Anda di halaman 1dari 17

Jurnal Teknologi Perikanan dan Kelautan Vol. 11 No.

1 Mei 2020: 63-79_______________________ISSN 2087-4871

DAERAH PENANGKAPAN IKAN KEMBUNG (Rastrelligger sp) DI SELAT SUNDA


PADA MUSIM PERALIHAN

POTENTIAL FISHING ZONES Rastrelligger sp IN SUNDA STRAIT IN


TRANSITIONAL SEASON

Daniel Julianto Tarigan1, Ferry Dwi Cahyadi1, Agung Setyo Sasongko1, Lio Yonanto1, Bella Dinda Rahayu1
1
Program Studi Pendidikan Kelautan dan Perikanan,
Universitas Pendidikan Indonesia
Korespondensi: danieljulianto@upi.edu

ABSTRACT

Mackerel is the dominant species caught in the waters of the Sunda Strait. The fishing grounds has a very strong
influence on oceanographic conditions such as temperature and chlorophyll-a. Sea surface temperature is an indicator
for measuring phenomena that occur in the oceans such as currents, upwelling, fronts, while chlorophyll-a is an indicator
of the fertility of a waters. The aspect of fish length is the main focus in determining fishing grounds. This study aims
to analyze the catch based on chlorophyll-a, sea surface temperature, and fish length which results in mapping the
fishing grounds for mackerel in the Sunda Strait waters. This research was conducted by using the case method. The
analysis used in this study is the scoring associated with chlorophyll-a, sea surface temperature, fish length, and CPUE.
The length of the fish is the aspect that has the greatest weight. The fishing grounds category consists of potential,
medium potential and non-potential fishing categories. Based on the research results, the total catch of mackerel in
the waters of the Sunda Strait during the study was 741 kg. The catch size category of fish is in the fishing grounds of
Peucang Island, Panaitan Island, Paraja Bay, and Tanjung Alang-Alang. The overall chlorophyll-a content is in the high
category. The fishing grounds that are included in the potential category are Peucang Island, Panaitan Island, Tanjung
Alang-Alang, and Paraja Bay, while the fishing grounds that do not have the potential are Tanjung Lesung, Sumur,
Sebesi, Tanjung Ketapang, dan Rakata.

Keywords: chlorophyll-a, fishing grounds, mackerel, Sunda Strait

ABSTRAK

Ikan kembung merupakan spesies yang dominan tertangkap di Perairan Selat Sunda. Daerah penangkapan ikan memiliki
karakteristik yang sangat dipengaruhi kondisi oseanografi seperti suhu dan klorofil-a. Suhu permukaan laut merupakan
indikator untuk mengukur fenomena-fenomena yang terjadi di lautan seperti fenomena arus, upwelling, front sedangkan
klorofil-a yang merupakan indikator kesuburan suatu perairan. Aspek ukuran panjang ikan menjadi fokus utama
dalam menentukan daerah penangkapan ikan. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis hasil tangkapan berdasarkan
klorofil-a, suhu permukaan laut, dan ukuran panjang ikan yang menghasilkan pemetaan daerah penangkapan ikan
kembung di Perairan Selat Sunda. Penelitian ini dilakukan dengan metode kasus. Analisis yang digunakan dalam
penelitian ini yaitu skoring terkait dengan klorofil-a, suhu permukaan laut, ukuran panjang ikan, dan CPUE. Ukuran
panjang ikan merupakan aspek yang memiliki bobot terbesar. Kategori daerah penangkapan ikan terdiri dari kategori
daerah penangkapan ikan potensial, potensial sedang, dan tidak potensial. Berdasarkan hasil penelitian, jumlah hasil
tangkapan ikan kembung di Perairan Selat Sunda selama penelitian yaitu 741 kg. Kategori ukuran ikan layak tangkap
terdapat di daerah penangkapan Pulau Peucang, Pulau Panaitan, Teluk Paraja, dan Tanjung Alang-Alang. Kandungan
klorofil-a secara keseluruhan termasuk kategori tinggi. Daerah penangkapan yang termasuk kategori potensial yaitu
Pulau Peucang, Pulau Panaitan, Tanjung Alang-Alang, dan Teluk Paraja sedangkan daerah penangkapan yang tidak
potensial yaitu Tanjung Lesung, Sumur, Sebesi, Tanjung Ketapang, dan Rakata.

Kata kunci : daerah penangkapan ikan, ikan kembung, klorofil-a, Selat Sunda

Jurnal Teknologi Perikanan dan Kelautan, IPB__________________________ E-mail: jurnalfpik.ipb@gmail.com


PENDAHULUAN untuk menentukan kondisi daerah
penangkapan. Penangkapan ikan tanpa
Pada umumnya nelayan yang pergi mempertimbangkan ukuran panjang ikan
untuk melaut tidak mengetahui kemana dengan kata lain, ikan yang tertangkap di
mereka akan pergi untuk mencari ikan. dominasi oleh ukuran yang kecil, maka akan
Nelayan hanya mengandalkan insting menyebabkan terjadinya degradasi pada
dan pengalaman yang ada dalam mencari sumberdaya ikan tersebut. Ukuran panjang
daerah penangkapan ikan yang dituju. ikan dapat menggambarkan terjadinya
Namun kenyataannya, daerah yang dituju overfishing di daerah tersebut (Simbolon
tidak selalu menghasilkan jumlah ikan 2020).
yang cukup melimpah, sehingga nelayan Selat Sunda merupakan bagian dari
harus mencari daerah penangkapan ikan wilayah pengelolaan perikanan (WPP) 572
yang menyebabkan biaya operasional yang yang mempunyai potensi perikanan yang
cukup tinggi, waktu operasional yang lama, melimpah. Hal ini dikarenakan Selat Sunda
dan tenaga yang lebih (Simbolon 2017). merupakan daerah pertemuan antara
Hal ini menyebabkan operasi penangkapan Samudera Hindia dan Laut Jawa yang
ikan menjadi tidak efisien, sehingga merupakan sumber nutrient. Selat Sunda
perlu dilakukan suatu penelitian untuk memiliki banyak ikan hasil tangkapan yaitu
mengetahui daerah penangkapan ikan yang ikan lemuru, tembang, teri, tongkol, peperek,
potensial. Penelitian daerah penangkapan laying, dan salah satu hasil tangkapan
ikan potensial ini dapat dilakukan melalui yang cukup banyak yaitu ikan kembung.
pendekatan analisis kandungan fitoplankton Menurut Siregar (2015) hasil tangkapan
(klorofil-a), CPUE, dan ukuran panjang ikan. ikan kembung mencapai 556 ton/tahun.
Keberadaan fitoplankton tersebar Hal ini menunjukkan hasil tangkapan ikan
luas di perairan, namun penyebarannya kembung cukup tinggi di Perairan Selat
sangat tergantung ketersediaan nutrient Sunda. Selain itu ikan kembung memiliki
dan intensitas cahaya matahari. Bila nilai ekonomis dan memiliki gizi yang cukup
nutrient dan intensitas cahaya matahari tinggi.
cukup tersedia, maka konsentrasi klorofil Penelitian tentang ikan kembung
akan tinggi dan sebaliknya bila nutrient di Selat Sunda sudah banyak dilakukan,
dan intensitas cahaya matahari tidak cukup diantaranya Prahadina et al. (2015), Sarasati
tersedia, maka konsentrasi klorofil akan et al. (2016), Lubis et al. (2019), Salsabila dan
rendah (Tubalawony 2008). Oleh karena Affandi (2019) terkait klorofil-a kebiasaan
itu, setiap perairan memiliki sebaran makan. Namun penelitian tentang pemetaan
fitoplankton yang berbeda. Perbedaan daerah penangkapan ikan kembung di Selat
tersebut dapat membentuk sebuah pola Sunda berdasarkan produksi, kandungan
sebaran yang dapat diamati secara spasial klorofil-a, dan ukuran panjang ikan perlu
(jarak) dan temporal (waktu). untuk dilakukan. Oleh karena itu, tujuan
Pengamatan pola sebaran dapat dari penelitian ini adalah (1) menentukan
dilakukan dengan menggunakan data citra komposisi jumlah dan produktivitas (CPUE)
satelit dan data posisi hasil tangkapan. ikan kembung, (2) menganalisis komposisi
Data klorofil-a hasil citra satelit dapat ukuran panjang (size) ikan kembung, (3)
menggambarkan penyebaran fitoplankton. menganalisis sebaran spasial kandungan
Sedangkan data suhu permukaan laut klorofil, (4) mengevaluasi dan memetakan
dapat menggambarkan fenomena upwelling. daerah penangkapan ikan kembung yang
Salah satu citra yang dapat digunakan potensial pada musim peralihan II di
untuk mendeteksi penyebaran fitoplankton Perairan Selat Sunda. Hal ini perlu dilakukan
dan suhu permukaan laut adalah citra agar informasi daerah penangkapan ikan
satelit dengan sensor MODIS. Pengamatan kembung di perairan Selat Sunda lebih
fitoplankton dan suhu permukaan laut komprehensif dan akurat.
melalui satelit atau sering disebut dengan
pengamatan ex-situ (tidak langsung) tidak
membutuhkan biaya terlalu besar untuk METODE PENELITIAN
pengamatan, tidak membutuhkan waktu
yang lama dan hemat tenaga dibandingkan Tempat dan waktu penelitian
dengan pengamatan in-situ (langsung).
Selain klorofil-a, produktivitas Penelitian ini dilakukan di Perairan
penangkapan dan ukuran panjang ikan Selat Sunda dengan mengamati spot-spot
juga sangat penting dipertimbangkan penangkapan dimana kapal yang berbasis

