Pendugaan Potensi Lestari Ikan Layang (Decapterus SPP) Yang Didaratkan Di PPN Pengambengan
Pendugaan Potensi Lestari Ikan Layang (Decapterus SPP) Yang Didaratkan Di PPN Pengambengan
Diterima (received) 30 April 2020; disetujui (accepted) 25 Agustus 2020; tersedia secara online (available online) 15 Februari 2021
Abstract
Scad fish is one of important economic fish and the main catches fish of the fisherman who land their fish at
Pengambengan Nusantara Fisheries Port (NFP). The purpose of this research was to describe the distribution of fish
length-frequency, fish growth pattern, the estimation of sustainable fish potential and the estimation of the utilization
level of Scad Fish in Pengambengan NFP. This research used observation and interviews method to obtain the data.
Fish samples were taken using simple random sampling. The Scad Fish species that were found during the study
were Decapterus macrosoma and D. kurroides. The distribution frequency of female species was dominated by the class
interval of the 197 – 204 mm, while the male Scad Fish was dominated by the class interval of the 169 – 176 mm. The
growth patterns of either male and female species were classified as negative allometric. The length-weight
relationship of male species was W = 0,00001L2,9497,, while the length-weight relationship of female species was W =
0,00002L2,8089. The estimation of sustainable potential was carried out by using schaefer model. The value of MSY was
2.646,911 tons/year, while the Fmsy was 1.123 trips/year. Based on the data from 2009 to 2018, it is found that the
utilization status of Scad Fish in Pengambengan NFP consists of three different states. The low and developing states
in 2009 – 2017, and the overfishing status in 2018.
Abstrak
Ikan Layang merupakan salah satu jenis ikan ekonomis penting dan menjadi ikan target tangkapan utama oleh
nelayan yang mendaratkan ikan hasil tangkapan nya di Pelabuhan Perikanan Nusantara (PPN) Pengambengan.
Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan sebaran frekuensi panjang ikan, pola pertumbuhan ikan, nilai potensi
lestari dan status pemanfaatan Ikan Layang di PPN Pengambengan. Penelitian ini menggunakan metode observasi
dan wawancara. Pengambilan contoh ikan dalam penelitian menggunakan metode acak sederhana. Adapun spesies
Ikan Layang yang ditemukan selama penelitian adalah Decapterus macrosoma dan D. kurroides. Sebaran frekuensi
panjang Ikan Layang betina didominasi pada selang kelas panjang 197 – 204 mm dan Ikan Layang jantan didominasi
pada selang kelas panjang 169 – 176 mm. Pola pertumbuhan Ikan Layang baik jantan maupun betina bersifat
allometrik negatif dengan Ikan Layang jantan memiliki hubungan panjang – bobot W = 0,00001L2,9497 dan Ikan Layang
betina memiliki hubungan panjang – bobot W = 0,00002L2,8089. Pendugaan potensi lestari dilakukan dengan
menggunakan model schaefer, dengan nilai MSY Ikan Layang yang didapatkan sebesar 2.646,911 ton/tahun dengan
Usaha optimal (Fmsy) sebanyak 1.123 trip/tahun. Berdasarkan data tahun 2009 – 2018 diketahui bahwa status
pemanfaatan Ikan Layang di PPN Pengambengan pernah mengalami tiga status yang berbeda, yakni status rendah
dan berkembang pada tahun 2009 – 2017 dan pada tahun 2018 telah berstatus berlebih.
