Anda di halaman 1dari 19

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang


Selulitis adalah peradangan akut terutama menyerang jaringan dermis dan
subkutis. Faktor risiko untuk terjadinya infeksi ini adalah trauma lokal
(robekan kulit), luka terbuka di kulit atau gangguan pembuluh vena maupun
pembuluh getah bening. Lebih dari 40% penderita selulitis memiliki penyakit
sistemik. Istilah "selulitis" biasanya digunakan untuk menunjukkan suatu
peradangan non-nekrotik pada lapisan dermis dan hypodermis kulit. Selulitis
dapat disebabkan oleh bakteri dan organisme yang normal ada di
kulit. Selulitis biasa terjadi apabila sebelumnya terdapat gangguan yang
menyebabkan kulit terbuka, seperti luka, terbakar, gigitan serangga atau luka
operasi.
Selulitis dapat terjadi di seluruh bagian tubuh, namun bagian tersering
yang terkena selulitis adalah kulit di wajah dan kaki. Selulitis bisa hanya
menyerang kulit bagian atas, tapi bila tidak diobati dan infeksi semakin berat,
dapat menyebar ke pembuluh darah dan kelenjar getah bening. Selulitis
merupakan kelainan kulit berupa infiltrat yang difus di subkutan dengan tanda
– tanda radang akut.
Sebuah studi pada tahun 2006 menemukan tingkat kejadian 24,6 kasus per
1.000 orang/tahun. Selulitis merupakan infeksi pada kulit dan disebabkan
oleh bakteri. Pada orang dewasa dengan immunocompetent, selulitis biasanya
disebabkan oleh Staphylococcus pyogenes dan, kadang-kadang,
Staphylococcus aureus. Pada anak-anak, yang paling umum menyebabkan
selulitis adalah S.aureus.

1
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi selulitis


Selulitis merupakan infeksi bakterial akut pada kulit. Infeksi yang terjadi
menyebar ke dalam hingga ke lapisan dermis dan sub kutis. Infeksi ini
biasanya didahului luka atau trauma dengan penyebab tersering Streptococcus
beta hemolitikus dan Staphylococcus aureus. Pada anak usia di bawah 2 tahun
dapat disebabkan oleh Haemophilus influenza, keadaan anak akan tampak
sakit berat, sering disertai gangguan pernapasan bagian atas, dapat pula
diikuti bakterimia dan septikemia. Terdapat tanda-tanda peradangan lokal
pada lokasi infeksi seperti eritema, teraba hangat, dan nyeri serta terjadi
limfangitis dan sering bergejala sistemik seperti demam dan peningkatan
hitungan sel darah putih. Selulitis yang mengalami supurasi disebut flegmon,
sedangkan bentuk selulitis superfisial yang mengenai pembuluh limfe yang
disebabkan oleh Streptokokus beta hemolitikus grup A disebut erisepelas.
Tidak ada perbedaan yang bersifat absolut antara selulitis dan erisepelas yang
disebabkan oleh Streptokokus.
Sebagian besar kasus selulitis dapat sembuh dengan pengobatan antibiotik.
Infeksi dapat menjadi berat dan menyebabkan infeksi seluruh tubuh jika
terlambat dalam memberikan pengobatan.

Gambar 1: Anatomy of Skin and Soft Tissues and Different Types of Skin
and Soft-Tissue Infection (B)

2
2.2 Etiologi
Penyebab selulitis paling sering pada orang dewasa adalah Staphylococcus
aureus dan Streptokokus beta hemolitikus grup A sedangkan penyebab
selulitis pada anak adalah Haemophilus influenza tipe b (Hib), Streptokokus
beta hemolitikus grup A, dan Staphylococcus aureus. Streptococcuss beta
hemolitikus group B adalah penyebab yang jarang pada selulitis. Selulitis pada
orang dewasa imunokompeten banyak disebabkan oleh Streptococcus
pyogenes dan Staphylococcus aureus sedangkan pada ulkus diabetikum dan
ulkus dekubitus biasanya disebabkan oleh organisme campuran antara kokus
gram positif dan gram negatif aerob maupun anaerob. Bakteri mencapai
dermis melalui jalur eksternal maupun hematogen. Pada imunokompeten
perlu ada kerusakan barrier kulit, sedangkan pada imunokopromais lebih
sering melalui aliran darah . Onset timbulnya penyakit ini pada semua usia.
Tabel 1: Etiologi Soft Tissue Infection (STIs)

