Anda di halaman 1dari 9

52

JURNAL RESPIRASI

JR
Vol. 2 No. 2 Mei 2016

Bronkiektasis

Wahyuni Hariyanto, Helmia Hasan


Departemen Pulmonologi dan Ilmu Kedokteran Respirasi, Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga/RSUD Dr. Soetomo

ABSTRACT
Bronchiectasis is characterized by irreversible widening of the medium-sized airways (ectasia), with inflammation, chronic
bacterial infection and destruction of the bronchial walls. This could be due to genetic constitusional state or episodic insidental state
which not related to intrinsic imunity. The pathogenesis of bronchiectasis is a combination of repeated inflammation and parenchymal
fibrotic, lead to bronchial wall weakening and bronchial irreversibly dilatation.“The vicious cycle” and P aeruginosa contributes on
progression and severity of disease. The diagnosis of bronchiectasis is made on the basis of high-resolution computed tomography
(HRCT) scan findings. Additional testmay be required in spesific clinical setting. Treatment strategies including antibiotic therapy in
acute exacerbation and in controlling the microbial growth, therapy according to intrinsic conditional state, therapy to controll the
excessive inflammation, promote bronchial hygiene, and consideration of surgery in some cases. In this review, we will describethe
etiologies, pathogenesis, diagnostic investigation, and treatment strategies.

Key words: bronchiectasis, “Cole’s vicious circle”, mucocilliary clearence, P aeruginosa

Correspondence: Wahyuni Hariyanto, Departemen Pulmonologi dan Ilmu Kedokteran Respirasi, Fakultas Kedokteran, Universitas
Airlangga/RSUD Dr. Soetomo. Jl. Mayjen. Prof Dr. Moestopo 6-8 Surabaya 60286. Email: whynhariyanto@yahoo.com

PENDAHULUAN Klasifikasi
Secara morfologis bronkiektasis dibagi 3 tipe (dapat
Bronkiektasis adalah kelainan kronik yang ditandai dilihat pada gambar 1): 2,3 (1) Bronkiektasis silindris
dengan dilatasi bronkus secara permanen, disertai proses atau tubular, ditandai dengan dilatasi saluran napas.
inflamasi pada dinding bronkus dan parenkim paru (2) Bronkiektasis varikosa (dinamai demikian karena
sekitarnya. Manifestasi klinis primer bronkiektasis adalah gambarannya mirip dengan vena varikosa), ditandai dengan
terjadinya infeksi yang berulang, kronis, atau refrakter, area konstriktif fokal disertai dengan dilatasi saluran
dengan gejala sisa yang terjadi adalah batuk darah, napas sebagai akibat dari defek pada dinding bronkial.
obstruksi saluran napas kronis, dan gangguan bernapas (3) Bronkiektasis kistik atau sakular, ditandai dengan
secara progresif.1,2,3,4 dilatasi progresif saluran napas yang berakhir pada kista
Prevalensi bronkiektasis dilaporkan semakin meningkat ukuran besar, sakula, atau gambaran grape-like clusters
di Amerika Serikat. Seitz dkk melaporkan prevalensi (gambaran ini adalah gambaran bronkiektasis yang paling
bronkiektasis meningkat setiap tahun mulai dari tahun berat)
2000 sampai dengan tahun 2007 dengan kenaikan sebesar
8,74%, dengan puncaknya usia 80-84 tahun, lebih banyak Hipotesis Vicious Circle
dijumpai pada wanita, dan ras asia. Penurunan angka FEV1, Model yang secara luas diterima dalam menjelaskan
skor gejala sesak lanjut, hasil kultur positif Pseudomonas, evolusi bronkiektasis adalah model Cole’s vicious circle.
indeks metabolisme basal yang rendah, laki-laki, Model ini menjelaskan individu yang memiliki predisposisi
usia lanjut, dan PPOK telah diidentifikasi sebagai faktor risiko terjadi respons inflamasi hebat terhadap infeksi paru
untuk mortalitas.3 Dalam tinjauan pustaka ini akan dibahas atau jejas terhadap jaringan. Inflamasi yang terjadi sebagian
berbagai aspek bronkiektasis meliputi etiologi, patogenesis, bertanggungjawab terhadap kerusakan struktural saluran
penegakan diagnosis, dan penatalaksanaannya. napas. Abnormalitas struktural yang terjadi menyebabkan
Hariyanto dan Hasan: Bronkiektasis 53

Tabel 1. Kondisi yang berhubungan dengan bronkiektasis.6

Kondisi postinfeksi
Bakteri (pseudomonas,haemophilus)
Mycobacterium tuberculosis
Aspergillus sp
Virus (adenovirus, measles virus, influenzavirus,
human immunodeficiency virus)
Kondisi kongenital
Primary ciliary dyskinesia
Alpha1-antitrypsin deficiency
Fibrosis kistik
Trakeobronkomegali (sindroma Mounier-Kuhn)
Keterangan: Defisiensi kartilago (sindroma Williams-Campbell)
Pulmonary sequestration
Gambar 1. Tiga tipe bronkiektasis: silindris atau tubuler,
Sindroma Marfan's
varikosa, dan sakular atau kistik. Dikutip dari
Immunodeficiency
Neves PC, Guerra M, Ponce P, Miranda J, Vouga Primer
L.State-of-the-art – Pulmonary Non-cystic fibrosis Hipogammaglobulinemia
bronchiectasis. Sekunder
Disebabkan oleh kanker (chronic lymphatic
Gambar 2. Hipotesis lingkaran setan (vicious circle). leukemia), kemoterapi, atau modulasi sistem
Respons inflamasi host terhadap benda asing dan imun(setelah transplantasi)
bakteri di saluran napas menyebabkan kerusakan Sekuelle dari inhalasi gas toksik atau aspirasi
Klorin
jaringan yang berakibat bronkiektasis, selanjutnya
Overdosis (heroin)
mengganggu bersihan mukus dan terjadi kolonisasi Benda asing
bakteri. Gambar diambil dari Pamela J, McShane Kondisi rematik
I, Edward T, Naureckas I, Gregory T, Mary E. Rheumatoid arthritis
Non–Cystic Fibrosis Bronchiectasis. Systemic lupus erythematosus
Sindroma Sjogren's
stasis dari mukus yang semakin memperberat infeksi kronis
Relapsing polychondritis
dan lingkaran setan infeksi (vicious circle) (dapat dilihat
Penyebab lainnya
pada gambar 2) terus berlangsung. Pada bronkiektasis Inflammatory bowel disease (chronic ulcerative
sering terjadi retensi sputum, mucous plug, obstruksi colitis atau Crohn's disease)
saluran napas, obliterasi dan kerusakan dinding bronkhial sindroma Young's (secondary ciliary dykinesia)
sindroma Yellow nail (yellow nails and lymphedema)
lebih lanjut.3,4,5

