Anda di halaman 1dari 13

Analysis of Mini Longline Fishing Rate Using Hook Sizes 5 and 7 and Mini Longline

Feasibility effort in The Waters of Pambang’s Gulf Bantan District Bengkalis Regency Riau
Province

By

Tarmizi1), Arthur Brown2), Pareng Rengi2)


mizhi_chairman@live.com

Abstact

This research was conducted on March 31 until 4 April 2014, which took place in the waters of the
Pambang’s Gulf Bantan District Bengkalis regency Riau province. The metode used in this study is
experimental and survey methods with case studies, namely by direct observation to look the various
longline fishing activities.
The pupose of this studi is to analyze of the catch rate with effectiveness of different sizes of
longline hooks, showing fish catches by different hook sizes, analyze the feasibility of longline effort. The
results of this research can be an information for researchers, especially for the waters of Pambang’s Gulf
on longline gear and longline feasibility effort.
The results of this research show that hook rate measuring value of the hooks 7a: 11.1, 5a: 8.9, 7b:
10.7, and 5b: 7.6. Based on statistic test One Way ANOVA (Analisysisi of Variance) obtained sig. 0.805 is
greater than the value of α = 0.05 level (p-value> α), its means that there is no difference in fish hook rate
by hook. The results of the feasibility calculations for some criteria indicate that longline fishing effort
worth forwarded, it can be seen from the value of BCR (Benefit Cost Ratio) of 1.013, FRR value
(FinancialRate of Return) by 2.823%, PPC Value (Payback PeriodofCapital) of 35.422 years.

Keywords : mini longline, analyze, effort feasibility, Pambang’s gulf


1)
Student of Fisheries and Marine Science Faculty, University of Riau
2)
Lecturerof Fisheries and Marine Science Faculty, University of Riau