Kata Kunci: ikan layang; PPN pengambengan; schaefer; potensi lestari; pertumbuhan
Layang cenderung mengalami peningkatan dan Penelitian ini dilaksanakan selama 2 bulan yakni
menyebabkan nelayan meningkatkan upaya pada Bulan November hingga Bulan Desember
penangkapan guna memenuhi permintaan 2019. Pengambilan sampel dilakukan dengan
tersebut dari waktu ke waktu. Ikan Layang selang waktu ± 14 hari. Apabila pada waktu yang
merupakan sumberdaya laut yang bersifat dapat ditentukan tidak terdapat sampel yang ditemukan
pulih kembali, namun apabila usaha penangkapan maka pengambilan sampel tidak terpacu pada
melewati daya dukung nya, maka keseimbangan selang waktu ± 14 hari, namun mengacu pada
lingkungan hayati perairan dan daya pulih ikan ketersediaan ikan di lokasi penelitian.
dapat terganggu akibatnya usaha pemulihan stok
akan lebih sulit dan membutuhkan waktu yang 2.2.2. Tempat
lama.
Penelitian ini dilaksanakan di dua lokasi yakni
Pelabuhan Perikanan Nusantara
PPN Pengambengan untuk pengambilan sampel
Pengambengan merupakan pelabuhan pendaratan
ikan serta wawancara nelayan dan Laboratorium
ikan yang berada di Bali dengan komoditas ikan
Perikanan, Universitas Udayana untuk
dengan nilai ekonomis penting yang didaratkan
pengukuran panjang, berat, identifikasi spesies
diantaranya Ikan Lemuru, Ikan Layang dan Ikan
dan jenis kelamin ikan.
Tongkol. Data Direktorat Perikanan Tangkap
Pelabuhan Perikanan Nusantara Pengambengan
2.2 Alat dan Bahan
menunjukan bahwa produksi tangkapan Ikan
Layang dalam 5 tahun terakhir mengalami Alat dan bahan yang digunakan dalam penelitian
fluktuasi hasil produksi yang beragam, tahun 2014 ini yaitu cool box, worksheet, timbangan digital,
produksi Ikan Layang diketahui sebesar 1.300 penggaris, alat tulis, kamera, label, plastik dan
ton/tahun, tahun 2016 turun menjadi 30 ton/tahun Ikan Layang
sedangkan tahun 2018 naik menjadi 3.356
ton/tahun. 2.3 Metode Penelitian
Pengkajian ketersediaan stok guna mengetahui
nilai potensi lestari ikan serta upaya maksimum Penelitian ini menggunakan metode observasi dan
yang diperbolehkan dalam usaha penangkapan wawancara. Data yang dikumpulkan dalam
Ikan Layang berbasis stok dianggap penting untuk penelitian adalah data primer dan sekunder. Data
dilakukan, hal ini dikarenakan konsep manajemen primer meliputi panjang dan bobot Ikan Layang
berbasis ‘unit stok’ di percaya merupakan konsep hasil tangkapan yang didaratkan di PPN
pengelolaan yang logis dan bertanggung jawab Pengambengan. Data sekunder diperoleh dari
Suwarso dan Zamroni (2013). Penelitian terkait Kantor PPN Pengambengan yang meliputi data
potensi lestari ikan berbasis stok ini juga sudah tangkapan ikan (produksi), jumlah trip kapal serta
pernah dilakukan, seperti penelitian oleh alat tangkap yang digunakan di PPN
Gemaputri (2013) terkait pengkajian stok Ikan Pengambengan selama sepuluh tahun terakhir
Layang di perairan jember, Sangaji et al (2016) (2009 – 2018).
terkait pengkajian stok Ikan Layang di perairan
Pulau Ternate. 2.4 Analisis Data
Sehingga diharapkan hasil penelitian ini dapat
2.4.1 Sebaran Frekuensi Panjang
dijadikan sebagai bahan pertimbangan untuk
pengambilan keputusan dalam pembentukan Penentuan sebaran frekuensi panjang Ikan Layang
kebijakan untuk pengelolaan sumberdaya Ikan menggunakan data panjang total (total length/TL).