3
Gambar 2: Specific Anatomical Variants of Cellulitis and Causes of
Predisposition to the Condition (6)

4
2.3 Faktor Predisposisi
Faktor predisposisi selulitis adalah: kaheksia, diabetes melitus, malnutrisi,
disgamaglobulinemia, alkoholisme, dan keadaan yang dapat menurunkan
daya tahan tubuh terutama bila diseratai higiene yang buruk. Selulitis
umumnya terjadi akibat komplikasi suatu luka atau ulkus atau lesi kulit yang
lain, namun dapat terjadi secara mendadak pada kulit yang normal terutama
pada pasien dengan kondisi edema limfatik, penyakit ginjal kronik atau
hipostatik.

2.4 Manifestasi Klinik


Gambaran klinis tergantung akut atau tidaknya infeksi. Umumnya semua
bentuk ditandai dengan kemerahan dengan batas jelas, nyeri tekan dan
bengkak. Penyebaran perluasan kemerahan dapat timbul secara cepat di
sekitar luka atau ulkus disertai dengan demam dan lesu. Pada keadaan akut,
kadang-kadang timbul bula. Dapat dijumpai limfadenopati limfangitis. Tanpa
pengobatan yang efektif dapat terjadi supurasi lokal (flegmon, nekrosis atau
gangren).
Selulitis biasanya didahului oleh gejala sistemik seperti demam,
menggigil, dan malaise. Daerah yang terkena terdapat 4 kardinal peradangan
yaitu rubor (eritema), color (hangat), dolor (nyeri) dan tumor
(pembengkakan). Lesi tampak merah gelap, tidak berbatas tegas pada tepi lesi
tidak dapat diraba atau tidak meninggi. Pada infeksi yang berat dapat
ditemukan pula vesikel, bula, pustul, atau jaringan neurotik. Ditemukan
pembesaran kelenjar getah bening regional dan limfangitis ascenden. Pada
pemeriksaan darah tepi biasanya ditemukan leukositosis.
Periode inkubasi sekitar beberapa hari, tidak terlalu lama. Gejala
prodormal berupa: malaise anoreksia; demam, menggigil dan berkembang
dengan cepat, sebelum menimbulkan gejala-gejala khasnya. Pasien
imunokompromais rentan mengalami infeksi walau dengan patogen yang
patogenisitas rendah. Terdapat gejala berupa nyeri yang terlokalisasi dan

5
nyeri tekan. Jika tidak diobati, gejala akan menjalar ke sekitar lesi terutama
ke proksimal. Kalau sering residif di tempat yang sama dapat terjadi
elefantiasis.
Lokasi selulitis pada anak biasanya di kepala dan leher, sedangkan pada
orang dewasa paling sering di ekstremitas karena berhubungan dengan
riwayat seringnya trauma di ekstremitas. Pada penggunaan salah obat, sering
berlokasi di lengan atas. Komplikasi jarang ditemukan, tetapi termasuk
glomerulonefritis akut (jika disebabkan oleh strain nefritogenik streptococcus,
limfadenitis, endokarditis bakterial subakut). Kerusakan pembuluh limfe
dapat menyebabkan selulitis rekurens.
Efloresensi berupa makula eritematosa atau kehitaman menonjol di atas
permukaan kulit, ukuran besar dan dapat mencapai plakat. Di atasnya terdapat
fistel- fistel yang mengeluarkan sekret seropurulen.

6
2.5 Patogenesis
Bakteri patogen yang menembus lapisan luar menimbulkan infeksi pada
permukaan kulit atau menimbulkan peradangan. Penyakit infeksi sering
berjangkit pada orang gemuk, rendah gizi, kejemuan atau orang tua pikun dan
pada orang yang menderita diabetes mellitus yang pengobatannya tidak
adekuat.
Setelah menembus lapisan luar kulit, infeksi akan menyebar ke jaringan-
jaringan dan menghancurkannya, hyaluronidase memecah substansi
polisakarida, fibrinolysin mencerna barrier fibrin, dan lecithinase
menghancurkan membran sel.

