Anda di halaman 1dari 15

PANCASILA SEBAGAI ETIKA POLITIK

TUGAS MAKALAH
Diajukan untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Pendidikan Pancasila

DISUSUN OLEH:
KELOMPOK 1

1. Adelia Dewi Atira (P17334119046)


2. Aldina Salsabila (P17334119047)
3. Alifatu Zahra (P17334119048)
4. Alya Nur. A (P17334119049)
5. Anis Kholishotun Nisa (P17334119050)
6. Ari Sri Rahayu (P17334119051)
7. Ayu Assyifa (P17334119052)
8. Delisma Ayuni (P17334119053)

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN BANDUNG
JURUSAN ANALIS KESEHATAN
2019

I
KATA PENGANTAR
Dengan menyebut nama Allah-SWT yang Maha-Pengasih lagi Maha-Panyayang,
segala puji bagi Allah Tuhan semesta-alam. Sehingga yang kami buat ini dapat selesai
tanpa halangan yang berarti. Makalah ini kami beri judul “ Pancasila Sebagai Etika Politik”.

Makalah ini kami buat dan susun dengan usaha maksimal juga atas bantuan dari
berbagai pihak yang berkenan meluangkan waktu, tenaga dan fikirannya untuk
menyelesaikan makalah ini. Oleh karenanya kami sampaikan terimakasih yang sebesar-
besarnya kepada segenap pihak yang telah ikut serta dalam menyelesaikan makalah ini.

Terlepas dari itu semua kami menyadari masih banyak kekurangan dalam
makalah yang kami buat. Mungkin dari segi bahasa, susunan kalimat atau hal lain yang
tidak kami sadari. Oleh karenanya kami sangat mengharapkan kritik dan saran sebagai
sarana perbaikan makalah yang lebih baik. Dan semoga makalah tentang darah ini dapat
memberikan manfaat bagi pembaca dan masyarakat luas. Akhir kata kami ucapkan
terimakasih dan atas perhatiannya.

Bandung, Oktober 2019

Penulis

I
DAFTAR ISI

BAB I
PENDHULUAN ................................................................................................................ 1
A. LATAR BELAKANG ............................................................................................ 1
B. RUMUSAN MASALAH ........................................................................................ 2
C. TUJUAN ................................................................................................................. 2
BAB II ................................................................................................................................ 3
PEMBAHASAN ................................................................................................................ 3
2.1 Pengertian etika politik..................................................................................... 3
2.2 Prinsip Dasar Etika Politik Pancasila .................................................................... 4
2.3 Fungsi dan Tugas Etika Politik ............................................................................. 6
2.4 Makna Nilai-Nilai Pancasila Dalam Etika Berpolitik ............................................ 8
Ketuhanan Yang Maha Esa ................................................................................ 8
Kemanusiaan Yang Adil dan Beradab ............................................................... 8
Persatuan Indonesia............................................................................................ 8
Kerakyatan Yang Dipimpin oleh Hikmat Kebijaksanaan dalam
permusyarawatan/Perwakilan ..................................................................................... 9
Keadilan Sosial bagi Seluruh Rakyat Indonesia ................................................ 9
BAB III............................................................................................................................. 11
PENUTUP........................................................................................................................ 11
A. KESIMPULAN ..................................................................................................... 11
B. SARAN ................................................................................................................. 11