64 Jurnal Teknologi Perikanan dan Kelautan Vol. 11 No. 1 Mei 2020: 63-79
ISSN 2087-4871

di PPP Labuan (Gambar 1). Titik lokasi Kapal penangkapan ikan di PPP
penangkapan yang diamati yaitu P. Peucang, Labuan tidak seluruhnya memiliki GPS
Tj. Lesung, Sumur, Sebesi, Tj. Ketapang, P. (Global Positioning System). Oleh karena
Panaitan, Rakata, Tj.Alang-Alang, dan Teluk itu, data posisi penangkapan ikan diperoleh
Paraja. Penelitian dilaksanakan selama 2 dengan cara meminta nahkoda untuk
bulan dengan dua tahap pengambilan data. memberikan titik daerah penangkapan
Tahap pertama adalah pengambilan data di pada peta yang telah disediakan. Peta yang
PPP Labuan, Banten pada bulan September disediakan merupakan peta yang bersumber
hingga Oktober. Tahap kedua adalah dari Bakosurtanal. Kegiatan selanjutnya
mengunduh citra klorofil-a hasil deteksi yang dilakukan adalah pengambilan data
AquaMODIS dari internet. sekunder. Data sekunder terdiri dari
data produksi, data klorofil-a, dan suhu
Pengumpulan data permukaan laut. Data klorofil-a dan suhu
permukaan laut hasil deteksi MODIS
Penelitian daerah penangkapan ikan diperoleh dengan cara mengunduh dari
kembung dilakukan dengan metode studi alamat http://www.oceancolor.gsfc.nasa.
kasus. Metode ini digunakan karena unit gov. Data produksi yang diambil bersifat
penelitiannya kecil atau terbatas. Penelitian bulanan dan diperoleh dari laporan statistik
ini menggunakan data primer dan data PPP Labuan. Selanjutnya data pendukung
sekunder dengan purposive sampling. Dasar lainnya seperti data kondisi Perairan Selat
pertimbangan purposive sampling ini adalah Sunda diperoleh melalui penelusuran
kapal sampel beroperasi di lokasi penelitian, pustaka.
kapal sampel beroperasi di laut bebas, alat
tangkap yang dioperasikan sesuai dengan Analisis data
ikan yang menjadi objek penelitian, pemilik
kapal memberi izin untuk dilakukan Komposisi hasil tangkapan
wawancara dan narasumber memiliki
kemampuan yang baik untuk menjawab Data jumlah dan ukuran hasil
pertanyaan (Simbolon 2017). Data primer tangkapan yang telah diperoleh dianalisis
diperoleh dengan dua cara yaitu dengan secara deskriptif melalui penyajian
pengamatan langsung dan penyebaran tabel atau grafik. Ukuran panjang ikan
kuesioner. Data pengamatan langsung dikelompokkan menjadi ikan layak tangkap
diperoleh dari armada penangkapan ikan dan ikan yang tidak layak tangkap. Ikan
pelagis kecil yang berbasis di PPP Labuan. yang layak tangkap merupakan ikan-ikan
Berdasarkan hasil identifikasi terhadap jenis yang ukurannya lebih besar dari ukuran
dan jumlah populasi armada penangkapan ikan yang pertama kali matang gonad atau
ikan kembung, ditentukan kapal sampel length at first maturity (LM). Penentuan LM
sebagai obyek penelitian secara sengaja ikan kembung dengan mengukur ukuran
(purposive sampling). panjang total ikan kembung, mulai dari
Data yang diambil dari kapal mulut hingga bagian akhir ekor. Ikan-ikan
sampel tersebut meliputi waktu dan posisi yang belum layak tangkap merupakan ikan-
operasi penangkapan ikan, kondisi daerah ikan yang ukurannya lebih kecil dari length
penangkapan ikan, komposisi jumlah, at first maturity (LM). Persentase dari ikan
jenis tangkapan pada setiap posisi, waktu yang layak tangkap dan ikan yang tidak
operasi penangkapan ikan, dan ukuran layak tangkap disajikan dalam bentuk
panjang ikan yang dominan tertangkap. diagram dan dianalisis secara deskriptif.
Pengumpulan data ukuran ikan dilakukan
dengan tahapan sebagai berikut; Hubungan klorofil-a dan suhu dengan hasil
1. Menyortir hasil tangkapan pada setiap tangkapan
daerah penangkapan ikan berdasarkan
jenis atau spesies ikan yang tertangkap Data klorofil-a hasil deteksi Aqua
2. Menentukan jenis atau spesies ikan yang MODIS yang diunduh dari situs http://
dominan tertangkap pada setiap daerah www.oceancolor.gsfc.nasa.gov dianalisis
penangkapan ikan menggunakan software SeaDAS (SeaWIFS
3. Mengambil sampel ikan yang dominan Data Analysis Sistem) versi 6.4. Langkah
tertangkap secara acak untuk diukur yang dilakukan adalah mengunduh data
panjangnya dari citra Aqua MODIS level 3 browser
4. Mencatat panjang ikan pada logbook komposisi harian Bulan September 2020
yang telah disediakan resolusi spasial 4 km. Data MODIS level

Daerah Penangkapan Ikan Kembung....................................................................................................(TARIGAN et al.) 65


