Anda di halaman 1dari 5

Demikian juga kekerasan yang dilakukan khususnya mahasiswa.

Kekerasan kepada pemerintah melalui


aksi demo, terjadi, karena mahasiswa menganggap bahwa pemerintah tidak serius memajukan bangsa.
Mahasiswa yang mempunyai idialisme tinggi, dan aksi mahasiswa itu bisa menjadi “cermin” perjuangan
hak dan aspirasi rakyat yang selama ini tak mendapatkan perhatian serius dari pemerintah. Oleh karena
itu, pendekatan lewat sikap keras dilakukan untuk menekan perilaku dan kebijakan pemerintah yang tak
berpihak kepada rakyat. Dan juga terjadi demo terhadap kampus/lembaganya, karena besarnya
kekecewaan mahasiswa atas sikap dosen dan birokrat kampus yang dianggap tak responsif terhadap
aspirasi mahasiswa mendorong mereka melakukan demontrasi, yang berakhir dengan bertindak anarkis.
Bahkan terjadi kekerasan antarmahasiswa dalam satu kampus maupun antarkampus, yang nota bene
mereka adalah bersaudara dan tumpuan harapan bangsa.

Kekerasan fisik yang terjadi di dunia perguruan tinggi, menurut penulis tidak terjadi di lembaga
pendidikan kedinasan seperti STAN, walaupun ada lembaga-lembaga lain terjadi tindak kekerasan
antarmahasiswa. Namun demikian yang perlu diperhatikan adalah perilaku yang tidak kelihatan secara
fisik tetapi mempunyai dampak yang sangat besar bagi negara, yang berpotensi merugikan negara,
seperti yang sudah terjadi terhadap oknum lulusan STAN yang melakukan korupsi. Hal-hal seperti ini
perlu dicegah lebih dini, melalui berbagai cara pendekatan yang dilakukan oleh lembaga (STAN) maupun
oleh pengajar. Melalui tulisan ini, penulis akan mencoba memaparkan bahasan mengenai penanaman
nilai-nilai etika, yang diharapkan mendapatkan sentuhan perasaan yang akan membekas di hati sanubari
mahasiswa.

B. PEMBAHASAN

1. Pedidikan nilai-nilai Etika

Pengertian pendidikan secara umum dapat kita artikan sebagai suatu usaha sadar yang dilakukan oleh
individu, kelompok, lembaga dalam rangka menanamkan pengetahuan (kognitif), menanamkan nilai-nilai
atau sikap (afektif), dan melatih keterampilan (psikomotorik) kepada para mahasiswa untuk
mempersiapkan masa depannya yang lebih beretika.

Perkataan etika berasal dari bahasa Yunani, yaitu ethos, yang dalam hal ini mempunyai arti kesediaan
jiwa akan kesusilaan. Tepatnya to ethos yang dapat juga berarti kebiasaan, adat istiadat, kesusilaan.
Dalam bahasa Yunani kuno, istilah ini berarti lebih konkrit lagi yakni kandang hewan, atau pagar, tembok
yang membatasi gerak hewan. Dengan begitu maka etika menyangkut batas-batas kehidupan dan
kegiatan manusia, mengatur kehidupan bersama manusia. Etika menjadi semacam pembatasan bagi
kehidupan manusia agar dapat hidup bersama secara baik (Suprihadi, 1983).

Selanjutnya Suprihadi (1983) mengutip pendapat Franz Von Magnis mengatakan bahwa etika adalah
“Penyelidikan filsafat tentang bidang yang mengenai kewajiban-kewajiban manusia serta tentang yang
baik dan yang buruk”. Dari sisi lain etika dipandang sebagai panduan untuk bertindak secara benar yang
didasari tanggung jawab. Artinya, siap menerima konsekuensi dari setiap tindakannya. Perilaku
seseorang merupakan cerminan dari nilai-nilai yang dianut oleh orang tersebut. Nilai-nilai yang diyakini
oleh individu tersebutlah yang mendasarinya untuk melakukan atau tidak melakukan suatu
tindakan/perilaku.

