Dosen Pembimbing :
KEMENTERIAN KESEHATAN RI
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTERIAN KESEHATAN SURABAYA
JURUSAN KEPERAWATAN
PRODI DIII KEPERAWATAN KAMPUS SUTOPO
Jl. Parangkusumo No.1 Telp. (031) 3550163 Surabaya 60176
TAHUN AJARAN 2019-2020
KATA PENGANTAR
i
Assalaamu’alaikum Wr. Wb.
Puji syukur Penulis panjatkan atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat,
taufik dan hidayahNya sehingga Penulis dapat menyelesaikan makalah ini. makalah ini
terwujud berkat partisipasi berbagai pihak, oleh karena itu Penulis menyampaikan
terimakasih yang sebesar-besarnya kepada:
1. Selaku dosen mata kuliah KMB yang telah memberikan pengarahan dalam
menyelesaikan makalah ini.
2. Teman-teman seperjuangan, khususnya kelas D3 Keperawatan tingkat 2 Reg A.
Tak ada gading yang retak begitu juga kami yang menyadari bahwa makalah ini masih
banyak kekurangan. Oleh karena itu, kami mohon kritik dan saran yang bersifat membangun
agar kami menjadi lebih baik lagi. Adapun harapan kami semoga makalah ini dapat diterima
dengan semestinya dan bermanfaat bagi kita. Aamiin.
Wassalamu’alaikum Wr. Wb.
Penyusun,
DAFTAR ISI
ii
KATA PENGANTAR............................................................................................... ii
DAFTAR ISI............................................................................................................. iii
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang........................................................................................ 1
1.2 Rumusan Masalah.................................................................................... 1
1.3 Tujuan....................................................................................................... 1
BAB 2 LANDASAN TEORI
2.1 Pengertian penyakit malaria..................................................................... 2
2.2 Gejala-gejala penyakit malaria................................................................. 2
2.3 Cara pencegahan dan pengobatan penyakit malaria................................ 3
BAB 3 PEMBAHASAN
3.1 Contoh kasus............................................................................................. 4
3.2 Pembahasan............................................................................................... 6
BAB 4 PENUTUP
4.1 Kesimpulan............................................................................................... 8
4.2 Saran.......................................................................................................... 8
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................ 9
iii
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Malaria saat ini merupakan penyakit yang sudah tidak asing lagi didengar oleh
siapapun terutama di daerah Papua. Karena malaria merupakan penyakit yang sangat
berbahaya. Walaupun sangat berbahaya, tetapi sebagian besar masyarakat masih acuh dan
malas tau terhadap penyakit malaria. Contoh kecil saja kita lihat disekitar kita masih
banyak orang-orang yang membuang sampah sembarangan. Hal ini bisa membahayakan
bagi kita bukan Cuma orang tersebut, tetapi bagi hampir semua penduduk yang
bertempat tinggal di daerah tersebut. Karena jika membuang sampah sembarangan dapat
menjadikannya sarang tempat berkembangnya nyamuk malaria (Anopheles). Mereka
tidak akan sadar sampai mereka sendiri yang menderita karena terkena panyakit
berbahaya tersebut. Dan kalau ini dibiarkan terus-menerus, akan membahayakan karena
penyakit ini dapat menular kepada siapa saja yang tidak memiliki ketahanan tubuh yang
kuat. Tidak membedakan tua muda, besar kecil ataupun kaya dan miskin. Oleh karena
itu, makalah ini bertujuan agar memberikan informasi kepada pembaca tentang bahaya
penyakit malaria, cara mencegah dan cara mengobatinya. Sehingga dapat terhindar dari
penyakit yang berbahaya ini.
1.2.1 Bagaimana pendapat kelompok tentang kasus penyakit malaria di suatu wilayah
endemik?