Bakteri patogen (streptokokus piogenes, streptokokus grup A,


stapilokokus aureus)

Menyerang kulit dan jaringan subkutan

Meluas ke jaringan yang lebih dalam

Menyebar secara sistemik

Terjadi peradangan akut

7
Eritema lokal pada kulit Edema kemerahan

Nyeri tekan

Gangguan rasa nyaman dan


Kerusakan integritas kulit nyeri

Gambar .Skema patogenesis

2.6 Diagnosis
Diagnosis selulitis ditegakkan berdasarkan dari pemeriksaan fisik, riwayat
penyakit (anamnesa), dan pemeriksaan penunjang. Pemeriksaan penunjang
yang dapat membantu menegakkan diagnosis selullitis antara lain adalah:
pemeriksaan laboratorium (darah), biakkan kuman, punksi cairan dan
kemudian dilakukan bilasan gram, kultur darah, biopsy kulit pada pasien-
pasien immunocompremised. Pada pemeriksaan klinis selulitis ditemukan
makula eritematous, tepi tidak meninggi, batas tidak jelas, edema, infiltrat
dan teraba panas, dapat disertai limfangitis dan limfadenitis. Penderita
biasanya demam dan dapat menjadi septikemia.
Selulitis yang disebabkan oleh H. Influenza tampak sakit berat, toksik dan
sering disertai gejala infeksi traktus respiratorius bagian atas bakteriemia dan
septikemia. Lesi kulit berwarna merah keabu-abuan, merah kebiru-biruan
atau merah keunguan. Lesi kebiru-biruan dapat juga ditemukan pada selulitis
yang disebabkan oleh Streptokokus pneumonia Pada pemeriksaan darah tepi
selulitis terdapat leukositosis (15.000-400.000) dengan hitung jenis bergeser
ke kiri.

Gejala dan tanda Selulitis


Gejala prodormal : Demam, malaise, nyeri sendi dan menggigil
Daerah predileksi : Ekstremitas atas dan bawah, wajah, badan dan
genitalia
Makula eritematous : Eritema cerah

8
Tepi : Batas tidak tegas
Penonjolan : Tidak terlalu menonjol
Vesikel atau bula : Biasanya disertai dengan vesikel atau bula
Edema : Edema
Hangat : Tidak terlalu hangat
Fluktuasi : Fluktuasi
Tabel 1. Gejala dan tanda selulitis

Pemeriksaan laboratorium sebenarnya tidak terlalu dibutuhkan pada


sebagian besar pasien dengan selulitis. Seperti halnya pemeriksaan
laboratorium, pemeriksaan pencitraan juga tidak terlalu dibutuhkan. Pada
pemeriksaan darah lengkap, ditemukan leukositosis pada selulitis penyerta
penyakit berat, leukopenia juga bisa ditemukan pada toxin-mediated cellulitis.
ESR dan C-reactive protein (CRP) juga sering meningkat terutama penyakit
yang membutuhkan perawatan rumah sakit dalam waktu lama. Pada banyak
kasus, pemeriksaan Gram dan kultur darah tidak terlalu penting dan efektif.

2.7 Diagnosis Banding


 Erysipelas
Erisipelas merupakan infeksi bakteri pada kulit superfisial yang ciri
khasnya meluas ke kutaneus limfatik. Awalnya infeksi terjadi pada
wajah dan disebabkan oleh Streptococcus pyogenes. Erisipelas pada
umumnya diawali dengan gejala-gejala prodormal, yaitu
panas,menggigil, sakit kepala, nyeri sendi, muntah dan rasa lemah.
Pada kulit nampak kemerahan, berbatas tegas dengan bagian tepi
meninggi, nyeri dan teraba panas pada area tersebut. Di permukaan
kulit adakalanya dijumpai gelembung kulit (bula) yang berisi cairan
kekuningan(seropurulen). Pada keadaan yang berat, kulit nampak
melepuh dan kadang timbul erosi (kulit mengelupas). Biasanya
menyerang wajah, ekstremitas atas atau bawah, badan dan
genitalia.Kelenjar getah bening di sekitar daerah yang terinfeksi,
sering membesar dan terasa nyeri. Efloresensi berupa makula
eritematosa numular hingga plakat, berbatas tegas, edematosa, panas

9
pada perabaan dan nyeri tekan. Pada bagian tengah ditemukan vesikel
miliar atau bula lentikular.

tabel perbedaan eripelas dengan celulitis

 Mikosis profunda
Adalah kromomikosis yang biasanya menyerang kulit dengan
gambaran nodular dan verukosa. Perjalanan penyakit jamur masuk
dari tanah melalui abrasi kulit, berkembang membentuk nodula –
nodula yang selanjutnya menjadi lesi veruka menyerupai kembang
kol. Efloresensi berupa nodula – nodula lentikular sampai numular
dengan permukaan kasar menyerupai kembang kol berbatas tegas.

