Anda di halaman 1dari 29

I.

Pengantar Ilmu Hukum


a. Merupakan suatu mata pelajaran yang menjadi pengantar dan petunjuk
jalan bagi siapa saja yang ingin mempelajari Ilmu Hukum, yang ternyata
sangat luas ruang lingkupnya, mereka tidak akan mungkin memahami
dengan baik mengenai berbagai cabang ilmu tanpa menguasai mata
pelajaran P.I.H. terlebih dahulu;
b. Sebagai suatu pelajaran P.I.H. memberikan dan menanamkan
pengertian dasar mengenai arti, permasalahan dan persoalan-persoalan
di bidang hukum sehingga ia menjadi mata pelajaran utama yang harus
dikuasai oleh mereka yang ingin mendalami ilmu hukum;
c. Memberikan gambaran-gambaran dan dasar-dasar yang jelas mengenai
sendi-sendi utama hukum itu sendiri, berbeda dengan cabang-cabang
ilmu hukum lainnya. Maka P.I.H. mempunyai cara pendekatan yang
khusus ialah memberikan pandangan hukum secara umum.
d. Ilmu Hukum oleh Cross :
Mendefinisikan bahwa ilmu hukum adalah segala pengetahuan hukum
yang mempelajari hukum dalam segala bentuk dan manivestasinya
e. Purnadi Purbocoroko dan Suryiono Sukanto dalam bukunya
“ Perihal Kaedah Hukum”, menyebutkan bahwa Ilmu Hukum
mencakup:
1. Ilmu tentang kaidah atau “norus wisseuschaft” atau “sallen
wisseuschaft” yaitu ilmu yang mempelajari/ menelaah hukum
sebagai kaidah atau sistem kaidah-kaidah dengan dogmatik
hukum dan sistematik hukum;
2. Ilmu Pengertian yakni ilmu tentang pengertian–pengertian pokok
dalam hukum, seperti misalnya subyek hukum, hak & kewajiban,
peristiwa hukum, hubungan hukum dan obyek hukum;
3. Ilmu tentang kenyataan atau Tatsachen wisseuschaft atau Sein
wisseuschaft, yang menyoroti hukum sebagai perilaku,
sikap tindak, yang antara lain mencakup sosiologi hukum,
antropologi hukum, psikologi hukum, perbandingan hukum dam
sejarah hukum
II. Peran dan Fungsi Hukum
Peranan Hukum dalam masyarakat
- Pada awal pertama manusia mempunyai sifat ”Homo Homini Lopus” yang
artinya manusia berusaha mengalahkan manusia yang lain → ( Thomas
Hobber )
- Disisi lain manusia pada hakekatnya disamping sebagai mahluk individu
juga sebagai mahluk sosial
- Sebagai mahluk pribadi atau sebagai mahluk sosial manusia tidak selalu
menyadari bahwa dalam hidupnya ia sebenarnya berperilaku menurut
pola tertentu dan hal ini bisa dimengerti sejak keberadaan manusia sudah
berada dalam pola tertentu dengan cara mencontoh, pendidikan atau
berdasarkan petunjuk-petunjuk.
- Setelah sadar bahwa manusia sejak lahir hingga meninggal selalu hidup
bersama-sama dengan manusia yang lain karena satu sama lain saling
membutuhkan.
- Dalam hidup menurut pola tertentu, manusia mengharapkan kebutuhan dasar
yang harus dipenuhi secara lahiriah dan batiniyah.
Kebutuhan dasar menurut A Maslow adalah :
a. Pangan d. Keselamatan/ Kedamaian