3 merupakan produk data yang sudah x : Rata-rata klorofil-a
diproses. Data tersebut sudah memiliki Kv : Koefisien variasi
informasi seperti lintang dan bujur, daratan, Kriteria untuk menentukan
garis pantai, dan nilai estimasi konsentrasi homogenitas adalah semakin kecil nilai Kv
klorofil fitoplankton perairan (Meliani maka kelompok data semakin homogen,
2006). Kemudian dilakukan croping hasil Kv=0 menandakan setiap elemen data tepat
klorofil yang telah diunduh menggunakan sama (Siregar 2004).
SeaDAS sehingga diperoleh hasil dalam Pengaruh kandungan klorofil-a
format ASCII. Setelah diperoleh data dalam terhadap hasil tangkapan kembung
format ASCII pengolahan data dilanjutkan diduga berpengaruh secara langsung,
dengan menggunakan Microsoft Excel 2010. karena ikan kembung secara langsung
Data tersebut kemudian disajikan dalam mengkonsumsi fitoplankton. Fitoplankton
bentuk grafik. Kemudian untuk mengetahui yang direpresentasikan oleh klorofil-a akan
data klorofil-a sejenis dapat menggunakan mempengaruhi kelimpahan ikan kembung
uji variabilitas. Varian atau keragaman setelah membutuhkan selang waktu
data merupakan salah satu teknik yang beberapa lama (time lag). Oleh karena itu,
digunakan untuk menjelaskan homogenitas korelasi antara klorofil-a dengan tangkapan
kelompok data. Variabilitas atau keragaman ikan kembung dianalisis dengan uji korelasi
data (sampel) dapat dihitung menggunakan Spearman. Menurut Sugiyono (2007) rumus
rumus sebagai berikut (Sugiyono 2011): yang digunakan dalam uji korelasi silang
adalah:

Keterangan:
p : Koefisien korelasi Spearman
∑bi2 : Hubungan konsentrasi klorofil-a dan
komposisi hasil tangkapan
n : Jumlah responden
Keterangan : Kriteria yang digunakan untuk
s2 : Ragam contoh menentukan erat tidaknya korelasi antara
s : Simpangan baku dua variabel disajikan pada Tabel 1.
xi : Konsentrasi klorofil-a

Gambar 1. Peta Lokasi Penelitian

66 Jurnal Teknologi Perikanan dan Kelautan Vol. 11 No. 1 Mei 2020: 63-79
ISSN 2087-4871

Tabel 1. Kriteria keeratan antar variabel dependen dengan variabel independen berdasarkan
nilai koefisien korelasi silang
Nilai koefisien korelasi Korelasi
0,00 - 0,199 Sangat rendah
0,20 - 0,399 Rendah
0,40 - 0,599 Sedang
0,60 - 0,799 Kuat
0,80 - 1,000 Sangat kuat
Sumber: Sugiyono (2007)

Pendugaan daerah penangkapan ikan dan perairan tersebut dikategorikan sebagai


kembung daerah penangkapan ikan potensial. Jika
nilai CPUE lebih kecil dari atau sama dengan
Penelitian mengenai daerah nilai CPUE rata-rata, maka diberi bobot 0
penangkapan ikan telah dilakukan oleh dan perairan tersebut dikategorikan sebagai
Surbakti (2012). Indikator yang digunakan daerah penangkapan ikan tidak potensial
adalah konsentrasi klorofil-a dan Catch (Simbolon dan Girsang 2009).
per Unit Effort (CPUE). Penelitian sejenis
juga pernah dilakukan Zen et al. (2005). 2. Ukuran panjang ikan
Indikator yang digunakan untuk menduga Data ukuran panjang ikan yang
daerah penangkapan ikan ada empat, yaitu diperoleh dibandingkan dengan panjang
hasil tangkapan, panjang ikan, salinitas, ikan pada saat ikan tersebut pertama kali
dan suhu permukaan laut. matang gonad atau length at first maturity
Dalam penelitian ini digunakan (LM). Menurut Kasmi et al. (2017), nilai
tiga kriteria untuk menentukan daerah LM ikan kembung pada ukuran 21,13
penangkapan ikan yaitu, Catch Per Unit cm di Perairan Pesisir Takalar, Sulawesi
Effort (CPUE), ukuran panjang ikan, dan Selatan. Lokasi penelitian yang dilakukan
kandungan klorofil-a. Namun kriteria terletak di Selat Makassar. Menurut peneliti
ukuran panjang ikan lebih besar bobotnya nilai LM ikan kembung Selat Sunda dan
dibandingkan dengan dua indikator lainnya. Perairan Pesisir Takalar tidak akan berbeda
Hal ini didasari oleh pemikiran bahwa diduga karena dalam satu wilayah perairan
komposisi ukuran ikan yang tertangkap Indonesia. Panjang ikan yang tertangkap
sangat penting peranannya dalam menjaga lebih besar dari LM, maka diberi bobot 3
kelestarian sumberdaya ikan. Hasil dan perairan tersebut dikategorikan sebagai
tangkapan yang didominasi kategori yang daerah penangkapan ikan potensial. Apabila
tidak layak tangkap berpeluang besar panjang ikan yang tertangkap lebih kecil dari
menimbulkan penurunan laju rekruitmen atau sama dengan LM, maka diberi bobot 0
sehingga kelimpahan stok ikan akan dan periran tersebut dikategorikan sebagai
berkurang dalam jangka panjang (Simbolon daerah penangkapan ikan tidak potensial
2008). (Tabel 3) (Simbolon 2020).

1. Catch Per Unit Effort (CPUE) 3. Klorofil-a


Catch per unit effort ini Penentuan kategori daerah
menggambarkan produktivitas tangkapan, penangkapan ikan berdasarkan pendekatan
yaitu jumlah tangkapan per satuan unit kandungan klorofil-a dianalisis dengan
waktu. CPUE ini dapat dihitung dengan teknik scooring (Tabel 4). Wudianto (2001)
rumus berikut (Purwaningtyas et al. 2006): menyebutkan bahwa suatu perairan dapat
dikategorikan subur apabila kandungan
klorofil-a >0,2 mg/m3. Berdasarkan tingkat
kesuburan tersebut, maka karakteristik
daerah penangkapan ikan potensial
Kategori daerah penangkapan ikan terpenuhi apabila kandungan klorofil-a
berdasarkan nilai CPUE dianalisis dengan >0,2 mg/m3 diberi bobot 1 dan daerah
teknik scooring dengan pemberian bobot penangkapan ikan tidak potensial terpenuhi
(Tabel 2). Apabila nilai CPUE lebih besar dari apabila kandungan klorofil-a <0,2 mg/m3
nilai CPUE rata-rata maka diberi bobot 1 diberi bobot 0 (Simbolon dan Girsang 2009).

Daerah Penangkapan Ikan Kembung....................................................................................................(TARIGAN et al.) 67


Kategori DPI potensial dan tidak penangkapan yang berwawasan lingkungan
potensial selanjutnya dianalisis berdasarkan (Tabel 5). Daerah penangkapan dikatakan
indikator CPUE, ukuran ikan, dan klorofil-a potensial apabila memenuhi skor 5 dan 4.
yang telah diberi bobot atau skor, kemudian Daerah penangkapan dikatakan potensial
diakumulasikan dan dianalisis secara sedang jika memenuhi skor 3. Daerah
deskriptif. Kriteria ukuran ikan harus lebih penangkapan dikatakan tidak potensial jika
diutamakan dalam rangka mewujudkan memenuhi skor 1 dan 2 (Tarigan 2016).