1.3 Tujuan
1.3.1 Mengetahui pendapat kelompok tentang kasus penyakit malaria di suatu wilayah
endemik
BAB 2
LANDASAN TEORI
1
2.1 Pengertian penyakit malaria
Malaria adalah penyakit yang disebabkan oleh parasit bernama Plasmodium. Penyakit
ini ditularkan melalui gigitan nyamuk yang terinfeksi parasit tersebut. Di dalam tubuh
manusia, parasit Plasmodium akan berkembang biak di organ hati kemudian
menginfeksi sel darah merah.Pasien yang terinfeksi oleh malaria akan menunjukan
gejala awal menyerupai penyakit influenza, namun bila tidak diobati maka dapat terjadi
komplikasi yang berujung pada kematian. Penyakit ini paling banyak terjadi di daerah
tropis dan subtropis di mana parasit Plasmodium dapat berkembang baik begitu pula
dengan vektor nyamuk Anopheles. Daerah selatan Sahara di Afrika dan Papua Nugini
di Oceania merupakan tempat-tempat dengan angka kejadian malaria tertinggi.
Berdasarkan data di dunia, penyakit malaria membunuh satu anak setiap 30 detik.
Sekitar 300-500 juta orang terinfeksi dan sekitar 1 juta orang meninggal karena
penyakit ini setiap tahunnya. 90% kematian terjadi di Afrika, terutama pada anak-anak.
Untuk penemuannya atas penyebab malaria, seorang dokter militer Prancis Charles
Louis Alphonse Laveran mendapatkan Penghargaan Nobel untuk Fisiologi dan Medis
pada 1907Hubungan perawat-dokter adalah satu bentuk hubungan interaksi yang telah
cukup lama dikenal ketika memberikan bantuan kepada pasien.Perspektif yang berbeda
dalam memendang pasien,dalam prakteknya menyebabkan munculnya hambatan-
hambatan teknik dalam melakukan proses kolaborasi. Kendalap sikologi keilmuan dan
individual, factor sosial, serta budaya menempatkan kedua profesi ini memunculkan
kebutuhan akan upaya kolaborsi yang dapat menjadikan keduanya lebih solid dengan
semangat kepentingan pasien.
2
Menghindari gigitan nyamuk malaria Cara mencegah penyakit malaria yang
pertama adalah dengan menhindari gigiyan nyamuk malaria tersubut. Di
daerah rawa-rawa atau pinggiran kota yang banyak sawah, tambak ikan,
disarankan untuk memakai baju lengan panjang dan celana panjang saat
keluar rumah . selain itu, kita juga dapat menggunakan obat nyamuk.
Biological control. Adalah kegiatan penebaran ikan kepala timah dan ikan
guppy di genagan air yang mengalir yang berfungsi sebagi pemangsa jentik
nyamuk malaria
ACT dapat dikombinasikan dengan obat lain sebagai obat mitra untuk
pengobatan malaria. Peran artemisinin adalah untuk mengurangi jumlah parasit
dalam tiga hari pertama sedangkan obat mitra menghilangkan sisanya.
BAB 3
PEMBAHASAN
3
3.1 Contoh Kasus
Kondisi itu cukup menggambarkan tantangan yang dihadapi oleh 7 orang tenaga medis
Nusantara Sehat (NS) di Distrik Iwur, Pegunungan Bintang, Papua pada 2016. Malaria
menjadi musuh utama masyarakat Distrik Iwur. Keberadaannya saat itu menduduki
urutan ke-2 setelah Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) dalam urutan 10 penyakit
tertinggi pada tahun 2016.
6 orang dari mereka diserang malaria berkali-kali, ada dr. Firman Budi Setiawan, Intan
Br. Sinaga (perawat), Sri Rachmayanti (Tenaga Kesmas), Fitria Anggraini (Tenaga
Kesling), Ade Tri Hastuti (analis lab), Nurasma Hamra Yati (Bidan), dan Aisyah
Nurkumalasari (gizi). Beruntung, Aisyah terhindar dari malaria selama penugasan.
Hingga akhir penugasan pada bulan Mei 2017, Sri Rachmayanti tercatat 3 kali malaria,
Ade Tri Hastuti 2 kali, dr. Firman 3 kali, Intan 1 kali, Nurahma 3 kali, dan Fitria
Anggraini 4 kali. Itu menandakan siapapun bisa terkena malaria.