PENDAHULUAN Selain strategis berada di tepi alur


Kabupaten Bengkalis memiliki wilayah pelayaran parairan laut internasional, yaitu Selat
perairan yang paling luas diantara kabupaten Malaka, Kabupaten Bengkalis memiliki potensi
lainnya yang ada di Provinsi Riau. Kabupaten sumber daya perikanan yang besar.Perairan
Bengkalis terletak di Pantai Timur Pulau Iautnya di perkirakan memiliki potensi perikanan
Sumatera3 dengan posisi 2o 3’ LU dan 0° 17’ sebesar 18.859 ton.Kegiatan penangkapan ikan di
Lintang Utara Berta antara 102° dan 105° Bujur laut pada tahun 2004 mencapai 13.818 ton (Dinas
Timur dan berbatas langsung dengan negara Perikanan Kabupaten Bengkalis 2005). Desa
tetangga Malaysia, dengan luas wilayah 11.481,77 Teluk Pambang, adalah salah satu desa di
km2 meliputi daratan dan lautan (Divas Perikanan Kabupaten Bengkalis yang memiliki potensi
Kabupaten Bengkalis, 2003). Secara teritorial perikanan yang cukup besar, dan masih dapat
Kabupaten Bengkalis mempunyai batas-batas dikembangkan untuk kedepannya.
sebagai berikut: sebelah utara berbatasan dengan Untuk meningkatkan hasil tangkapan
Selat Malaka, sebelah selatan berbatasan dengan rawai yang baik umumnya dilihat dari nilai hook
Kabupaten Siak, sebelah barat berbatas dengan rate yang dihasilkan. Hook rate adalah jumlah
Kota Dumai, Kabupaten Rokan Hilir, dan ikan (dalam ekor atau satuan berat) yang
Kabupaten Rokan Hulu sebelah timur berbatasan tertangkap untuk setiap 100 mata pancing yang
dengan Kabupaten Kepulauan Meranti dan terpasang. Berdasarkan hal ini, maka apabila nilai
Kabupaten Karimun. hook rate makin besar berarti daerah penangkapan
tersebut akan lebih banyak menghasilkan jumlah
tangkapan (Ayodhyoa,1981). METODE PENELITIAN
Hasil tangkapan tersebut akan berdampak Waktu dan Tempat
pada sosial ekonomi masyarakat, faktor yang Penelitian ini dilaksanakan31Maret
manjadi perhatian demi peningkatan taraf hidup sampai 4 April 2014 yang bertempat di Perairan
dalam pendapatan dan pengeluaran rumah tangga Teluk Pambang Kecamatan Bantan Kabupaten
masyarakat. Untuk mengetahui layak atau tidak, Bengkalis Provinsi Riau.
untung atau rugi, maka diperlukan perhitungan
usaha rawai dalam setiap operasi penangkapan. Bahan dan Alat Penelitian
Berkenaan dengan usaha penangkapan Adapun bahan dan alat yang digunakan
yang baik diharapkan bisa menangkap ikan dalam penelitian ini adalah:
diperairan dimana alat dioperasikan secara Bahan-bahan yang digunakan:
maksimal, sehingga tujuan dari pembuatan dan a. Unit alat tangkap rawai dan angket.
pengoperasian alat tercapai.Peningkatan produksi b. Alat pengukur parameter perairan: Hand
perikanan khususnya hasil tangkapan ikan Refractometer, Thermometer, Secchi Disk,
diperairan dapat dilakukan dengan penerapan kertas pH.
teknologi yang sesuai dengan usaha/sasaran yang c. Kamera digunakan untuk dukumentasi.
dituju, terutama terhadap alat tangkap yang d. Alat-alat tulis untuk mencatat data-data yang
digunakan. diperoleh selama penelitianberlangsung.
Dari uraian di atas, penulis tertarik
melakukan penelitian guna melihat aktifitas Metode dan Prosedur Penelitian
penangkapan rawai dan usaha rawai, maka penulis Metode
tertarik mengkaji tentang “Analisis Laju Metode yang digunakan dalam penelitian
Penangkapan Rawai yang Menggunakan Ukuran ini adalah metode eksperimen dan survei dengan
Mata Pancing No.5 dan No.7 Serta Kelayakan studi kasus yaitu dengan melakukan pengamatan
Usaha Rawai (Mini Longline) di Perairan Teluk langsung ke-lapangan melihat berbagai aktifitas
Pambang Kecamatan Bantan Kabupaten Bengkalis nelayan dengan alat tangkap rawai.Pengumpulan
Provinsi Riau”. data dilakukan dengan turun langsung melakukan
penangkapan dan wawancara dengan pemilik
Tujuan dan Manfaat rawai dan nelayan pekerja.Penentuan sampel yang
Dari penelitian ini tujuan yang ingin digunakan adalah tali unit alat tangkap rawai yang
dicapai adalah: dominan dipakai nelayan setempat.Data yang
1. Menganalisis laju penangkapan rawai dengan diambil adalah data benar dari jumlah individu
efektifitas ukuran mata pancing yang ikan hasil tangkapan rawai. Rangkaian tali cabang
berbeda. rawai yang di gunakan sebanyak 100 mata
2. Menyajikan hasil tangkapan ikan berdasarkan pancing, 50 untuk ukuran mata pancing no. 5, dan
ukuran mata pancing yang berbeda. 50 untuk ukuran mata pancing no. 7. Data yang
3. Menganalisi kelayakan usaha rawai. dikumpulkan adalah data primer dan sekunder.
Sedangkan manfaat yang akan di dapat Data primer lainnya diperoleh dari hasil
dari penelitian ini, yaitu dapat meningkatkan hasil wawancara nelayan dengan
tangkapan ikan nelayan dengan ukuran mata menggunakankuisioner, pengamatan langsung dan
pancing tertentu. Serta mengembangkan usaha ikut serta dalam proses penangkapan. Sedangkan
perikanan tangkap rawai, dan menambah wawasan data sekunder diperoleh dari Dinas Perikanan dan
peneliti dalam hal alat tangkap dan teknik Kelautan Kabupaten Bengkalis Provinsi Riau.
penangkapan rawai.
Prosedur Penelitian
Hipotesis Adapun prosedur pada penelitian ini
Untuk mengetagui analisis laju adalah menggunakan 1 unit alat tangkap rawai
penangkapan rawai yang menggunakan ukuran (mini longline), yang terdiri dari 100 mata pancing
mata pancing 5 dan 7, maka dalam penelitian ini di setiap alat tangkap dengan ukuran mata pancing
diajukan hipotesis yaitu “hasil tangkapan rawai yang berbeda, yaitu ukuran no. 7 ( mata pancing
mata pancing berukuran kecil (no.7) lebih baik yang umum digunakan pada alat tangkap rawai di
dari pada ukuran yang lebih besar (no.5)” perairan Teluk Pambang) dan ukuran no. 5,
dengan lama pengoperasian antara setting hingga
hauling selama 2,5 jam, di lakukan 9 kali trip Asumsi
pengoperasian selama penelitian. Langakah- Mengingat banyaknya faktor yang
langkah pengoperasian sebagai berikut: mempengaruhi hasil tangkapan, maka dalam
1. Alat tangkap rawai dipasang tali cabang penelitian ini dikemukakan beberapa asumsi
dalam jumlah 100 buah mata pancing. antara lain :
2. Dari 100 mata pancing, urutan mata pancing 1. Ketelitian pencatatan seluruh data oleh
1 sampai 25 di pasang nomor mata pancing peneliti dan pembantu peneliti dianggap
no. 7, urutan mata pancing 26 sampai 50 di sama.
pasang mata pancing no. 5, urutan mata 2. Keterampilan dan kemampuan dari setiap
pancing 51 sampai 75 di pasang mata pancing nelayan dianggap sama.
no. 7, dan urutan mata pancing 76 sampai 100 3. Umpan yang digunkan dianggap sama.
di pasang mata pancing no. 5. 4. Jenis mata pancing dianggap sama.
3. Lakukan aktifitas penangkapan 2,5 jam.
4. Setelah hauling, lakukan pencatatan terhadap Analisis Data
hasil tangkapan, jumlah ikan yang di dapat, Analisis Laju Pancing
berat total ikan tangkapan, dan jenis ikan dari Data catch yang di peroleh dari operasi
masing-masing rawai yang mempunyai penangkapan berupa data hasil tangkapan dalam