Etiologi saluran napas yang ringan sampai dengan


Beberapa literatur menyebutkan bahwa penyebab bronkiektasis yang jelas. Penelitian Kohort yang dilakukan
yang paling umum dari bronkiektasis adalah infeksi2,3, Grenier dkk mendapatkan data bahwa 40% penderita
namun penelitian yang dilakukan oleh Pasteur dkk asma mengalami bronkiektasis. Penelitian tersebut juga
di Inggris pada tahun 2000 mendapatkan data dari 150 kasus mendapatkan data hasil pemeriksaan HRCT pasien asma
bronkiektasis, 53% kasus tidak dapat diidentifikasi kausa didapatkan penebalan dinding bronkus pada 82% pasien,
spesifiknya.4 Pada Tabel 1 menunjukkan beberapa kondisi tingginya angka tersebut menunjukkan tingginya risiko
yang berhubungan dengan bronkiektasis. terjadinya bronkiektasis pada pasien asma.1

Infeksi PPOK
Mekanisme yang mungkin mendasari bronkiektasis Pada beberapa kasus, bronkiektasis adalah diagnosis
pascainfeksi adalah adanya infeksi pada saat awal kehidupan primer yang disertai dengan PPOK. Suatu penelitian
yang menyebabkan kerusakan struktural pada saluran mengemukakan pada penderita PPOK sedang dan berat
napas yang masih dalam tahan pengembangan, sehingga terdapat prevalens bronkiektasis sebesar 50%.8 Penderita
mengakibatkan saluran napas rentan terhadap infeksi PPOK dengan bronkiektasis cenderung menderita
berulang, dan dengan berjalannya waktu, infeksi persisten eksaserbasi yang lebih berat dan peningkatan kadar
tersebut mengakibatkan bronkiektasis.3,6 Beberapa infeksi marker inflamasi pada sputum.1 Bakteri patogen seperti
saluran napas yang dapat menyebabkan bronkiektasis Pseudomonas aeruginosa dan Haemophilus influenzae
termasuk: pertusis, bakteri gram negatif (Pseudomonas teridentifikasi pada 42% penderita dan mungkin berperan
aeruginosa,Haemophilus influenzae), virus (HIV, penting dalam perkembangan bronkiektasis melalui
Paramyxovirus, adenovirus, dan influenza), Mycobacterium mekanisme vicious circle.4
tuberculosis, dan atypical mycobacteria.6
Defisiensi α-1 antitrypsin
Asma Defisiensi α-1 antitrypsin pertama kali dijelaskan
Proses airway remodelling yang terjadi pada pasien asma oleh Laurell dan Eriksson pada tahun 1963. Keadaan
dapat bervariasi, mulai dari penebalan dinding ini terutama dijumpai pada ras kulit kutih dan sering
54 Jurnal Respirasi (JR), Vol. 2. No. 2 Mei 2016: 52-60

tidak terdiagnosa. 1Defisiensi α-1 antitrypsin sering Rheumatoid Arthritis


dihubungkan dengan kondisi emfisema pada lobus bawah. Bronkiektasis sering dihubungkan dengan rheumatoid
Bronkiektasis juga sering dihubungkan dengan defisiensi arthritis, di mana bronkiektasis dapat mendahului kejadian
enzim ini, walaupun masih belum jelas merupakan sebab rheumatoid arthritis atau bronkektasis berkembang selama
langsung atau sebagai akibat sekunder dari obstruksi saluran perjalanan rheumatoid arthritis. Bronkiektasis terjadi pada
napas terkait emfisema.1,4 Penelitian Parr dkk mendapatkan 1-3% penderita rheumatoid arthritis. Penggunaan HRCT
data bahwa mayoritas penderita defisiensi α-1 antitrypsin dapat meningkatkan temuan diagnosis bronkiektasis sampai
berat (yaitu 70 dari 74 subjek penelitian) didapatkan dengan 30%. Swinson dkk7 melakukan follow up selama
bronkiektasis pada pemeriksaan HRCT.1 5 tahun mendapatkan data bahwa pasien bronkiektasis
dan rheumatoid arthritis memiliki angka kematian 5 kali
Primary Ciliary Dyskinesia lebih sering dibandingkan pasien rheumatoid arthritis saja,
Primary Ciliary Dyskinesia adalah suatu kondisi dengan penyebab kematian paling sering berhubungan
di mana silia tidak dapat berfungsi dengan baik sehingga dengan komplikasi respiratori. 10
menyebabkan retensi sekresi dan infeksi berulang yang pada
akhirnya berkembang menjadi bronkiektasis.1,6 Primary Inflammatory Bowel Disease
Ciliary Dyskinesia adalah suatu sindroma autosomal resesif Infeksi saluran napas berulang dan bronkiektasis
yang diturunkan dengan perkiraan frekuensi 1 di antara sering dijumpai pada pasien dengan inflammatory bowel
15.000–40.000 kelahiran. Defek silier utama pada pasien disease terutama pada pasien chronic ulcerative colitis.
ini adalah tidak adanya atau pendeknya lengan dynein Pada kondisi ini diduga terjadi infiltrasi sel-sel efektor imun
yang bertanggungjawab pada koordinasi gerakan axon. pada saluran napas, peningkatan aktivitas autoimun sebagai
Kurang lebih separuh penderita Primary Ciliary Dyskinesia bagian dari penyakit dasarnya, atau komplikasi dari terapi
adalah penderita Kartagener’s syndrome (bronkiektasis, yang memengaruhi sistem imun. Tindakan reseksi saluran
sinusitis, dan situs inversus). Motilitas silia ditentukan cerna tidak memperbaiki gejala respiratori dan bahkan dapat
oleh ekspresi gen suatu peptida yang akhir-akhir ini telah memperparah gejala bonkiektasis.1,6
teridentifikasi. Mutasi pada sekuens DNA yang mengode
axon dynein yaitu pada kromoson 5p15–p14 dan DNA H5 Patogenesis
yang mengode heavy chain pada lengan dynein.6 Ada beberapa jalur yang menerangkan terjadinya
bronkiektasis. Secara luas, bronkiektasis dapat terjadi
Imunodefisiensi Humoral sehubungan dengan kejadian atau episode insidental
Penderita dengan sindroma imunodefisiensi humoral yang tidak berhubungan dengan kondisi dasar intrinsik
termasuk defisiensi IgG, IgM dan IgA memiliki risiko pertahanan tubuh penderita, dapat pula berkaitan
terkena infeksi sinopulmonary supuratif berulang dengan kondisi dasar konstitusional genetik penderita.
dan bronkiektasis. Defisiensi IgG, terutama IgG2, Perbedaan dua mekanisme diatas merupakan elemen penting
telah diasosiasikan dengan kejadian bronkiektasis, yang menentukan prognosis dan penatalaksanaan penderita.
terutama pada anak. Insidensi defisiensi IgG pada penderita Hal dasar yang perlu dipahami dalam patogenesis
bronkiektasis dilaporkan bervariasi dari 4% sampai bronkiektasis adalah apakah infeksi yang bersangkutan
dengan 48%. Defisiensi IgG2 sering dihubungkan dengan
penurunan respons antibodi terhadap S. Pneumoniae
atau H. Influenzae.8 Terapi immune globulin diharapkan
dapat menurunkan frekuensi episode infeksi dan mencegah
destruksi saluran napas.7,8