II
BAB 1

PENDHULUAN
A. LATAR BELAKANG

Pancasila sebagai dasar Negara, pedoman dan tolok ukur kehidupan berbangsa dan
bernegara di Republik Indonesia. Tidak lain dengan kehidupan berpolitik, etika
politik Indonesia tertanam dalam jiwa Pancasila. Kesadaran etika yang merupakan
kesadaran relational akan tumbuh subur bagi warga masyarakat Indonesia ketika
nilai-nilai Pancasila itu diyakini kebenarannya, kesadaran etika juga akan lebih
berkembang ketika nilai dan moral Pancasila itu dapat di terapkan kedalam norma-
norma yang di berlakukan di Indonesia .
Pancasila juga sebagai suatu sistem filsafat pada hakikatnya merupakan suatu nilai
sehingga merupakan sumber dari segala penjabaran dari norma baik norma hukum,
norma moral maupun norma kenegaraan lainya. Dalam filsafat Pancasila
terkandung didalamnya suatu pemikiran-pemikiran yang bersifat kritis, mendasar,
rasional, sistematis dan komprehensif (menyeluruh) dan sistem pemikiran ini
merupakan suatu nilai, Oleh karena itu suatu pemikiran filsafat tidak secara
langsung menyajikan norma-norma yang merupakan pedoman dalam suatu
tindakan atau aspek praksis melainkan suatu nilai yan bersifat mendasar.
Nilai-nilai pancasila kemudian dijabarkan dalam suatu norma yang jelas sehingga
merupakan suatu pedoman. Norma tersebut meliputi norma moral yaitu yang
berkaitan dengan tingkah laku manusia yang dapat diukur dari sudut baik maupun
buruk. Kemudian yang ke dua adalah norma hukum yaitu suatu sistem perundang-
undangan yang berlaku di Indonesia. Dalam pengertian inilah maka Pancasila
berkedudukan sebagai sumber dari segala hukum di Indonesia, Pancasila juga
merupakan suatu cita-cita moral yang luhur yang terwujud dalam kehidupan
sehari-hari bangsa Indonesia sebelum membentuk negara dan berasal dari bangsa
Indonesia sendiri sebagai asal mula (kausa materialis).
Pancasila bukanlah merupakan pedoman yang berlangsung bersifat normatif
ataupun praksis melainkan merupakan suatu sistem nilai-nilai etika yang
merupakan sumber hukum baik meliputi norma moral maupun norma hukum, yang
pada giliranya harus dijabarkan lebih lanjut dalam norma-norma etika, moral
maupun norma hukum dalam kehidupan kenegaraan maupun kebangsaan.

1
B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa yang dimaksud dengan Etika Politik ?
2. Apa saja Prinsip Dasar Etika Politik Pancasila ?
3. Bagaimana Fungsi dan Tugas Etika Politik ?
4. Apa Makna Nilai-Nilai Pancasila Dalam Etika Berpolitik ?

C. TUJUAN
1. Memberikan pemahaman tentang beretika dalam politik
2. Mengetahui hubungan pancasila dengan etika politik
3. Mengetahui pengaruh etika dalam berpolitik
4. Mengetahui nilai nilai Pancasila dalam beretika politik

2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian etika politik

Etika Politik merupakan cabang etika dan termasuk ke dalam lingkungan filsafat
serta mempertanyakan praksis manusia. Etika berkaitan dengan norma moral.
Norma Moral yaitu yang berkaitan dengan tingkah laku manusia yang dapat diukur
dari sudut pandang, baik atau buruk, sopan atau tidak sopan, dan susila atau tidak
susila sebagai seorang manusia.

Etika tidak lain adalah aturan prilaku, adat kebiasaan dan menegaskan mana yang
benar dan mana yang buruk. Kata etika berasal dari bahasa Yunani ethos yang
berarti norma-norma, nilai-nilai, kaidah-kaidah dan ukuran-ukuran bagi tingkah
laku manusia yang baik serta yang dirumuskan oleh beberapa ahli berikut ini:

Etika adalah ilmu yang membahas tentang bagaimana dan mengapa kita mengikuti
suatu ajaran moral tertentu, atau bagaimana kita harus mengambil sikap yang
bertanggung jawab berhadapan dengan pelbagai ajaran moral. Etika merupakan
suatu pemikiran kritis dan mendasar tentang ajaran-ajaran dan pandangan-
pandangan moral. Etika termasuk kelompok filsafat praktis dan dibagi menjadi dua
kelompok (etika umum dan etika khusus).

Setiap kali kita menyusun strategi atau siasat untuk mendapatkan sesuatu, itulah
yang dinamakan berpolitik. Secara etimologis istilah politik sendiri pertama kali
muncul di Yunani, yaitu dari kata “polis”, yang artinya “kota”.

Sedangkan dari segi pemerintahan, kata Politik berarti cara bertindak (dalam
menghadapi atau menangani suatu masalah) yang berkaitan dengan segala urusan
dan tindakan (kebijakan, siasat, dan sebagainya) mengenai pemerintahan negara
atau terhadap negara lain (KBBI).