ukuran mata pancing berbeda. satuan kilogram (kg), sedangkan untuk
5. Dari data yang terkumpul di sajikan dalam perhitungan hilai hook rate (HR) menggunakan
tabel dan grafik. satuan ekor/hari operasi. Dari data catch dalam kg
6. Perhitungan laju penangkapan kemudian dikonversi menjadi satuan ekor, yaitu dengan
dilakukan untuk mata pancing yang berbeda. membagi data catch tersebut dengan rata-rata
berat satu ikan (kg). Selanjutnya, untuk statistik
7. Data laju penangkapan ditabulasikan dalam
menggunakan uji AnovaOneway berdasarkan
satuan waktu aktifitas penangkapan.
SPSS, perhitungan nilai HR rata-rata yaitu dengan
membagi catch (dalam ekor) dengan rata-rata mata
Jenis dan Sumber Data
pancing yang digunakan.
1. Data primer, yaitu data yang diperoleh
Persamaan yang digunakan untuk
langsung, melalui hasil wawancara dengan
menghitung HR, menurut Ayohdyoa, (1981)
menggunakan tabel kuisioner yang telah
adalah :
disiapkan, dan responden akan ditemui
diwawancarai secara langsung. Data tersebut
jumlah ikan yang tertangka p/trip
meliputi data mengenai karakteristik Hook rate= x100%
jumlah mata pancing terpasang /trip
responden, alat tangkap, teknologi
penangkapan, jumlah dan jenis ikan yang
tertangkap, dan manajemen penangkapan. Analisis Kelayakan Usaha
2. Data sekunder, yaitu data yang diperoleh dari Analisis kelayakan finansial dari usaha
kantor atau instansi yang relevan, diantaranya penangkapan rawai yang menggunakan ukuran
data mengenai letak geografis dan mata pancing no. 7 bertujuan untuk mengetahui
perkembangannya yaitu mengenai data kelayakan usahanya. Analisis datanya adalah
demografi, sosial, ekonomi nelayan, dan sebagai berikut:
lainnya.  Benefit Cost of Ratio
Benefit cost of ratio (BCR) adalah
Pengumpulan Data Rentabilitas Usaha perbandingan antara pendapatan kotor atau hasil
Untuk melihat seberapa besar kelayakan penjualan dengan biaya total yang dikeluarkan
usaha penangkapan tersebut bisa mendapatkan (Kadariah, 1978).
keuntungan, maka dilakukan wawancara langsung • Pendapatan Kotor (Gross Income)
dan pengisian kuisioner pada nelayan rawai. Pendapatan kotor nelayan adalah
Data yang dikumpulkan meliputi: pendapatan yang diterima oleh nelayan tersebut
a. Aspek Teknologi penangkapan. berupa sejumlah uang, akibat dari penjualan ikan
b. Unit alat tangkap rawai. yang diproduksinya, dihitung berdasarkan volume
c. Metode dan teknik penangkapan ikan.
produksi dikalikan harga pasar yang berlaku setiap Dimana pendapatan bersih (Net Income)
nelayan. yaitu selisih antara pendapatan kotor (hasil
• Biaya Total ( Total Cost ) penjualan) dengan biaya total yang dikeluarkan.
Biaya total merupakan penjumlahan dari NI = GI – TC
biaya tetap (fixed cost) dan biaya tidak tetap NI = Net Income (pendapatan bersih)
(variable cost), biaya tetap adalah biaya minimal GI = Gross Income (pendapatan kotor)
yang harus di keluarkan untuk memproduksi suatu TC = Total Cost (biaya total)
produksi bersifat stabil (tidak berubah) dalam Dengan mengetahui FRR maka dapat
ukuran waktu tertentu. Dalam hal ini biaya tetap di ditentukan apakah modal sebaiknya diinvestasikan
kelompokkan menjadi dua, yaitu: biaya tetap pada usaha atau di Bank. Apabila FRR (Finensial
penyusutan, merupakan biaya yang di keluarkan Rate of Return) lebih besar dari suku bunga di
untuk meningkatkan produksi karena peningkatan Bank maka hal ini menunjukkan bahwa modal
umur atau keusangan aset; seperti alat tangkap sebaiknya diinvestasikan pada usaha.
(rawai) dan armada penangkapan. Biaya tetap  PaybackPeriod of Capital
perawatan, merupakan biaya yang di keluarkan PPC merupakan perbandingan anatara
untuk memperbaiki aset terhadap kerusakan investasi yang ditanamkan dengan pendapatan
selama operasional; seperti perbaikan alat tangkap bersih (net income) yang diterima.
(rawai), armada penangkapan. PPC = I / NI X 1 tahun
Biaya tidak tetap (variable cost), adalah PPC = Payback Period of Capital
jenis biaya yang difungsikan untuk melengkapi I = Investasi
biaya tetap dan bersifat dinamis, mengikuti NI = Net Income (pendapatan bersih)
banyaknya jumlah unit yang di produksi ataupun Semakin kecil PPC maka semakin cepat
aktivitas yang dilakukan; sepertibahan bakar, pengembalian modal, ini berarti usaha tersebut
pelumas (oli), es, garam, konsumsi, upah. menguntungkan.Masalah yang ditemukan dalam
BCR = GI/TC bidang perikanan dibahas untuk mendapatkan
GI = Gros Income (pendapatan kotor) solusinya.Solusi tersebut dituliskan dalam bentuk
TC = Total Cost (biaya total) kesimpulan dan saran.
Apabila BCR lebih besar dari 1 (satu)
maka usaha dapat dilanjutkan atau usaha tersebut HASIL DAN PEMBAHASAN
menguntungkan. Hasil
 Financial Rate of Return Daerah Penangkapan Ikan
Finensial Rate of Return (FRR) Secara geografis Desa Teluk Pambang
merupakan persentase perbandingan antara terletak pada posisi posisi 1o 26’ - 1° 31’ BT dan
pendapatan bersih (Net Income) dengan investasi. 102° 20’ - 102° 30’ LU, dimana sebelah Utara
• Pendapatan Bersih (Net Income) berbatasan dengan Desa Muntai dan Selat Malaka,
Pendapatan bersih (net income) adalah Selatan berbatasan dengan Desa Kembung Luar,
seluruh hasil yang diperoleh dari usaha Timur berbatasan dengan Desa Selat Malaka, dan
penangkapan selama satu tahun. Produksi sebelah Barat berbatsan dengan Desa Bantan Air.
pendapatan usaha diperhitungkan dari selisih Dimana kondisi daerah penangkapan
penerimaan total (pendapatan kotor) dengan total tersebut dasar perairannya berlumpur, berpasir,
biaya (total cost). tanah liat, dan berkarang. Memiliki salinitas 29-
• Investasi 33‰, suhu 290-320C, pH 7-8, kecepatan arus 0,25-
Investasi merupakan seluruh biaya yang di 0,36 m/dtk, dengan kecerahan perairan 53 cm dan
keluarkan oleh nelayan dalam penenaman modal kedalaman perairan mencapai 35 -100 m. untuk
agar produksi dapat dilakukan, seperti lebih jelas dapat dilihat pada Tabel 1.
pembelian/pembuatan armada penangkapan, Table 1. Parameter Perairan
pembelian alat penangkapan (rawai), pembuatan
surat izin usaha. Parameter Perairan Satuan
FRR = NI / I X 100% Salinitas 29-33‰
NI = Net Income (pendapatan bersih)
I = Investasi Suhu 290-320C
pH 7-8
Kecepatan Arus 0,25-0,36 m/dtk 26-50, 7b: mata pancing no. 7 dari urutan 51-75,
Kecerahan 53 cm 5b: mata pancing no.5 dari urut no 76-100.
Dari 9 trip penangkapan selama 3 hari
Kedalaman 35 -100 m diperoleh hasil tangkapan ikan untuk ukuran mata
Sumber: Data Primer pancing 7a: 25 ekor, 5a: 20 ekor, 7b: 24 ekor, dan
5b: 17 ekor.Rincian hasil tangkapan selama
Hasil Tangkapan penelitian dapat dilihat pada Grafik1.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan
terhadap ukuran mata pancing no. 7 dan 5 yang Grafik 1. Hasil Tangkapan Ikan Mata Pancing
dipasang secara acak per urutan 25 pancing dari no.7a, 5a, 7b dan 5b
100 mata pancing, yaitu 7a: mata pancing no.7
dari urutan 1-25, 5a: mata pancing no.5 dari urutan

