Anda di halaman 1dari 6

Asuhan Keperawatan dengan Penyalahgunaan NAPZA

A. Kasus
AN berusia 17 tahun merupakan anak bungsu dari empat bersaudara. Orangtua berpisah sejak 2009
saat AN duduk dikelaas empat sekolah dasar. AN dibesarkan dalam keluarga yang brokenhome
(bercerai) sementara bapak bekerja sebagai pegawai Negeri Sipil dan ibu wiraswasta. Sejak
orangtua berpisah AN kehilangan figur dan sosok seorang bapak sehingga tumbuh dan besar tanpa
pengawasan orangtua dan menjadikan AN anak yang sulit diatur. AN mengenal dan memulai
merokok saat kelas dua sekolah menengah pertama kemudia berlanjut dikelas tidak mencoba obat-
obatan dan alkohol. Penggunaan obat-obatan dilakukan secara bersamaan dengan jarum suntik.
Sebelum menggunakan NAPZA. AN adalah anak yang aktif dan sering terlibat dalam kegiatan
ekstrakurikuler seperti olahraga basket tetapi jarang melaksanakan ibadah. Setelah menggunakan
NAPZA berubah menjadi anak yang sangat tertutup dan pendiam,menjadi malas ke sekolah ,sering
berbohong dan malas untuk belajar sehingga banyak mata pelajaran yang tidak tuntas dan
berpengaruh pada nilai hasil belajarnya serta semakin jauh dari agama.