Pengertian politik berasal dari kosakata ‘politics’ yang memiliki makna bermacam-
macam yaitu kegiatan dalam suatu sistem politik atau negara yang menyangkut
proses penentuan tujuan-tujuan dari sisten itu dan diikuti dengan pelaksanaan
tujuan itu. Pokok politik yang berkaitan dengan negara (state), kekuatan (power),

3
pengambilan keputusan (decision making), kebijaksanaan (policy), pembagian
(distribution), secara alokasi (allocation).

Pengertian politik secara sempit, yaitu bidang politik yang lebih banyak berkaitan
dengan para pelaksana pemerintahan negara, lembaga-lembaga tinggi negara,
kalangan aktivis politikserta para birokrat dan para pejabat dalam pelaksanaan dan
menyelanggaraan negara.

Pengertian politik lebih luas, yaitu menyangkut seluruh unsur yang menyangkut
suatu persekutuan hidup yang disebut masyarakat negara. Jadi etika politik ialah
etika yang berkait erat dengan bidang pembahasan moral yang tidak dapat
dipisahkan dengan pelaku etika yaitu manusia. Walaupun dalam hubungannya
dengan masyarakat bangsa maupun negara, etika politik Tetap menetapkan dasar
fundamental manusia sebagai manusia. Dasar ini meneguhkan agar etika politik
senantiasa didasarkan pada hakikat manusia sebagai manusia yang beradab dan
berbudaya.

Dengan kata lain, etika politik mempersoalkan kebaikan dan tanggung jawab
manusia sebagai manusia serta manusia sebagai warga negara terhadap negara,
hukum yang berlaku serta tatanan publik lainnya. Kebaikan manusia sebagai
manusia tidak selalu identik dengan kebaikan manusia sebagai warga negara.
Keidentikan antara manusia yang baik dengan warga negara yang baik bisa
berlangsung dalam suatu negara yang baik (Aristoleles). Negara yang baik
membawa kebajikan manusia sebagai manusia serta manusia sebagai warga
negara.

Untuk menciptakan negara yang baik, penyelenggara negara dan warga negara
perlu memahami dan menjalankan etika politik sesuai dengan nilai-nilai dasar yang
disepakati sebagai titik temu dan panduan bangsa yang bersangkutan.

2.2 Prinsip Dasar Etika Politik Pancasila

Pancasila sebagai etika politik maka mempunyai lima prinsip itu berikut ini
disusun menurut pengelompokan Pancasila :
1. Pluralisme

4
Pluralisme adalah kesediaan untuk menerima pluralitas, artinya untuk hidup
dengan positif, damai, toleran, dan biasa/normal bersama warga masyarakat yang
berbeda pandangan hidup, agama, budaya, adat. Pluralisme mengimplikasikan
pengakuan terhadap kebebasan beragama, kebebasan berpikir, kebebasan mencari
informasi, toleransi. Pluralisme memerlukan kematangan kepribadian seseorang
dan sekelompok orang.

2. Hak Asasi Manusia

Jaminan hak-hak asasi manusia adalah bukti Kemanusian yang adil dan beradab.
Karena hak-hak asasi manusia menyatakan bagaimana manusia wajib
diperlakukan dan wajib tidak diperlakukan. Jadi bagaimana manusia harus
diperlakukan agar sesuai dengan martabatnya sebagai manusia. Karena itu, hak-
hak asasi manusia adalah baik mutlak maupun kontekstual dalam pengertian
sebagai berikut :

a) Mutlak karena manusia memilikinya bukan karena pemberian Negara,


masyarakat, melainkan karena pemberian Sang Pencipta .
b) Kontekstual karena baru mempunyai fungsi dan karena itu mulai
disadari, diambang modernitas di mana manusia tidak lagi dilindungi oleh
adat/tradisi, dan seblaiknya diancam oleh Negara modern.

3. Solidaritas Bangsa

Solidaritas bermakna manusia tidak hanya hidup demi diri sendiri, melainkan juga
demi orang lain, bahwa kita bersatu senasib sepenanggungan. Manusia hanya
hidup menurut harkatnya apabila tidak hanya bagi dirinya sendiri, melainkan
menyumbang sesuatu pada hidup manusia-manusia lain. Sosialitas manusia
berkembang secara melingkar yaitu keluarga, kampung, kelompok etnis, kelompok
agama, kebangsaan, solidaritas sebagai manusia. Maka di sini termasuk rasa
kebangsaan. Manusia menjadi seimbang apabila semua lingkaran kesosialan itu
dihayati dalam kaitan dan keterbatasan masing-masing.