Cystic Fibrosis
Cystic Fibrosis dipresentasikan sebagai infeksi saluran
napas berulang dengan onset saat dewasa yang tidak disertai
dengan insufisiensi eksokrin pankreas.9 Infiltrasi lobus atas
pada pemeriksaan foto toraks dan pertumbuhan S. Aureus
atau Pseudomonas aeruginosa pada pemeriksaan kultur
adalah petunjuk bahwa Cystic Fibrosis kemungkinan
menjadi penyakit dasar. Peningkatan kadar Natirum
dan klorida pada tes keringat dapat mendukung diagnostik
kondisi ini. Pada Cystic Fibrosis pada umumnya didapatkan Gambar 3. Peran Makrofag dan Neutrofil pada Patogenesis
mutasi pada cystic fibrosis trans membrane conductance Bronkiektasis. Diambil dari Iseman D, Chan ED.
regulator, namun mutasi yang lain juga dapat ditemukan Bronchiectasisin: Murray and Nadels’s Textbook
dekat lokus tersebut.6 of Respiratory Medicine 5th ed. 2011; 48: 85
Hariyanto dan Hasan: Bronkiektasis 55

adalah suatu penyebab bronkiektasis atau infeksi pada fungsi silia, dan menghambat efferocytosis (yaitu,
penderita tersebut berhubungan dengan kondisi predisposisi fagositosis neutrofil yang telah mengalami apoptosis)
yang mendasar. 1,4 oleh phosphatidylserine (PS) pada permukaan sel apoptosis,
Udara inspirasi sering terkontaminasi dengan gas mencegah pengikatan reseptor PS (PSRs) pada permukaan
toksik, partikel, dan mikroba. Lini pertama pertahanan makrofag. Elastase juga menghambat bacterial killing
paru dibentuk oleh bentuk kompleks saluran napas atas dengan menghambat opsonisasi bakteri melalui degradasi
dan bawah yang sedemikian sehingga membentuk aliran opsonins immunoglobulin G (IgG), komplemen komponen
udara dengan turbulensi tinggi. Bentuk saluran napas iC3b serta pembelahan reseptor Fcγ (FcγRs) dan reseptor
yang khas tersebut memungkinkan impaksi, sedimentasi, komplemen (CR) 1.4
dan deposisi partikel dan mikroorganisme ke mukosa saluran
napas. Partikel dan mikroorganisme yang terdeposisi pada Gambaran Klinis Bronkiektasis
mukosa selanjutnya akan dibuang melalui mekanisme Gambaran klinis bronkiektasis sangat bervariasi,
gerakan mukosilier atau langsung keluarkan dari saluran beberapa pasien tidak menunjukkan gejala sama
napas melalui mekanisme bersin, batuk, atau penelanan. sekali atau gejala hanya dirasakan saat eksaserbasi,
Saluran napas dilapisi atas epitel bersilia, di mana stuktur dan beberapa pasien mengalami gejala setiap hari. 2
dan fungsi dari silia ini telah banyak dipelajari. Fungsi silia Bronkiektasis harus dicurigai pada setiap pasien dengan
dan gerakan mukosilier juga bergantung pada viskositas batuk kronis dengan produksi sputum atau infeksi saluran
yang rendah dari lapisan cairan perisilier, lapisan cairan napas berulang. Hemoptisis, nyeri dada, penurunan
yang terhidrasi cukup memungkinkan separasi yang baik berat badan, bronkospasme, sesak napas dan penurunan
antara epitel dan lapisan viscous-mucous yang melapisi silia. kemampuan fisik juga didapatkan pada pasien bronkiektasis.
Apabila lapisan perisilier tidak merata (seperti pada fibrosis Sputum dapat bervariasi mulai dari mukoid, mukopurulen,
kistik), lapisan perisilier yang tipis dapat menyebabkan kental, dan liat. Gambaran sputum 3 lapis yang meliputi
silia terjerat pada lapisan mukus, sehingga menyebabkan lapisan atas yang berbusa, lapusan tengah mukus, dan
gerakan mendorong mukus terganggu. 5 lapisan bawah purulen merupakan gambaran patognomonik,
Patogenesis yang terjadi berkaitan kombinasi namun tidak selalu dapat dijumpai.2,3 Batuk dengan bercak
inflamasi berulang dinding bronkus dan fibrosis parenkim, darah dapat disebabkan erosi saluran napas terkait infeksi
menghasilkan dinding bronkus yang lemah dan berlanjut akut. Nyeri dada pleuritik ditemukan pada beberapa pasien
menjadi dilatasi yang irreversibel. Tipe sel inflamasi yang dan menunjukkan proses peregangan saluran napas perifer
banyak ditemukan pada bronkiektasis adalah neutrofil pada atau pneumonitis distal yang berdekatan dengan pleura
lumen saluran napas yang menyebabkan purulensi sputum, viseral.2,4,6 Dimasa lampau, jari tabuh merupakan tanda
dan makrofag, sel dendritik, serta limfosit pada dinding klinis yang sering dihubungkan dengan bronkiektasis,
saluran napas. Sel makrofag, sel dendritik, dan limfosit namun penelitian menunjukkan prevalensnya hanya 3%.
khas terlihat pada pasien dengan tubuler bronkiektasis Sesak napas dan wheezing temukan pada 75% pasien
dan menjadi penyebab utama obstruksi pada saluran napas sehingga sering rancu dengan gejala klinis PPOK.6
kecil.4,5 Eksaserbasi terjadi bila didapatkan 4 atau lebih
Peran neutrofil dan elastase neutrofil sangat menonjol gejala berikut: Batuk dengan peningkatan dahak, sesak
dalam patogenesis bronkiektasis. Gambar 3 menunjukkan bertambah, peningkatan suhu badan > 38˚C, peningkatan
dilatasi kistik bronkus yang dilapisi oleh sel-sel epitel. wheezing, penurunan kemampuan fisik, fatigue, penurunan
Terlepas dari penyebab utama dari bronkiektasis, “vicious
circle” bronkiektasis didominasi dengan masuknya Tabel 2. Gejala-gejala Bronkiektasis dengan Eksaserbasi
neutrofil yang dirangsang oleh pelepasan kemokin seperti Akut
interleukin-8 (IL-8) dan leukotrien B4 (LTB4) yang
diproduksi oleh makrofag, dan IL-17 yang diproduksi Perubahan produksi sputum
oleh sel Th17. Migrasi sel-sel tersebut dari aliran darah Sesak nafas bertambah
Batuk bertambah
ke dalam saluran napas difasilitasi oleh peningkatan
Demam (suhu badan >38,0˚C)
ekspresi E-selectin dan intercellular adhesion molecule-1 Peningkatan wheezing
sel endotel, yang masing-masing terikat pada L-selectin Malaise fatigue, letahargie, atau penurunan toleransi aktivitas
dan CD11 pada neutrofil. Neutrofil kemudian memasuki fisik
saluran napas melalui celah diantara sel epitel. Neutrofil Penurunan faal paru
memiliki jangka hidup yang relatif singkat serta mengalami Perubahan radiologis baru yang sesuai dengan proses infiltasi
apoptosis dan nekrosis. Protease PMN seperti elastase, paru
cathepsin, matriks metaloproteinase, dan proteinase-3 Perubahan pada suara nafas
dapat menyebabkan kerusakan sel epitel dan menginduksi Keterangan: Studi yang dilakukan O’Donnell dkk dengan
inflamasi lebih lanjut. Selain kerusakan jaringan, elastase melibatkan 69 penderita, penderita dengan 4 dari gejala
dapat merangsang hipersekresi mukus, menghambat diatas dimasukkan dalam kategori eksaserbasi akut.6
56 Jurnal Respirasi (JR), Vol. 2. No. 2 Mei 2016: 52-60