B. Pengkajian
Pendekatan komprehensif pada pengkajian pemakaian zat adalah hal penting untuk memastikan
intervensi yang adekuat dan tepat. Tiga area penting untuk dikaji adalah riwayat pemakaian zat
pasien sebelumnya, riwayat medis dan psikiatrik, serta adanya masalah psikososial.
1. Riwayat pemakaian zat sebelumnya
Riwayat pemakaian zat pasien sebelumnya secara saksama harus diketahui untuk memastikan
kemungkinan toleransi, ketergantungan fisik, atau sindrom putus zat. Pertanyaan berikut
membantu dalam menemukan pola perilaku pemakaian zat.
- Berapa banyak zat yang digunakan pasien secara simultan (pernyalahgunaan polizat
atau pemakaian simultan banyak zat) sebelumnya?
- Seberapa sering, beberapa sering, berapa banyak, dan kapan pasien pertama kali memakai
zat tersebut?
- Apakah ada riwayat pingsan, delirium, atau kejang?
- Apakah ada riwayat sindrom putus zat, overdosis, dan komplikasi akibat pemakaian zat
sebelumnya?
- Apakah pasien pernah diterapi di klinik penyalahgunaan alcohol atau obat?
- Apakah pasien pernah ditahan akibat DUI atau dituntut dengan tuduhan criminal saat
memakai obat atau alcohol
- Apakah ada riwayat pemakai obat atau alcohol dalam keluarga?
2. Riwayat medis dan psikiatrik
Riwayat medis pasien adalah area penting lain untuk pengkajian dan harus mencakup adanya
kondisi fisik atau mental penyerta (mis., HIV, hepatitis, sirosis, varises esofaguus, pankreatitis,
gastritis, sindrom Wernicke-Korsakoff, depresi, skizofrenia, ansietas, atau gangguan
kepribadian). Tanyakan tentang obat resep dan obat bebas serta apakah ada alergi atau
sensitivitas terhadap obat. Tinjauan singkat status mental pasien juga signifikan.
- Apakah ada riwayat penganiayaan (fisik atau seksual) atau kekerasan dalam keluarga?
- Apakah pasien pernah mencoba untuk melakukan bunuh diri?
- Apakah pasien saat ini mempunyai keinginan bunuh diri atau pembunuhan?
3. Isu Psikososial
Informasi tentang tingkat stress pasien dan masalah psikososial lain dapat membantu dalam
pengkajian masalah pemakaian zat.
- Apakah pemakaian zat pasien memengaruhi kemampuannya untuk mempertahankan
sebuah pekerjaan?
- Apakah pemakaian zat pasien memengaruhi hubungan dengan pasangan , keluarga,
teman, atau rekan kerja?
- Bagaimana biasanya pasien menghadapi stress?
- Apakah pasien mempunyai system dukungan yang membantu pada saat dibutuhkan?
- Bagaimana pasien mengisi waktu lunganya?
4. Alat Skrining
Beberapa alat skrining seperti Michigan Alcohol Screening Test (MAST), Brief Drug Abuse
Screening Tes (B-DAST) dan kuesioner CAGE dapat membantu perawat menentukan derajat
keparahan penyalahgunaan atau ketergantungan zat. Alat skrining tersebut memberikan
metode yang mudah, singkat, dan tidak menghakimi untuk memastikan pola perilaku
penyalahgunaan zat.
a) Michigan Alcohol Screening Test (MAST) Versi Singkat adalah kuesioner berisi 10
pertanyaan, dikotomi, dan dikerjakan sendiri yang membutuhkan waktu 10 hingga 15
menit untuk menyelesaikannya. Jawabannya untuk 3 pertanyaan atau lebih menunjukkan
sebuah pola penyalahgunaan alcohol yang secara potensial berbahaya.
b) Kuesioner CAGE lebih bermanfaat ketika pasien tidak dapat mengenali dirinya mempunyai
masalah alcohol atau tidak nyaman mengakuinya. Kuesioner ini dirancang menjadi laporan
mandiri perilaku minum atau dapat dilakukan oleh professional. Satu respons afirmatif
menunjukkan kebutuhan untuk diskusi lanjutan dan tidak lanjut. Dua atau lebih jawaban
ya menunjukkan suatu masalah dengan alcohol yang mungkin membutuhkan penanganan.
- Apakah anda pernah merasa harus mengurangi (cut down) mabuk anda?
- Apakah orang mengganggu (annoyed) anda dengan mengkritik mabuk anda?
- Apakah anda pernah merasa buruk atau bersalah (guilty) tentang mabuk anda?
- Apakah anda pernah mabuk sebagai hal pertama yang anda lakukan di pagi hari (“eye-
opener”) untuk menenangkan saraf anda atau menghilangan efek kemudian?
c) Brief-Drug Abuse Screening (B-DAST) adalah kuesioner ya/tidak yang diisi sendiri yang
berguna dalam mengenali orang yang kemungkinan kecanduan obat selain alcohol. Sebuah
respons positif terhadap satu pertanyaan atau lebih menunjukkan masalag penyalahgunaan
obat yang signifikan dan membutuhkan evaluasi lanjutan. Karena alat laporan mandiri
tidak selalu dijawab secara jujur, semua pasien yang diketahui positif kecanduan obat harus
dievaluasi menurut kriteria diagnostic lain.
5. Alat pengkajian putus zat
Beberapa perangkat pengkajian tersedia untuk menentukan keparahan gejala putus zat dan
mengindikasikan kebutuhan pengobatan farmakologis untuk mengatasi gejala putus zat.
Contoh alat pengkajian putus zat adalah Clinical Insitute Withdrawal Assessment (CIWA-Ar)
yang telah direvisi dan Clinical Opiat Withdrawal Scale (COWS)
- Clinical Institute Withdrawal Assessment of Alcohol-Revised (CIWA-Ar) digunakan secara
luas di tatanan klinik dan penelitian untuk pengkajian awal dan pemantaun berkelanjutan
tanda dan gejala putus alcohol. Skala CIWA-Ar adalah sebuah alat pengkajian 10 item
yang tervalidasi yang dapat digunakan untuk memantau dan mengobati pasien yang sedang
mengalami putus alcohol. CIWA-Ar mengkaji beberapa gejala putus alcohol dan
dihasilkan pada sebuha nilai yang digunakan untuk mengarahkan pemberian
benzodiazepine atau obat lain untuk meredakan gejala terkait putus zat dan mencegah
kejang. Nilai 8 atau kurang berhubungan dengan gejala putus zat ringan. Nilai 9-15
menunjukkan putus zat sedang, sementara nilai 15 atau lebih menunjukkan putus zat berat
dan peningkatan risiko delirium tremens dan kejang.
- Clinical Opieat Withdrawal Scale (COWS) menilai sebelas tanda atau gejala umum putus
zat opiate. Jumlah nilai total 11 item dapat digunakan untuk mengkaji intensitas putus zat
opiate dan menetukan seberapa hebat ketergantungan fisik pasien terhadap opioid, nilai
kurang dari 12 pada COWS menunjukkan gejala putus opiate ringan atau tidak ada gejala
sedangkan nilai 13 atau lebih menunjukkan gejala putus opiate sedang hingga berat.
C. Diagnosa Keperawatan
1. Hambatan penyesuaian individu berhubungan dengan penyalahgunaan zat
2. Disfungsi Proses Keluarga berhubungan dengan penyalahgunaan zat
3. Pelemahan koping keluarga berhubungan dengan disorganisasi keluarga
4. Risiko infeksi berhubungan dengan ditandai dengan : imunosupresi, gangguan integritas kulit