4. Demokrasi

Prinsip “kedaulatan rakyat” menyatakan bahwa tak ada manusia atau sebuah elit
atau sekelompok ideologi berhak untuk menentukan dan memaksakan orang lain

5
harus atau boleh hidup. Demokrasi berdasarkan kesadaran bahwa mereka yang
dipimpin berhak menentukan siapa yang memimpin mereka dan kemana mereka
mau dipimpin. Jadi demokrasi memerlukan sebuah system penerjemah kehendak
masyarakat ke dalam tindakan politik. Demokrasi hanya dapat berjalan baik atas
dua dasar yaitu :

a) Pengakuan dan jaminan terhadap HAM; perlindungan terhadap HAM menjadi


prinsip mayoritas tidak menjadi kediktatoran mayoritas.
b) Kekuasaan dijalankan atas dasar, dan dalam ketaatan terhadap hukum (Negara
hukum demokratis). Maka kepastian hukum merupakan unsur harkiki dalam
demokrasi (karena mencegah pemerintah yang sewenang-wenang).

5. Keadilan Sosial

Keadilan merupakan norma moral paling dasar dalam kehidupan masyarakat.


Moralitas masyarakat mulai dengan penolakan terhadap ketidakadilan. Tuntutan
keadilan sosial tidak boleh dipahami secara ideologis, sebagai pelaksanaan ide-ide,
ideologi-ideologi, agama-agama tertentu, keadilan sosial tidak sama dengan
sosialisme. Keadilan sosial adalah keadilan yang terlaksana. Dalam kenyataan,
keadilan sosial diusahakan dengan membongkar ketidakadilan-ketidakadilan yang
ada dalam masyarakat. Ketidakadilan adalah diskriminasi di semua bidang
terhadap perempuan, semua diskriminasi atas dasar ras, suku dan budaya. Untuk
itu tantangan etika politik paling serius di Indonesia sekarang adalah:

a) Kemiskinan, ketidakpedulian dan kekerasan sosial.


b) Ekstremisme ideologis yang anti pluralism, pertama-tama ekstremisme agama
dimana mereka yang merasa tahu kehendak Tuhan merasa berhak juga
memaksakan pendapat mereka pada masyarakat.
c) Korupsi

2.3 Fungsi dan Tugas Etika Politik


Fungsi etika politik dalam masyarakat terbatas pada penyediaan alat-alat teoritis
untuk mempertanyakan serta menjelaskan legitimasi politik (dukungan masyarakat
terhadap sistem politik dan pemerintah) secara bertanggung jawab dan didasarkan
pada aspek yang rasional, objektif dan argumentatif. Tugas etika politik adalah
membantu agar pembahasan masalah-masalah ideologis dapat dijalankan secara

6
objektif dan sebagai pegangan normatif bagi mereka yang ingin menilai kualitas
tatanan kehidupan politik dengan tolak ukur martabat manusia dan legitimasi
moral.

Etika politik dapat membantu usaha aparatur negara untuk membumikan falsafah
dan ideologi negara yang luhur ke dalam realitas politik yang nyata. Etika politik
memberikan landasan normatif bagaimana sebuah negara dikelola demi kebaikan
hidup bersama seluruh masyarakat. Dalam menjalankan kehidupan politik dan
kenegaraan berbasis etika, para pekerja politik dan penyelenggara negara perlu
memahami landasan-landasan normatif yang bersifat umum dan khusus.

Pokok pembahasan etika politik adalah hukum dan kekuasaan negara. Hukum
sebagai lembaga penata masyarakat yang normatif dan kekuasaan sebagai lembaga
penata masyarakat yang berkuasa. Hukum tanpa kekuasaan negara tidak dapat
berbuat apa-apa, sifatnya normatif belaka artinya hukum tidak mempunyai
kemampuan untuk bertindak. Sedangkan kekuasaan negara tanpa hukum adalah
buta, kekuasaan negara yang memakai kekuasaannya tanpa hukum merupakan
negara penindas.

Pokok permasalahan etika politik adalah legitimasi kekuasaan yang dirumuskan


dengan pertanyaan dengan moral apa seseorang atau sekelompok orang memegang
dan menggunakan kekuasaan yang mereka miliki? Betapapun besarnya kekuasaan
seseorang, dia harus berhadapan dengan tuntutan untuk
mempertanggungjawabkannya. Secara etika politik, seorang penguasa yang
sesungguhnya adalah keluhuran budinya.