b. Sandang e. Harga diri dan Cinta Kasih
c. Papan
- Disinilah keluasan filosof Yunani yang bernama Aristoteles yang menyatakan
manusia adalah Zoom Politicon artinya manusia disamping sebagai mahluk
pribadi juga mahluk social.
- Manusia untuk mempengaruhi kebutuhan dalam masyarakat jelas mengadakan
hubungan (hak & kewajiban) kalau ada 2 manusia atau lebih yang masing-masing
menjadi pendukung kepentingan mengadakan hubungan, maka bertemulah 2 atau
lebih kepentingan itu satu sama lain. Pertemuan kepentingan itu disebut Kontrak
- Ada 2 macam Kontak ;
1. Kontak yang menyenangkan; kalau kepentingan yang bertemu saling
memenuhi
Contoh : Pasal 1513 KUHPerdata (Penjual) dan
Pasal 1474 KUHPerdata (Pembeli),
2. Kontak yang tidak menyenangkan : kalau kepentingan yang bertemu
bersaing (pelamar, pemilik & pencuri)
- Untuk mengatur bermacam-macam kontrak perlu adanya Tata Tertib,
supaya menusia tersebut dalam bermasyarakat dapat memenuhi kebutuhan
tanpa melanggar kebutuhan manusia atau sesama yang lain.
- Tata Tertib atau aturan-aturan dapat disebut dengan Norma atau Kaidah.
Kaidah sendiri ada 4 (empat), yaitu : - Agama
- Kesusilaan
- Kesopanan
- Hukum
- Peranan Hukum :
Hukum mempunyai peranan yang penting sekali agar masyarakat dapat
hidup “ aman, tentram, damai, adil dan makmur”. Khususnya didalam
penentuan hak dan kewajiban serta perlindungan kepentingan sosial dan
para individu. Peranan ini disini tercermin lebih nyata bekerjanya hukum
ditengah-tengah kehidupan bermasyarakat.
Sebagai suatu contoh : Manusia untuk mencapai tujuan dalam
melaksanakan kepentingan ada yang melakukan hubungan hukum &
perbuatan hukum, peranan hukum dalam hubungan hukum, perbuatan
hukum, karena sejak dilahirkan, manusia itu sebagai pendukung hak dari
segala benda yang ada disekelilingnya yang menjadi obyek dari pada hak
itu.
Peranan hukum yang tak terhingga ragamnya itu dikemukakan dalam
beberapa contoh dalam kehidupan manusia sehari-hari sebagai berikut:
- Dalam Bidang Keluarga
a. Antara seorang laki-laki dan perempuan yang hidup
bersama sebagai suami-isteri yang mengikatkan diri dalam
perkawinan → UU No. 1 tahun 1974;
b. Pencatatan kelahiran anak, tentang pencatatan
perceraian, dan kematian pada Kantor Catatan Sipil;
c. Hak & Kewajiban antara orang tua dan anak
- Dalam Hubungan Kerja
a. UU Perburuhan ( UU No. 8 tahun 1961 )
b. Saksi ahli dalam bidang hukum pidana
c. Upah buruh
- Didalam menjalankan pekerjaan/ profesi
a. Pegawai Negeri Sipil/ ABRI
b. Menyimpan rahasia kedokteran PP. No.10 tahun 1966 tgl 21 Mei
1966, L N 1966 No. 2
c. Seorang Advokat/pengacara Reglement opde Rechtelijke Organisatie en
het beleid der Justitie in Indonesie (Sib No. 23 Jo. Sib 1948 No. 47).
III. Tujuan Hukum