D. Intervensi

No
Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi Keperawatan
Dx
1 Setelah dilakukan intervensi 1. Berikan pasien tanggung jawab terhadap
keperawatan selama 3x24 jam masalah perilakunya (sendiri)
Gangguan penyesuaian individu dapat 2. Komunikasi harapan bahwa pasien dapat
teratasi dengan kriteria hasil : tetap mengontrol (perilakunya)
3. Tahan diri dari mendebat atau melakukan
1. Melakukan peran sesuai
tawar menawar (pada pasien) untuk
harapan sepenuhnya adekuat
menetapkan batasan (perilaku)
2. Penampilan perilaku peran 4. Tingkatkan aktivitas fisik dengan cara
dalam masyarakat sepenuhnya yang tepat
adekuat 5. Turunkan (motivasi) perilaku pasif-

3. Penampilan peran perilaku agresif

dalam pertemanan 6. Berikan penghargaan apabila pasien dapat


sepenuhnya adekuat mengntrol diri
2 Setelah dilakukan intervensi Dukungan Keluarga (7140) :
keperawatan selama 3x24 jam masalah 1. Nilailah reaksi emosi keluarga terhadap
disfungsi proses orang tua dapat kondisi pasien
teratasi yang dibuktikan dengan pasien 2. Dengarkan kekhawatrian, perasaan dan
menunjukkan : pertanyaan dari keluarga
Dukungan Keluarga Selama 3. Fasiltasi komunikasi akan
Perawaan (2609) : kekhawatiran/perasaan anatara pasien dan
- Anggota keluarga memberikan keluarga tingkatkan hubungan saling
dorongan kepada anggota keluarga percaya dengan keluarga
yang sakit 4. Identifikasi sifat dukungan spiritual bagi
- Anggota keluarga memberikan keluarga
sentuhan menghibur untuk anggota 5. Berikan sumber spiritual untuk keluarga
keluarga yang sakit 6. Bantu anggota keluarga dalam
- Mendapatkan dukungan siritual mengidentifikasi dan memecahkan konflik
untuk anggota keluarga yang sakit keluarga
Keparahan Ketagihan Zat (2108): Perawatan Penggunaan Zat Terlarang
• - Tidak ada perilaku mencari zat (4510)
• - Tidak mendambakan adanya zat 1. Bantu pasien dalam mengembangkan diri,
• - Tidak ada kadar alkohol dalam darah mendorong upaya positif dan motivasi
• - Tidak ada kadar zat dalam darah 2. Dorong keluarga untuk berpartisipasi
• - Tidak ada kadar zat dalam urin dalam upaya pemulihan
3. Pantau penyakit menular (mis HIV/AIDS,
TBC Hepatitis B & C)
4. Pantau penggunaan narkoba selama
pengobatan
5. Bantu pasien dalam mengembangkan
mekanisme kopin yang efektif dan sehat
6. Instruksikan pada pasien mengeni tanda
atau perilaku yang meningkatkan
kemungkinan kambuh (mis depresi,
ketidakjujuranm kelelahan)
7. Kembangkan rencana untuk pencegahan
kekambuhan (promosi kesehatan)
3 Setelah dilakukan tindakan Peningkatan Keterlibatan Keluarga :
keperawatan daalam 3x24 jam  Bangun hubungan pribadi dengan pasien
masalah pelemahan koping keluarga dan keluarga yang akan terlibat dalam
dapat teratasi dengan kriteria hasil : perawatan
Dukungan keluarga selama perawatan:  Identifikasi harapan anggota keluarga
 Anggota keluarga mempertahankan untuk pasien
komunikasi dengan anggota  Dorong anggota keluarga dan pasien untuk
keluarga yang sakit membantu menjalankan rencana
 Anggota keluarga memberikan keperawatan
dorongan kepada anggota keluarga  Monitor keterlibatan anggota keluarga
yang sakit dalam perawatan pasien
Dukungan Keluarga :

 Nilailah reaksi emosional keluarga


terhadap kondisi pasien
 Identifikasi sifat dukunagn spiritual bagi
keluarga
 Libatkan anggota keluarga dalam membuat
keputusan mengenai perawatan pasien
 Berikan informasi kepada keluarga terkait
perkembangan pasien

Anda mungkin juga menyukai