Legitimasi kekuasaan meliputi :

1. Legitimasi etis yaitu pembenaran wewenang negara (kekuasaan negara


berdasarkan prinsip-prinsip moral) legitimasi etis kekuasaan mempersoalkan
keabsahan kekuasaan politik dari segi norma- norma moral dengan tujuan agar
kekuasaan itu mengarahkan kekuasaan ke pemakaian kebijakan dan cara-cara
yang sesuai dengan tuntutan kemanusiaan yang adil dan beradab.
2. Legitimasi legalitas yaitu keabsahan kekuasaan yang berkaitan dengan fungsi-
fungsi kekuasaan negara dan menuntut fungsi-fungsi kekuasaan negara itu
dilakukan sesuai dengan hukum yang berlaku.

7
2.4 Makna Nilai-Nilai Pancasila Dalam Etika Berpolitik
Pancasila sebagai dasar falsafah bangsa dan Negara yang merupakan satu
kesatuan nilai yang tidak dapat dipisah-pisahkan dengan masing-masing sila-silanya.
Karena jika dilihat satu persatu dari masing-masing sila itu dapat saja ditemukan dalam
kehidupan berbangsa yang lainnya. Namun, makna Pancasila terletak pada nilai-nilai
dari masing-masing sila sebagai satu kesatuan yang tidak bisa ditukar balikan letak dan
susunannya. Untuk memahami dan mendalami nilai-nilai Pancasila dalam etika
berpolitik itu semua terkandung dalam kelima sila Pancasila.

 Ketuhanan Yang Maha Esa

Ketuhanan berasal dari kata Tuhan, sang pencipta seluruh alam. Yang Maha Esa berarti
Maha Tunggal, tidak ada sekutu dalam zat-Nya, sifat-Nya dan perbuatan-Nya. Atas
keyakinan demikianlah, maka Negara Indonesia berdasarkan pada Ketuhanan Yang
Maha Esa, dan Negara memberikan jaminan sesuai dengan keyakinan dan
kepercayaannya untuk beribadat dan beragama. Bagi semua warga tanpa kecuali tidak
boleh ada sikap dan perbuatan yang anti Ketuhanan Yang Maha Esa dan anti
keagamaan. Hal ini diatur dalam UUD 1945 Pasal 29 ayat 1 dan 2.

 Kemanusiaan Yang Adil dan Beradab

Kemanusiaan berasal dari kata manusia, yaitu makhluk yang berbudaya dan memiliki
potensi pikir, rasa, karsa, dan cipta. Dengan akal nuraninya manusia menyadari nilai-
nilai dan norma-norma. Adil berarti wajar, yaitu sepadan dan sesuai dengan hak dan
kewajiban seseorang. Beradab kata pokoknya adalah adab, sinonim dengan sopan,
berbudi luhur dan susila. Beradab artinya berbudi luhur, berkesopanan, dan bersusila.

Hakikatnya terkandung dalam pembukaan UUD 1945 alinea pertama: “Bahwa


sesungguhnya kemerdekaan itu ialah hak segala bangsa dan oleh sebab itu, penjajahan
diatas dunia harus dihapuskan, karena tidak sesuai dengan prikemanusiaan dan
prikeadilan …”. Selanjutnya dijabarkan dalam batang tubuh UUD 1945.

 Persatuan Indonesia
Persatuan berasal dari kata satu, artinya utuh tidak terpecah-pecah. Persatuan
mengandung pengertian bersatunya bermacam-macam corak yang berabeka ragam
menjadi satu kebulatan. Sila Persatuan Indonesia ini mencakup persatuan dalam arti

8
ideologis, politik, ekonomi, social budaya, dan hankam. Hal ini sesuai dengan
pembukaan UUD 1945 alinea keempat, yang berbunyi, “Kemudian dari pada itu untuk
membentuk suatu pemerintahan negara Indonesia yang melindungi segenap bangsa
Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia …”. Selanjutnya lihat batang tubuh
UUD 1945.