Dalam fungsinya sebagai perlindungan manusia hukum mempunyai


tujuan artinya mempunyai sasaran yang hendak dicapai.Adapun tujuan
pokok hukum adalah “menciptakan tatanan masyarakat yang tertib,
menciptakan ketertiban dan keseimbangan”. Dengan tercapainya
ketertiban di dalam masyarakat di harapkan kepentingan manusia akan
terlindungi. Dalam mencapai tujuannya itu hukum bertugas membagi
hak dan kewajiban antara perseorangan dalam masyarakat, membagi
wewenang dan mengatur cara memecahkan masalah hukum serta
memelihara kepastian hukum. Judikus Metokusumo, Mengenal
Hukum, 1986, hal 55).
Berbagai pakar di bidang Hukum maupun di bidang ilmu sosial lainnya
mengemukakan pendaptnya masing-masing tentang tujuan hukum,
sesuai dengan titik tolak serta sudut pandang mereka. Namun dari
keseluruhan pendapat tentang apa yang merupakan tujuan hukum,
dapat diklasifikasikan ke dalam 3 aliraan konvensional masing –masing
:
1. Theori Etis.
Menurut teori etis hukum semata-mata bertujuan tentang isi hukum
ditentukan oleh keyakinan kita yang etis tentang adil atau tidak. Menurut
hukum ini hukum bertujuan merealisir atau mewujudkan keadilan.
Tentang isi keadilan sukar memberikan bahasannya. Menurut “Aristoteles”
membedakan ada 2 (dua) macam keadilan yaitu :
a. Justitia Distributiva
Menuntut bahwa setiap orang mendapatkan apa yang menjadi haknya
“Suum Cuique Tribuere” ( to each his own) haknya ini tidak sama untuk setiap
orangnya tergantung pada : kekayaan, kelahiran, pendidikan,
kemampuan, dsb; sifatnya proposional justitia distributiva ini
merupakan kewajiban pemerintah terhadap warganya, menentukan apa
yang dapat dituntut oleh warga masyarakat, justitia distributiva ini
merupakan kewajiban pembentukan undang-undang untuk diperhatikan
dalam penyusunan UU. Keadilan ini memberikan kepada orang
menuntut jasa & kemampuannya. Disini bukan kesamaan yang dituntut
tetapi perimbangan.
Contoh : Pasal 30 ayat 1 UUD’45 yang bunyinya tiap-tiap warga
negara berhak dan wajib ikut serta dalam usaha pembelaan
negara.Pasal 6 ayat 1 UUD’45 : Presiden ialah orang
Indonesia asli
b. Justitia Commutativa
memberikan kepada setiap orang sama banyaknya. Disini yang dituntut
adalah kesamaan, yang adil ialah apabila setiap orang diperlakukan sama
tanpa memandang kedudukan, dsb.
Perbandingan :

