Anda di halaman 1dari 24

LAPORAN PENDAHULUAN HEPATOMA DAN ASUHAN

KEPERAWATAN PADA NY Y DENGAN HEPATOMA

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Laporan Individu Praktek Profesi


Keperawatan Departemen Keperawatan Medikal Bedah
Di Ruang 28 RSUD DR Saiful Anwar Malang

Oleh:

Nama : Putria Marta Al Ahda

NIM : P17212195007

PRODI PROFESI KEPERAWATAN MALANG

JURUSAN KEPERAWATAN

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES MALANG


TAHUN AJARAN 2019/2020
LAPORAN PENDAHULUAN HEPATOMA

A. DEFINISI
Hepatoma (Karsinoma Hepatoseluler) adalah kanker yang berasal dari sel-sel hati.
Hepatoma merupakan kanker hati primer yang paling sering ditemukan. Karsinoma
fibrolamelar merupakan jenis hepatoma yang jarang, yang biasanya mengenai dewasa
muda. Penyebabnya bukan sirosis, infeksi hepatitis B atau C maupun faktor resiko lain
yang tidak diketahui. Hepatoma adalah kanker hati primer dapat timbul dari hepatosit (sel
hati), jaringan penyambung, pembuluh darah, empedu., (Ester, 2002).
Hepatoma atau Karsinoma hepatoseluler (hepatocellular carcinoma=HCC)
merupakan tumor ganas hati primer yang berasal dari hepatosit, (Sudoyo, 2007).
Hepatocellular Carcinoma (HCC) atau disebut juga hepatoma atau kanker hati primer atau
Karsinoma Hepato Selular (KHS) adalah satu dari jenis kanker yang berasal dari sel hati,
(Misnadiarly, 2007). Hepatoma(karsitoma hepatoseluler) adalah kanker yang berasal dari
hepatosit (karsitoma hepatoseluler) atau dari duktus empedu (kolangio karsinoma),
(Corwin, 2009).