Tabel 2. Penilaian DPI melalui indikator CPUE


No Kategori CPUE Kriteria Bobot Kategori DPI
1 Tinggi CPUE > CPUE rata-rata 1 Potensial
2 Rendah CPUE ≤ CPUE rata-rata 0 Tidak Potensial
Sumber: Simbolon dan Girsang (2009)

Tabel 3. Penilaian DPI melalui indikator ukuran panjang ikan


Kategori Ukuran
No Kriteria Bobot Kategori DPI
panjang
1 Besar Panjang ikan > LM 3 Potensial
2 Kecil Panjang ikan ≤ LM 0 Tidak potensial

Tabel 4. Penilaian DPI melalui indikator klorofil-a


Kategori kandungan
No Kriteria Bobot Kategori DPI
klorofil-a
1 Banyak Klorofil-a > 0,2 mg/m3 1 Potensial
2 Sedikit Klorofil-a ≤ 0,2 mg/m 3
0 Tidak potensial
Sumber: Simbolon dan Girsang (2009)

Tabel 5. Penentuan kategori DPI berdasarkan kombinasi nilai bobot dari indikator CPUE,
klorofil-a, dan ukuran ikan
No Kombinasi Indikator DPI Kategori DPI Skor
Ukuran ikan besar, CPUE tinggi,
1 Potensial 5
Klorofil-a banyak
Ukuran ikan besar, CPUE tinggi,
2 Potensial 4
tetapi Klorofil-a rendah
Ukuran ikan besar, Klorofil-a banyak,
3 Potensial 4
suhu optimal
CPUE tinggi, Klorofil-a banyak, tetapi
4 Tidak Potensial 2
ukuran ikan kecil
Ukuran ikan besar, tetapi klorofil-a
5 Potensial Sedang 3
rendah, CPUE rendah
CPUE tinggi, tetapi ukuran ikan
6 Tidak Potensial 1
kecil, klorofil-a sedikit
Klorofil-a banyak, tetapi ukuran ikan
7 Tidak Potensial 1
kecil, CPUE rendah

68 Jurnal Teknologi Perikanan dan Kelautan Vol. 11 No. 1 Mei 2020: 63-79
ISSN 2087-4871

HASIL DAN PEMBAHASAN di Selat Sunda. Hal ini dikarenakan


jumlah produksi ikan kembung sebanyak
Jumlah produksi ikan kembung 233 ton/tahun dengan presentase 11%.
Ikan kembung merupakan kelompok ikan
Jumlah total hasil tangkapan pelagis kecil yang diminati oleh masyarakat
ikan kembung yang didaratkan di TPI 2 Banten. Permasalahan yang sering dihadapi
Labuan selama penelitian adalah 741 kg penangkapan sumberdaya ikan pelagis kecil
(Gambar 2). Rata-rata hasil tangkapan ikan adalah permasalahan biologi dan ekonomi
kembung di Perairan Selat Sunda pada (Priatna dan Natsir 2008). Permasalahan
bulan September yaitu 25 kg. Jumlah ikan terkait biologi disebabkan tingginya
kembung yang banyak tertangkap pada intensitas penangkapan yang dilakukan
tanggal 16 September 2020, sedangkan sehingga menyebabkan terancamnya
ikan kembung sedikit tertangkap pada sumberdaya ikan dikemudian hari. Alat
tanggal 5 dan 6 September 2020. Hal ini tangkap yang banyak digunakan untuk
menunjukkan bahwa penangkapan ikan menangkap ikan kembung di Selat Sunda
kembung di Perairan Selat Sunda masih yaitu jaring gillnet, purse seine, dan payang.
banyak dilakukan oleh nelayan Labuan. Alat tangkap yang paling efektif digunakan
Perairan Selat Sunda memiliki hasil oleh nelayan untuk menangkap ikan
tangkapan yang beragam jenis. Jenis ikan kembung adalah alat tangkap purse seine
dominan yang tertangkap di Selat Sunda atau pukat cincin (Abubakar et al. 2019).
yaitu ikan bentong, ikan teri, ikan tenggiri, Jumlah total volume produksi ikan dominan
cumi-cumi, ikan peperek, ikan kuwe, dan yang tertangkap tahun 2019 di PPP Labuan
ikan kembung. Ikan kembung merupakan yaitu sebanyak 2086 ton (Gambar 3).
salah satu ikan yang dominan tertangkap

Gambar 2. Jumlah hasil tangkapan ikan kembung selama penelitian

Gambar 3. Jenis ikan dominan yang tertangkap di Selat Sunda


(Sumber: PPP Labuan)

Daerah Penangkapan Ikan Kembung....................................................................................................(TARIGAN et al.) 69


Gambar 4 menunjukkan bahwa musim peralihan barat pada tahun 2020,
jumlah hasil tangkapan ikan kembung ikan kembung didominasi ukuran tidak
selama penelitian sebaran spasial yang layak tangkap. Komposisi hasil tangkapan
beragam. Hasil tangkapan tertinggi terdapat agak berbeda dengan penelitian yang
di daerah sekitar Pulau Peucang dengan total dilakukan oleh Ispahdianto et al. (2016)
90 kg, sedangkan hasil tangkapan terendah yang menyatakan ikan kembung di Perairan
terdapat di daerah sumur 60 kg. Secara Morodemak yang layak tangkap memiliki
keseluruhan jumlah total hasil tangkapan presentase 47% dan tidak layak tangkap
selama penelitian yang menunjukkan masih 53%, sedangkan Musbir et al. (2006)
sedikit. Hal ini diduga jumlah armada yang menyebutkan ikan kembung yang layak
melaut masih terbatas dikarenakan cuaca tangkap di Perairan Flores sebanyak 50%.
yang kurang baik. Perbedaan ukuran ikan kembung layak
tangkap disebabkan lokasi penelitian, waktu
Ukuran panjang ikan kembung penelitian, alat tangkap yang digunakan
dan musim penangkapan ikan kembung
Ikan kembung yang tertangkap di PPP yang berbeda. Selain itu perbedaan ukuran
Labuan selama penelitian memiliki sebaran panjang ikan kembung dalam populasi
ukuran yang beragam (Tabel 6). Ukuran disebabkan adanya perbedaan pola
panjang ikan kembung yang tertangkap pertumbuhan, perbedaan umur pertama
terdiri dari 13-24 cm. Ikan kembung paling kali matang gonad, dan bertambahnya jenis
banyak tertangkap berukuran 19-20 cm ikan baru pada suatu populasi ikan yang
sebanyak 127 ekor (37%) dan 21-22 cm sudah ada (Abubakar et al. 2019).
sebanyak 130 ekor (38%). Ukuran panjang Ukuran ikan kembung di Perairan
ikan yang paling sedikit tertangkap selama Selat Sunda selama penelitian di dominasi
penelitian berukuran 23-24 cm yaitu ikan yang belum layak tangkap. Oleh
sebanyak 4 ekor (1%), ikan dengan ukuran karena itu diperlukan pengaturan terhadap
13-14 cm yaitu 24 ekor (6%), dan ukuran ukuran ikan yang tidak layak tangkap
ikan 17-18 cm yaitu 23 ekor (7%). Rata- yang seharusnya tidak untuk ditangkap.
rata ukuran ikan yang tertangkap selama Hal ini sesuai dengan pernyataan Boer
penelitian berukuran 19,84 cm dari total dan Aziz (2007) yang menyatakan ikan
340 ikan yang tertangkap. kembung yang tertangkap masih muda
Kasmi et al. (2017) menyatakan dan seharusnya tidak boleh ditangkap
bahwa ukuran layak tangkap ikan kembung dikarenakan ukuran kecil jika ditangkap
yaitu 21,13 cm. Ikan kembung yang terus menerus maka proses rekrutmen
berukuran lebih dari LM maka dinyatakan tidak akan terjadi lagi sehingga tidak ada
layak tangkap, namun ukuran dibawah dari ikan yang memijah. Apabila ikan tidak layak
LM dinyatakan ukuran tidak layak tangkap. tangkap mendominasi hasil tangkapan,
Oleh karena itu, ukuran ikan layak tangkap berarti bahwa usaha penangkapan
selama penelitian sebanyak 40% dan mengurangi peluang recruitment dan akan
ukuran tidak layak tangkap sebanyak 60% berdampak negatif terhadap ketersediaan
(Gambar 5). Hal ini menunjukkan selama stok di perairan (Simbolon 2008).