Curiga bronkiektasis

negatif
Pertimbangkan HRCT Kultur sputum spirometri Foto toraks Penilaian status
diagnosis lain (termasuk fungsional dan
mikobakteria) infeksi pada
semua pasien
positif

Pertimbangan
pemeriksaan
diagnostik lini
Cl- keringat Ig (CVID) Level α1-AT dan Nasal RF/auto IgE dan IgG pertama untuk
(CF) fenotip α1-AT NO antibodi aspergillus dan semua pasien
(PCD
eosinofilia
)
(ABPA)

Pemeriksaan Vaksinasi Pemeriksaan Pemeriksaan


genetika tetanus dan genetika elektron Tindakan
pneumovax mikroskop lebih lanjut
dan genetika pada kasus
tertentu

Gambar 4. Alur diagnostik bronkiektasis.11


Gambar 4. Alur diagnostik bronkiektasis.11
Gambar 5. Gambaran bronkiektasis pada pasien yang
sama.12
Pemeriksaan Darah Keterangan:
Pemeriksaan darah rutin, walaupun tidak spesifik, sangat penting untuk memonitor
fungsi paru, dan terdapat tanda-tanda infeksi akut secara
masing-masing individu. Kadar hemoglobin dapat rendah sehubungan dengan anemia pada (a) foto toraks menunjukkan multipel kistik.
radiologis. 6
penyakit kronik, dapat pula terjadi polisitemia sebagai akibat dari hipoksia kronik. Peningkatan sel (b) gambaran yang tampak pada HRCT.
darah putihAspek diagnostik
mengindikasikan lain yang
keberadaan infeksi perlu diperhatikan
akut. Keadaan limfopeniaadalah
merupakan awal
kecurigaan untukdan
gejala pemeriksaan
tandadefisiensi
klinisimun. Eosinofilia yang
penyakit dapat ditemukan pada (walaupun tidak
mendasarinya
spesifik) allergic bronchopulmonary aspergillosis. CRP adalah protein fase akut yang sering
seperti
diperiksakan padafibrosis kistik, saluran
penderita penyakit defisiensi imun,
napas yang ataueksaserbasi
mengalami penyakit akut untuk
jaringan
menentukan ikat.9 respons
ada tidaknya Alur diagnostik bronkiektasis
inflamasi sistemik. digambarkan
Pada pasien bronkiektasis stabil didapatkan
kadar dalam
CRP diatas nilai normal.
gambar 4. Pada beberapa penelitian kadar CRP berhubungan dengan
penurunan fungsi paru dan tingkat keparahan penyakit. 9

