PENDAHULUAN
Sejarah evidence dimulai pada tahun 1970 ketika Archie Cochrane menegaskan
perlunya mengevaluasi pelayanan kesehatan berdasarkan bukti-bukti ilmiah
(scientific evidence). Sejak itu berbagai istilah digunakan terkait denagn evidence
based, diantaranya evidence based medicine (EBM), evidence based nursing (EBN),
evidence based practice (EBP). Evidence Based Practice merupakan upaya untuk
mengambil keputusan klinis berdasarkan sumber yang paling relevan dan valid. Oleh
karena itu EBP merupakan jalan untuk mentranformasi hasil penelitian kedalam
praktek sehingga perawat dapat meningkatkan “quality of care” terhadap pasien.
Selain itu implementasi EBP juga akan menurunkan biaya erawatan yang memberi
dampak positif tidak hanya bagi pasien, perawat, tapi juga bagi institusi pelayanan
kesehatan. Sayangnya penggunaan bukti-bukti riset sebagai dalam pengambilan
keputusan klinis seperti seorang bayi yang masih berada dalam tahap pertumbuhan.
Merubah sikap adalah sesuatu yang sangat sulit, bahkan mungkin hal yang sia-
sia. Orang tidak akan bisa merubah adat orang lain, kecuali orang-orang didalamnya
yang merubah dri mereka sendiri. Tetapi meningkatkan kesadaran, dan masalah
kesehatan dimasyarakat, akan meningkatkan kebutuhan masyarakat akan pelayanan
kesehatan. Tentu pelayanan yang paling efektif dan efisien menjadi tuntutan sekaligus
tantangan besar yang harus dicari problem solving-nya.
Penggunaan evidence based dalam praktik akan menjadi dasar scientic dalam
pengambilan keputusan klinis sehingga intervensi yang diberikan dapat
dipertanggungjawabkan. Sayangnya pendekatan evidence based di Indonesia belum
berkembang termasuk penggunaan hasil riset kedalam praktek. Tidak dapat
1
dipungkiri bahwa riset di Indonesia hanya untuk kebutuhan penyelesaian studi
sehingga hanya menjadi tumpukan kertas semata.
1.2 Tujuan
Tujuan dari penulisan makalah ini untuk menjelaskan dan menelaah situasi
tentang Evidence Based Practice di tatanan klinis keperawatan gerontik.
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.2 Tingkatan dan Hirarki dalam Penerapan Evidence Base Practice (EBP)
3
ditetapkan oleh Badan Kesehatan Penelitian dan Kualitas (AHRQ), sering
digunakan dalam keperawatan (Titler, 2010). Adapun Level of Evidence tersebut
adalah sebagai berikut:
Hierarki dalam penelitian ilmiah terdapat hierarki dari tingkat kepercayaannya yang
paling rendah hingga yang paling tinggi. Dibawah ini mulai dari yang paling rendah
hingga yang paling tinggi:
4
Bukti eksternal berasal
dari penelitian, bukti
berdasarkan teori, opini
pemimpin, dan diskusi
ahli
Pengambilan keputusan untuk melakukan perubahan berdasarkan bukti-bukti nyata atau EBP
dipengaruhi oleh tiga faktor yaitu, hasil penelitian atau riset termasuk teori-teori pendukung,
pengalaman yang bersifat klinis, serta feedback atau sumber-sumber dari oengalamn yang
dialami oleh pasien.