Gambar 4. Jumlah hasil tangkapan secara spasial

70 Jurnal Teknologi Perikanan dan Kelautan Vol. 11 No. 1 Mei 2020: 63-79
ISSN 2087-4871

Tabel 6. Presentase ukuran ikan kembung yang tertangkap selama penelitian


No Ukuran Ikan (cm) Jumlah Ikan Presentase
1 13-14 24 6%
2 15-16 35 10%
3 17-18 23 7%
4 19-20 127 37%
5 21-22 130 38%
6 23-24 4 1%

Gambar 5. Presentase ukuran panjang ikan kembung

Variasi kandungan klorofil-a di Selat (September-November) merupakan musim


Sunda dengan tingkat kesuburan perairan yang
tinggi.
Sebaran kandungan klorofil-a Kandungan klorofil-a selama
selama musim peralihan barat mulai dari penelitian menunjukkan berfluktuatif.
tahun 2017 hingga 2019 berfluktuatif Secara spasial kandungan klorofil-a tertinggi
(Gambar 6). Kandungan klorofil-a pada terdapat di daerah Pulau Peucang, Tj Lesung,
musim barat pada tahun 2017 tertinggi dan Teluk Paraja dengan masing-masing
terjadi pada bulan Oktober dengan nilai konsentrasi klorofil-a 0,861 mg/m3, 0,807
2,06 mg/m3. Kandungan klorofil-a terendah mg/m3, 0,896 mg/m3 (Gambar 7). Tingginya
terjadi pada bulan November dengan nilai konsentrasi klorofil-a diduga karena musim
0,190 mg/m3. Pada tahun 2018 sebaran peralihan barat yang mengakibatkan angin
klorofil-a dengan nilai terendah terjadi pada kencang pada daerah selatan Selat Sunda.
bulan November dengan nilai 0,108 mg/ Hal ini sesuai dengan Ramansyah (2009)
m3. Kandungan klorofil-a tertinggi terjadi yang menyatakan kandungan klorofil-a
pada bulan September dengan nilai 1,316 tinggi pada musim timur dan musim
mg/m3. Selanjutnya pada tahun 2019, peralihan II karena terjadinya angin muson
kandungan klorofil-a tertinggi pada bulan tenggara pada bulan Juli sampai Oktober.
September dengan nilai 2,797 mg/m3, Angin muson tenggara memicu terjadinya
sedangkan kandungan klorofil-a terendah upwelling di Selatan Jawa karena angin
terjadi pada bulan November dengan nilai muson tenggara sehingga menyebabkan
0,135 mg/m3. Hal ini menunjukkan selama massa air di Perairan Selatan Jawa
musim peralihan dari tahun 2017-2019 mengalami sirkulasi yang sangat kuat.
kandungan tertinggi pada bulan September Klorofil-a merupakan indikator
dan Oktober, sedangkan nilai kandungan kesuburan suatu perairan. Kandungan
klorofil-a terendah terjadi pada bulan klorofil-a yang tinggi akan berpengaruh
November. Hal ini sesuai dengan pernyataan pada meningkatnya jumlah fitoplankton
Amri et al. 2007 bahwa peningkatan nilai dan diikuti oleh keberadaan zooplankton.
konsentrasi klorofil-a terlihat mulai dari Jumlah fitoplankton dan zooplankton
bulan Juni hingga mencapai nilai tertinggi berpengaruh pada organisme perairan
pada bulan September. Musim timur lainnya, seperti ikan pelagis kecil (Kasim et
(Juni-Agustus) dan musim peralihan II al. 2014).

Daerah Penangkapan Ikan Kembung....................................................................................................(TARIGAN et al.) 71


Gambar 6. Konsentrasi klorofil-a tahun 2017-2019

Gambar 7. Konsentrasi klorofil-a secara spasial di Selat Sunda

Hubungan klorofil-a dengan hasil jenis tertentu, dan spesies kompetitor


tangkapan ikan kembung di Selat Sunda (Febyanty dan Syahailatua 2008).
Hubungan antara kandungan
Ikan kembung merupakan salah satu klorofil-a dengan hasil tangkapan ikan
spesies dominan yang tertangkap di Selat kembung yang didaratkan di PPP Labuan
Sunda. Ikan kembung termasuk ikan pelagis selama bulan September disajikan pada
kecil yang hidupnya bergantung dengan Gambar 8. Tren peningkatan terjadi pada
klorofil-a. Hal ini sesuai dengan pernyataan pertengahan bulan yaitu pada tanggal 11-
Utami et al. (2014) dan Bhendarkar et al. 15 September 2020. Secara keseluruhan
(2014) yang menyebutkan jenis makanan kondisi peningkatan atau penurunan
ikan kembung sebagian besar adalah mengindikasikan bahwa keadaan puncak
plankton (klorofil-a). Fitoplankton berperan klorofil-a dan hasil tangkapan ikan
sebagai produsen primer yaitu organisme kembung tidak terjadi secara bersamaan.
yang merubah senyawa anorganik menjadi Namun klorofil-a berpengaruh terhadap
senyawa organik dengan bantuan sinar keberadaan ikan kembung di Selat Sunda
matahari (Sihombing et al. 2015). Selain itu tetapi dengan jeda waktu (time lag) beberapa
klorofil-a merupakan pigmen yang dimiliki hari kemudian. Keadaan yang berbeda
oleh fitoplankton yang digunakan dalam menunjukkan adanya variasi konsentrasi
proses fotosintesis. Kebiasaan makanan klorofil-a memberikan pengaruh langsung
ikan secara alami bergantung pada atau tidak langsung terhadap produksi ikan
lingkungan tempat hidup dan faktor-faktor (Wudianto 2001).
yang mempengaruhi diantaranya adalah Hasil uji korelasi silang Spearman
habitat, musim, umur dan ukuran ikan, sebesar 0,517 menunjukkan bahwa klorofil-a
periode mencari makan, kesukaan terhadap dan hasil tangkapan memiliki hubungan yang

