab 2 Teori
TINJAUAN TEORI
A. Pengertian
Infeksi postpartum adalah semua peradangan yang disebabkan oleh
masuknya kuman-kuman ke dalam alat-alat genetalia pada waktu persalinan
dan nifas (Sarwono Prawirohardjo, 2005 : 689 ). Infeksi postpartum adalah
keadaan yang mencakup semua peradangan alat-alat genetalia dalam masa
nifas (Mochtar Rustam, 1998 : 413). Jadi, yang dimaksud dengan infeksi
postpartum adalah infeksi bakteri pada traktus genetalia yang terjadi setelah
melahirkan, ditandai dengan kenaikan suhu hingga 38 C atau lebih selama 2
hari dalam 10 hari pertama pasca persalinan dengan mengecualikan 24 jam
pertama.
Periode Nifas atau Postpartum
Periode Immediate postpartum : terjadi dalam 24 jam pertama setelah
melahirkan.
Periode Early postpartum : terjadi setelah 24 jam postpartum sampai akhir
minggu pertama sesudah melahirkan, dimana resiko sering terjadi pada ibu
postpartum, hampir seluruh sistem tubuh mengalami perubahan secara
drastic.
Periode late postpartum : terjadi mulai minggu kedua sampai minggu
keenam sesudah melahirkan, dan terjadi perubahan secara bertahap
B. Etiologi
1. Berdasarkan masuknya kuman ke dalam alat kandungan
a. Ektogen (kuman datang dari luar)
b. Autogen (kuman masuk dari tempat lain dalam tubuh)
c. Endogen (dari jalan lahir sendiri)
2. Berdasarkan kuman yang sering menyebabkan infeksi
a. treptococcus haemolytcus aerobic
Masuknya secara eksogen dan menyebabkan infeksi berat yang
ditularkan dari penderita lain, alat-alat yang tidak suci hama, tangan
penolong
3
4
b. Staphylococcus aureus
Masuk secara eksogen, infeksinya sedang banyak ditemukan sebagai
penyebab infeksi rumah sakit
c. Eschericia coli
Sering berasal dari kandung kemih dan rectum menyebabkan infeksi
terbatas
d. Clostridium welchii
Kuman aerobic yang sangat berbahaya sering ditemukan pada
abortus kriminalis dan partus dan ditolong dukun dari luar rumah
sakit
C. Faktor Predisposisi
1. Faktor predisposisi infeksi postpartum
Semua keadaan yang dapat menurunkan daya tahan tubuh, seperti
perdarahan, dan kurang gizi atau malnutrisi
a. Partus lama, terutama partus dengan ketuban pecah lama.
b. Tindakan bedah vaginal yang menyebabkan perlukaan jalan lahir.
c. Tertinggalnya sisa plasenta, selaput ketuban dan bekuan dara
d. Anemia, higiene, kelelahan
e. Proses persalinan bermasalah :
f. Partus lama/macet, korioamnionitis, persalinan traumatik, kurang
baiknya proses pencegahan infeksi, manipulasi yang berlebihan,
dapat berlanjut ke infeksi dalam masa nifas.
2. Cara Terjadinya infeksi
a. Tangan pemeriksa atau penolong yang tertutup sarung tangan pada
pemeriksaan dalam atau operasi membawa bakteri yang sudah ada
dalam vagina ke dalam uterus. Kemungkinan lain ialah bahwa
sarung tangan atau alat-alat yang dimasukkan ke dalam jalan lahir
tidak sepenuhnya bebas dari kuman-kuman.
b. Droplet infection. Sarung tangan atau alat-alat terkena kontaminasi
bakteri yang berasal dari hidung atau tenggorokan dokter atau
petugas kesehatan lainnya. Oleh karena itu, hidung dan mulut
petugas yang bekerja di kamar bersalin harus ditutup dengan masker
5
E. Manifestasi Klinis
Infeksi postpartum dapat dibagi atas 2 golongan, yaitu :
Infeksi yang terbatas pada perineum, vulva, vagina, serviks, dan
endometrium.
Penyebaran dari tempat-tempat tersebut melalui vena-vena, jalan limfe
dan permukaan endometrium.
1. Infeksi perineum , vulva, vagina ,dan serviks :
a. Gejalanya berupa rasa nyeri dan panas pada tempat infeksi, kadang-
kadang perih saat kencing.
b. Bila getah radang bisa keluar, biasanya keadaannya tidak berat, suhu
sekitar 38 derajat selsius dan nadi dibawah 100 per menit. Bila luka
yang terinfeksi, tertutup jahitan dan getah radang tidak dapat keluar,
demam bisa naik sampai 39-40 derajat selsius, kadang-kadang
disertai menggigil.