B. ETIOLOGI
Penyakit pasti dari hepatoma masih belum diketahui tetapi terdapat data penting
predisposisi penyebab utama dari hepatoma ,yaitu serosi hepatis. Kondisi sirosis hepatis
biasanya berhubungan dengan hepatitis B,hepatitis C,hemokromatosis aflatoxin,dan
penyebab lain.
Secara umum,setiap etiologi sirosis merupakan faktor resiko utama untuk hepatocellilar
carcinoma. Sekitar 80% dari pasien denga hepatocellular carcinoma baru didiagnosis sirosis
telah ada sebelumnya. Penyebab utama sirosis diamerika serikat disebabkan infeksi
hepatitis C,alkohol dan infeksi hepatitis B (El-serag 2004).
1. Sirosis hati (pengerasan hati)
Secara umum, sirosis manapun adalah faktor risiko utama untuk kanker hati. Sekitar 80
persen pasien dengan kanker hati sebelumnya telah didiagnosis sirosis hati.
2. Virus hepatitis B
Hepatisis B merupakan penyebab paling umum kanker hati di seluruh dunia. Virus
hepatitis B dapat menyebabkan kanker hati karena adanya kombinasi peradangan kronis
dan integrasi genom virus ke dalam DNA pasien. Pasien hapatitis B dapat meningkatkan
kasus kanker hari hingga 1000 kali lipat.
3. Virus Hepatitis C
Virus hepatitis C telah menjadi penyebab paling umum kanker hati di Jepang dan
Eropa, dan juga bertanggung jawab atas meningkatnya kejadian kanker hati baru-baru
ini di Amerika Serikat.
Risiko kanker hati seumur hidup dari pasien hepatitis C adalah 5 persen, dan terjadi
setelah 30 tahun terinfeksi. Dan penelitian terbaru menunjukkan bahwa pengobatan
antiviral infeksi hepatitis C kronis dapat mengurangi risiko kanker hati secara signifikan.
4. Alkohol
Di Amerika Serikat, sekitar 30 persen kasus kanker hati dianggap berhubungan
dengan konsumsi alkohol yang berlebihan. Pecinta alkohol yang minum lebih dari 80
g/d atau elbih dari 6 sampai 7 gelas per hari, dapat meningkatkan risiko kanker hati
hingga 5 kali lipat.Risiko kanker hati lebih besar terjadi setelah pasien berhenti minum
alkohol, karena peminum berat tidak bertahan cukup lama untuk mengembangkan
kanker.
5. Aflatoksin
Karsinogen hati ini adalah hasil dari kontaminasi jamur pada bahan makanan di
Afrika dan Asia Tenggara. Hal ini menyebabkan kerusakan DNA dan mutasi gen p53.
Biasanya aflatoksin terdapat pada kacang - kacangan atau makanan yang disimpan
dalam waktu lama.
6. Hemochromatosis
Hemochromatosis merupakan kelainan metabolisme besi yang ditandai dengan
adanya pengendapan besi secara berlebihan di dalam jaringan. Pasien dengan
hemochromatosis, meningkatkan risiko kanker hati sebesar 30 persen.
7. Komplikasi penyakit lain
Adanya komplikasi seperti sirosis empedu primer, steroid androgenik, kolangitis
sclerosing primer, dan kontrasepsi oral dapat meningkat risiko kanker hati.
C. KLASIFIKASI
Sistem TNM (tumor, nodul, metastasis) sementara ini yang dijadikan yang diterima
secara luas adalah benar - benar hanya berguna pada pasien yang menjalani bedah
reseksi. Oleh karena sebagian besar pasien unresectable dengan prognosis benar-
benar tergantung pada keberadaan fungsi hati dari pada ukuran tumor. Beberapa
sistem stadium telah dievaluasi klinis yang menggabungkan fitur dari hati dan
pasien seperti asites, keterlibatan vena porta dan status performa.
Stadium Hepatoma
1. Stadium I : Satu fokal tumor berdiameter < 3 cm
2. Stadium II : Satu fokal tumor berdiameter > 3 cm. Tumor terbatas pada segment
I atau multi-fokal tumor terbatas pada lobus kanan atau lobus kiri hati.
3. Stadium III : Tumor pada segment I meluas ke lobus kiri (segment IV) atau ke
lobus kanan segment V dan VIII atau tumor dengan invasi peripheral ke sistem
pembuluh darah (vascular) atau pembuluh empedu (biliary duct) tetapi hanya
terbatas pada lobus kanan atau lobus kiri hati.
4. Stadium IV : Multi-fokal atau diffuse tumor yang mengenai lobus kanan dan
lobus kiri hati atau tumor dengan invasi ke dalam pembuluh darah hati (intra
hepaticvaskuler ) ataupun pembuluh empedu (biliary duct) atau tumor dengan
invasi ke pembuluh darah di luar hati (extra hepatic vessel) seperti pembuluh
darah vena limpa (vena lienalis) atau vena cava inferior atau adanya metastase
keluar dari hati (extra hepatic metastase).
Tabel stadium hepatoma dengan menggunakan sistem TNM
Tumor Primer Kelenjar getah Metastatis
bening KGB jauh
Regional N (M)
Tx Tumor primer tidak dapat dinilai N0 Menunjukan M0. Tidak ada
T1 Tumor soliter tanpa invanasi
tidak ada metastatis jauh
vaskular
keterlibatan
T2 Tumor soliter dengan invasi
KGB
vaskular atau beberapa tumor tidak
lebih dari 5cm
T3 Tumor multiprl lebih dari 5cm atau N1 Menunjukan M1. Ada
tumor yang melinatkan cabang keterlibatan metastatis jauh
utama dari portal atau vena KGB
hepatika.
T4 Tumor multipel dengan invasi
langsung organ yang berdekatan
selain kantong empedu atau dengan
perforasi peritoneum viseral
( Amerika cancer society,2008)
Tabel pengelompokan stadium
Stadium TNM
Stadium I T1 N0 M0
Stadium II T2 N0 M0
Stadium III A T3 N0 M0
Stadium III B T4 N0 M0
Stadium III C Tx N1 N0
Stadium IV a Setiap T Setiap N M1a
Stadium IV b Setiap T Setiap N M1b
( Amerika cancer society,2008)