1. Model Settler
Merupakan seperangkat perlengkapan/ media oenelitian untuk meningkatkan
penerapan evidence based. 5 langkah dalam model Settler:
Fase 1 : Persiapan
Fase 2 : Validasi
Fase 3 : Perbandingan evaluasi dan pengambilan keputusan
5
Fase 4 : Translasi dan Aplikasi
Fase 5 : Evaluasi
6
2.5 Lamgkah-langkah EBP
Berdasarkan (Melnyk et al., 2014) ada beberapa tahapan atau langkah dalam
proses EBP. Tujuh langkah dalam evidence based practice (EBP) dimulai dengan
semangat untuk melakukan penyelidikan atau pencarian (inquiry) personal. Budaya
EBP dan lingkungan merupakan faktor yang sangat penting untuk tetap
mempertahankan timbulnya pertanyaan-pertanyaan klinis yang kritis dalam praktek
keseharian. Langkah-langkah dalam proses evidance based practice adalah sebagai
berikut:
1. Menumbuhkan semangat penyelidikan (inquiry)
2. Mengajukan pertanyaan PICO(T) question
3. Mencari bukti-bukti terbaik
4. Melakukan penilaian (appraisal) terhadap bukti-bukti yang ditemukan
5. Mengintegrasikan bukti dengan keahlian klinis dan pilihan pasien untuk
membuat keputusan klinis terbaik
6. Evaluasi hasil dari perubahan praktek setelah penerapan EBP
7. Menyebarluaskan hasil (disseminate outcome)
1. Mengakui status atau arah praktek dan yakin bahwa pemberian perawatan
berdasarkan fakta terbaik akan meningkatkan hasil perawatan klien
2. Implementasi hanya akan sukses bila perawat menggunakan dan mendukung
“pemberian perawatan berdasarkan fakta”
3. Evaluasi penampilan klinik senantiasa dilakukan perawat dalam penggunaan EBP
4. Praktek berdasarkan fakta berperan penting dalam perawatan kesehatan
5. Praktek berdasarkan hasil temuan riset akan meningkatkan kualitas praktek,
penggunaan biaya yang efektif pada pelayanan kesehatan
6. Penggunaan EBP meningkatkan profesionalisme dan diikuti dengan evaluasi yang
berkelanjutan
7. Perawat membutuhkan peran dari fakta untuk meningkatkan intuisi, observasi
pada klien dan bagaimana respon terhadap intervensi yang diberikan. Dalam
tindakan diharapkan perawat memperhatikan etnik, sex, usia, kultur dan status
kesehatan.
7
2.7 Hambatan Pelaksanaan EBP Pada Keperawatan
8
BAB III
3.1 Kesimpulan
Berdasrkan pembahasan konsep Evidence Based Practice diatas, dapat
disimpulkan bahwa ada 3 faktor yang secara garis besar menentukan tercapainya
pelaksanaan praktek keperawatan yang lebih baik yaitu, penelitian dilakukan
berdasarkan fenomena yang terjadi di kaitkan dengan teori yang telah ada,
pengalaman klinis terhadap suatu kasus, dan pengalaman proibadi yang bersumber
dari pasien. Dengan memperhatiakan faktor-faktor tersebut, maka di harapkan
pelaksanaan pemberian pelayanan kesehatan khususnya pemberian asuhan
keperawatan dapat ditingkatkan terutama dalam hal peningkatan pelayanan kesehatan
atau keperawatan, pengurangan biaya (cost effective) dan peningkatan kepuasan
pasien atas pelayanan yang diberikan. Namun dalam pelaksanaan penerapan evidence
based practice ini sendiri tidaklah mudah, hambatan utama dalam pelaksanaannya
yaitu kurangnya pemahaman dan kurangnya referensi yang dapat digunakan sebagai
pedoman pelaksanaan penerapan EBP itu sendi.
3.2 Saran
Dalam pemberian pelayanan kesehatan khususnya asuhan keperawatan yang
baik, serta mengambil keputusan yang bersifat klinis hendaknya mengacu oada SPO
yang dibuat berdasarkan teori-teori dan penelitian terkini. Evidence based practice
dapat menjadi panduan dalam menentukan atau membuat SPO yang memiliki
landasan berdasarkan teori, penelitian, serta pengalaman klinis baik oleh petugas
kesehatan maupun pasien.
9
DAFTAR PUSTAKA
Lavin MA, Krieger MM, Meyer GA, et al. Development and evaluation of evidence-
based nursing (EBN) filters and related database. J Med Libr Assoc 93 (1)
January 2005
Celli BR, Macnee W, Agusti , Anzueto A, Berg B , Buist ASet al. (2011). Standards
for the diagnosis and treatment of patients with COPD: a summary of th
ATS/ERS position paper.
Ashktorab, T., Pashaeypoor, S., Rassouli, M., & Alavi-Majd, H. (2015). Nursing
Students’ Competencies in Evidence-Based Practice and Its Related Factors.
https://doi.org/10.17795/nmsjournal23047
Sin, M.-K., & Bliquez, R. (2017). Teaching evidence based practice to undergraduate
nursing students. Journal of Professional Nursing.
https://doi.org/10.1016/j.profnurs.2017.06.003
Levin, R. F., & Feldman, H.R. (2012). Teaching evidence-based practice in nursing.
Spinger Publish Company
Grove, S. K., Burns, N., & Gray, J. (2012). The Practice of nursing research:
Appraisal, synthesis, and generation of evidence. Elsevier Health Sciences
10
11