Pemeriksaan Darah
Pemeriksaan Radiologis
Pemeriksaan
Diagnosis bronkiektasisdarah rutin, walaupun
dapat ditegakkan tidakradiologis,
dengan pemeriksaan spesifik, dengan gold
11,12
standard menggunakan
sangat penting HRCT.
untukPada foto toraks masing-masing
memonitor bronkiektasis dapat terlihat dengan adanya
individu.
gambaran tram track, densitas garis paralel, densitasberbentuk ring, dan gambaran struktur tubuler;
Kadar hemoglobin dapat rendah sehubungan dengan
gambaran-gambaran tersebut mencerminkan dinding bronkial yang mengalami penebalan dan
dilatasianemia
abnormal.pada penyakit
Gambaran kronik,
ring shadow dapatdapat pula terjadi
samar-samar berukuranpolisitemia
5 mm sampai dengan
bentukan cysts yang akibat
sebagai jelas. Gambaran
dariopasitas tubuler yang
hipoksia membentuk
kronik. percabangan sesuai dengan
Peningkatan
bentuk percabangan bronkial dapat terlihat sebagai akibat dari bronkus yang terisi cairan mucous.
sel darah putih mengindikasikan keberadaan infeksi akut.
Gambaran vaskuler dapat kurang terlihat sebagai akibat terjadinya fibrosis peribronkial. Tanda-
tanda Keadaan limfopenia
eksaserbasi/komplikasi seperti merupakan
bercak densitas awal
terkait kecurigaan
impaksi mucoid untuk
dan konsolidasi,
volumepemeriksaan
lossterkait obstruksi
defisiensi
bronkus olehimun. Eosinofilia
sekret atau dapat
sikatrisasi kronik jugaditemukan
sering terlihat. Semakin
difus gambaran bronkiektasis akan tampak gambaran hiperinflasi dan oligemia sejalan dengan Gambar 6. Bronkiektasis silindris dengan gambaran tram track
pada (walaupun tidak spesifik) allergic bronchopulmonary
obstruksi saluran napas kecil yang berat. Foto toraks berperan dalam kecurigaan awal bronkiektasis, line.12
follow aspergillosis. CRPbronkiektasis,
up dalam penatalaksanaan adalah protein fase pada
dan penanganan akutsaatyang sering
eksaserbasi. 12

diperiksakan pada penderita penyakit saluran napas yang


mengalami eksaserbasi akut untuk menentukan ada tidaknya oleh sekret atau sikatrisasi kronik juga sering terlihat.
respons inflamasi sistemik. Pada pasien bronkiektasis stabil Semakin difus gambaran bronkiektasis akan
didapatkan kadar CRP diatas nilai normal. Pada beberapa tampak gambaran hiperinflasi dan oligemia sejalan
penelitian kadar CRP berhubungan dengan penurunan dengan obstruksi saluran napas kecil yang berat.
fungsi paru dan tingkat keparahan penyakit. 9 Foto toraks berperan dalam kecurigaan awal bronkiektasis,
follow up dalam penatalaksanaan bronkiektasis, dan
Pemeriksaan Radiologis penanganan pada saat eksaserbasi.12
Diagnosis bronkiektasis dapat ditegakkan dengan Dilatasi bronkus, yang merupakan tanda kardinal
pemeriksaan radiologis, dengan gold standard menggunakan bronkiektasis, pada HRCT dapat diidentifikasi dengan
HRCT.11,12 Pada foto toraks bronkiektasis dapat terlihat adanya rasio bronkoarterial > 1 (BAR > 1), kurangnya
dengan adanya gambaran tram track, densitas garis bronchial tapering, dan terlihatnya saluran napas sampai
paralel, densitas berbentuk ring, dan gambaran struktur dengan 1 cm dari permukaan pleura atau berdekatan dengan
tubuler; gambaran-gambaran tersebut mencerminkan permukaan pleura mediastinal. Rasio bronkoarterial adalah
dinding bronkial yang mengalami penebalan dan dilatasi perbandingan antara diameter bronkial dengan diameter
abnormal. Gambaran ring shadow dapat samar-samar arteri yang berdampingan, rasio > 1 adalah abnormal dan
berukuran 5 mm sampai dengan bentukan cysts yang jelas. dikenal dengan istilah signet ring sign. 12
Gambaran opasitas tubuler yang membentuk percabangan Kurangnya bronchial tapering atau tram like appearance
sesuai dengan bentuk percabangan bronkial dapat terlihat adalah gambaran bronkiektasis yang sering dijumpai pada
sebagai akibat dari bronkus yang terisi cairan mucous. lapangan tengah paru. Terlihatnya saluran napas perifer
Gambaran vaskuler dapat kurang terlihat sebagai akibat juga merupakan tanda langsung adanya bronkiektasis
terjadinya fibrosis peribronkial. Tanda-tanda eksaserbasi/ pada penderita. Teknik HRCT terkini dapat memberikan
komplikasi seperti bercak densitas terkait impaksi mucoid visualisasi saluran napas sampai dengan diameter 2 mm dan
dan konsolidasi, volume loss terkait obstruksi bronkus ketebalan dinding saluran napas hingga 0,2 mm. Penelitian
Hariyanto dan Hasan: Bronkiektasis 57

Penebalan bronkus minor juga dapat ditemui pada


individu normal, asma, perokok, dan infeksi saluran napas
bawah.12

Pemeriksaan Fungsi Paru


Pemeriksaan spirometri dapat memperlihatkan gambaran
keterbatasan aliran napas dengan penurunan FEV1
dan penurunan rasio FEV1/FVC, namun pada beberapa
pasien dapat ditemukan gambaran spirometri normal.
FVC dapat normal atau sedikit menurun mengindikasikan
suatu impaksi mukus. Hipereaktivitas bronkus juga
dilaporkan didapatkan pada penderita bronkiektasis.
Gambar 7. Gambaran HRCT bronkiektasi menunjukkan signet
ring sign (garis panah pendek) dan terlihatnya FEV1 memiliki korelasi terhadap keparahan abnormalitas
saluran napas perifer pada jarak 1 cm dari pada HRCT. Penurunan volume paru mengindikasikan
permukaan pleura (garis panah panjang).12 penyakit paru interstitial sebagai penyakit dasarnya,
sedangkan peningkatan volume paru mengindikasikan
suatu air trapping atau impaksi mukus pada saluran napas
kecil.11Pemeriksaan 6 minute walking test dilakukan untuk
melihat kapasitas fungsional paru dan dapat diterapkan
pada bronkiektasis. Penurunan kapasitas latihan berkorelasi
dengan tingkat keparahan pada HRCT.9