Jusititia Distributiva Justitia Commutativa


Urusan Pembentukan UU Hakim
Sifat Proposional Kesamaan
Menurut Prof. Van Apeldaarn teori etis ini berat sebelah, karena
ia melebih-lebihkan kadar keadilan hukum, sebab ia tak cukup
memperhatikankeadaan sebenarnya. Hukum menetapkan
peraturan-peraturan umum yang menjadi petunjuk untuk orang-
orang dalam pergaulan masyarakat. Jika hukum semata-mata
menghendaki keadilan, jadi semata-mata mempunyai tujuan
memberi tiap-tiap orang yang patut diterimanya, maka ia tak dapat
membentuk peraturan umum.
Jika tak peraturan umum berarti ketidaktentuan, mengenai apa yang
disebut adil atau tidak adil, dan jika ketidaktentuan inilah yang selalu
akan menyebabkan perselisihan antar anggota masyarakat, dan
justru menjadi penyebab keadaan tidak teratur dan tentunya tidak
tertib hukum.
Dengan demikian hukum harus menentukan peraturan umum,
harus menyamaratakan. Tetapi keadilan melarang menyamaratakan,
keadilan menuntut supaya setiap perkara harus ditimbang sendiri
yang mana ini merupakan tugas hakim.
2. Theori Utilitis ( Eudaemonistis) → dengan tujuan Kemanfaatannya.
Menurut teori ini hukum ingin menjamin kebahagiaan yang sebesar-
besarnya bagi manusia dalam jumlah yang sebanyak-banyaknya ( the
grestest good of the greates number),. Pada hakekatnya menurut Jeremi
Benthamteori ini tujuan hukum adalah menfaat dalam menghasilkan
kesenangan atau kebahagiaan yang terbesar bagi jumlah orang
terbanyak. Kepastian melalui hukum perseorangan merupakan utama
daripada hukum. Padahal apa yang berfaedah bagi orang yang satu,
mungkin merugikan orang lain.
Pendapat Jeremi Bentham “dititik beratkan pada hal-hal yang
berfaedah dan bersifat umum, namun tidak memperhatikan unsur
keadilan”.
Sebaliknya menurut Mr. J.H.P. Bellefroid dalam bukunya “Inleiding
tot de Rechtswetens chap in Nederland” isi hukum harus ditentukan
menurut dua asas yaitu asas keadilan dan faedah/ manfaat.
3. Theori Yuridis → Dogmatik dengan kepastian hukumnya
Aliran ini bersumber dari pemikiran Pasitivis di dunia hukum yang
cenderung melihat hukum sebagai suatu yang otonom, mandiri, karena
bagi penganut pemikiran ini, hukum tidak laij hanya kumpulan aturan.
Bagi penganut aliran ini, tujuan hukum tidak lain dari sekedar
menjamin terwujudnya Kepastian Hukum. Bagi penganut aliran ini,
kepastian hukm ini diwujudkan oleh hukum dengan sifatnya yang
hanya membuat suatu aturan hukum.
Contoh : Barang siapa mengambil barang milik orang lain dengan
maksud ingin memiliki dengan cara melawan hak, dapat
dihukum ......................... ( Pasal 362 KUHPid).
Perkataan “barang siapa” pada pasal itu menunjukan pengaturannya
yang bersifat umum. Sifat umum dari aturan-aturan hukum
membuktikan bahwa hukum tidak bertujuan untuk mewujudkan
keadilan atau manfaat melainkan semata-mata untuk Kepastian.
Menurut penganut teori ini meskipun aturan hukum atau penerapan
hukum terasa tidak adil atau tidak memberikan manfaat yang besar bagi
mayoritas warga masyarakat, hal itu tidak menjadi soal, asalkan
kepastian hukum terwujud. Hukum identik dengan kepastian.
Bagi penganut aliran ini “Tujuan Hukum” yang tertuang dalam
rumusan aturan tadi merupakan “kepastian” yang harus diwujudkan
atau tepatnya “Janji Hukum” adalah sesuatu yang “seharusnya” →
Ingat bahwa apa yang seharusnya (Sallen) belum tentu. Hal tersebut
aturan hukum dibuat dan diterapkan oleh manusia yang terpengaruh
dengan berbagai aspek kemanusiaan, faktor manusia dalam
penerapnnya memberikan porsi keadilan maupun kemanfaatannya
secara kasukitis
4. Tujuan Hukum menurut Pakar hukum di Indonesia
a. Menurut Mochtar Kusuma Atmaja
Tujuan pokok dan pertama dari hukum adalah ketertiban. Kebutuhan
akan ketertiban ini syarat pokok (Fundamental) bagi adanya suatu
masyarakat manusia yang teratur, disamping ketertiban tujuan lain dari
hukum adalah tercapainya keadilan yang berbeda-beda isi dan
ukurannya menurut masyarakat dan zamannya.
b. Menurut Prof. Subekti, SH
Hukum itu mengabdi pada Tujuan Negara yaitu “mendatangkan
kemakmuran dari kebahagiaan para rakyatnya” dalam mengabdi
kepada tujuan negara dengan menyelenggarakan keadilan dan
ketertiban.
c. Menurut Pendapat Achmad Ali, kedua aliran tersebut disebut aliran
konvensional yang ekstrem dan sangat sulit untuk di anut dalam
masyarakat hukum yang kompleks ini.
Menurut Achmad Ali, tujuan hukum dapat dikaji melalui 3 sudut
pandangan antara lain :
1. Dari sudut pandang Ilmu Hukum positif – normatif atau
Yuridis – dogmatik, unsur tujuan hukum dititik beratkan pada
segi Kepastian Hukum.
2. Dari sudut pandang Filasfat Hukum, dominan tujuan hukum
dititik beratkan pada segi Keadilan.
3. Dari sudut pandang Sosiologi Hukum, tujuan hukum dititik
beratkan pada segi Manfaatnya.
Menurut apa yang sebenarnya yang dinamakan tiga nilai dasar hukum
oleh Radbruch dapat disebut sebagai tujuan hukum dalam makna
yang lain adalah:
a. Keadilan
b. Kemanfaatan
c. Kepastian
Secara khusus masing-masing bidang hukum mempunyai tujuan yang
spesifik. Contohnya adalah Hukum Pidana dan Hukum Perdata.
IV. Fungsi Hukum