pancing no. 7 berjumlah 49 ekor ikan, dan no. 5


Dimana ikan yg didapat adalah ikan berjumlah 37 ekor ikan, den lebih jelasnya dapat
Malung dengan panjang mencapai 1-1,4 m, Debuk dilihat pada Grafik 2.
0,6-0,7 m, Duri 0,45-0,55 m, Cucut Hiu 0,5-0,6 m,
Gulamah 0,5-0,6 m.Berdasarkan jumlah Grafik 2. Jenis dan Jumlah Ikan/Mata Pancing
keseluruhan hasil tangkapan ikan untuk mata

Sedangkan untuk berat total ikan yang


tertangkap pada mata pancing no. 7 mencapai
67,6 kg dan mata pancing no. 5 mencapai 37
kg, Lebih rincinya dapat di Grafik 3.

Grafik 3. Jenis dan Berat total/Mata Pancing

Analisis biaya Biaya tidak tetap (variable cost),


Kelayakan usaha dihitung bertujuan adalah jenis biaya yang difungsikan untuk
untuk mengukur kegiatan usaha yang melengkapi biaya tetap dan bersifat dinamis,
dilakukan saat ini berhasil atau tidak. mengikuti banyaknya jumlah unit yang di
Analisis ini dapat digunakan untuk produksi ataupun aktivitas yang dilakukan;
mengetahuibesarnya keuntungan yang seperti bahan bakar, pelumas (oli), kayu, upah
diperoleh dari suatu kegiatan usaha yang
Pendapatan Kotor
dilakukan (Umar, 2003). Analisis biaya usaha
Pendapatan kotor nelayan adalah
yang sangat diperhitungkan adalah biaya
pendapatan yang diterima oleh nelayan tersebut
investasi, biaya total produksi, dan pendapatan
berupa sejumlah uang, akibat dari penjualan ikan
kotor.
yang diproduksinya, dihitung berdasarkan volume
produksi dikalikan harga pasar yang berlaku setiap
Biaya Investasi
nelayan.
Berdasarkan data primer selama
Berdasarkan data primer wawancara
penelitian salah satu nelayan Teluk Pambang
dengan nelayan rawai, secara umum nelayan
yang bernama Bapak Yanto, mengeluarkan
melakukan penangkapan sebanyak 4 kali dalam
investasi sebesar Rp 27.700.000,00. Rincian
seminggu, dalam setahun mencapai 192 kali
investasinya dapat di lihat pada Tabel5.
penangkapan. Untuk hari jumat tidak boleh
mealakukan penangkapan karena tradisi, sabtu dan
Tabel 5. Rincian Biaya Investasi
minggu ada acara desa atau keluarga.
Biaya Investasi Biaya (Rp)
Kapal 15.000.000 Pembahasan
Rawai 1.200.000 Laju Mata Pancing
Alat Bantu Mata pancing (hook) atau kail adalah
Penangkapan 4.500.000 bagian terpenting dari alat tangkap hook and line
(Jaring Ingsang) karena pada mata pancing inilah ikan akan
Mesin Kapal 7.000.000 tersangkut. Kegunaan dari mata pancing itu sendiri
yaitu untuk memastikan agar ikan tidak dapat
Total 27.7000.000 melepaskan diri dengan umpan setelah menggigit
Sumber: Data Primer atau menelannya.Serta hasil penelitian Rahmat
Biaya Total (1998) mengatakan bahwa pengaruh nyata yang
diperoleh dari perbedaan ukuran mata pancing
terhadap berat maupun jumlah dari tiap jenis Menurut Sugiarto (2006), pengujian
tangkapan ini diduga disebabkan karena faktor kenormalan data ini bertujuan untuk mengetahui
perbedaan fisik dari tiap ukuran mata pancing. sebaran data ini normal atau tidak, setelah itu
Terdapat 6 fase proses tertangkapnya ikan dilakukan pengujian varian dengan SPSS.Analisis
oleh pancing, yaitu: a) Fase appearance, yaitu ikan data menggunakan SPSS dengan analisis One Way
yang telah melihat umpan kemudian tertarik dan Anova (uji F) yang digunakan untuk menganalisa
mendekati umpan tersebut. b) Fase approach, yaitu beda rata – rata lebih dari dua sampel dan juga bisa
ikan mulai berusaha berenang mendekati umpan digunakan untuk mengetahui variabel mana saja
dan menjaga jarak untuk melakukan penyerangan yang berbeda dengan lainnya.Berdasarkan uji
terhadap umpan. c) Fase attack, yaitu ikan mulai satatistikAnova One Way (Analisysisi of
memakan umpan dan pada tahap ini pula ikan Variance)diperoleh nilai sig. 0,805lebih beasr dari
berenang cepat dan tiba-tiba menyergap umpan. d) pada nilai α = 0,05 (p-value > α). Artinya adalah
Fase touching, yaitu kegiatan setelah ikan bahwa tidak terdapat perbedaan hook rate ikan
memakan umpan maka pada bagian rongga mulut berdasarkanmata pancing.
ikan menyentuh mata pancing. e) Fase hooking,
Ternyata hasil tangkapan yang diperoleh
yaitu tahap dimana keberhasilkan pemancingan
tidakterdapat perbedaan yang nyata, tetapi
memiliki peluang besar, dimana mata pancing telah
terdapat kecendrungan bahwa mata pancing yang
mengait pada bagian dari mulut ikan, dan f) Fase
berukuran lebih kecil lebih efektif untuk
capture, yaitu tahap akhir dimana yang telah terkait
menangkap ikan dibandingkan dengan mata
oleh mata pancing ditarik keatas kapal.
pancing yang berukuran lebih besar. Hal ini
Menurut Ayodhyoa (1979), yang harus
berkaitan dengan kemampuan ikan dalam memakan
di perhatikan agar hasil tangkapan maksimum
umpan yang telah dipasang pada mata pancing,
adalah:
dimana mata pancing yang berukuran kecil dapat
a. Ukuran dan tipe mata pancing, serta cara
dimakan oleh ikan yang berukuran kecil dan besar.
dan waktu pengoperasian agar produktivitas
Menurut Erzini et al. (1998) dan Karpouzi
tinggi.
and Stergiou (2003) dimana ukuran bukaan mulut
b. Tipe atau bentuk mata pancing harus sesuai
ikan menjadi faktor penting yang mempengaruhi
dengan tipe dasar perairan.
jumlah hasil tangkapan pancing ulur. Kemudian
c. Ukuran mata pancing sesuai dengan species
peneliti lain yakni Alo´s et al. (2008) memperoleh
sasaran.
hasil bahwa faktor variasi ukuran bukaan mulut dan
Koike dan Takeuchi (1970) menyatakan
ukuran panjang tubuh ikan mempengaruhi jumlah
bahwa tingkat efesiensi penangkapan dengan alat
hasil tangkapan.
tangkap pancing untuk jenis ikan dan ukuran ikan
Affandi et al. (1992) menjelaskan bahwa
tertentu ditentukan oleh besarnya ukuran mata
ukuran mutlak setiap spesies ikan dipengaruhi oleh
pancing yang digunakan.Untuk mengetahui tingkat
faktor umur, jenis kelamin, dan lingkungan
efesiensi dibutuhkan perhitungan Hook Rate.Hook
hidupnya seperti makanan, suhu, pH, dan
Rate atau laju pancing adalah banyaknya ikan yang
salinitas.Ukuran bukaan mulut berkorelasi positif
tertangkap tiap 100 mata pancing.Nilai hook rate
dengan ukuran pakan yang dapat ditelan dan terkait
hasil tangkapan rawai yang diuji cobakan dengan
dengan ukuran besarnya ikan.Menurut Ward-
menggunakan jenis mata pancing no.7 dan 5.
Campbell dan Beamish (2005), ukuran dimensi
Menurut Sukmadinata (1978), nilai suatu
mulut menggambarkan ukuran terbesar dari
daerah penangkapan ditentukan oleh hook rate
makanan yang mampu ditelan ikan.
yang dihasilkan. Nilai hook rate dianggap baik
