Anda di halaman 1dari 3

JURNAL 3

KAJIAN KONTROVERSI PENGARUH EPISIOTOMI DAN NON


EPISIOTOMI PADA PERSALINAN

1. ABSTRAK

a) Pada bagian ini, sudah dijelaskan secara rinci mengenai episiotomi, juga
membahas secara umum tentang indikasi serta resiko jika dilakukannya
episiotomi dan bagaimana pengaruh yang ditimbulkan jika melakukan non
episiotomi pada persalinan

b) Pada jurnal ini menggunakan bilingual (dua bahasa) dimana bahasa inggris
digunakan pada bagian abstrak, pada bagian lainnya menggunakan bahasa
indonesia. Bahasa inggris yang digunakan mudah dimengerti dan tidak
bertele-tele, sehingga tidak membutuhkan waktu yang lama dalam menelaah
jurnal pada bagian ini

2. PENDAHULUAN

a) Bagian pendahuluan disajikan dengan penjelasan secara garis besar mengenai


persalinan dan secara khusus mengenai tindakan episiotomi dalam persalinan.

b) Bagian pendahuluan ini disertai dengan data kuantitatif untuk menjelaskan


persentase intensitas dilakukannya episiotomi di beberapa tahun

3. METODE
a) Pada jurnal ini tidak terlalu diperinci mengenai metode yang digunakan, namun
sedikit dijelaskan mengenai proses pengambilan sampel data kuantitatif dengan
cara purposive sampling

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

a) Pada bagian ini dijelaskan berdasarkan analisis jurnal terakreditasi menyatakan


bahwa tindakan episiotomi tidak dianjurkan kecuali jika terdapat indikasi yang
mengharuskan untuk melakukan tindakan tersebut
b) Pada bagian ini juga diperjelas dengan data hasil penelitian di beberapa negara

5. SIMPULAN DAN SARAN


a) Pada bagian ini saling memiliki relevansi dimana kesimpulannya episiotomi tidak
dianjurkan dilakukan pada proses persalinan kecuali jika adanya indikasi yang
mengharuskan tindakan tersebut, sehingga diperoleh saran agar tidak sering
melakukan episiotomi pada bumil agar tidak muncul resiko yang tentunya
berbahaya bagi klien

JURNAL 4

PERAN BIDAN DALAM KEWENANGAN TINDAKAN EPISIOTOMI YANG


DIPERLUAS PADA PRAKTEK SWASTA MANDIRI DAN KLINIK
BERSALIN

1. ABSTRAK

a) Pada bagian ini dijelaskan secara singkat, padat, dan jelas mengenai tugas utama
bidan untuk mengurangi AKI/AKB dan kaitannya dengan Permenkes yang justru
membatasi kewenangan bidan terhadap kegawatdaruratan pada ibu bersalin di
BPM

b) Bahasa yang disampaikan ringan dan disertai dengan pertanyaan secara garis
besar untuk memperjelas benang merah masalah yang dibahas pada jurnal ini

2. PENDAHULUAN

a) Bagian ini dipaparkan dengan jelas mengenai Permenkes yang tidak mendukung
peran dan tugas utama bidan, terutama bidan yang bertugas di BPM dan klinik
bersalin yang butuh akan perlindungan hukum atas tindakan pada
kegawatdaruratan ibu bersalin

b) Bagian ini juga disertai dengan data kuantitatif mengenai AKB/AKI pada
beberapa tahun untuk memperkuat penjelasan dari masalah

3. PERMASALAHAN DAN PEMBAHASAN


a) Pada bagian permasalahan, dipertanyakan secara detail mengenai ketentuan
hukum kepada bidan yang berwenang melakukan tindakan episiotomi yang
diperluas dan penjahitan luka jalan lahir di praktek mandiri dan klinik bersalin

b) Pada bagian pembahasan dijelaskan secara rinci mengenai implementasi


kewenangan bidan dan relevansinya dengan Permenkes yang mengatur
kewenangan bidan tersebut

4. PENUTUP

a) Pada bagian ini dijelaskan bahwa kewenangan bidan di BPM dan klinik bersalin
dalam melakukan tindakan episiotomi yang diperluas sekaligus penjahitan luka
jalan lahir pada penyulit persalinan normal tidak diatur. Dengan kata lain, pada
BPM, bidan boleh melakukan tindakan diluar kewenangan demi menyelamatkan
janin dan ibu dari kematian, dengan syarat adanya persetujuan dari pasien dan
keluarga

Anda mungkin juga menyukai