Fitria Anggraini mengaku dari 4 kali terserang malaria, yang paling parah adalah
serangan malaria pertama pada 19 Oktober 2015. Saat itu Fitria tengah betugas di
Puskesmas.
Tak seperti hari biasanya, Fitria merasakan ada perbedaan pada kondisi tubuhnya. Mual
dan lemas nampak memaksa Fitria mengakhiri tugasnya di Puskesmas hari itu. Gejala
lain pun datang berurutan, demam tinggi, muntah, nyeri kepala, pegal-pegal harus ia
rasakan.
''Gejalanya hampir satu minggu, setelah 1 minggu di-RDT baru positif malaria,'' katanya
saat dihubungi via ponsel, Jumat (5/4).
Fitria pasrah saja, merasakan gejala malaria yang menurutnya sangat berat. 1 minggu
demam, menggigil, muntah, dan suhu tubuh mencapai 39-40 derajat celcius, namun ia
tetap survive. ''Sebenarnya yang bikin berat itu gejalanya, tapi setelah tahu positif
malaria, dilakukan terapi pengobatan yang tepat, yah lumayan membantu,'' ucapnya.
Teman-teman satu tim terus merawat Fitria, dorongan agar segera sembuh pun terus
diberikan kepada Fitria. Barulah sekitar 2 minggu, Fitria sudah dinyatakan pulih.
Kondisi yang paling menegangkan bagi peserta NS di Distrik Iwur ini adalah saat
malaria menyerang 3 orang sekaligus dalam waktu yang sama, yakni dr. Firman Budi
Setiawan, Intan Br. Sinaga, dan Ade Tri Hastuti pada November 2015. Bahkan ketiganya
harus dirujuk ke Sentani, Jayapura dengan menggunakan pesawat. Beruntung, setelah
melewati perawatan di sana ketiganya dinyatakan sembuh.
4
Malaria menjadi momok menakutkan bagi mereka, namun karena Distrik Iwur
merupakan wilayah endemis malaria, bagi masyarakat di sana malaria sudah seperti
penyakit flu. Hamra, sapaan Nurasma Hamra Yati mengatakan bahkan sampai ada anak
usia 6 tahun datang ke Puskesmas sendiri untuk berobat. Saat diperiksa suhu badannya
40 derajat celcius dan terdiagnosa malaria.
''Tapi masih sanggup berdiri dan tampak tegar,'' katanya. Namun demikian, malaria
menjadi salah satu penyebab kematian terbanyak di sana setelah ISPA.
Saat itu, berdasarkan data distribusi penyakit pasien rawat jalan di Puskesmas Iwur,
Distrik Iwur pada Desember 2015, kasus malaria positif sebanyak 42 orang dan malaria
klinis sebanyak 10 orang. Kasus tersebut meningkat pada 2016 menjadi 100 orang
penderita malaria positif, dan 15 orang penderita malaria klinis.
Hingga akhir Mei 2017 bertepatan dengan berakhirnya penugasan mereka, jumlah kasus
malaria positif tercatat 105 penderita dan 40 orang penderita malaria klinis.
Selain malaria, banyak lagi tantangan yang mereka lalui. Walau jadi beban, tugas tetap
diemban. Ketulusan menjadi modal utama mereka dalam meningkatkan kualitas
kesehatan masyarakat di pedalaman Papua, di Distrik Iwur.
Hingga akhir penugasan, banyak perubahan yang terjadi atas jasa mereka. Mulai dari
berperilaku hidup bersih dan sehat, memberikan makanan bergizi untuk keluarga, cara
memasak masakan bergizi untuk anak, dan banyak lagi perubahan lainnya.
Mimpi yang paling diinginkan bagi para peserta NS itu adalah tingginya kualitas
kesehatan masyarakat di daerah terpencil, tertinggal, perbatasan, dan kepualauan.
Kurang dari 3 minggu kita akan menghadapi Hari Malaria Sedunia yang jatuh setiap
tanggal 25 April. Pada hari tersebut terdapat harapan dari seluruh masyarakat di dunia
akan rendahnya kasus malaria.