Jenis ikan yang tertangkap selama
apabila nilai hook rate 5 - 10, cukup baik nilai 2 - 5,
penelitian pada alat tangkap rawai di perairan Teluk
dan kurang baik apabila nilai < 2. Nilai hook rate
Pambang adalah ikan demersal: debuk, duri, cucut
yang termasuk kategori kurang baik diduga karena
hiu, gulamah dan pelagis: ikan malung.
semakin berkurangnya hasil tangkapan karena
Secara individu jenis ikan yang
semakin tingginya kompetisi antar alat tangkap
dirincikan;ikan malung banyak tertangkap pada
yang dicirikan dengan semakin bertambahnya kapal
mata pancing no. 7 (9 ekor) dan no. 5 (4 ekor), ikan
dengan alat tangkap rawai dasar. Nilai hook rate
debuk banyak tertangkap pada mata pancing no. 7
selama penelitian antara 7,6 – 11,1 dimana nilai
(14 ekor) dan no. 5 (8 ekor), ikan duri banyak
hook rate tergolong baik.
terdapat pada mata pancing no. 5 (22 ekor) dan no.7
(20 ekor), ikan cucut hiu banyak terdapat pada mata c. BCR< 1, Berarti manfaat yang ditimbulkan
pancing no. 7 (5 ekor) dan no. 5 (1 ekor), dan ikan proyek lebih kecil dari biaya yang diperlukan
gulamah tertangkap sama banyak terhadap mata secara ekonomi, proyek tidak layak untuk
pancing no. 7 dan no. 5. dilaksanakan.
Dari hasil penelitian didapatkan pendapatan
Analisis Kelayakan Usaha kotor usaha rawai salah seorang nelayan Teluk
Usaha yang akan dijalankan diharapkan Pambang mencapai Rp 62.000.000,00, dan biaya
dapat memberikan penghasilan sesuai dengan target total yang dikeluarkan untuk penangkapan
yang telah ditetapkan. Pencapaian tujuan usaha mencapai Rp 61.218.000,00. Maka nilai BCR
harus memenuhi beberapa kriteria kelayakan diformulakan sebagai berikut:
usaha.Artinya, jika dilihat dari segi bisnis, suatu
usaha sebelum dijalankan harus dinilai pantas atau BCR = 62.000.000
tidak untuk dijalankan. Pantas artinya layak atau 61.218.000
akan memberikan keuntungan dan manfaat yang = 1,013
maksimal. Kelayakan usaha memperhitungkan
hambatan atau peluang dari investasi yang akan BCR = GI/TC
dijalankan. Jadi, kelayakan usaha dapat GI = Gros Income (pendapatan kotor)
memberikan pedoman atau arahan pada usaha yang TC = Total Cost (biaya total)
akan dijalankan. Dari hasil formula nilai BCR diperoleh
Untuk mencapai tujuan layak atau tidak 1,013. Bila dikaitkan dengan penilaian BCR, maka
suatu usaha tersebut dijalankan, maka perlu usaha rawai nelayan Yanto di Desa Teluk Pambang
dilakukan analisis kelayakan usaha. Analisis layak dilaksanakan, karena BCR > 1.
Kelayakan Usaha atau disebut juga feasibility study
 Financial Rate of Return
adalah kegiatan untuk menilai sejauh mana manfaat
Finensial Rate of Return (FRR) merupakan
yang dapat diperoleh dalam melaksanakan suatu
persentase perbandingan antara pendapatan bersih
kegiatan usaha.
(Net Income) dengan investasi.Metode ini
Analisis kelayakan usaha yang disusun
menghitung tingkat bunga yang menyamakan nilai
merupakan pedoman kerja, baik dalam penanaman
sekarang investasi dengan nilai sekarang
investasi, pengeluaran biaya, cara produksi, cara
pendapatan bersih di masa yang akan datang.
melakukan pemasaran dan cara memperlakukan
Apabila tingkat bunga ini lebih besar dari tingkat
lingkungan organisasi. Dalam kenyataannya tidak
bunga relevan (tingkat keuntungan yang
semua aspek harus diteliti, hanya aspek yang benar-
disyaratkan), maka investasi dikatakan
benar dibutuhkan saja yang perlu dianalisis untuk
menguntungkan, kalau lebih kecil dikatakan
dibahas lebih lanjut.
merugikan.
 Benefit Cost of Ratio Keputusan akan menerima atau menolak
Benefit cost of ratio (BCR) adalah investasi dapat dilakukan atas pertimbangan hasil
perbandingan antara pendapatan kotor atau hasil perbandingan FRR dengan tingkat suku bunga yang
penjualan dengan biaya total yang dikeluarkan berlaku (suku bunga bank yang dipilih untuk
(Kadariah, 1978). Benefit cost of ratio ini berinvestasi). Jika FRR > suku bunga bank, maka
menunjukkan gambaran berapa kali lipat manfaat investasi diterima, sedangkan FRR< suku bunga
(benefit) yang diperoleh dari biaya (cost) yang bank, maka rencana investasi ditolak.
dikeluarkan.Kelebihan menggunakan BCR dalam Sebelum mendapatkan nilai FFR, maka
menganalisa sebuah usaha/proyek adalah lebih terlebih dahulu didapatkan nilai pendapantan bersih
mencerminkan berapa rasio keuntungan yang akan (NI). Berdasarkan formula:
didapat karena manfaat yang didapat telah NI = 62.000.000–61.218.000
dikurangi dengan biaya, Nilai BCR yang mungkin:
= 782.000
a. BCR> 1, Berarti manfaat yang ditimbulkan
proyek lebih besar dari biaya yang diperlukan NI = GI – TC
secara ekonomi, proyek layak dilaksanakan. GI = Gross Income (pendapatan kotor)
b. BCR = 1, Berarti manfaat yang ditimbulkan TC = Total Cost (biaya total)
proyek sama dengan biaya yang diperlukan secara
ekonomi, proyek layak untuk dilaksanakan.
Dari perhitungan formula nilai NI di peroleh pemilihan dari berbagai macam alternatif yang
Rp 782.000,00. Maka FFR di formulakan sebagai ada.Kesalahan dalam memilih usaha dapat
berikut: mengakibatkan pengorbanan dari sumber-sumber
yang langka.Untuk itu perlu diadakan analisis
FRR = 782.000x 100 % terhadap berbagai alternatif kegiatan yang tersedia
27.700.000 sebelum, sedang dan sudah melaksanakannya
dengan jalan menghitung biaya dan manfaat yang
= 2,823 % diharapkan dari kegiatan tersebut.
FRR = NI / I X 100% Investasi adalah penanaman modal untuk
NI = Net Income (pendapatan bersih) biasanya berjangka panjang dengan harapan
I = Investasi mendapatkan keuntungan di masa yang akan datang
Dari perhitungan, nilai FRR di peroleh sebagai kompensasi secara profesional atas
sebesar 2,823%, sedangkan Tingkat suku bunga penundaan konsumsi, dampak inflasi dan resiko
investasi bank yang ada di Indonesia,mencapai dari yang ditanggung. Alasan seorang investor
10-13%. Maka keputusan investasi ke bank tidak melakukan investasi adalah untuk mendapatkan
dapat diterima, jadi usaha tidak dapat di kehidupan yang lebih baik di masa yang akan
investasikan dimana nilai FRR 2,823%< dari suku datang serta untuk menghindari merosotnya nilai
bunga bank 10-13%. kekayaan yang dimiliki.
Nilai manfaat investasi secara tidak
 PaybackPeriod of Capital
langsung dapat pula memberi dampak sosial
PaybackPeriod of Capital(PPC) merupakan
ekonomis kepada masyarakat
perbandingan anatara investasi yang ditanamkan
sekitarnya.Terbukanya lapangan kerja baru,