Nilai itu pada hakikatnya adalah sesuatu yang diinginkan (positif) atau sesuatu yang tidak diinginkan
(negatif). Nilai merupakan sesuatu yang diinginkan dalam hal nilai tersebut bersifat positif, dalam arti
menguntungkan atau menyenangkan dan memudahkan pihak yang memperolehnya untuk memenuhi
kepentingan-kepentingannya yang berkaitan dengan nilai tersebut. Sebaliknya nilai merupakan sesuatu
yang tidak diinginkan dalam hal nilai tersebut bersifat negatif, dalam arti merugikan atau menyulitkan
pihak yang memperolehnya untuk memenuhi kepentingannya, sehingga dengan sendirinya nilai tersebut
dijauhi. Jadi bagaimana nilai etika dapat dihayati.

Penghayatan atas sesuatu hanya dapat dicapai dengan cara merenungkan sesuatu itu sedalam-
dalamnya. Menimbang adalah kegiatan manusia menghubungkan sesuatu dengan sesuatu untuk
selanjutnya mengambil keputusan. Dengan demikian, nilai merupakan suatu keputusan yang dihasilkan
pertimbangan manusia. Karena hanya manusia yang mampu mempertimbangkan, maka hanya manusia
pula yang merupakan sumber nilai.

Mahasiswa sebagai generasi-generasi penerus bangsa, dituntut untuk dapat membangun bangsa dan
tanah air ke arah yang lebih baik dengan memiliki nilai etika. Peranan etika bagi mahasiswa dapat
menjadi salah satu alat kontrol di dalam melakukan suatu tindakan. Etika dapat menjadi gambaran bagi
mahasiswa dalam mengambil suatu keputusan atau dalam melakukan sesuatu yang baik atau yang
buruk. Oleh karena itu, makna etika harus lebih dipahami dan dipaksakan di dalam lingkungan
mahasiswa yang realitanya lebih banyak mahasiswa yang tidak sadar dan tidak mengetahui makna etika
dan peranan etika itu sendiri, sehingga bermunculanlah mahasiswa-mahasiswa anarkis yang tidak
mempunyai etika dan sopan santun.
Apabila mahasiswa masih belum menyadari betapa pentingnya etika di dalam pembentukan karakter
seorang penerus bangsa dan negara, akankah bangsa Indonesia untuk di masa yang akan datang di isi
oleh penerus-penerus bangsa yang anarkis?

Sebagian menjadi tugas dari pengajarlah yang membentuk mentalitas mahasiswa agar jujur, karena
kejujuran mutlak diperlukan sebagai landasan untuk mencapai kemajuan.

2. Pelaksanaan Pendidikan Nilai-Nilai Etika

Aspek pendidikan tidak hanya memberikan pengajaran saja kepada mahasiswa tetapi juga harus
mencakup pembentukan sikap dan kepribadian, yang mana hal ini penting dalam menghadapi krisis
moral bangsa Indonesia.

Nilai-nilai itu pula yang menyebabkan seseorang terdorong atau memiliki semangat untuk melakukan hal
yang baik atau buruk, salah atau benar. Seseorang akan melakukan suatu tindakan apabila dia yakin
bahwa tindakannya benar dan tidak akan melakukan suatu tindakan apabila diyakininya bahwa tindakan
itu salah, baik menurut nilai-nilai yang dianutnya atau nilai-nilai yang berlaku dalam lingkungannya.

Untuk menanamkan nilai-nilai etika di kalangan mahasiswa dapat didukung melalui:

1) Mata kuliah Etika dan Kepribadian

Pembelajaran etika dan kepribadian dapat memunculkan kesadaran dan kepekaan terhadap issu-issu
yang berkembang dalam organisasi ataupun masyarakat. Pengajaran etika tentu dapat mempengaruhi
perilaku, tetapi bagaimana sebenarnya cara membangkitkan kesadaran dan kepekaan itu.