Layang di Pelabuhan Perikanan Nusantara (PPN) Penentuan sebaran frekuensi panjang diolah
Pengambengan . menggunakan Microsoft Excel dengan tahapan
sebagai berikut: (a) Mencari nilai panjang
2. Metode Penelitian
maksimal dan minimal data ikan sampel; (b)
Mencari rentang data panjang ikan; (c) Mencari
2.1 Waktu dan Tempat
interval data untuk penentuan jumlah kelompok;
2.2.1. Waktu (d) Mencari panjang kelas yang akan dimasukan
dalam interval data; (e) Analisis data sebaran 2.4.2 Total Allowable Catch (TAC)
frekuensi panjang
Total Allowable Catch (TAC) merupakan 80% dari
2.4.2 Pola Pertumbuhan nilai potensi maksimum lestari. Maka Zahra et al
(2019) menyatakan TAC dapat dihitung dengan
Pola pertumbuhan Ikan Layang dianalisis rumus sebagai berikut :
menggunakan hubungan panjang – bobot ikan
dengan menggunakan persamaan menurut TAC = 80% × MSY
(5)
Effendie (2002):
3. Hasil
𝑊 = 𝑎𝐿𝑏
(1)
Dimana W adalah berat ikan (gram); L 3.1 Sebaran Frekuensi Panjang Ikan Layang
merupakan panjang total ikan (mm); a merupakan
intercept; dan b merupakan slope. Berdasarkan Jumlah Ikan Layang yang diambil setiap
persamaan tersebut bila nilai b = 3 yang diperoleh pengambilan sampel berjumlah minimal 30 ekor
maka pertumbuhan panjang dan bobot seimbang pada setiap pengambilan sampel dan total seluruh
(isometrik), bila b < 3 maka pertumbuhan panjang ikan yang di ukur sebanyak 616 ekor ikan dengan
lebih dominan dibandingkan pertambahan bobot jumlah ikan betina 274 ekor dan ikan jantan 342
(allometrik negatif) dan jika b > 3 maka ekor. Ikan Layang betina di PPN Pengambengan
pertambahan bobot lebih dominan dibandingkan pada Bulan November – Desember memiliki
pertumbuhan panjang (allometrik positif), Ibrahim sebaran frekuensi panjang berkisar antara skala
et al (2017) 157 – 228 mm dengan ikan pada selang kelas 197 –
204 mm menjadi hasil tangkapan yang paling
2.4.2 Catch per Unit Effort (CPUE) tinggi. sedangkan tangkapan Ikan Layang jantan
memiliki panjang berkisar antara skala 161 – 232
Pendugaan produktivitas alat tangkap dapat mm dengan ikan pada selang kelas 169 – 176
dilihat dari hubungan antara hasil tangkapan menjadi hasil tangkapan yang paling tinggi.
(catch) dengan upaya penangkapan (effort) atau
dikenal dengan Catch per Unit Effort (CPUE). 3.2 Pola Pertumbuahan
Rumus yang digunakan untuk mencari nilai CPUE
menurut Noija et al (2014) adalah: Uji T dilakukan terhadap nilai b untuk mengetahui
pola pertumbuhan Ikan Layang yang didaratkan
𝐶𝑎𝑡𝑐ℎ
𝐶𝑃𝑈𝐸 = di PPN Pengambengan dengan alat tangkap purse
𝐸𝑓𝑓𝑜𝑟𝑡 (2)
seine dengan selang kepercayaan 95% (α = 0,025).