72 Jurnal Teknologi Perikanan dan Kelautan Vol. 11 No. 1 Mei 2020: 63-79
ISSN 2087-4871

sedang. Hal ini berarti bahwa keberadaan air hangat dengan kandungan klorofil tinggi
klorofil-a cukup mempengaruhi jumlah masuk ke Selat Sunda (Aeni 2012), sehingga
hasil tangkapan ikan kembung. Menurut menyebabkan daerah penangkapan tersebut
Wudianto (2001) ikan kembung merupakan memiliki kandungan klorofil-a yang tinggi.
ikan pemakan plankton, fitoplankton,
maupun zooplankton. Sehingga kelimpahan Daerah penangkapan ikan kembung di
fitoplankton dan zooplankton menjadi perairan Selat Sunda
penopang stok makanan sekaligus mampu
meningkatkan kelimpahan ikan kembung. Daerah penangkapan ikan kembung
Hal ini diduga dipengaruhi oleh adanya di Selat Sunda bulan September 2020
waktu sela (time lag) dimana naiknya nilai dievaluasi berdasarkan 3 indikator yaitu
klorofil-a tidak langsung berdampak, tetapi CPUE, ukuran panjang ikan yang tertangkap,
membutuhkan beberapa waktu sehingga dan kandungan klorofil-a. Nilai CPUE rata-
klorofil yang terkandung dalam fitoplankton rata harian pada penelitian ini yaitu 3,72.
dimanfaatkan oleh zooplankton sebagai Daerah penangkapan ikan yang termasuk
makanannya (Salsabila dan Affandi 2019). kategori CPUE tinggi adalah Pulau Peucang,
Gambar 9 menunjukkan hubungan Sebesi, dan Tanjung Alang-Alang (Gambar
konsentrasi klorofil-a dengan CPUE secara 10). Kategori daerah penangkapan ikan yang
spasial. Jika nilai konsentrasi klorofil-a tinggi memiliki konsentrasi klorofil-a tinggi adalah
maka CPUE juga tinggi, seperti pada daerah Pulau Peucang, Pulau Panaitan Tanjung
penangkapan Pulau Peucang, Sumur, dan Lesung, Sumur, Sebesi, Tanjung Ketapang,
Pulau Panaitan. Hal ini menunjukkan Rakata, Tanjung Alang-Alang, dan Teluk
konsentrasi klorofil-a berpengaruh Paraja (Gambar 11).
terhadap CPUE. Daerah penangkapan ikan Kategori ukuran ikan layak
yang memiliki CPUE tertinggi terdapat di tangkap dan tidak layak tangkap penting
Pulau Peucang, Tanjung Alang-Alang, dan untuk diperhatikan demi keberlanjutan
Sebesi, sedangkan daerah penangkapan sumberdaya. Jika ikan kembung yang
dengan CPUE terendah terdapat di Sumur belum layak tangkap ditangkap secara terus
dan Tanjung Lesung. CPUE tinggi di menerus, maka tingkat perkembangbiakan
daerah tersebut diduga karena tingginya kembung semakin menurun dan bukan
intensitas penangkapan yang dilakukan tidak mungkin kedepannya akan
di daerah tersebut. Meningkatnya mengalami penurunan ukuran ikan. Hal
kegiatan penangkapan ikan memicu ini dikarenakan tekanan penangkapan
terjadinya persaingan antar nelayan untuk yang tidak layak tangkap (Kasmi et al.
mendapatkan hasil tangkapan (Wiyono 2017; Wujdi 2013). Selain itu diperlukan
2014). penentuan waktu/musim ikan kembung
Konsentrasi klorofil-a tertinggi tersebut akan memijah. Menurut Nugroho
terdapat di daerah penangkapan Pulau dan Murdijah (2006), ikan kembung akan
Peucang dan Teluk Paraja. Hal ini diduga memijah pertama kali pada umur dua
karena daerah selatan Selat Sunda tahun yang dilakukan secara periodik
berhubungan langsung dengan Samudera dengan selang waktu pemijahan dua kali
Hindia. Amri et al. (2007) menyatakan bulan Maret dan Oktober. Oleh karena itu
klorofil-a dibawa oleh arus permukaan dibutuhkan pengelolaan perikanan untuk
menuju Samudera Hindia terutama pada mencapai keberlanjutan sumberdaya
musim timur dan musim peralihan, (Tarigan et al. 2019). Selain itu diperlukan
membawa unsur hara, dan dimanfaatkan adanya informasi yang komprehensif terkait
penuh oleh fitoplankton untuk berkembang ukuran ikan yang layak tangkap dan musim
di sebagian besar lokasi di Selat Sunda. pemijahan demi menjaga keberlanjutan
Selain itu dikarenakan daerah penangkapan sumberdaya ikan kembung.
Pulau Peucang terletak dan Teluk Paraja Daerah penangkapan ikan kembung
terletak di antara pulau dan dekat dengan di Perairan Selat Sunda didominasi kategori
pantai sehingga memiliki unsur kandungan tidak potensial. Hal ini dikarenakan
klorofil yang cukup tinggi. Pendapat lain juga ukuran ikan yang tertangkap didominasi
menyebutkan kandungan klorofil-a di Selat oleh kategori tidak layak tangkap (Tabel
Sunda dipengaruhi oleh massa air dari Laut 7). Daerah yang termasuk kategori layak
Jawa. Arus pada musim timur dan musim tangkap adalah Pulau Peucang, Pulau
peralihan relatif kuat dari arah timur (Laut Panaitan, Tanjung Alang-Alang, dan Teluk
Jawa) menuju Samudera Hindia. Air laut Paraja, sedangkan kategori tidak layak
dari Jawa lebih dominan mendorong massa tangkap yaitu Tanjung Lesung, Sumur,

Daerah Penangkapan Ikan Kembung....................................................................................................(TARIGAN et al.) 73


Sebesi, Tanjung Ketapang, dan Rakata Pada umumnya daerah penangkapan
(Gambar 12). ikan tidak ada yang bersifat tetap, selalu
Secara keseluruhan hasil penelitian berubah dan berpindah mengikuti
menunjukkan bahwa kategori tidak layak pergerakan kondisi lingkungan, yang secara
tangkap sebesar 60%. Hal ini menunjukkan alamiah ikan akan memilih habitat yang lebih
bahwa kategori layak tangkap lebih sesuai. Habitat tersebut sangat dipengaruhi
dominan dibandingkan dengan kategori oleh kondisi atau parameter oseanografi
layak tangkap (Gambar 5). Oleh karena perairan seperti suhu permukaan laut,
itu diperlukan beberapa pengendalian salinitas, klorofil-a, kecepatan arus,
yaitu dengan mengatur jumlah armada dan sebagainya (Indrayani et al. 2012).
penangkapan, melakukan pengaturan zona Berdasarkan wawancara dan observasi
penangkapan dan musim penangkapan kegiatan operasi penangkapan ikan banyak
ikan kembung, dan mengatur ukuran ikan dilakukan di bagian selatan Perairan Selat
kembung yang boleh ditangkap. Selain itu, Sunda (Gambar 13). Hal ini dikarenakan
mengatur jarak dan daerah penangkapan keterbatasan armada penangkapan dan
untuk melindungi stok ikan, membatasi pengalaman nelayan yang menyatakan
upaya penangkapan (Bunyamin et al. 2016). faktor cuaca pada musim peralihan II yang
Selanjutnya menurut Tarigan et al. (2018) membuat nelayan kurang mampu untuk
dan Simbolon et al. (2020) yang menyatakan menjangkau daerah penangkapan yang
perlu adanya pengawasan terhadap daerah lebih jauh. Selain itu relatif lebih aman
penangkapan ikan. Pengendalian dan menuju daerah penangkapan ikan karena
aturan tersebut diperlukan untuk menjaga diapit oleh beberapa pulau, mengingat angin
keberlanjutan sumberdaya ikan kembung di pada musim peralihan yang cukup kencang.
Selat Sunda.