Pemeriksaan Mikrobiologi
Pemeriksaan mikrobiologi sputum adalah pemeriksaan
yang sangat penting dalam penanganan bronkiektasis.
Penelitian yang dilakukan di 4 pusat kesehatan dengan
spesialisasi bronkiektasis (di Hongkong; Tyler, Texas;
Barcelona, Spanyol; dan Cambridge, Inggris) mendapatkan
Gambar 8. G a m b a r a n n o n t a p e r i n g b r o n c h i p a d a data bahwa H influenzae adalah patogen yang paling
bronkiektasis.12 sering terisolasi (yaitu 29% sampai dengan 42% kasus).
Patogen lain yang sering teridentifikasi antara lain
Staphylococcus aureus, Moraxella catarrhalis,dan
Pseudomonas aeruginosa. Patogen-patogen tersebut
mempunyai kemampuan menghambat bersihan mukosilier,
merusak epitel respirasi, dan membentuk biofilm yang
dapat mempermudah infeksi persisten melalui mekanisme
inhibisi imunitas innate serta meningkatkan resistensi
antibiotik.13

Pemeriksaan Spesifik
Pemeriksaan spesifik dilakukan untuk mendiagnosis
kelainan spesifik tertentu sesuai dengan gambaran klinis
Gambar 9. Bronkiektasis dengan penebalan dinding bronkus yang mendukung. Beberapa pemeriksaan tersebut antara
(tanda bintang) dan mucous plugging (tanda panah) lain 9: (1) Pada kecurigaan fibrosis kistik dilakukan
di lobus medius paru kanan.12 pemeriksaan kadar konsentrasi ion klorida (Cl-) dengan
menggunakan pilocarpine ionthophoresis. Kadar ion
yang dilakukan Kim dkk10 menunjukkan data bahwa klorida > 60 mM menegakkan diagnosis fibrosis kistik.
bronkus normal tidak tervisualisasi pada jarak 1 cm dari (2) Penderita dengan kelainan imunitas humoral dapat
permukaan pleura costal, namun terlihat pada jarak 1 cm diperiksa kadar Imunoglobulin dalam darah, meliputi
dari pleura mediastinal. Tanda-tanda lain yang ditemukan IgM, IgG, dan IgA. (3) Diagnosis Primary cilliary
pada bronkiektasi termasuk penebalan dinding bronkial, diskinesia (PCD) berdasarkan pada kadar nitric oxide
impaksi mukoid, dan air trapping. Minor volume loss dapat udara ekshalasi dan pemeriksaan spesimen biopsi nasal
terlihat pada fase awal bronkiektasis, sedang area kolaps dengan menggunakan mikroskop elektron. Kadar nitric
yang lebih besar sebagai akibat dari mucous plugging oxide yang rendah memiliki nilai diagnostik untuk PCD,
pada penyakit yang lebih lanjut. Bercak konsolidasi dan diagnosis ditegakkan dengan terlihatnya defek pada
kadang ditemukan pada infeksi sekunder. Penebalan dynein arms silia pada pemeriksaan dengan mikroskop
dinding bronkus dapat disebabkan oleh inflamasi saluran elektron. (5) Kadar IgE melebihi 1000 IU adalah
napas, hipertrofi otot polos, dan proliferasi fibroblastik. suatu marker yang spesifik untuk Allergic bronchopumonary
58 Jurnal Respirasi (JR), Vol. 2. No. 2 Mei 2016: 52-60