2.8 Pemeriksaan Penunjang


1. Pemeriksaan Laboratorium
a. CBC (Complete Blood Count), menunjukkan kenaikan jumlah leukosit
dan rata-rata sedimentasi eritrosit. Sehingga mengindikasikan adanya
infeksi bakteri.
b. BUN level
c. Kreatinin level
d. Kultur darah, dilaksanakan bila infeksi tergeneralisasi telah diduga
e. Mengkultur dan membuat apusan Gram, dilakukan secara terbatas pada
daerah penampakan luka namun sangat membantu pada area abses atau
terdapat bula.
f. Pemeriksaan laboratorium tidak dilaksanakan apabila penderita belum
memenuhi beberapa kriteria; seperti area kulit yang terkena kecil, tidak

10
terasa sakit, tidak ada tanda sistemik (demam, dingin, dehidrasi,
takipnea, takikardia, hipotensi), dan tidak ada faktor resiko.
2. Pemeriksaan Imaging
a. Plain-film Radiography, tidak diperlukan pada kasus yang tidak
lengkap (seperti kriteria yang telah disebutkan)
b. CT (Computed Tomography)
Baik Plain-film Radiography maupun CT keduanya dapat digunakan
saat tata klinis menyarankan subjucent osteomyelitis.
c. MRI (Magnetic Resonance Imaging), Sangat membantu pada diagnosis
infeksi selulitis akut yang parah, mengidentifikasi pyomyositis,
necrotizing fascitiis, dan infeksi selulitis dengan atau tanpa
pembentukan abses pada subkutaneus.

2.9 Terapi

1) Pada pengobatan umum kasus selulitis, faktor hygiene perorangan dan


lingkungan harus diperhatikan.
2) Istirahatkan tungkai bawah dan kaki yang di serang ditinggikan ( elevasi)
sedikit lebih tinggi dari pada letak jantung.
3) Pemberian antibiotik topikal diberikan kompres terbuka dengan larutan
antiseptik seperti povidon – yodium 5 – 10%
4) Sistemik
Berbagai obat dapat digunakan sebagai pengobatan selulitis
 Penisilin G prokain dan semisintetiknya
a) Penisilin G prokain
Dosisnya 1,2 juta/ hari, I.M. Dosis anak 10000 unit/kgBB/hari.
Penisilin merupakan obat pilihan (drug of choice), walaupun di
rumah sakit kota-kota besr perlu dipertimbangkan kemungkinan
adanya resistensi. Obat ini tidak dipakai lagi karena tidak praktis,
diberikan IM dengan dosis tinggi, dan semakin sering terjadi syok
anafilaktik.

11
b) Ampisilin
Dosisnya 4x500 mg, diberikan 1 jam sebelum makan. Dosis anak
50-100 mg/kgBB/hari dibagi dalam 4 dosis.
c) Amoksisilin
Dosisnya sama dengan ampsilin, dosis anak 25-50 mg/kgBB/hari
dibagi dalam 3 dosis. Kelebihannya lebih praktis karena dapat
diberikan setelah makan. Juga cepat absorbsi dibandingkan dengan
ampisilin sehingga konsentrasi dalam plasma lebih tinggi.
d) Golongan obat penisilin resisten-penisilinase
Yang termasuk golongan obat ini, contohnya: oksasilin,
dikloksasilin, flukloksasilin. Dosis kloksasilin 3 x 250 mg/hari
sebelum makan. Dosis flukloksasilin untuk anak-anak adalah 6,25-
11,25 mg/kgBB/hari dibagi dalam 4 dosis.

 Linkomisin dan Klindamisin


Dosis linkomisin 3 x 500 mg sehari. Klindamisin diabsorbsi lebih baik
karena itu dosisnya lebih kecil, yakni 4 x 300-450 mg sehari. Dosis
linkomisin untuk anak yaitu 30-60 mg/kgBB/hari dibagi dalam 3-4
dosis, sedangkan klindamisin 8-16 mg/kgBB/hari atau sapai 20
mg/kgBB/hari pada infeksi berat, dibagi dalam 3-4 dosis. Obat ini
efektif untuk pioderma disamping golongan obat penisilin resisten-
penisilinase. Efek samping yang disebut di kepustakaan berupa colitis
pseudomembranosa, belum pernah ditemukan. Linkomisin gar tidak
dipakai lagi dan diganti dengan klindamisin karena potensi
antibakterialnya lebih besar, efek sampingnya lebih sedikit, pada
pemberian per oral tidak terlalu dihambat oleh adanya makanan dalam
lambung.
 Eritromisin
Dosisnya 4x 500 mg sehari per os. Efektivitasnya kurang dibandingkan
dengan linkomisin/klindamisin dan obat golongan resisten-penisilinase.