Dimana catch merupakan jumlah hasil Hasil uji T menunjukan nilai T-hitung lebih kecil
tangkapan (ton); dan effort merupakan usaha trip dibandingka dengan nilai T-tabel. Nilai T-hitung
yang dilakukan untuk kegiatan penangkapan. untuk Ikan Layang betina sebesar 7.386,39 dengan
nilai T-tabel sebesar 2,25 sedangkan Ikan Layang
2.4.3 Maximum Sustainable Yield (MSY) dan Effort
jantan memiliki T-hitung sebesar 85,40 dengan
Optimum (Fopt)
nilai T-tabel sebesar 2,25. Berdasarkan nilai uji T
yang dilakukan, didapatkan bahwa nilai T-hitung
Data yang digunakan dalam metode produksi
lebih besar dibandingkan dengan T-tabel, sehingga
surpus berupa hasil tangkapan (catch) dan upaya
tolak H0. Maka nilai b pada Ikan Layang betina
penangkapan (effort) dan kemudian dilakukan
sebesar 2,808 dan nilai b pada Ikan Layang jantan
pengolahan data dengan pendekatan schaefer,
sebesar 2,948 berbeda nyata terhadap nilai 3,
dengan persamaan:
sehingga pola pertumbuhan Ikan Layang yang
MSY = - (a2) / 4b didaratkan di PPN Pengambengan memiliki pola
(3)
pertumbuhan allometrik negatif. Hasil tersebut
Fopt = - (a/2b) juga didukung dengan nilai koefisien determinansi
(4)
(R2) masing – masing Ikan Layang sebesar 0,7392
Dimana a adalah intercept; dan b adalah slope. untuk Ikan Layang betina dan 0,7958 untuk Ikan
Layang jantan. Angka tersebut berarti hasil
sebesar – 0,0021 Hasil analisa pendekatan schaefer ekor keseluruhan sampel Ikan Layang betina,
dengan angka a dan b tersebut didapatkan hasil sedangkan Ikan Layang jantan memiliki panjang
yang menunjukan bahwa upaya optimum (Fmsy) maksimal 230 mm dan panjang minimal 161 mm,
untuk penangkapan Ikan Layang sebanyak 1.123 untuk sebaran frekuensi panjang yang paling
kali trip/tahun dengan tangkapan maksimum mendominasi berada pada selang kelas ukuran 169
(MSY) sebesar 2.646,911 ton/tahun dengan Total – 176 mm sebanyak 77 ekor dibanding 342
Allowable Catch (TAC) sendiri merupakan 80% dari keseluruhan sampel Ikan Layang jantan. Selang
total MSY yakni sebesar 2.117,528 ton setiap tahun panjang dengan ukuran yang mendominasi
nya. tersebut diduga dikarenakan ukuran mesh size
8 jaring purse seine yang digunakan. Hal ini karena
7 diketahui lebar mesh size jaring purse seine yang
CPUE (Ton/trip)
digunakan untuk pematangan sel telur maupun 4.3 Model Produksi Surplus
spermanya dibandingkan untuk pertumbuhan
ikan. Nilai Maximum Sustainable Yield (MSY) yang
Ikan Layang yang memiliki pola pertumbuhan didapatkan untuk pengangkapan Ikan Layang
negatif juga ditemukan dalam beberapa penelitian dengan alat tangkap purse seine di PPN
lainnya, seperti penelitian Liestiana (2015) pada Pengambengan sebesar 2.646,911 ton/th atau
Ikan Layang yang didaratkan di PPP Sedeng, 2.646.911 kg/th, dengan nilai Total Allowable Catch
Gunugkidul, Yogyakarta dan Radongkir et al (TAC) sebesar 2.117,528 ton/th dengan upaya
(2018) pada Ikan Layang yang didaratkan di PPI optimum penangkapan Ikan Layang dengan purse
Sanggeng, Kabupaten Manokwari. Sedangkan seine sebanyak 1.123 trip/tahun.