Gambar 8. Hubungan klorofil-a dengan hasil tangkapan ikan kembung

Gambar 9. Hubungan konsentrasi klorofil-a dengan CPUE secara spasial

74 Jurnal Teknologi Perikanan dan Kelautan Vol. 11 No. 1 Mei 2020: 63-79
ISSN 2087-4871

Gambar 10. Daerah penangkapan ikan berdasarkan CPUE

Gambar 11. Daerah penangkapan ikan berdasarkan kandungan klorofil-a

Tabel 7. Evaluasi daerah penangkapan ikan berdasarkan kategori CPUE, ukuran panjang
ikan dan klorofil-a
Indikator DPI
Daerah Kategori DPI
Ukuran Panjang Klorofil-a
Penangkapan CPUE
Ikan (mg/m3)
Ikan
D B E (cm) B F B Total Kategori
P.Peucang 4,50 1 21,6 3 0.861 1 5 P
Tj.Lesung 3,15 0 20,5 0 0.807 1 1 TP
Sumur 3,00 0 19, 5 0 0.662 1 1 TP
Sebesi 4,00 1 17,8 0 0.521 1 2 TP
Tj.Ketapang 3,95 1 19 0 0.488 1 2 TP
P.Panaitan 3,35 0 21 3 0.630 1 4 P
Rakata 3,50 0 16,7 0 0.579 1 1 TP
Tj.Alang-alang 4,35 1 21,4 3 0.669 1 5 P
Teluk Paraja 3,75 1 21,8 3 0.896 1 5 P

Daerah Penangkapan Ikan Kembung....................................................................................................(TARIGAN et al.) 75


Gambar 12. Daerah penangkapan ikan berdasarkan ukuran panjang ikan kembung

Gambar 13. Peta daerah penangkapan ikan kembung di Selat Sunda

KESIMPULAN DAN SARAN Peucang, Pulau Panaitan, Tanjung Alang-


alang, dan Teluk Paraja sedangkan daerah
Kesimpulan penangkapan yang tidak potensial yaitu
Tanjung Lesung, Sumur, Sebesi, Tanjung
Jumlah total hasil tangkapan ikan Ketapang, dan Rakata.
kembung di Perairan Selat Sunda selama
penelitian yaitu 741 kg. Ukuran panjang Saran
ikan kembung yang tertangkap didominasi
kategori ikan tidak layak tangkap dengan Penelitian lanjutan terkait parameter
persentase 60%. Rata-rata sebaran spasial oseanografi lain seperti suhu, salinitas, dan
kandungan klorofil-a yaitu 0,6796 mg/ arus diperlukan untuk mendapatkan data
m3. Kategori ukuran ikan layak tangkap yang lebih komprehensif.
terdapat di daerah penangkapan Pulau
Peucang, Pulau Panaitan, Teluk Paraja,
dan Tanjung Alang-Alang. Kandungan UCAPAN TERIMA KASIH
klorofil-a secara keseluruhan termasuk
kategori tinggi. Daerah penangkapan yang Terima kasih kepada LPPM UPI atas
termasuk kategori potensial yaitu Pulau dukungan dana sehingga penelitian ini

76 Jurnal Teknologi Perikanan dan Kelautan Vol. 11 No. 1 Mei 2020: 63-79
ISSN 2087-4871

dapat terlaksana, dan kepada semua pihak dengan Pendekatan Spasial di


yang mendukung kegiatan penelitian ini. Perairan Sinjai [Jurnal Penelitian].
Fakultas Ilmu Kelautan, Universitas
Hasanuddin, Makassar, 10 hlm.
DAFTAR PUSTAKA Ispahdianto D, Fitri ADP, Arisyanto. 2016.
Analisis Hasil Tangkapan Ikan
Abubakar S, Riyadi S, Tahir I. 2019. Kembung (Rastrelliger sp) dan
Pendugaan Ukuran Pertama Kali Cumi-Cumi (Lolligo sp) pada Alat
Matang Gonad Ikan Kembung Tangkap Mini Purse Seine di Perairan
(Rastrelliger sp) di Perairan Desa Morodemak, Kabupaten Demak
Sidangoli Dehe Kecamatan Jailolo Jawa Tengah. Journal of Fisheries
Selatan Kabupaten Halmahera Resources Utilization Management
Barat. Jurnal Biologi Tropis. 19(1): and Technology. 5(1): 153-161.
42-51. Kasim K, Triwahyuni S, Wujdi A. 2014.
Aeni N. 2012. Analisis Suhu Permukaan Hubungan Ikan Pelagis dengan
Laut dan Klorofil-a dari Citra Aqua Konsentrasi Klorofil-a di Laut Jawa.
Modis serta Hubungannya dengan Bawal. 6(1): 21-29.
Hasil Tangkapan Ikan Pelagis di Kasmi MS, Hadi W, Kantun. 2017. Biologi
Selat Sunda [Skripsi]. Bogor: Insitut Reproduksi Ikan Kembung Lelaki,
Pertanian Bogor. Rastreliger kanagurta (Cuvier, 1816)
Amri K, Manurung D, Siregar VP. 2007. di Perairan Pesisir Takalar, Sulawesi
Dinamika Kondisi Oseanografi Selatan. Jurnal Iktiologi Indonesia.
Musiman Perairan Selat Sunda dari 17(3): 259-271.
Analisis Data Multitemporal. Jurnal Lubis ZA, Yonvitner, Fahrudin A. 2019.
Penelitian Perikanan Indonesia. Indikator Stok Ikan Kembung
13(3): 191-199. (Rastrelliger kanagurta Cuvier, 1816)
Bhendarkar MP, Naik SD, Sonone AD, dan Suhu Perairan Selat Sunda.
Wankhade HP, Joshi HD. 2014. Jurnal Pengelolaan Perikanan Tropis.
Feeding Biology of the of Indian 3(1): 38-43.
mackerel, Rastrelliger kanagurta Meliani F. 2006. Kajian Konsentrasi dan
(Cuvier, 1817) off Ratnagiri Coast, Sebaran Spasial Klorofil-a di Perairan
Maharashtra, India. 20(3): 1147- Teluk Jakarta Menggunakan Citra
1152. Satelit Aqua MODIS [Skripsi].
Boer M, Aziz KA. 2007. Gejala Tangkap Lebih Bogor: Fakultas Perikanan dan Ilmu
Perikanan Pelagis Kecil di Perairan Kelautan, Institut Pertanian Bogor.
Selat Sunda. Jurnal Ilmu-Ilmu Musbir, Mallawa A, Sudirman, Najamudin.
Perairan dan Perikanan Indonesia. 2006. Pendugaan Ukuran Pertama
14(2): 167-172. Kali Matang Gonad Ikan Kembung,
Bunyamin, Wahono HPM, Subhakti Rastrelliger kanagurta di Perairan
HOD. 2016. Analisis Pengelolaan Laut Flores Sulawesi Selatan.
Penangkapan Ikan Kembung Program Pasca Sarjana Jurusan
Lelaki (Rastrelliger kanagurta) Sains dan Teknologi, Fakultas Ilmu
secara Berkelanjutan di Perairan Kelautan dan Perikanan, Universitas
Selat Lombok. Jurnal Penyuluhan Hasanuddin. Makassar. 6(1): 19-26.
Perikanan dan Kelautan. 10(3): 181- Nugroho A, Murdijah. 2006. Hubungan
191. Panjang Berat, Perbandingan Jenis
Febyanty F, Syahailatua A. 2008. Kelamin, dan Tingkat Kematangan
Kebiasaan Makanan Ikan Terbang, Gonad Ikan Kembung di Laut
Hirundicthys oxycephalus dan Banda. Jurnal Penelitian Perikanan
Cheilopogon cyanopterus, di Indonesia. 12: 195-200.
Perairan Selat Makasar [Laporan Prahadina VD, Boer M, Fahrudin A.
Penelitian]. Fakultas Perikanan dan 2015. Sumberdaya Ikan Kembung
Ilmu Kelautan & Pusat Penelitian (Rastrelliger kanagurta Cuvier
Oseanografi, Lembaga Ilmu 1817) di Perairan Selat Sunda yang
Pengetahuan Indonesia. 1-8. Didaratkan di PPP Labuan, Banten.
Indrayani, Mallawa A, Zainuddin M. 2012. Marine Fisheries. 6(2): 169-175.
Penentuan Karakteristik Habitat Priatna A, Natsir M. 2008. Pola Sebaran Ikan
Daerah Potensial Ikan Pelagis Kecil pada Musim Barat dan Peralihan