D. TANDA DAN GEJALA


Pada tahap awal hepatoma tidak memberi gejala dan tanda klinik. Pada stadium
lanjut mungkin bisa didapatkan gejala dan tanda-tanda seperti:
1. Penurunan berat badan
2. Anoreksia dan anemia
3. Nyeri abdomen disertai dengan pembesaran hati yang cepat serta permukaan
yang teraba ireguler pada palpasi.
4. Kehilangan nafsu makan
5. Mudah capek dan merasa lelah
6. Asites pada abdomen
Asites timbul setelah nodul tersebut menyumbat vena portal atau bila jaringan
tumor tertanam dalam rongga peritoneal
7. Kulit dan matanya kelihatan kuning
Gejala ikterus hanya tejadi jika sluran empedu yang besar tersumbat oleh
tekanan nodul malignan dalam hilus hati.
8. Kotorannya berwarna putih

E. PATOFISIOLOGI
Hepatocellular carcinoma (HCC) adalah tumor ganas asal hepatoseluler
yang berkembang pada pasaien dengan factor resiko seperti hepatitis virus,
penyalahgunaan alkohol, dan penyakit hati metabolik. Penyakit ini juga dapat
terjadi (jarang) pada pasien dengan parenkim hari normal.
HCC dapat mengalami perdarahan dan nekrosis karena kurangnya stroma fibrosa.
Invasi vascular, terutama dalam system portal. Invasi sistem bilier kurang umum.
Agresif HCC dapat menyebabkan rupture (pecah) dan hemaperitoneum hepatika.
Ada tiga pola pertumbuhan yang ditunjukan oleh HCC:
1. Masa soliter.
2. Multifocal atau pola nodular.
3. Multiple difus dengan pola nodular.
Secara mikroskopis, sel-sel HCC menyerupai hepatosit normal dan dapat
membingungkan dengan adenoma sel hati. Tumor yang lebih berbeda dapat
menghasilkan empedu. HCC dapat menghasilkan alfa-fetoprotein (AFP), serta
protein serum lainnya.
PATHWAY

Hepatitis B Hepatitis B Sirosis hati Bahan kimia

Hepatoma

h
Terdapat nodul maligna dalam hilus
hati h
Kerusakakan sel hepar

Pembengakakan hepar
Penekanan hepar Nyeri
Bendungan vena porta

Penyumbatan vena porta Gg metabolisme protein t Metabolisme bilirubun Metbolisme karbihidrat

Asites edema
t
sintesa fibrinogen Hiperbilirubinemia Glikogen Vitamin A
Hipertensi portal Sintesis Albumin
protrombin Ekspansi paru
Penekanan pada
a Hipoalbumin Glikogenolisis
Garam empedu Pigmen Penurunan
Asites lambung
empedu ketajamn visus
a sesak Glukosa
Tekanan osmotik pembekuan darah
Mual muntah dalam darah Gg penglihatan
Kelebihan volume Gatal Ikterik
Pola nafas tidak berkurang
cairan Cairan ekstra seluler Risiko tinggi cidera
Penurunan intake efektif Lelah Risiko tinggi cidera
Risiko tinggi Perubahan
kerusakan penampilan
Penekana diafragma Penekanan
integritas kulis Intoleransi
diafragma
Ketidakseimbangan Gg. Citra tubuh aktifitas
nutrisi : kurang dari
kebutuhan
F. KOMPLIKASI
1. Asites
2. Perdarahan saluran cerna bagian atas
3. Ensefalopati hepatika
4. Sindrom hepatorenal
Sindrom hepatorenal adalah suatu keadaan pada pasien dengan hepatitis kronik,
kegagalan fungsi hati, hipertensi portal, yang ditandai dengan gangguan fungsi
ginjal dan sirkulasi darah Sindrom ini mempunyai risiko kematian yang tinggi.

G. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Pemeriksaan bilirubin total, aspartate aminotransferase (AST), fosfatase alkali,
albumin, dan waktu prothrombin menunjukan hasil yang konsisten dengan
sirosis.
2. Alpha-fetoprotein (AFP) meningkat pada 75% kasus.
3. Radiografi.
a. Foto toraks, dilakukan untuk mendeteksi adanya metastasis paru.
b. CT Scan. Dilakukan untuk pasien Hepatocelullar carcinoma karena
meningkatnya AFP. Setiap tes memiliki 70-80% kesempatan untuk
menemukan lesi soliter.
c. MRI dapat mendeteksi lesi lebih dan juga dapat digunakan untuk
menetukan aliran dalam vena vortal.
d. USG untuk mencari tanda-tanda sirosis dalam atau pada permukaan hati.
e. Biopsi. Biopsi sering diperlukan untuk membuat diagnosis. Secara umum,
core biopsi lebih disukai dari biopsi jarum halus. Biopsi umumnya
diperoleh melalui perkutaneus dibawah bimbingan ultrasonographic atau
CT. sebelum mendapatkan biopsy, paracentesis volume besar mungkin
berguna pada pasien dengan asites massif; selain itu, transfuse trombosit
mungkin diperlukan pada pasien dengan sirosis dengan trombositopenia
berat (<50.000). Resiko pendarahan tidak berkolerasi dengan peningkatan
dalam waktu prothombin.