dengan pendapatan bersih (net income) yang
peningkatan pendapatan masyarakat, masyarakat
diterima..
terbuka dari terisolasi kemajuan sekitarnya, serta
Jika waktuyang dibutuhkan makin pendek,
dapat mengakses informasi pada kemajuan yang
investasi dianggap makin baik, dengan Kriteria
lebih respek terhadap berbagai kejadian yang
penilaiannya adalah jika payback period lebih
muncul.
pendek waktunya dariumur ekonomis maka usulan
investasi dapat diterima.
KESIMPULAN DAN SARAN
Dari data yang didapat, investasi yg
Kesimpulan
dibutuhkan Bapak Yanto sebesar Rp 27.700.000,00,
Berdasarkan penelitian di perairan Teluk
dan pendapatan bersih/tahun sebesar Rp
Pambang, dimana daerah tangkapan sejauh 4-6 mill
782.000,00, maka rumus PPC adalah:
dari garis pantai dengan kondisi dasar perairannya
berlumpur, berpasir, tanah liat, dan berkarang.
PPC = 27.700.000x 1tahun Memiliki salinitas 29-33‰, suhu 290-320C, pH 7-8,
782.000 kecepatan arus 0,25-0,36 m/dtk, dengan kecerahan
= 35,422 tahun perairan 53 cm dan kedalaman perairan mencapai
35 -100 m.
Menggunakan rawai sebagai alat tangkap
PPC = I / NI X 1 tahun
ikan dengan menggunakan ukuran mata pancing
I = Investasi
yang berbeda yaitu mata pancing no. 7 dan 5.
NI = Net Income (pendapatan bersih)
Didapatkan hasil tangkapan mata pancing no. 7
Sehingga didapat nilai PPC 35,422 tahun,
sebanyak 49 ekor, dan no. 5 sebanyak 37 ekor.
bila dikaitkan dengan nilai ekonomis investasi
Jenis ikan yang tertangkap selama penelitian pada
selama 5 tahun, maka nilai PPC akan lebih lama
alat tangkap rawai di perairan Teluk Pambang
dari umur ekonomis investasi, jadi investasi akan
adalah Ikan Malung, Debuk, Duri, Cucut Hiu, dan
lebih lama kembalinya.
Gulamah,dari jenis-jenis ikan yang tertangkap
Menilai dan meneliti sejauh mana kegiatan
merupakan ikan demersal dan pelagis.
usaha tersebut memberikan keuntungan sangatlah
Dari jumlah hasil tangkapan tersebut,
penting dilakukan dengan tujuan untuk
terdapat kecendrungan bahwa mata pancing yang
memperbaiki dalam pemilihan investasi.Oleh
berukuran lebih kecil lebih efektif untuk
karena sumber-sumber yang tersedia bagi kegiatan
menangkap ikan dibandingkan dengan mata
usaha adalah terbatas, maka perlu diadakan
pancing yang berukuran lebih besar. Hal ini
berkaitan dengan kemampuan ikan dalam memakan Berdasarkan kelayakan usaha, nelayan
umpan yang telah dipasang pada mata pancing, mempunyai kesempatan atau peluang untuk
dimana mata pancing yang berukuran kecil dapat membuka usaha yang lebih besar. Dari hasil
dimakan oleh ikan yang berukuran kecil dan besar. wawancara dengan nelayan Teluk Pambang, saat
Untuk mengetahui tingkat efesiensi sekarang ini nelayan membutuh kapal berukuran 3
dibutuhkan perhitungan hook rate. Dari GT yang terbuat dari fiber, oleh sebab itu kepada
perhitungan formula hook rate didapatkan nilai pemerintah dan pihak tertentu agar dapat
rata-rata hook rate untuk 7a: 11,1, 5a: 8,9, 7b: 10,7, memberikan kredit kepada nelayan untuk
dan 5b: 7,6, dimana mata pancing no. 7 lebih pengadaan kapal perikanan yang lebih terjangkau,
banyak ikan yang terkait.Berdasarkan uji sehingga usaha perikanan tangkap rawai dapat
satatistikAnova One Way (Analisysisi of berlangsung dan dapat meningkatkan pendapatan
Variance)diperoleh nilai sig. 0,805lebih besar dari nelayan.
pada nilai α = 0.05 (p-value > α). Artinya adalah DAFTAR PUSTAKA
bahwa tidakterdapat perbedaan hook rate ikan
berdasarkanmata pancing. Usaha yang akan Affandi, R., D. S. Safei, M. F. Rahardjo, dan
dijalankan diharapkan dapat memberikan Sulistiono. 1992. Ikhtiologi : Suatu
penghasilan sesuai dengan target yang telah Pedoman Kerja Laboratori-um.
ditetapkan. Pencapaian tujuan usaha harus Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.
memenuhi beberapa kriteria kelayakan usaha. Salah Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi. Pusat
satu nelayan Teluk Pambang mengeluarkan Antar Universitas Ilmu Hayat. Bogor :
investasi sebesar Rp 27.700.000,00., pendapatan Institut Pertanian Bogor. Bogor. Jurnal
kotor mencapai Rp 62.000.000,00, dan biaya total Ilmu Pertanian dan Perikanan Desember
yang dikeluarkan untuk penangkapan mencapai Rp 2013 2(2). Hal: 99-107 [Terhubung
61.128.000,00, berdasarkan perhitungan bebarapa Berkala]. ISSN 2302-6308
kriteria: http://umbidharma.org/jipp [9 Mei 2014].
1. Nilai BCR sebesar 1,013. Bila dikaitkan dengan
penilaian BCR, maka usaha rawai nelayan Andi P, Aristi D, Sardiyanto. 2012. Pengaruh
Yanto di Desa Teluk Pambang layak Perbedaan Ukuran Mata Pancing Dan Jenis
dilaksanakan, karena BCR > 1. Umpan Pancing Sogok (Handline)
2. Nilai FRR sebesar 2,823%, sedangkan Tingkat Terhadap Hasil Tangkapan Belut
suku bunga investasi bank yang ada di (Monopterus albus) Di Rawa Pening
Indonesia,mencapai dari 10-13%. Maka Semarang. Journal of Fisheries Resources
keputusan investasi ke bank tidak dapat Utilization Management and Technology
diterima, jadi usaha tidak dapat di investasikan I(I). Hal 118-127. [Terhubung Berkala].
dimana nilai FRR 2,823%< dari suku bunga http://ejoumalsl.undip.ac.id/index.php/jfru
bank 10-13%. mt/article/view/665 [7 Februari 2013].
3. Nilai PPC sebesar 35,422 tahun, bila dikaitkan
dengan nilai ekonomis investasi selama 5 Alo´s, J., Palmer, M., Grau, A. M., Deudero, S.
tahun, maka nilai PPC akan lebih lama dari 2008. Effects of hook size and barbless
umur ekonomis investasi, jadi investasi akan hooks on hooking injury, catch per unit
lama lebih lama kembalinya. effort, and fishb size in a mixed-species
recreational fishery in the western
Saran Mediterranean Sea. – ICES Journal of
Berdasarkan penelitian menggunakan Marine Science, 65: 899–905.
ukuran mata pancing No. 7 dan 5, dimana hasil
tangkapan banyak terdapat di ukuran mata pancing Asnawi, S. 1986. Pemeliharaan Ikan Dalam
No. 7, maka nelayan Teluk Pambang boleh saja Keramba. Gramedia. Jakarta. 82 hal.
mempertahankan ukuran mata pancing No, 7
sebagai ukuran utama pada mata pancing rawai. Ayodhyoa, A.U. 1979. Fishing Methods.Diktat
Tidak ada salahnya menggunakan umuran mata Kuliah (tidak dipublikasikan).Ilmu Teknik
pancing yang lebih besar dari No. 7 jika hendak Penangkapan Ikan Bagian Penangkapan
menangkap ikan-ikan yang lebih besar dikawasan
jauh dari pantai atau ketengah laut lepas.
Ikan. Fakultas Perikanan. Institut Pertanian Pengembangan Penangkapan ikan.
Bogor, Bogor. 167 hal. Semarang. 304 hal.