Daerah Penangkapan Ikan Kembung....................................................................................................(TARIGAN et al.) 77


di Perairan Utawa Jawa Tengah. in Karimunjawa National Park,
Penelitian Perikanan Indonesia. Indonesia. AACL Bioflux. 13(2):833-
14(1): 63-72. 848.
Purwaningtyas SE, Sugianti Y, Hartati ST. Siregar S. 2004. Statistik Terapan untuk
2006. Hasil Tangkapan Ikan dengan Penelitian. Jakarta (ID): PT Gramedia
Menggunakan Bubu di Teluk Saleh. Widiasarana Indonesia.
Nusa Tenggara Barat. Prosiding Siregar MS. 2015. Status Stok Sumberdaya
Seminar Nasional Ikan IV. 255-264. Ikan Kembung Lelaki (Rastrelliger
Ramansyah F. 2009. Penentuan Pola kanagurta Cuvier, 1817) di Perairan
Sebaran Konsentrasi Klorofil-a di Selat Sunda [Skripsi]. Bogor: Institut
Selat Sunda dan Perairan Sekitarnya Pertanian Bogor.
dengan Menggunakan Data Inderaan Sugiyono. 2007. Metode Penelitian
Aqua Modis [Skripsi]. Bogor: Institut Pendidikan Kuantitatif, Kualitatif
Pertanian Bogor. dan R & D. Bandung [ID]: Alfabeta.
Salsabila S, Affandi R. 2019. Preferensi Sugiyono. 2011. Statistika untuk Penelitian.
Makanan Ikan Kembung Lelaki Bandung (ID): Alfabeta.
(Rastrelliger kanagurta Cuvier, Surbakti CN. 2012. Analisis Musim dan
1816) terhadap Klorofil-A. Jurnal Daerah Penangkapan Ikan Teri
Pengelolaan Perikanan Tropis. 3(1): Berdasarkan Kandungan Klorofil-a
44-50. di Perairan Sibolga, Sumatera
Sarasati W, Boer M, Sulistiono. 2016. Utara [Skripsi]. Bogor: Departemen
Status Stok Rastrelliger spp. sebagai Pemanfaatan Sumberdaya
Dasar Pengelolaan Perikanan. Jurnal Perikanan, Instutut Pertanian Bogor.
Perikanan Universitas Gadjah Mada. Tarigan DJ. 2016. Pendugaan Daerah
(18)2: 73-81. Penangkapan Ikan Lemuru
Sihombing IN, Hutabarat A, Sulardiono B. Berdasarkan Kandungan Klorofil-a
2015. Kajian Kesuburan Perairan dan Komposisi Hasil Tangkapan yang
berdasarkan Unsur Hara (N,P) dan Didaratkan di PPN Pengambengan
Fitoplankton di Sungai Tulung [Skripsi]. Bogor: Fakultas Perikanan
Demak. Diponegoro Journal of dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian
Maquares. 4(4): 119-127. Bogor.
Simbolon D. 2008. Pendugaan Daerah Tarigan DJ, Simbolon D, Wiryawan B. 2018.
Penangkapan Ikan Tongkol Strategi Pengelolaan Perikanan
Berdasarkan Pendekatan Suhu Gurita di Kabupaten Banggai Laut,
Permukaan Laut Deteksi Satelit dan Provinsi Sulawesi Tengah. Jurnal
Hasil Tangkapan di Perairan Teluk Teknologi Perikanan dan Kelautan.
Palabuhanratu. Jurnal Litbangda 9(1): 13-24.
NTT. 4: 23-30. Tarigan DJ, Simbolon D, Wiryawan B. 2019.
Simbolon D, Girsang HS. 2009. Hubungan Evaluasi Keberlanjutan Perikanan
Antara Kandungan Klorofil-a Gurita dengan Indikator EAFM
dengan Hasil Tangkapan Tongkol di (Ecosystem Approach to Fisheries
Daerah Penangkapan Ikan Perairan Management) di Kabupaten Banggai
Pelabuhanratu. Jurnal Penelitian Laut. Jurnal Marine Fisheries. 10(1):
Perikanan Indonesia. 15(4): 297-305. 83-94.
Simbolon D. 2017. Daerah Penangkapan Tubalawony, S. 2008. Dinamika Massa Air
Ikan dalam Pengembangan Lapisan Ekman Perairan Selatan
Perikanan Tangkap Berkelanjutan Jawa-Sumbawa Selama Muson
Simbolon. Bogor (ID): Orasi Ilmiah Tenggara. Torani. 17(2): 140-150.
Guru Besar IPB. 52hlm. Utami MNF, Redjeki S, Supriyantini E.
Simbolon D. 2020. Daerah Penangkapan 2014. Komposisi Isi Lambung
Ikan: Perencanaan, Degradasi, dan Ikan Kembung Lelaki (Rastrelliger
Pengelolaan. Bogor (ID): IPB Press. kanagurta) di Rembang. Journal of
Simbolon D, Tarigan DJ, Yolanda DF, Marine Research. 2(3): 99-106.
Antika MR. 2020. Determination of Wiyono ES. 2014. Optimizing Purse Seine
potential fishing zones of aerolate Fishing Operations in the Java Sea,
grouper (Epinephelus areolatus) Indonesia. Aquaculture, Aquarium,
based on analysis of productivity, Conservation & Legislation. 7(6): 475-
gonad maturity and fish length 482.

78 Jurnal Teknologi Perikanan dan Kelautan Vol. 11 No. 1 Mei 2020: 63-79
ISSN 2087-4871

Wudianto. 2001. Karakteristik Gerombolan


Ikan Lemuru (Sardinella lemuru
Bleeker, 1853) di Perairan Selat
Bali. Jurnal Penelitian Perikanan
Indonesia Edisi Sumberdaya dan
Penangkapan. 7 (3): 70-77.
Wujdi A. 2013. Beberapa Parameter Populasi
Ikan Lemuru (Sardinella lemuru) di
Perairan Selat Bali. Jurnal Widya
Riset Perikanan Tangkap. 16(2): 211-
218.
Zen M, Simbolon D, Gaol JL, Hartojo W.
2005. Pengkajian Zona Potensial
Penangkapan Ikan Kembung
(Rastrelliger spp) di Kabupaten
Asahan Sumatera Utara. Bogor
(ID). Seminar Nasional Perikanan
Tangkap. 303-314.

Daerah Penangkapan Ikan Kembung....................................................................................................(TARIGAN et al.) 79

Anda mungkin juga menyukai