aspergillosis. (6) Pemeriksaan kadar serum α1-antitrypsin Thoracic Society guideline for non-CF Bronchiectasis 2010
dan pemeriksaan genetik untuk mendiagnosis bronkiektasis menyebutkan pada kondisi eksaserbasi antibiotik diberikan
defisiensi α1-2antitrypsin. selama 14 hari.15
Pada saat eksaserbasi, antibiotik dapat diberikan secara
Penatalaksanaan
waktu yangBronkiektasis
lebih lama memberikan hasiloralyang maupun lebih baik,
intravena haldengan
sesuai tersebut
derajatdisebabkan sulitnya
klinis penderita.
Penatalaksanaan bronkiektasis meliputi: identifikasi Antibiotik oral yang digunakan, bila memungkinkan,
mencapai akut
keadaan eksaserbasi konsentrasi antibiotik
dan penggunaan yang cukup ke dalam lumen yang bronkiektasis, bakteri yang
antibiotik, sebaiknya berdasarkan hasil pemeriksaan kultur sputum
seringpertumbuhan
mengendalikan resisten, serta adanya
mikroba, biofilm
terapi yang ‘melindungi’
terhadap (tabel 3). Menurut bakteri. Lama
British pemberian
Thoracic Societyterapi antibiotik
guideline
kondisi yangsampai saat ini masih menjadi perdebatan, namun
mendasarinya, mengurangi respons inflamasi for non-CFdemikian British 2010,
Bronchiectasis ThoracicapabilaSociety guideline for
tidak terdapat
yang berlebihan, peningkatan higienitas bronkial,
non-CF Bronchiectasis 2010 menyebutkan pada kondisi eksaserbasi
data bakteriologis, antibiotik
maka antibiotik diberikan
lini pertama selama 14
yang dapat
mengontrol perdarahan
15 bronkial, terapi bedah untuk digunakan adalah amoksisilin 500 mg tiga kali sehari atau
hari. segmen paru atau lobus paru yang
menghilangkan klaritromisin 500 mg dua kali sehari (untuk penderita alergi
mengalami kerusakan Pada saatyang
hebat eksaserbasi, antibiotik
dapat menjadi sumberdapat diberikan
penisilin) selamasecara oralRegimen
14 hari. maupundosis intravena sesuai dengan
tinggi (misalnya
infeksi atauderajat
perdarahan. 9
klinis penderita. Antibiotik oralamoksisilin yang digunakan,
1 gram tigabila memungkinkan,
kali sehari, atau amoksisilinsebaiknya
3 gram dua kali sehari) mungkin diperlukan pada penderita
Antibiotikberdasarkan hasil pemeriksaan kultur sputum (tabel 3). Menurut British Thoracic Society guideline
dengan bronkiektasis berat yang telah terjadi kolonisasi
for non-CF
Antibiotik memiliki Bronchiectasis
peranan krusial 2010,dalam
apabila tidak
kronis terdapat
Haemophilus data influenzae.
bakteriologis, maka antibiotik
Ciprofloxacin dapat lini
penatalaksanaan bronkiektasis, antibiotik dapat menghambat
pertama yang dapat digunakan adalah amoksisilin diberikan500 mgpenderita
pada tiga kalidengan
seharikolonisasi
atau klaritromisin
Pseudomonas500 mg
proses lingkaran setan infeksi, inflamasi, dan kerusakan
dua kali sehari (untuk penderita
epitel saluran napas. Penggunaan antibiotik diperlukan alergi penisilin) selama
aeruginosa, 14
dimana hari. Regimen
penggunaannya dosis
harus tinggi pada
hati-hati (misalnya
orangtua.15 Antibiotik kombinasi tidak diperlukan pada
amoksisilin
sebagai terapi 1 gram maupun
saat eksaserbasi tiga kalisebagai
sehari,terapi
atau amoksisilin 3 gram dua kali sehari) mungkin diperlukan
pasien dengan infeksi Haemophilus influenzae, Moraxella
jangka panjang. Penggunaan antibiotik
pada penderita dengan bronkiektasis lebih awal pada beratcatarrhalis,
yang telah terjadi kolonisasi kronis Haemophilus
3,14,15 Staphylococcus aureus (methicillin-sensitive)
eksaserbasi dapat membatasi ‘vicious circle’.
Antibiotikinfluenzae. Ciprofloxacin dapat CRP,diberikan pada penderita denganApabila
kolonisasi Pseudomonas
dan Streptococcus pneumoniae. didapatkan lebih
dilaporkan dapat menurunkan kadar
dari satu patogen, dapat dipilih15antibiotik yang mencakup
aeruginosa,
sel inflamasi pada sputum, dimana
volume penggunaannya
sputum, purulensi harus hati-hati pada orangtua. Antibiotik kombinasi tidak
kedua patogen. Kombinasi dapat dilakukan jika didapatkan
sputum dan diperlukan pada pasien dengan infeksipolaHaemophilus
densitas bakteri. Penderita dengan sputum influenzae,
resistensi yang tidak memungkinkan Moraxella
dilakukan catarrhalis,
terapi
purulen setelah pemberian antibiotik lebih pendek waktu
Staphylococcus aureus (methicillin-sensitive) dan Streptococcus
tunggal. Pada penderita pneumoniae.
dengan kultur Apabila
Pseudomonasdidapatkan
eksaserbasi berikutnya dibandingkan dengan penderita
lebih dari satu patogen,
dengan sputum mukoid. Data klinis menunjukkan dapat dipilih antibiotik yang
aeruginosa mencakup
sensitif kedua
terhadap patogen.
ciprofloxacin, Kombinasi
monoterapi dapat
dengan ciprofloxacin oral dapat digunakan sebagai terapi
pemberiandilakukan jika tinggi
antibiotik dosis didapatkan polawaktu
dan jangka resistensi
yang yang tidak memungkinkan dilakukan terapi tunggal. Pada
lini pertama. Antibiotik kombinasi harus digunakan untuk
lebih lamapenderita
memberikandengan
hasil yang lebih baik,
kultur hal tersebut aeruginosa sensitif terhadap ciprofloxacin, monoterapi
Pseudomonas infeksi Pseudomonas aeruginosa yang resisten. MRSA
disebabkan sulitnya mencapai konsentrasi antibiotik yang
dengan ciprofloxacin oral dapat
cukup ke dalam lumen yang bronkiektasis, bakteri yang digunakan sebagai terapidengan
harus diterapi lini pertama. Antibiotik
dua antibiotik oral ataukombinasi
satu agen harus
intravena. 14,15
digunakan
sering resisten, untuk biofilm
serta adanya Pseudomonas
infeksiyang ‘melindungi’aeruginosa yang resisten. MRSA harus diterapi dengan dua
14,15 Hasil pemeriksaan bakteriologi terdahulu dapat
antibiotik oral atau satu agen intravena.
bakteri. Lama pemberian terapi antibiotik sampai saat
digunakan sebagai dasar pemberian antibiotik.
ini masih menjadi perdebatan, namun demikian British

Tabel 3. Organisme yang sering dihubungkan dengan bronkiektasis eksaserasi akut dan antibiotik
15 Bronkiektasis Eksaserasi Akut dan Antibiotik yang direkomendasikan.15
Tabel 3. Organisme yang sering dihubungkan dengan
yang direkomendasikan.

Hasil pemeriksaan bakteriologi terdahulu dapat digunakan sebagai dasar pemberian


antibiotik. Tabel 3 memperlihatkan rekomendasi antibiotik lini pertama dan alternatifnya untuk
bakteri patogen yang umum ditemukan pada eksaserbasi. Antibiotik dapat disesuaikan apabila tidak
Hariyanto dan Hasan: Bronkiektasis 59

Tabel 4. Antibiotik Intravena yang dapat digunakan untuk Terapi Eksaserbasi Bronkiektasis.14

Tabel 3 memperlihatkan rekomendasi antibiotik lini dan mendapatkan manfaat efek sinergistik antara
pertama dan alternatifnya untuk bakteri patogen yang umum aminoglikosida dan β-Laktam.14 Tabel 4 menunjukkan
ditemukan pada eksaserbasi. Antibiotik dapat disesuaikan regimen antibiotik intravena yang dapat digunakan pada
apabila tidak ada perbaikan klinis dan berdasarkan eksaserbasi akut.
hasil sensitivitas antibiotik terbaru. Antibiotik intravena Antibiotik jangka panjang dapat diberikan pada
dipertimbangkan pada penderita dengan keadaan umum penderita dengan eksasebasi lebih dari 3 kali per tahun atau
kurang baik, terinfeksi organisme resisten, atau gagal penderita dengan eksaserbasi lebih jarang namun terjadi
dengan antibiotik oral (hal tersebut terutama terjadi pada morbiditas yang signifikan. Dosis tinggi tidak dianjurkan
penderita dengan Pseudomonas aeruginosa). 14 untuk meminimalkan efek samping. Regimen antibiotik
Penderita dengan eksaserbasi berat memerlukan ditentukan oleh kultur sputum pada saat kondisi stabil
antibiotik intravena, terapi empiris dapat diberikan (tabel 5). Antibiotik jangka panjang dapat berisiko resistensi
cefuroxime atau cetriaxone, kecuali kecurigaan adanya pada pasien dan antibiotik alternatif dapat digunakan sesuai
infeksi P. aeruginosa. Terapi empiris pasien dengan dengan hasil sensitivitas.15
P. aeruginosaadalah dengan β-Laktam, misalnya
Ceftazidime. Monoterapi dapat diberikan pada Higienitas Bronkopulmoner
P. aeruginosa yang masih sensitif, sedangkan untuk Penatalaksanaan bronkiektasis juga melibatkan
organisme yang resisten atau infeksi kronis dimana usaha-usaha untuk menghilangkan sekret saluran napas.
terdapat kemungkinan pasien akan mengalami terapi Usaha yang dapat dilakukan antara lain latihan batuk
ulang di masa yang akan datang, direkomendasikan untuk efektif, postural drainase, fisioterapi dada, mengencerkan
melakukan terapi kombinasi dengan aminoglikosida. sekret saluran napas, serta pemberian bronkodilator
Kombinasi dilakukan untuk menurunkan risiko resistensi dan kortikosteroid inhalasi pada saat eksaserbasi akut.