Fungsi Hukum menurut Joseph Raz


Untuk mencapai tujuannya, hukum harus difungsikan menurut
fungsi-fungsi tertentu. Apkah fungsi dari hukum? Jawabnya
tergantung yang ingin kita capaiapa, karena fungsi hukum itu luas,
tergantung tujuan-tujuan hukm umum dan tujuan yang khusus dan
seyogyanya hukum dilaksanakan dalam rangka pencapaian tujuan
yang dimaksudkan.
Menurut Joseph Raz : melihat fungsi hukum sebagai fungsi sosial
yang dibedakannya hukum ke dalam :
a. Fungsi Langsung
b. Fungsi tidak Langsung
A. Fungsi Langsung
a. Fungsi langsung yang bersifat primer, mencakup :
1 ). Pencegahan perbuatan tertentu dan mendorong dilahirkannya
perbuatan tertentu
2). Penyediaan fasilitas bagi renca-rencana privat
3). Penyediaan servis dan pembagian kembali
barang-barang
4). Penyelesaian perselisihan di luar jalur reguler
b. Fungsi langsung yang bersifat sekunder, mencakup :
1). Prosedur bagi perubahan hukum
2). Prosedur bagi pelaksanaan hukum
B. Fungsi Tidak Langsung
Adalah memperkuat atau memperlemah kecenderungan untuk
menghargai nilai-nilai moral tertentu, contoh :
1. Kesucian hidup
2. Memperkuat atau memperlemah
penghargaan terhadap aturan umum
3. Mempengaruhi perasaan kesatuan nasional
4. Dsb
Sedangkan menurut “Achmad Ali” Fungsi hukum dibedakan menjadi:
1. Fungsi hukum sebagai “a tool social control ( Law is a tool of
social control)”
Menurut Ronny Hantijo Sumitro Kontrol Sosial merupakan aspek
normatif dari kehidupan sosial atau dapat disebut sebagai pemberi
definisi dari tingkah laku yang menyimpang serta akibat-akibatnya,
seperti larangan-larangan, tuntutan-tuntutan pendanaan dan pemberi
ganti rugi.
Dari Prof. Ronny Hantijo Sumitro kita dapat menagkap “isyarat”
bahwa hukum bukan satu-satunya alat pengendali atau pengontrol
sosial. Hukum hanya sebagai salah satu kontrol sosial di dalam
masyarakat. Jadi fungsi hukum sebagai alat pengendali sosial dapat
diterangkan sebagai fungsi hukum untuk menetapkan tingkah laku
mana yang dianggap merupakan penyimpangan terhadap aturan
hukum dan apa sanksi atau tindakan yang dilakukan oleh hukum jika
terjadi penyimpangan tersebut.
Sehingga Ronny menjelaskan :
Tingkah laku yang menyimpang merupakan tindakan yang tergantung pada
kontrol sosial. Ini berarti kontrol sosial menentukan tingkah laku bagaimana
yang merupakan tingkah laku yang menyimpang. Maka tergantung tingkah
laku itu pada kontrol sosial makin berat nilai penyimpangan pelakunya. Berat
ringannya tingkah laku menyimpang tergantung : dari masing-masing
masyarakat berbeda kuantitas sanksi terhadap suatu penyimpangan tertentu
terhadap hukum.
Contoh : “ hukuman bagi perintah
Hukum Islam → lebih ringan
KUH Pidana → lebih ringan
Dengan demikian jika dilihat dari uraian diatas jika fungsi hukum sebagai
pengendalian sosial
a. Fungsi hukum sebagai alat pengendalian sosial, tidaklah sendirian di
dalam masyarakat, melainkan fungsi itu bersama-sama dengan pranata-
pranata sosial lainnya yang juga melakukan fungsi pengendalian sosial.
b. Fungsi hukum sebagai alat pengendalian sosial merupakan fungsi
“pasif ”disini artinya hukum-hukum menyesuaikan diri dengan
kenyataan masyarakat.
2. Fungsi hukum sebagai “a tool of sosial Engineering” ( Law is a tool
sosial engineering)
a. Konsep hukum sebagai “a tool of sosial engineering” dianggap
suatu konsep yang netral, yang dicetuskan oleh Rascae Pound.
b. Konsep “a tool of sosial engineering” ada yang diajarkan oleh
aliran Historis dari Frederich Karl Von Savigny”.