1981. Metode Penagkapan Ikan. Yayasan Galih S M, Herry B, Aristi D. 2013.Pengaruh


Dewi Sri: Bogor. 97Hal. Perbedaan Umpan Dan Mata Pancing
Terhadap Hasil Tangkapan Ikan Layur
Ayub, A. 2000.Budidaya Ikan Patin dalam (trichiurus sp) Di Pelabuhan Ratu Jawa
Keramba Kayu. Dinas Perikanan Riau, Barat.Journal of Fisheries Resources
Pekanbaru. 15 hal. Utilization Management and Technology
2(1). Hal 76-84. [Terhubung Berkala].
Baskoro, M. S, Abdul Razak dan Kasful Anwar. http://ejoumal-
2005. Fisiologi Mata Ikan. Departemen s1.undip.ac.id/index.php/jfrumt/article/view
Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan /1 745 [7 Februari 2013].
Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan IPB.
Bogor. Journal of Fisheries Resources Gunarso, W. 1998.Tingkah Laku dan Perikanan
Utilization Management and Technology Pancing. Bahan Kuliah (tidak
2(1), Tahun 2013, Hlm 66-75. [Terhubung dipublikasikan). Juurusan Pemanfaatan
Berkala]. http://www.ejournal- Sumberdaya Perikanan, Fakultas
s1.undip.ac.id/index.php/jfrumt [8 Mei Perikanan,institut Pertanian Bogor, Bogor.
2014]. 119 hal.

Cholik, M. Artati an Arifuddin. 1986. Pengelolan Gunawan, E. 2007.Komposisi Hasil Tangkapan


Kualitas Air Kolam Ikan.Direktur Jenderal Jaing Kembung Siang dan Malam di Desa
Perikanan Bekebasama Dengan Bintuas Kecamatan Natal Kabupaten
International Development Research Mandailing Natal Provinsi Sumatera
Center.49 hal. Utara.Skipsi Fakultas Perikanan dan Ilmu
Kelautan Universitas Riau. (tidak terbit).
Dahuri, R., 2003. Keanekaragaman Hayati Laut:
Aset Pembangunan Berkelanjutan Hanafiah dan Saefluddin. 2001. Tata Niaga Hasil
Indonesia. PT Gramedia Pustaka Utama, Perikanan. Universitas Indonesia, Jakarta.
Jakarta. 412 hal. 181 hal.

Dinas Perikanan dan Kelautan Kabupaten Harifin, H dan Wijopriono, 1993. Pengamatan
Bengkalis, 2003.Laporan Tahunan Dinas Bebarapa Aspek Operasional Rawai Dasar
Perikanan dan Kelantan Kabupaten di Juana, Jawa Tengah, Jur. Perik.Laut. No
Bengkalis. 81:29-39.