Ongkers et al (2016) di Perairan Latulahat dan Nilai MSY yang diperoleh bila dibandingkan
Jaliadi (2017) di perairan Banda Aceh Barat dengan data hasil tangkapan di PPN
menemukan bahwa pertumbuhan Ikan Layang di Pengambengan dengan alat tangkap purse seine
perairan tersebut bersifat allometrik positif. pada tahun 2009 – 2018 maka telah terjadi kondisi
Perbedaan nilai pola pertumbuhan ikan yang lebih tangkap (overfishing) pada tahun 2018
diekspresikan dari nilai b dapat disebabkan oleh sebanyak 710,089 ton atau 26,82% lebih banyak
beberapa faktor, seperti perbedaanumur, dibandingkan dengan nilai MSY nya, sedangkan
perkembangan gonad, jenis kelamin, kondisi tahun 2009 – 2017 masih dalam kondisi
habitat, kepenuhan lambung, faktor penyakit dan underfishing. Kondisi overfishing pada tahun 2018
parasit Effendie (2002), ketersediaan makanan, pH, dikarenakan telah terjadinya upaya penangkapan
suhu, dan oksigen terlarut di perairan, serta yang melebihi nilai upaya optimum nya, tepatnya
kemampuan ikan berenang secara aktif atau pasif upaya trip yang dilakukan telah melebihi upaya
Muchlisinet et al (2010). Dibandingkan dengan optimum penangkapan sebanyak 192 kali trip atau
faktor lainnya, faktor perkembangan gonad saat telah melebihi 18,52% dari nilai upaya optimum
ini dianggap lebih berpengaruh dibandingkan yang seharusnya dilakukan. Dugaan tersebut juga
dengan faktor lainnya. Hal ini karena berdasarkan didukung dalam pendapat Simbolon et al (2011)
penelitian Megawati et al (2014) diketahui bahwa kondisi overfishing dapat terjadi apabila dilakukan
kondisi kulitas perairan di Selat Bali memiliki pengupayaan penangkapan ikan yang melebihi
konsentrasi nitrat dengan kisaran sebesar 0,174- dari nilai upaya optimumnya. Listiani et al (2017)
1,825 mg/l, konsentrasi fosfat berkisar antara 0,023 juga menyatakan bahwa pembatasan tingkat
– 0,066 mg/l, nilai oksigen terlarut (DO) berkisar pengupayaan penting untuk diterapkan, hal
antara 4,7 – 4,83 mg/l, dan nilai pH berkisar antara tersebut dikarenakan apabila tingkat pengupayaan
8,41-9,49. Parameter yang diteliti di perairan Selat dan tingkat pemanfaatan yang dilakukan melebihi
Bali bagian Selatan menunjukkan bahwa kualitas nilai MSY nya dapat mengancam kelestarian ikan
air laut di perairan tersebut masih baik yang di alam.
mengacu pada baku mutu yang telah ditetapkan Beberapa daerah dengan target tangkapan Ikan
oleh Kementerian Negara Lingkungan Hidup Layang seperti di Laut Flores telah mengalami
(KMNLH). kondisi padat eksploitasi atau mendekati fully
Kondisi ketersediaan makanan di Selat Bali exploited Latukonsina (2010), namun ada juga
dalam kondisi yang baik, hal tersebut dijelaskan perairan yang memiliki status perikanan tangkap
dalam penelitian Susilo (2015) berdasarkan hasil yang overfishing sesuai dengan kondisi di Selat
pengukuran secara insitu diketahui pada bulan Bali, seperti di Perairan Timur Sulawesi Utara
Juli-September konsentrasi rata-rata klorofil–a yang telah mengalami overfishing pada tahun 2013
sebesar 0,3725 ± 0,3496 mg/m3 dengan konsentrasi Mahmud dan Bunbun (2015) dan di Perairan
terendah sebesar 0,0199 mg/m3 pada bulan April Ternate yang juga telah mengalami overfishing
dan tertinggi sebesar 2,2490 mg/m3 pada bulan Sangaji et al (2016), diketahui penyebab terjadinya
September. Nilai tersebut termasuk dalam kategori overfishing pada perairan tersebut juga
baik, kategori tersebut mengacu pada Kep.MNLH dikarenakan telah dilakukan upaya yang melebihi
tahun 2014, kategori klorofil-a , < 15 mg/m3 batas optimal nya (over exploited).