2. Endometritis :
a. Kadang-kadang lokia tertahan dalam uterus oleh darah, sisa plasenta
dan selaput ketuban yang disebut lokiometra dan dapat
menyebabkan kenaikan suhu.
b. Uterus agak membesar, nyeri pada perabaan dan lembek.
3. Septikemia :
a. Sejak permulaan, pasien sudah sakit dan lemah.
b. Sampai 3 hari pasca persalinan suhu meningkat dengan cepat,
biasanya disertai menggigil.
c. Suhu sekitar 39-40 derajat selsius, keadaan umum cepat memburuk,
nadi cepat (140-160 kali per menit atau lebih).
d. Pasien dapat meninggal dalam 6-7 hari pasca persalinan.
4. Piemia :
a. Tidak lama pasca persalinan, pasien sudah merasa sakit, perut nyeri
dan suhu agak meningkat.
7
b. Bendungan ASI
1) Definisi
Bendungan ASI adalah pembendungan air susu karena
penyempitan duktus laktiferi atau oleh kelenjar yang tidak
dikosongkan dengan sempurna atau karena kelainan pada putting
susu (Mochtar, 1996).
Menurut Huliana (2003) payudara bengkak terjadi karena
hambatan aliran darah vena atau saluran kelenjar getah bening
akibat ASI terkumpul dalam payudara. Kejadian ini timbul
karena produksi yang berlebihan, sementara kebutuhan bayi pada
hari pertama lahir masih sedikit.
2) Patologi
Faktor predisposisi terjadinya bendungan ASI antara lain :
a) Faktor hormon
b) Hisapan bayi
c) Pengosongan payudara
d) Cara menyusui
e) Faktor gizi
f) Kelainan pada puting susu
3) Patofisiologi
a) Gejala yang biasa terjadi pada bendungan ASI antara lain
payudara penuh terasa panas, berat dan keras, terlihat
mengkilat meski tidak kemerahan.
b) ASI biasanya mengalir tidak lancar, namun ada pula
payudara yang terbendung membesar, membengkak dan
sangat nyeri, puting susu teregang menjadi rata.
c) ASI tidak mengalir dengan mudah dan bayi sulit mengenyut
untuk menghisap ASI. Ibu kadang-kadang menjadi demam,
tapi biasanya akan hilang dalam 24 jam (Mochtar, 1998).
4) Penatalaksanaan
a) Upaya pencegahan untuk bendungan ASI adalah :
11
2. Infeksi Parineal
a. Definisi
Masuknya bibit penyakit ke dalam tubuh melalui robekan dan
serambi liang senggama waktu bersalin, sehingga luka terasa nyeri
dan mengeluarkan nanah.
b. Penyebab
Disebabkan oleh keadaan yang kurang bersih dan tindakan
pencegahan infeksi yang kurang baik.
c. Tanda/ Gejala
Nyeri pada luka.
Luka pada perineal yang mengeras
Demam.
Keluar pus / cairan.
Kemerahan.
Berbau busuk.
d. Penatalaksanaan
1) Bila didapati pus dan cairan pada luka, buka jahitan dan lakukan
pengeluaran serta kopmres antiseptic.
2) daerah jahitan yang terinfeksi dihilangkan dan lakukan
debridemen.
3) Bila infeksi sedikit tidak perlu antibiotika.
13
3. Infeksi Uterus
a. Endometritis (Lapisan dalam rahim)
Endometritis adalah infeksi pada endometrium (lapisan dalam dari
rahim). infeksi ini dapat terjadi sebagai kelanjutan infeksi pada
serviks atau infeksi tersendiri dan terdapat benda asing dalam rahim
(Anonym, 2008).
Endometritis adalah infeksi yang berhubungan dengan kelahiran
anak, jarang terjadi pada wanita yang mendapatkan perawatan medis
yang baik dan telah mengalami persalinan melalui vagina yang tidak
berkomplikasi. Infeksi pasca lahir yang paling sering terjadi adalah
endometritis yaitu infeksi pada endometrium atau pelapis rahim
yang menjadi peka setelah lepasnya plasenta, lebih sering terjadi
pada proses kelahiran caesar, setelah proses persalinan yang terlalu
lama atau pecahnya membran yang terlalu dini. Juga sering terjadi
bila ada plasenta yang tertinggal di dalam rahim, mungkin pula
terjadi infeksi dari luka pada leher rahim, vagina atau vulva.