12
Sering memberi rasa tak enak dilambung. Dosis linkomisin untuk anak
yaitu 30-50 mg/kgBB/hari dibagi dalam 3-4 dosis.
 Sefalosporin
Pada selulitis yang berat atau yang tidak member respon dengan obat-
obatan tersebut diatas, dapat dipakai sefalosporin. Ada 4 generasi yang
berkhasiat untuk kuman positif-gram ialah generasi I, juga generasi IV.
Contohya sefadroksil dari generasi I dengan dosis untuk orang dewasa
2 x 500 m sehari atau 2 x 1000 mg sehari (per oral), sedangkan dosis
untuk anak 25-50 mg/kgBB/hari dibagi dalam 2 dosis.

Pada selulitis yang ternyata penyebabnya bukan staphylococcus aureus


penghasil penisilinase (non SAPP) dapat diberi penisilin. Pada yang alergi
terhadap penisilin, sebagai alternatif digunakan eritromisin (dewasa: 250-500
gram peroral; anak-anak: 30-50 mg/kgbb/hari) tiap 6 jam selama 10 hari.
Dapat juga digunakan klindamisin (dewasa 300-450 mg/hari PO; anak-anak
16-20 mg/kgbb/hari). Pada yang penyebabnya SAPP selain eritromisin dan
klindamisin, juga dapat diberikan dikloksasilin 500 mg/hari secara oral
selama 7-10 hari.

2.10 Prognosis
Prognosis pasien dengan selulitis pada umumnya baik. Terapi antibiotik
yang tepat biasanya memberikan hasil penyembuhan total. Selulitis akut
dengan atau tanpa abses, memiliki kecenderungan untuk menyebar melalui
aliran darah dan system limfa dan mungkin menjadi penyakit serius, jika
tidak diobati sedini mungkin. Pada pasien dengan edema kronis, penyebaran
akan sangat cepat dan penyembuhan akan lebih lama meskipun drainase dan
sterilisasi dari lesi oleh antibiotik. Selulitis cenderung kambuh di daerah yang
sama, mungkin sebagai akibat obstruksi kronik system limfatik dan edema
persisten.

13
BAB III

LAPORAN KASUS

3.1 Identitas Pasien


Nama : I Nengah Yugum
Umur : 55 tahun
Jenis Kelamin : laki-laki
Pekerjaan : Petani
Status : Menikah
Alamat : Tohpati, Demulih
Nomor RM : 170883
MRS : 15 oktober 2018

3.2 Anamnesis
Keluhan Utama : Bengkak pada tangan kanan

Riwayat penyakit sekarang : Pasien datang sadar diantar oleh keluarga


ke IGD RSU Bangli dengan keluhan bengkak pada tangan kanan sejak
kemarin. Bengkak disertai kemerahan dan nyeri. Pasien juga mengeluh
demam sejak tadi pagi. Pasien mengatakan pada awalnya timbul bercak
kemerahan yang terasa gatal pada tangannya, kemudian pasien
menggaruknya sehingga bercak tersebut membengkak seperti sekarang.

Riwayat penyakt dahulu : pasien mengatakan tidak pernah


mengalami keluhan yang sama sebelumnya, hipertensi (-), DM (-), asma (-
), jantung (-), penyakit kulit (-), disangkal oleh pasien

Riwayat penyakit keluarga : pasien mengatakan tidak ada anggota


keluarga yang memiliki keluhan yang sama dengan pasien, hipertensi (-),
DM (-), asma (-), jantung (-)

14
Riwayat social : pasien sehari – hari bekerja sebagai,
menkonsumsi kopi (-), merokok (-), alkohol (-).

Riwayat pengobatan : pasien mengaku belum pernah


mendapatkan pengobatan untuk keluhan saat ini.