 Kerakyatan Yang Dipimpin oleh Hikmat Kebijaksanaan dalam


permusyarawatan/Perwakilan
Kata rakyat yang menjadi dasar Kerakyatan, yaitu sekelompok manusia yang berdiam
dalam satu wilayah tertentu. Sila ini bermaksud bahwa Indonesia menganut system
demokrasi, baik secara langsung maupun tidak langsung. Hal ini berarti bahwa
kekuasaan tertinggi berada ditangan rakyat. Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat
kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan berarti bahwa rakyat dalam
melaksanakan tugas kekuasaannya ikut dalam pengambilan keputusan-keputusan.

Sebagaimana dinyatakan dalam Pembukaan UUD 1945 alinea keempat, yaitu, “…


maka disusunlah kemerdekaan kebangsaan Indonesia, yang berkedaulatan rakyat …”.
Selanjutnya lihat dalam pokok pasal-pasal UUD 1945.

 Keadilan Sosial bagi Seluruh Rakyat Indonesia


Keadilan sosial berarti keadilan yang berlaku dalam masyarakat disegala bidang
kehidupan, baik materiil maupun spiritual. Seluruh rakyat berarti semua warga Negara
Indonesia baik yang tinggal didalam negeri maupun yang di luar negeri. Hakikat
keadilan social bagi seluruh rakyat Indonesia dinyatakan dalam alinea kedua
Pembukaan UUD 1945, yaitu “Dan perjuangan kemerdekaan kebangsaan Indonesia …
Negara Indonesia yang merdeka, bersatu, berdaulat, adil dan makmur”.

Selanjutnya dijabarkan dalam pasal-pasal UUD 1945. Pola pikir untuk membangun
kehidupan berpolitik yang murni dan jernih mutlak dilakukan sesuai dengan kelima
sila yang telah dijabarkan diatas.

Yang mana dalam berpolitik harus bertumpu pada Ketuhanan Yang Maha Esa,
Kemanusiaan yang adil dan beradab, persatuan Indonesia, Kerakyatan Yang Dipimpin
oleh Hikmat Kebijaksanaan dalam permusyarawatan/Perwakilan dan dengan penuh
keadilan social bagi seluruh rakyat Indonesia tampa pandang bulu.

Nilai-nilai Pancasila tersebut mutlak harus dimiliki oleh setiap penguasa yang berkuasa
mengatur pemerintahan, agar tidak menyebabkan berbagai penyimpangan seperti yang

9
sering terjadi dewasa ini. Seperti tindak pidana korupsi, kolusi dan nepotisme,
penyuapan, pembunuhan, terorisme, dan penyalahgunaan narkotika sampai
perselingkuhan dikalangan elit politik yang menjadi momok masyarakat.

10
BAB III

PENUTUP
A. KESIMPULAN
Etika Politik Pancasila adalah cabang dari filsafat politik Pancasila yang menilai baik
dan buruknya perbuatan atau perilaku politik berdasarkan Filsafat Politik Pancasila.
Peran etika politik Pancasila sangat dibutuhkan dalam menangani pelanggaran-
pelanggaran etika politik di Indonesia, karena etika politik pancasila mampu
mendeteksi adanya gejala- gejala awal dari pelanggaran terhadap filsafat politik
pancasila. Merealisasikan filsafat Politik secara benar yang dibuktikan dengan tetap
berpegang pada etika politik dalam pengertiannya yang ilmiah itu sungguh tidak
mudah, dan oleh karenanya harus selalu diupayakan.

B. SARAN
Kita sebagai para generasi muda sebagai pemegang estafet kepemimpinan
bangsa harus mencerminkan cita-cita pendidikan yang diharapkan dan dapat
mengimplementasikan nilai-nilai pancasila khususnya nilai persatuan
Indonesia dalam kehidupannya. Para generasi muda juga harus
menumbuhkan kesadaran masyarakat tentang pentingnya penanaman nilai-
nilai pancasila khususnya nilai persatuan Indonesia. Kita juga harus
menanamkan etika dan moral dalam berpolitik dan menanamkan nilai-nilai
Pancasila dalam etika berpolitik.

11
DAFTAR PUSTAKA

https://dheameiranin.wordpress.com/silabus/pendidikan-pancasila/pancasila-sebagai-
etika-politik/ Diakses tanggal 13 Oktober 2019

https://www.gurupendidikan.co.id/pancasila-sebagai-etika-politik-dalam-berbangsa/
Diakses tanggal 13 Oktober 2019

12

Anda mungkin juga menyukai