Tanda dan gejalanya akan berbeda bergantung dari asal infeksi,
sedikit demam, nyeri yang samar-samar pada perut bagian bawah
dan kadang-kadang keluar dari vagina berbau tidak enak yang khas
menunjukkan adanya infeksi pada endometrium. Pada infeksi karena
luka biasanya terdapat nyeri dan nyeri tekan pada daerah luka,
kadang berbau busuk, pengeluaran kental, nyeri pada perut atau sisi
tubuh, gangguan buang air kecil. Kadang-kadang tidak terdapat
tanda yang jelas kecuali suhu tunbuh yang meninggi. Maka dari itu
15
4. Peritonitis
Peritonitis nifas bisa terjadi karena meluasnya endometritis, tetapi
dapat juga ditemukan bersama-sama dengan salpingo-ooforitis dan
sellulitis pelvika. Selanjutnya, ada kemungkinan bahwa abses pada
sellulitis pelvika mengeluarkan nanahnya ke rongga peritoneum dan
menyebabkan peritonitis.
Peritonitis, yang tidak menjadi peritonitis umum, terbatas pada
daerah pelvis. Gejala-gejalanya tidak seberapa berat seperti pada
peritonitis umum. Penderita demam, perut bawah nyeri, tetapi keadaan
umum tetap baik. Pada pelvioperitonitis bisa terdapat pertumbuhan
abses. Nanah yang biasanya terkumpul dalam kavum douglas harus
dikeluarkan dengan kolpotomia posterior untuk mencegah keluarnya
melalui rektum atau kandung kencing.
Peritonitis umum disebabkan oleh kuman yang sangat patogen
dan merupakan penyakit berat. Suhu meningkat menjadi tinggi, nadi
cepat dan kecil, perut kembung dan nyeri, ada defense musculaire. Muka
penderita, yang mula-mula kemerah-merahan, menjadi pucat, mata
cekung, kulit muka dingin; terdapat apa yang dinamakan facies
hippocratica. Mortalitas peritonitis umum tinggi.
5. Tromboflebitis
a. Definisi
Perluasan infeksi nifas yang paling sering ialah perluasan atau invasi
mikroorganisme pathogen yang mengikuti aliran darah disepanjang
vena dan cabang – cabangnya sehingga terjadi trobpoflebitis.
Tomboflebitis merupakan inflamasi permukaan pembuluh darah
disertai pembentukan pembekuan darah. Tomboflebitis cenderung
terjadi pada periode pasca partum pada saat kemampuan
penggumpalan darah meningkat akibat peningkatan fibrinogen;
dilatasi vena ekstremitas bagian bawah disebabkan oleh tekanan
keopala janin gelana kehamilan dan persalinan; dan aktifitas pada
periode tersebut yang menyebabkan penimbunan, statis dan
18
2) Tromboflebitis Femoralis
Definisi
Yaitu infeksi nifas yang mengenai vena – vena pada
tungkai, misalnya vena femoralis, vena poplitea dan vena
safvena.
Penilaian Klinik
a. Keadaan umum tetap baik, suhu badan subfebris selama 7 -
10 hari, kemudian suhu mendadak naik kira – kira pada hari
ke 10 – 20, yang disertai dengan menggigil dan nyeri sekali.
b. Pada salah satu kaki yang terkena biasanya kaki kiri, akan
meberikan tanda – tanda sebagai berikut :
c. Kaki sedikit dalam keadaan fleksi dan rotasi ke luar serta
sukar bergerak, lebih panas dibanding dengan kaki lainnya.
d. Seluruh bagian dari salah satu vena pada kaki terasa tegang
dank eras pada paha bagian atas.
e. Nyeri hebat pada lipat paha dan daerah paha.
f. Reflektorik akan terjadi spasus arteria sehingga kaki menjadi
bengkak, tegang, putih, nyeri dan dingin, pulsasi menurun.
g. Edema kadang – kadang terjadi sebelum atau setelah atau
setelah nyeri dan pada uumnya terdapat pada paha bagian
atas, tetapi lebih sering dimulai dari jari – jari kaki dan
pergelangan kaki, kemudian meluas dari bawah ke atas.
h. Nyeri pada betis, yang akan terjadi spontan atau dengan
memijit betis atau dengan meregangkan tendo akhiles ( tanda
Homan ).
Penanganan
Perawatan.
Kaki ditinggikan untuk mengurangi edema, lakukan kompres
pada kaki. Setelah mobilisasi kaki hendaknya tetap dibalut
elastik atau memakai kaos kaki panjang yang elastic selama
mungkin.
21