Tabel 5. Pengobatan antibiotik jangka panjang.


Tabel 5. Pengobatan Antibiotik jangka panjang.

Higienitas bronkopulmoner
Penatalaksanaan bronkiektasis juga melibatkan usaha-usaha untuk menghilangkan
saluran napas. Usaha yang dapat dilakukan antara lain latihan batuk efektif, postural d
60 Jurnal Respirasi (JR), Vol. 2. No. 2 Mei 2016: 52-60

Penderita dengan sekret kental dan mucous pluging dapat identifikasi keadaan eksaserbasi akut dan penggunaan
dibantu dengan nebulisasi salin dan tetap mempertahankan antibiotik, mengendalikan pertumbuhan mikroba, terapi
hidrasi sistemik yang mencukupi.9 terhadap kondisi yang mendasarinya, mengurangi respons
inflamasi yang berlebihan, peningkatan higienitas bronkial
Penatalaksanaan Bedah dan pertimbangan terapi bedah pada kasus tertentu.
Reseksi bedah pada bronkiektasis hanya dilakukan
dengan pertimbangan khusus, diantaranya pada pasien
dengan kelainan terlokalisasi yang gagal dengan terapi DAFTAR PUSTAKA
medis dan menderita gejala klinis yang memperburuk
kualitas hidup pasien.4,16 Konsep dasar tindakan bedah pada 1. Bilton D, Jones AL. European Respiratory Monograph: Bronchiectasis.
bronkiektasis adalah menghilangkan area parenkim paru European Respiratory Society. 2011;52:1–10
2. Neves PC, Guerra M, Ponce P, Miranda J, Vouga L.State-of-the-
yang rusak yang menyebabkan penetrasi antibiotik tidak
art - Pulmonary Non-cystic fibrosis bronchiectasis. Interactive
dapat berjalan dengan baik. Jaringan paru yang rusak menjadi CardioVascular and Thoracic Surgery 2011;13: 619–625
area reservoir bakteri yang menyebabkan infeksi berulang. 3. Pamela J, McShane I, Edward T, Naureckas I, Gregory T, Mary E.
Beberapa hal yang memengaruhi suksesnya tindakan bedah Non–Cystic Fibrosis Bronchiectasis. American Journal Of Respiratory
And Critical Care Medicine 2013; 188: 647–656
antara lain: reseksi komplit area yang terlibat, intervensi
4. Iseman D, Chan ED.Bronchiectasisin: Murray and Nadels’s Textbook
awal untuk mencegah terjadinya perkembangan mikroba of Respiratory Medicine5th ed.2011;48: 853–876
resisten dan penyebaran ke segmen paru yang berdekatan, 5. Lambrecht BN, Neyt K, GeurzvanKessel CH. Pulmonary Defence
terapi antibiotik preoperasi sesuai dengan kultur dan Mechanisms and Inflammatory Pathways in Bronchiectasis. European
Respiratory Monograph: Bronchiectasis2011;2:11–19
sensitivitas, terapi antibiotik tetap dilanjutkan setelah
6. Barker AF. Bronchiectasis. New England Journal of Medicine 2002;
operasi, perbaikan suplementasi nutrisi preoperasi sesuai 346: 1383–1393
indikasi, antisipasi terhadap komplikasi yang mungkin 7. Brown JS, Baxendale H, Floto RA. Immunodeficiencies Associated
terjadi.16 with Bronchiectasis. New England Journal of Medicine 2009; 211:
901–33
8. De Gracia J, Rodrigo MJ, Morell F, et al. IgG subclass deficiencies
associated with bronchiectasis. Am J Respir Crit Care Med
KESIMPULAN 1996;153:650–655
9. Rademacher J, Welte T. Bronchiectasis-Diagnosis and Treatment.
Bronkiektasis adalah dilatasi atau ectasia dari saluran Deutsches Ärzteblatt International | Dtsch Arztebl Int 2011; 108(48):
809–15
napas atau bronkus secara permanen. Bronkiektasis 10. Swinson DR, Symmons D, Suresh U, Jones M, Booth J. Decreased
dapat terjadi terkait dengan kondisi dasar konstitusional survival in patient with co-existent rheumatoid arthritis and
genetik penderita atau episode insidental yang tidak bronchiectasis. Br J Rheumatol 1997; 36:689–91
berhubungan dengan kondisi dasar intrinsik pertahanan 11. Elborn JS, Drain M. Assesment and Investigation of Adult with
Bronchiectasis. Eur Respir Mon 2011; 2: 52–35
tubuh penderita. Patogenesis yang terjadi berkaitan 12. Perea PL, Screaton NJ. Radiological Feature of Bronchiectasis.
kombinasi inflamasi berulang dinding bronkus dan fibrosis European Respiratory Monograph: Bronchiectasis2011;2:44–65
parenkim, menghasilkan dinding bronkus yang lemah 13. Wat D, Foweraker JE. Microbiology of non-CF bronchiectasis.
dan berlanjut menjadi dilatasi yang irreversibel. European Respiratory Monograph: Bronchiectasis2011;2:68–93
14. Haworth CS. Antibiotic treatment in adults with bronchiectasis.
Pemeriksaan spesifik dilakukan untuk mendiagnosis European Respiratory Monograph: Bronchiectasis2011;2:211–222
kelainan spesifik tertentu sesuai dengan gambaran klinis 15. Pasteur M C, Bilton D, Hill A T. British Thoracic Society guideline
yang mendukung diagnosis bronkiektasis. Strategi yang for non-CFbronchiectasis. 2010
digunakan pada penatalaksanaan bronkiektasis antara lain 16. MauchleyDC, Mithell. Surgery for bronchiectasis.European
Respiratory Monograph: Bronchiectasis2011;2:248–257

Anda mungkin juga menyukai