Aliran historisnya Savigny mengatakan “das recht wird nicht Gemacht


es ist Undwird mit dem Valke” artinya hukum itu tidak dibuat tetapi ada
dan berkembang bersama-sama ditengah-tengah masyarakat karena
hukum itu sendiri sebagai jiwa masyarakat (Valkgist), hal ini diperjelas
dengan adeguim “Ubi Sacietas ibi uis” (dimana ada masyarakat disitu ada
hukum) maksudnya, hukum pada awalnya lahir dari kebiasaan dan
kesadaran hukum masyarakat, kemudian dari putusan hakim, tetapi
bagaimanapun juga diciptakan oleh kekuatan-kekuatan dari dalam yang
bekerja secara diam-diam dan tidak oleh kemauan dari badan legeslatif.
Konsep hukum ini jika dikaitkan dengan masyarakat yang masih
sederhana memang masih tepat hukum kebiasaan menonjol pada
masyarakat yang sederhana disini hukum sebagai gejala sosial.
Menurut Scholten : Undang-undang adalah sebagian dari hukum dan
tidak semua yang tergantung dalam UU adalah hukum.
Contoh :
1. Barang siapa yang memperlihatkan gambar atau alat
kontrasepsi kepada masyarakat belum berumur 17 tahun,
sesuatu gambar atau sesuatu cara yang dipergunakan untuk
mencegah atau mengganggu hamil, dihukum penjara
sebanyak-banyaknya Rp. 9.000,-
2. Pasal 530 KUH Pidana
Pemuka agama yang melakukan sesuatu upacara agama dalam
menikahkan orang yang hanya boleh dinikahkan di muka
pejabat burgelijk staad (BS). Sebelum kedua belah pihak
menyatakan bahwa mereka telah kawin dihadapan pejabat
dihukum denda sebanyak-banyaknya Rp. 4.500,-
Ini sebagai bukti bahwa tidak semua yang tertuang dalam UU adalah Hukum.
Berhadapan dengan aliran historis ini, maka Roscoe Pound mengemukakan konsep
“a Tool of Social Engineering” yang memberikan dasar bagi kemungkinan
digunakannya hukuman secara sadar untuk mengadakan perubahan masyarakat.
Pengertian “a Toll Social Engineering” oleh Sarjono Soekamto adalah
Hukum sebagai alat untuk mengubah masyarakat dalam arti bahwa hukum
mungkin digunakan sebagai alat oleh Agent of Change. Dan agent of change atau
pelopor perubahan adalah seseorang atau sekelompok orang yang mendapatkan
kepercayaan dari masyarakat sebagai pemimpin atau lebih lembaga-lembaga
masyarakat. Pelopor perubahan memimpin masyarakat dalam tekanan-tekanan
untuk mengadakan perubahan , dan bahkan mungkin menyebabkan perubahan-
perubahan pula pada lembaga-lembaga kemasyarakatan lainnya. Suatu perubahan
sosial yang dikehendaki atau direncanakan selalu berada di bawah pengendalian
serta pengawasan pelopor perubahan tersebut.
Cara untuk mempengaruhi masyarakat dengan sistem yang teratur dan
direncanakan terlebih dahulu dinamakan “Sosial Engineering” atau “planning”.
Tentunya sebelum menggunakan hukum sebagai “a Tool social Engineering”, harus
diperhatikan berbagai aspek non hukum agar nantinya peraturan hukum yang
dibuat dan dipergunakan itu dapat mencapai tujuan yang menjadi sasarannya.
Kalau tidak, mungkin hal sebaliknya yang bakal terjadi.
3. Fungsi hukum sebagai Simbol.
L.B. Curzon yang dimaksud simbolis :
Simbolis itu mencakupi proses-proses dalam mana seseorang
menerjemahkan atau menggambarkan atau mengartikan dalam
suatu istilah yang sederhana tentang perhubungan sosial serta
fenomena lainnya yang timbul dari interaksinya dengan orang lain.
“Involves the process where by persons cosider in simple term the social relation
ships and other phenomena arising from their interaction”
Contoh : seseorang yang mengambil barang milik orang lain
dengan maksud memiliki dengan jalan melawan
hukum, oleh hukum pidana disimbolkan sebagai
Tindakan Pencurian.
4. Fungsi hukum sebagai alat Politik
Hukum dan politik sulit dipisahkan, khususnya hukum tertulis mempunyai
kaitan langsung dengan negara. Bahwa pemisahan politik secara tegas
sebagaimana dituntut ajaran murni tentang hukum, hanya berkaitan dengan
ilmu hukum, dan bukan dengan obyeknya yaitu hukum. Dengan tegas
dikatakan hukum tidak dapat dipisahkan dengan politik.
Demikian juga pendapat lain yang manyatakan hukum tidak mungkin
dipisahkan dengan politik. Terutama pada masyarakat yang sedang
membangun, dimana pembangunan tidak lain merupakan keputusan politik,
sedangkan pembangunan jelas membutuhkan legalitas dari sektor hukum
Mac Iver, melihat bahwa dalam negara ada 2 (dua) jenis hukum, yaitu :
(1). Ada hukum yang mengemudikan negara ;
(2). Ada hukum yang digunakan negara sebagai alat untuk memerintah.
Hukum yang mengendalikan negara adalah hukum konstitusi, sedang yang
lainnya untuk kepentingan pembedaan, kita sebut “ hukum biasa (ordinary
law)”.
5. Fungsi Hukum sebagai Mekanisme Integrasi
Setiap manusia mempunyai kepentingan, kadang-kadang kepentingannya
selaras namun kadang karena kepentingan yang berbeda menimbulkan
konflik. Untuk menyelesaiakan konflik, ada yang berpendapat hukum itu
hanya berfungsi untuk menyelesaiakan konflik, hal tersebut adalah tidak
benar, karena hukum berfungsi :
a. sebelum terjadinya konflik ;
b. sesudah terjadinya konflik.
Atau dapat dikatakan ada 2 (dua) jenis penerapan hukum, yaitu :
a. Penerapan hukum dalam hal tidak ada konflik ;
contoh : dalam hal jual beli barang, si penjual menyerahkan barangnya
sedangkan si pembeli telah membayar harga barang secara
lunas.
b. Penerapan hukum dalam hal terjadi konflik ;
contoh : barang yang telah dijual belum diserahkan kepada pembeli,
sedang pembeli tidak mau membayar lunas harga barangnya
Hal tersebut menunjukkan hukum berfungsi sebagai “mekanisme
untuk melakukan integrasi” terhadap berbagai kepentingan warga
masyarakat, baik tidak ada konflik maupun setelah/waktu terjadi
konflik dalam masyarakat, namun bukan hanya hukum satu-satunya
sarana pengintegrasi, melainkan masih terhadap sarana pengintegarsi
lain, seperti : kaidah agama, kaidah moral, dsb.
V. ASAS HUKUM DAN SISTEM HUKUM