Pencegahan malaria melalui pengendalian vektor terpadu sesuai dengan spesifik lokal
vektor. Secara umum upaya yang efektif adalah tidur menggunakan kelambu,
penyemprotan dinding rumah, dan menggunakan repellent. Sementara upaya lainnya
adalah dengan manajemen lingkungan, termasuk menebarkan ikan pemakan jentik.
5
Tidak hanya itu, pemerintah daerah diharapkan mampu menciptakan inovasi dalam
menanggulangi masalah malaria di daerahnya masing-masing. Seperti di antaranya Juru
Malaria Kampung di Teluk Bintuni, dan Sapu Bersih (Saber) di Ternate.
3.2 Pembahasan
Dari contoh diatas, Menjadi tenaga medis di Daerah Tertinggal, Terpencil, Perbatasan,
dan Kepulauan ada banyak tantangan melintang apalagi nyawa yang dipertaruhkan.
Tidak hanya masalah geografis, adanya serangan penyakit ganas justru membuat
ketakutan, tetapi harus ditepis.
Kondisi itu cukup menggambarkan tantangan yang dihadapi oleh 7 orang tenaga
medis Nusantara Sehat (NS) di Distrik Iwur, Pegunungan Bintang, Papua pada 2016.
Malaria menjadi musuh utama masyarakat Distrik Iwur. Keberadaannya saat itu
menduduki urutan ke-2 setelah Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) dalam urutan 10
penyakit tertinggi pada tahun 2016.
6 orang dari mereka diserang malaria berkali-kali, ada dr. Firman Budi Setiawan,
Intan Br. Sinaga (perawat), Sri Rachmayanti (Tenaga Kesmas), Fitria Anggraini (Tenaga
Kesling), Ade Tri Hastuti (analis lab), Nurasma Hamra Yati (Bidan), dan Aisyah
Nurkumalasari (gizi). Beruntung, Aisyah terhindar dari malaria selama penugasan.
Hingga akhir penugasan pada bulan Mei 2017, Sri Rachmayanti tercatat 3 kali
malaria, Ade Tri Hastuti 2 kali, dr. Firman 3 kali, Intan 1 kali, Nurahma 3 kali, dan Fitria
Anggraini 4 kali. Itu menandakan siapapun bisa terkena malaria. Gejala yang mereka
rasakan adalah adanya perbedaan pada kondisi tubuhnya, mual lemas, demam tinggi,
muntah, nyeri kepala, pegal-pegal. Gejalanya hampir satu minggu, setelah 1 minggu di-
RDT baru positif malaria. tapi setelah tahu positif malaria, dilakukan terapi pengobatan
yang tepat maka akan lumayan membantu.
Malaria menjadi momok menakutkan bagi mereka, namun karena Distrik Iwur
merupakan wilayah endemis malaria, bagi masyarakat di sana malaria sudah seperti
penyakit flu. Hamra, sapaan Nurasma Hamra Yati mengatakan bahkan sampai ada anak
usia 6 tahun datang ke Puskesmas sendiri untuk berobat. Saat diperiksa suhu badannya
40 derajat celcius dan terdiagnosa malaria.
Saat itu, berdasarkan data distribusi penyakit pasien rawat jalan di Puskesmas Iwur,
Distrik Iwur pada Desember 2015, kasus malaria positif sebanyak 42 orang dan malaria
klinis sebanyak 10 orang. Kasus tersebut meningkat pada 2016 menjadi 100 orang
penderita malaria positif, dan 15 orang penderita malaria klinis.
6
Hingga akhir Mei 2017 bertepatan dengan berakhirnya penugasan mereka, jumlah
kasus malaria positif tercatat 105 penderita dan 40 orang penderita malaria klinis.
Hingga akhir penugasan, banyak perubahan yang terjadi atas jasa mereka. Mulai dari
berperilaku hidup bersih dan sehat, memberikan makanan bergizi untuk keluarga, cara
memasak masakan bergizi untuk anak, dan banyak lagi perubahan lainnya.
BAB 4
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
4.2 Saran
DAFTAR PUSTAKA
dr. Arlan Prabowo, Malaria Mencegah & Mengatasinya, Cetakan II Penerbit Puspa Swara,
20007, Jakarta
8
9