Sebagaimana disebutkan di atas bahwa sebagian tugas pengajar atau lembaga pendidikan adalah
bagaimana membentuk mentalitas mahasiswa agar jujur. Mahasiswa adalah manusia-manusia
intelektual yang akan menjadi penerus tombak estafet pembangunan. Oleh karena itu dituntut tanggung
jawab akademisnya dalam menghasilkan “buah karya” yang berguna bagi kehidupan lingkungannya.
Mahasiswa sebagian besar waktunya berada dalam lingkungan kampus, maka proses pembelajaran
dapat dilakukan melalui lingkungan kampus. Pembinaan etika dapat dilakukan pada waktu mata kuliah
etika dan diaplikasikan dengan melihat secara jujur kehidupan masyarakat di lingkungannya masing-
masing, dan membuat laporan secara jujur dan di komentari pada saat materi kuliah Etika. Pada waktu
belajar, pengajar bisa menjelaskan bagaimana budaya kampus, bagaimana menanamkan kesederhanaan,
kejujuran, tidak nyontek dalam ujian, integritas, dan juga mungkin baca puisi sehingga nuraninya
berbunyi. Sedangkan di luar proses belajar-mengajar adalah adanya warung kejujuran, membawa
mahasiswa atau pergi ke tempat-tempat komunitas warga tidak mampu. Ini semua merupakan
pendidikan nilai, mungkin tidak bisa dirasakan saat ini tapi mempunyai dampak dan pengaruh di masa
depan.

Dengan demikiam mengajarkan etika kepada mahasiswa sangatlah tepat, karena mahasiswa sebagai
calon pemimpin bisa kehilangan kepercayaan dan keyakinan dari bawahan/rakyatnya karena
pertimbangannya/keputusannya tidak etis, sehingga mahasiswa sebagai calon pemimpin tidak akan
mampu menjadi pemimpin.

2) Ektra kurikuler

Di samping penerapan nilai-nilai etika melalui pembelajaran formal di lembaga-lembaga pendidikan


dapat diperoleh melalui jalur pendidikan agama dan keluarga.

Pendidikan agama yang diberikan kepada mahasiswa saat ini, haruslah dipahami, dimaknai secara
mendalam, dan menyemaikan kebaikan tersebut di hati dan mewujudkannya dalam tindakan. Dengan
makna yang demikian akan dapat dijadikan landasan pembangunan kecerdasan emosi dan spiritual
dimana suara hati adalah menjadi landasannya.

Selanjutnya pendidikan keluarga adalah sebuah unit yang membangun bangsa dan untuk itulah negara
dibangun. Keluarga adalah tempat dimana karakter anak dibentuk, dimana pendidikan dimulai dan
dipupuk, dimana norma pengambilan keputusan oleh si anak diciptakan. Seperti “refleksi” dalam
majalah “Nirmala” 10/III/Oktober 2001 mengungkapkan bahwa: Jika anak dibesarkan dengan
permusuhan, ia belajar berkelahi. Jika anak dibesarkan dengan penghinaan, ia belajar menyesali diri. Jika
anak dibesarkan dengan dorongan, ia belajar percaya diri. Jika anak dibesarkan dengan pujian, ia belajar
menghargai. Jika anak dibesarkan dengan sebaik-baiknya perlakuan, ia belajar keadilan. Jika anak
dibesarkan dengan dukungan, ia menyenangi dirinya, dan jika anak dibesarkan dengan kasih sayang dan
persahabatan ia belajar menemukan cinta dalam kehidupan.
3. PENUTUP

Dalam era globalisasi sekarang ini karakter yang kuat memiliki peran yang sangat strategis dalam
menyiapkan generasi penerus bangsa yang berkualitas yang memiliki integritas yang tinggi sebagai
bangsa Indonesia.

Berkaitan dengan tantangan besar bangsa yang dihadapi, kita perlu menumbuhkan kembali nilai-nilai
etika dalam kehidupan kita. Oleh karena itu, betapa pentingnya nilai-nilai etika dalam kehidupan
mahasiswa. Mahasiswa sebagai harapan bangsa, generasi-generasi penerus estapet pembangunan,
haruslah membumikan bahwa etika dijadikan sebagai salah satu alat kontrol atau menjadi rambu-rambu
bagi seseorang atau kelompok dalam berkehidupan sehari-hari, bermasyarakat maupun bernegara,
sehinga pada akhirnya akan bisa memberikan kemajuan serta keberhasilan dalam membangun bangsa
sesuai dengan cita-cita Pembukaan UUD 1945, yaitu masyarakat adil dan makmur bagi seluruh rakyat
Indonesia.

Anda mungkin juga menyukai