I. ASAS HUKUM
Tentang batasan asas hukum ada berbagai pendapat yang dikemukakan
oleh beberapa ahli hukum antara lain :
a. Pendapat Bellefroid :
Asas hukum umum adalah norma dasar yang dijabarkan dari hukum
positif dan oleh ilmu hukum tidak dianggap berasal dari aturan-aturan
yang lebih umum. Asas hukum umum merupakan pengendapan dari
hukum positif.
b. Pendapat P. Scholten :
Asas hukum adalah kecenderungan-kecenderungan yang diisyaratkan
oleh pandangan kesusilaan kita pada hukum dan merupakan sifat-sifat
umum dengan keterbatasannya sebagai pembawaan yang umum itu,
tetapi harus ada.
c. Pendapat Eikema Hommes :
Asas hukum bukanlah norma-norma hukum konkrit tetapi sebagai
dasar-dasar pikiran umum atau petunjuk bagi hukum yang berlaku.
Asas hukum adalah dasar-dasar atau petunjuk arah dalam pembentuk
hukum positif
d. Pendapat Satjipto Raharjo :
Asas hukum adalah unsur yang penting dan pokok dari peraturan
hukum. Asas hukum adalah jantungnya peraturan hukum karena ia
merupakan landasan paling luas bagi lahirnya peraturan hukum atau ia
adalah “rasio legisnya peraturan hukum dan pada akhirnya peraturan-
peraturan hukum itu harus dikendalikan kepada asas tersebut”

Anda mungkin juga menyukai