dikategorikan ke dalam kondisi yang baik, Kementerian Kelautan dan Perikanan dalam
sedangkan 15 – 30 mg/m3 kategori sedang dan > 30 KEP.45/MEN/2011 Tentang Estimasi Potensi
mg/m3 dikategorikan buruk Paramitha et al (2014). Sumber Daya Ikan di Wilayah Pengelolaan
Perikanan Negara Republik Indonesia. Selat Bali dan mencegah terjadinya kerugian yang dapat
yang termasuk ke dalam WPP-RI 573 memiliki dirasakan oleh nelayan.
status Moderate pada perikanan Layur, D.kurroides,
cakalang dan cumi – cumi, status fully exploited 5.Simpulan
pada perikanan kakap merah, kuwe, albakora dan
madidihang, sedangkan status over-exploited telah Distribusi frekuensi panjang dengan selang kelas
terjadi pada perikanan udang, tuna mata besar dan tertinggi untuk Ikan Layang betina pada panjang
SBT dan khususnya lemuru di Selat Bali. Sehingga 197 – 204 mm dan Ikan Layang jantan pada
melalui penelitian ini status perikanan tangkap panjang 167 – 176 mm, dengan pola pertumbuhan
Ikan Layang yang sebelumnya pada ikan allometrik negatif. Sebanyak 72,80% Ikan
Kep.45/MEN/2011 tersebut disebutkan spesies Layang jantan dan 96,35% Ikan Layang betina hasil
Ikan Layang D. kurroides masih dalam status tangkapan purse seine di PPN Pengambengan
mederate dapat diusulkan kembali untuk sudah mencapai nilai Lm nya yang berarti sudah
penilaian status sumberdaya ikan di WPP tersebut. matang gonad. Maka kegiatan perikanan tangkap
untuk Ikan Layang masih dapat berkelanjutan
4.4 Saran Pengelolaan Potensi maksimum lestari Ikan Layang yang
didaratkan di PPN Pengambengan berdasarkan
Hasil penelitian menunjukan bahwa hasil pendekatan scheafer sebesar 2.646,911 ton/tahun
tangkapan Ikan Layang di PPN Pengambengan dan total allowable catch sebesar 2.117,528 ton/tahun.
memiliki pola pertumbuhan allometrik negatif Data hasil tangkapan di PPN Pengambengan
serta tahun 2018 merupakan tahun pertama tahun 2018 menunjukkan bahwa terjadi overfishing
terjadinya overfishing terhadap Ikan Layang yang terhadap Ikan Layang karena hasil tangkpan lebih
didaratkan di PPN Pengambengan. Berdasarkan tinggi 26,82% dibandingkan dengan nilai MSY nya,
hal tersebut maka upaya kontrol terhadap upaya dan upaya penangkapan lebih tinggi 18,52% dari
penangkapan ikan disarankan untuk dilakukan. upaya optimumnya.
Penanggulangan kontrol upaya pembatasan
penangapan Ikan Layang yang didaratkan di PPN Ucapan terimakasih
Pengambengan meliputi usaha trip yang
dilakukan. Hal tersebut mengacu pada hasil Terimakasih saya sampaikan kepada Direktorat
analisis model schaefer yang telah dilakukan. Jendral Kelautan dan Perikanan dalam hal ini
Hasil tersebut menyebutkan bahwa usaha kepada PPN Pengambengan dan Syahbandar PPN
optimum untuk jumlah trip sebanyak 1.123 Pengambegan atas bantuan data serta ilmu yang
trip/tahun dengan jumlah tangkapan tidak diberikan selama penelitian berlangsung.
melebihi 2.646,911 ton/tahun. Pembatasan trip ini
disarankan karena melihat naiknya hasil Daftar Pustaka
tangkapan yang berlebih sejalan dengan upaya trip
Effendie, M.I. (2002). Biologi Perikanan. Yogyakarta,
pada tahun 2018 yang dilakukan juga melebihi
Indonesia: Yayasan Pustaka Nusatama.
jumlah upaya optimum berdasarkan hasil
Gemaputri, A.A. (2013). Tingkat Pemanfaatan Sumber
modelschaefer tersebut.