Riwayat Alergi : pasien tidak memiliki riwayat alergi


makanan (-) dan obat (-)

3.3 Status Generalis


Keadaan umum : sakit sedang
Kesadaran : compos mentis
GCS : E4V5M6
Tanda vital
Tekanan Darah : 100/60mmHg
Nadi : 88x/mnt
Respirasi Rate : 20x/mnt
Temperature Axilla : 39,4 0C
NRS :3

Kepala : Normochepali, cephal hematome (-), massa (-), jejas (-)

Mata : Konjungtiva Anemis (-), Sklera Ikterus (-), R.Pupil isokor


+/+, ukuran 3mm, Edema palpebra (-)

Leher : Pembesaran limfe (-), Pembesaran tiroid (-), deviasi


trachea (-)

THT : Tonsil T1/T1, kesan tenang

Thorax :

Pulmo :

15
Inspeksi : simetris kiri dan kanan, ketertinggalan gerak nafas (-),
jejas (-)

Palpasi : vokal fremitus simetris kiri dan kanan , nyeri tekan (-),
teraba massa (-).

Perkusi : sonor di sleuruh lapang paru

Auskultasi : suara nafas vesikuler di seluruh lapang paru, ronki (-/-),


wheezhing (-/-).

Jantung :
Inspeksi : iktus kordis terlihat
Palpasi: Iktus kordis teraba di ICS V MCL sinistra
Perkusi : batas jantugn kanan ICS V PSL sinistra
Batas kiri ICS V MCL sinistra
Batas atas ICS II PSL sinistra
Auskulasi : S1S2 tunggal, reguler, murmur (-)
Abdomen
Inspeksi : datar, jejas (-)
Auskultasi : bising usus (+) normal
Palpasi : nyeri tekan (-), teraba massa (-)
Perkusi : timpani di seluruh lapang abdomen

Ekstremitas atas : akral hangat (+/+), edema (+/-), CRT <2 detik
Ekstremitas bawah : akral hangat (-/-), edema (-/-)

16
3.4 Status lokalis

Regio dorsum antebrachialis dextra

Efloresensi : makula eritema, ukuran numular diameter ± 3cm, difuse,


dengan dasar eritema, edematosa, denga bula ukuran 2 cm, pada perabaan
terdapat nyeri tekan disekitarnya.

3.4 Diagnosis banding


- Selulitis
- Erisipelas
- Mikosis profunda

3.5 Usulan Pemeriksaan penunjang


- Pemeriksaan Laboratorium : pemeriksaan darah lengkap
- Kultur darah, dilaksanakan bila infeksi tergeneralisasi telah diduga
- Mengkultur dan membuat apusan Gram, dilakukan secara terbatas
pada daerah penampakan luka namun sangat membantu pada area
abses atau terdapat bula.

17
3.6 Diagnosis Kerja
Selulitis Manus Dextra

3.7 Terapi
- Kompres NaCL 0,9% 3 x ue
- Cefadroxil 2 x 500 mg PO

3.8 Konseling
1. Menjaga faktor hygiene perorangan dan lingkungan.
2. Istirahatkan tangan yang di serang ditinggikan ( elevasi) sedikit lebih
tinggi dari pada letak jantung.
3. Pemberian antibiotik topikal diberikan kompres terbuka dengan larutan
antiseptik, kompres lesi 3 kali sehari sampai dengan lesi kering
4. Minum obat secara teratur

3.9 Prognosis
Quo ad vitam : Bonam
Quo ad functionam : Bonam
Quo ad sanationam : Bonam

18
BAB IV

PENUTUP

4.1 Kesimpulan
Selulitis merupakan penyakit infeksi akut yang disebabkan oleh bakteri
Streptoccocus dan S. aureus, yang menyerang jaringan subkutis dan daerah
superfisial. Faktor resiko untuk terjadinya infeksi ini adalah trauma lokal
(robekan kulit), luka terbuka di kulit atau gangguan pada pembuluh balik
(vena) maupun pembuluh getah bening. Daerah predileksi yang sering
terkena yaitu wajah, badan, genitalia, dan ekstremitas atas dan ekstremitas
bawah. Pada pemeriksaan klinis selulitis: adanya makula erimatous, tepi tidak
meninggi, batas tidak jelas, edema, infiltrat dan teraba panas. Efloresensi
berupa makula eritematosa atau kehitaman menonjol di atas permukaan kulit,
ukuran besar dan dapat mencapai plakat. Di atasnya terdapat fistel- fistel yang
mengeluarkan sekret seropurulen. Diagnosis penyakit ini dapat ditegakkan
berdasarkan anamnesis dan gambaran klinis. Penanganan perlu
memperhatikan faktor predisposisi dan komplikasi yang ada.

19

Anda mungkin juga menyukai