, 2005. Laporan TahunanDinas Perikanan Hufladi, Ertind N. 2003. Uji Coba Rawai Dasar
dan Kelantan Kabupaten Bengkalis. Menggunakan Mata Pancing Nomor 4, 6,
Dan 8 Di Teluk Semangka Lampung
Erzini, K., Goncalves, J. M. S., Bentes, L., Lino, P. Selatan. Balai Riser Perikanan Laut, Komp.
G., and Ribeiro, J. 1998. Species and size Pelabuhan Perikanan Samudera A’izam
selectivity in a ‘red’ sea bream longline Zahman. Hal 119-127. [Terhubung
‘metier’ in the Algarve (southern Portugal). Berkala].
Aquatic Living Resources, 11: 1–11. http://repository,ipb.ac.id/bitstreani/handle/i
23456789/25180/Prosiding_se mint
Firdman, A. L. 1986. Perhitungan Dalam perikanan tangkap-13.pdf?sequence=l [7
Merancang Alat Penagkapan Februari 2013].
ikan.Diterjemahkan Oleh Team BPPI
Semarang. Bagian Proyek Pengembangan Kadariah. 1978. Pengantar Evaluasi Proyek.
Teknik Penangkapan Ikan, Balai Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi
Universitas Indonesia. Jakarta. 104 hal.
Karpouzi, V. S., Stergiou, K. I. 2003. The Saraswati A, Asriyanto, Pramonowihowo. 2012.
relationships between mouth size and Pengaruh Penggunaan Perbedaan
shapeand body length for 18 species of Konstruksi Mata pancing dan jenis Umpan
marine fishes and their trophic pada pancing Ulur Terhadap Hasil
implications. Journal of Fish Biology, Tangkapan Di kawasan Zona Pemanfaatan
62:1353–1365. Perikanan Tradisional Taman Nasional
Karimunjawa.Journal of Fisheries
Koike, A and S.Takeuchi, 1970. Selection Curveof Resources Utilization Management and
The Hook of Pole Fishing, Jour. Tokyo. Technology 1(1). Hal 97-107. [Terhubung
Univ. Fisheries, Vol.57 (1):1-7. Berkala]. http://ejoumal-
sl.undip.ac.id/index.php/jfrumt/article/view
Nasution, C. 1993. Laju Pancing (Hookrate) Rawai /663/663[7 Februari 2013].
Dasar Kalipo Di Perairan Binuangen Jawa
Barat.Jurnal Penelitian Perikanan Laut Sainsburry, John C. 1996. Commercial Fishing
No.81.Jakarta.Hal40-53. [Terhubung Method Best-Set Typesetter Ltd, Hongkong
Berkala].http://www.pustaka.litbang.deptan Printed and Bound. University Press,
.go.idibptpillengkap/IPTANA,’fuitteks/Pusl Cambridge. Great Britain.
itbangkan/no.81/9381_5.pdf [8 Februari
2013]. Santoso, S. 2011. Mastering SPSS Versi 19. PT
Elex Media Komputindo, Jakarta.Journal of
Novita R B, Joko S, Agus S. 2008. Kajian Fisheries Resources Utilization
Operasional “Pengerih” Di kecamatan Management and Technology 2(2), 2013,
Bengkalis, Kabupaten Bengkalis.Jumal Hlm 113-123. [Terhubung
Perekayasa BBPPI 27 (2).[Terhubun Berkala].http://www.ejournal-
Berkala].http://isjd.pdii.lipi.go.id/admiri/ju s1.undip.ac.id/index.php/jfrumt[5Mei
mal/2721019-08546843.pdf.[20 Februari 2014].
2013].
Sedans, I. P. 1983. Setudies on The Behaviour of
Nofrizal, Kuno,T dan Matsuoka,T. 2004. Studi fish to world Coreled Light and Coreled
Selektifitas Pancing Terhadap Hasil Net Laboratory Fishing
Tangkapan Ikan Bluegill (Lepomis Methodology.Tokyo Universty of
macrochirus) di danau Somiyoshi Fisheries, Tokyo.74 p (unpuble).
Jepan.Jurnal Perikanaan dan Ilmu Kelautan
ISSN 0853 –7607 Vol. 9 No. 1. Situmeang, E. 2003.Pengaruh Parameter
Lingkungan Perairan Terhadap Hasil
Rahardi, F. 2003. Agribisnis Perikanan, Penebar Tangkapan Jaring Kepiting di Tinjau dari
Swadaya. Jakarta. 63 hal. Karakteristik Fisika dan Kimia di Desa
Sialang Buah Kecamatan Teluk Mengkudu
Rahmat, A. 1998.Pengaruh perbedaan ukuran mata Kabupaten Deli Serdang Provinsi Sumatera
pancing terhadap komposisi hasil Utara.Skripsi Fakultas Perikanan dan Ilmu
tangkapan ikan layur (Trichiurus spp). Pada Kelautan Universitas Riau.Pekanbaru.45
Perikanan Pancing Ulur di Pelabuhan Ratu, hal (tidak terbit).
Sukabumi Jawa Barat. Skripsi (tidak
dipublikasikan). Program Studi Ilmu Subani, W dan Barus, H. R. 1989.Alat
Kelautan, institut Pertanian Bogor. Penangkapan Ikan dan Udang Laut di
Indonesia. Jurnal Perikanan Laut. Nomor :
Saanin, H. 1984. Taksonomi dan Identifikasi Ikan 50 Tahun 1988/1989. Jakarta Balai
Jilid I. Bina Cipta. Jakarta. Penelitian Perkanan Laut, Departemen
Pertanian.
Saleh. S. 2000. Perkembangan Harga Ikan Pada
Proses Pemasaran. Lembaga Penelitian Sugiarto, D.S. 2006. Metode Statistika. PT.
Perikanan, Jakarta. 184 hal. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta Journal
of Fisheries Resources Utilization 1984. Fish Catching Methods Of The
Management and Technology 2(1), 2013, World. Revised.Fishing News (Book) Ltd,
Hlm 76-84. [Terhubung London.
Berkala].http://www.ejournal-
s1.undip.ac.id/index.php/jfrumt[5Mei Ward-Champbell BMS., Beamish F.W.H. 2005.
2014]. Ontogennic changes in morphology and
diet in the snakehead, Channa limbata, a
Sukmadinata, T. 1978. Suatu Studi Tentang Fishing predatory fish in Western Thailand.
Ground Tuna Long Line di Perairan Environmental Biology of Fishes, 72: 251-
Indonesia. (Karya Ilmiah). Fakultas 257.
Perikanan, Institut Pertanian Bogor, Bogor,
128 hlm. Journal Of Management Aquatic Wudianto, Mahiswam, dyn M. Linting. 1995.
Resources 2(3), Tahun 2013, hal 190-196. Pengaruh Ukuran Mesta Pancing Rawai
[Terhubung Berkala]. Dasar terhadap Hasil Tangkapan.Jurnal
http://download.portalgaruda.org/article.ph Penelitian Perikanan Laut No.l. Balitkaniut,
p?captcha=organist&article=131014&val= Jakarta. Hal 58 - 67.[Terhubung Berkala].
4713&title=&yt0=Download%2FOpen [6 http://www.pustaka.litbang.deptan.go.id/bpt
Mei 2014]. pi/lengkap/IPTANA/fuliteks/P
uslitbangkan/9511/9511_7.pdf [8 Februari
Stevenly A. Takapaha. 2010. Pengaruh Jenis 2013].
Umpan Terhadap Hasil Tangkapan Ikan
Pancing Layang-Layang di Selat Bangka http://alfananta.blogspot.com/2013/10/analisis-
Kabupaten Minahasa Utara. Jurnal bisis-dan-studi-kelayakanusaha.html
Perikanan dan Kelautan. VI (1).22-30.
http://blogkesayangan.blogspot.com/2008/12/tinjau
an-pustaka-laporan-ikhtiologi.html
Umar, H. 2003. Study Kelayakan Bisnis Edisi II.
Teknik Menganalisis Kelayakan Rencana http://digilib.ittelkom.ac.id/index.php?option=com_
Bisnis Secara Komprehensif. Jakarta: content&view=article&id=255:-analisis-
Gramedia Pustaka Utama. 462 hal. kelayakan-
usaha&catid=25:industri&Itemid=14
Usman, M. T. Alawi. R. Hamidy dan Rusliadi.
1995. Study Aspek Ekologi IkanPatin di http://haris14.wordpress.com/2011/05/16/investasi-
Sungai Indragiri Provinsi Riau.Pekanbaru dan-penanaman-modal/
(tidak diterbitkan).
http://pemancing.com/tag/ukuran-kail/
Von Brandt, A. 1945. Fishing Methods of The
World and Action. Fishing News (book)
http://wahoofishingsea.blog.com/2011/06/23/mata-
Ltd., London.418 p
kail-alat-pancing-utama/

Anda mungkin juga menyukai