Daya Ikan Hasil Tangkapan di Perairan Jember.
Pengurangan upaya tangkapan juga melihat Jurnal Perikanan, XV(1), 35 – 41.
hasil trend CPUE yang didapatkan di PPN
Ibrahim., P.S., Setyobudiandi, I., & Sulistiono. (2017)..
Pengambengan dari tahun 2009 – 2018 yang Hubungan Panjang Bobot dan Faktor Faktor Kondisi
bersifat negatif yang disebabkan oleh besarnya Ikan Selar Kuning Selaroides leptolepis di Perairan
effort namun nilai CPUE yang diperoleh cenderung Selat Sunda. Jurnal Ilmu dan Teknologi Kelautan Tropis,
menurun. Apabila penambahan upaya masih 9(2), 577 – 584.
dilakukan, secara biologis akan membahayakan Jaliadi, Yusfiandayani, R., & Mulyono, S.B. (2017).
dan juga akan berdampak terhadap Struktur Ukuran dan Hubungan Panjang Berat Ikan
perekonomian, untuk itu peraturan dan Hasil Tangkapan pada Rumpon Portable dan
pengendalian upaya penangkapan sesuai dengan Rumpon Tradisional di Perairan Banda Aceh Barat.
standar upaya optimum dirasa penting untuk Jurnal Albacore, 1(1), 001 - 009.
diterapkan guna menjaga keseimbangan biologis Latukonsina, H. (2010). Pendugaan Potensi dan Tingkat
Pemanfaatan Ikan Layang (Decapterus spp.) di
Perairan Laut Flores Sulawesi Selatan. Jurnal Ilmiah Paramitha, A., Budi, U., & Desrita. (2014). Studi Klorofil-
Agribisnis dan Perikanan, 3(2), 47 – 54. a di Kawasan Perairan Belawan Sumatera Utara.
Lestiana, H., Ghofar, A., & Rudiyanti, S. (2015). Aspek Jurnal AQUACOSTMARINE, 2(2), 106 – 119.
Biologi Ikan Layang (Decapterus macrosoma) yang PPN Pengambengan. (2011). Laporan Statistik Perikanan
didaratkan di PPP Sandeng, Gunungkidul, Tangkap Tahun 2011. Jembrana, Indonesia: Direktorat
Yogyakarta. Diponegoro Journal of Maquares, 4(4) , 10 – Perikanan Tangkap Pelabuhan Perikanan Nusantara
18. Pengambengan Bali.
Listiani, A., Wiajayando, D., & Jayanto, B.B. (2017).. PPN Pengambengan. (2016). Laporan Statistik Perikanan
Analisis CPUE (catch per unit effort) dan Tingkat Tangkap Tahun 2016. Jembrana, Indonesia: Direktorat
Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan Lemuru Perikanan Tangkap Pelabuhan Perikanan Nusantara
(Sardinella lemuru) di Perairan Selat Bali. Jurnal Pengambengan Bali.
Perikanan Tangkap: Indonesian journal of capture PPN Pengambengan. (2018). Laporan Statistik Perikanan
fisheries, 1(1), 1 – 9. Tangkap Tahun 2018. Jembrana, Indonesia: Direktorat
Mahmud, A., & Bunbun, R.L. (2015). Potensi Lestari Perikanan Tangkap Pelabuhan Perikanan Nusantara
Ikan Layang (Decapterus spp) berdasarkan Hasil Pengambengan Bali.
Tangkapan Pukat Cincin di Perairan Timur Sulawesi Rachmawati, P.F., & Hartati, S.T. (2017). Aspek Biologi
Tenggara. Jurnal Teknologi Perikanan dan Kelautan. Ikan Layur (Lepturacanthus savala Cuvier, 1829) di
6(2), 159 – 168. Perairan Pengandaran, Jawa Barat. Bawal Widya Riset
Megawati, C., Yusuf, M., & Maslukah, L. (2014). Sebaran Perikanan Tangkap(BAWAL), 9(2), 133 – 143.
Kualitas Perairan Ditinjau dari Zat Hara, Oksigen Randongkir, Y.E., Fanny, S., & Tutik, H. (2018). Aspek
Terlarut, dan pH di Perairan Selat Bali Bagian pertumbuhan Ikan Layang (Decapterus macrosoma)
Selatan. Jurnal Oseanografi, 3(2), 142 – 150. di pangkalan pendaratan ikan (PPI) sanggeng
MNLH. (2011). Keputusan Menteri Negara dan Lingkungan kabupaten manokwari. Jurnal Sumberdaya Akuatik
Hidup Tentang Estimasi Potensi Sumber Daya Ikan di Indopasifik, 2(1), 15 – 24.
Wilayah Pengelolaan Perikanan Negara Republik Sangaji, M. B., Tangke, U., & Namsa, D. (2016). Potensi
Indonesia. Jakarta – Infonesia: Menteri Negara dan Tingkat Pemanfaatan Ikan Layang (Decapterus
Lingkungan Hidup. sp) di Perairan Pulau Ternate. Jurnal Ilmiah Agribisnis
Muchlisin, Z. A., Musman, M. & Azizah, M. N. S. (2010). dan Perikanan, 9(2), 1 – 10.
Length-weight relationships and condition factors of Simbolon, D., Wiryawan, B., Wahyuningrum, P.I., &
two threatened fishes, Rasbora tawarensis and Wahyudi, H. (2011). Tingkat pemanfaatan dan pola
Poropuntius tawarensis, endemic to Lake Laut Tawar, Musim Penangkapan Ikan Lemuru di Perairan Selat
Aceh Province, Indonesia. Journal of Applied Bali. BULETIN PSP, XIX(3), 293 – 307.
Ichthyology, 26(6), 949-953.
Susilo, E. (2015). Variabilitas Faktor Lingkungan pada
Nugraha, S.W., Ghofar, A., & Saputra, S.W. (2018). Habitat Ikan Lemuru di Selat Bali menggunakan
Monitoring Perikanan Lemuru di Perairan Selat Bali. Data Satelit Oseanografi dan Pengukuran Insitu.
Journal of Maquares, 7(1), 130 – 140. Omni-Akuatika, 14(20), 13 – 22.
Noija, D., Martasuganda, S., Murdiyanto, B., & Suwarso., & Zamroni, A. (2013). Sebaran Unit Stok Ikan
Taurusman, A. A. (2014). Potensi dan Tingkat Layang (Decapterus spp) dan Risiko Pengelolaan Ikan
Pemanfaatan Sumberdaya Ikan Demersal di Perairan Pelagis di Laut Jawa. Kebijakan Perikanan Indonesia,
Pulau Ambon Provinsi Maluku. Jurnal Teknologi 5(1), 17 – 24.
Perikanan Dan Kelautan, 5(1), 55-64.
Zahra, A.N.A., Susiana & Dedy, K. (2019). Potensi lestari
Ongkers, O. T. S., Jesaja A. P., & Federick, R. (2016).
dan Tingkat Pemanfaatan Ikan Selar (Atule mate)
Aspek biologi Ikan Layang (Decapterus russeli) di
yang didaratkan di Desa Kelong, Kabupaten
Perairan Latuhalat, Kecamatan Nusaniwe, Pulau
Bintaibran, Indonesia. Jurnal Akuakultur, Pesisir dan
Ambon. Omni-Akuatika, 12(3), 79 – 87.
Pulau-Pulau Kecil. 3(2), 57 – 63.