H. PENATALAKSANAAN MEDIS
Penatalaksanaan terhadap pasien Hepatoma terdiri dari pembedahan, kemoterapi,
terapi radiasi. (Suratun, 2010).
1. Pembedahan
Pembedahan adalah satu-satunya penanganan kuratif potensial untuk pasien
kanker hati. sayangnya hanya 25% pasien yang memenuhi kriteria untuk reseksi
hati. Reseksi hepatik melibatkan subkostal bilateral maupun insisi
torakoabdominal. Setelah insisi, terdapat empat teknik reseksi yang diketahui
yaitu lobektomi kanan dan kiri, trisegmenteknomi dan segmentektomi lateral,
segmen-segmen lateral meliputi pengangkatan bagian luar lobus kiri.
Trisegmentektomi adalah pengangkatan lobus kanan dan bagian dalam lobus
kiri.
Terdapat tiga macam terapi bedah, yaitu:
a. Hepatektomi Parsial.
Di Amerika Serikat, resksi mungkin hanya 5% dari pasien. Secara umum,
Hepatocellular carcinoma memiliki lesi soliter pada sebagian lobus hati
sehingga dengan intervensi hepatektomi parsial pada sebagian lobus hati
memberikan hasil terbaik untuk optimalisasi fungsi hati yang tersisa
(Poon,2001).
b. Transplantasi.
Banyak pasien tidak dicalonkan pada hepaktetomi parsial karena luasnya
penyakit hati. Beberapa pasien ini baik kandidat untuk transplantasi hati
karena memiliki potensi untuk menghilangkan kanker, menyembuhkan
penyakit hati yang mendasari (Bruix,2005).
2. Kemoterapi
Kemoterapi regional meliputi penginfusan agens yang sangat dimetabolisasi
oleh hari melalui arteri hepatik.Ini sangat meningkatkan dosis obat yang
diberikan ke tumor, tetapi meminimalkan efek samping sisterik. Kemoterapi
intra arterial dapat diberikan melalui kateter sementara yang dipasang ke dalam
arteri aksilaatau femoralis. Komplikasi metode ini meliputi trombosis hepatik
dan arteri intraabdomenlain, perubahan posisi kateter, sepsis dan hemoragi.
Obat juga dapat diberikan melalui pompa yang dapat ditanam, yang
memberikan keuntungan dengan membuat pasien tetap dapat berjalan dan
menurunkan komplikasi terkait kateter. Agens yang digunakan paling sering
untuk kemoterapi intraarterial adalah flokuridin (FUDR) dan 5-FU. Obat lain
yang digunakan meliputi sisplatin, doksorubisin, mitomisin-C, dan
diklorometotrekstat.
3. Terapi Radiasi
Meskipun kanker hati diyakini sebagai tumor tumor radiosensitive, penggunaan
terapi radiasi dibatasi oleh intoleransi relative parenkim normal. Semua hati
akan metoleransi 3000cGy. Pada dosis ini insidensi hepatitis radiasi adalah 5%
sampai 10%. Pengobatan atau remisi jangka panjang kanker hati memerlukan
dosis lebih tinggi secara signifikan.
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
1. Pengkajian
a. Riwayat Kesehatan
Keluhan utama : Adanya pembesaran hepar yang dirasakan semakin mengganggu
sehingga bisa menimbulkan keluhan sesak napas yang dirasakan semakin berat
disamping itu disertai nyeri abdomen.
1) Riwayat Penyakit sekarang
Riwayat penyakit sekarang dapat diperoleh melalui orang lain atau dengan klien itu
sendiri.
2) Riwayat Penyakit Dahulu
Riwayat penyakit dahulu dikaji untuk mendapatkan data mengenai penyakit yang
pernah diderita oleh klien.
3) Riwayat Penyakit Keluarga
Riwayat penyakit keluarga dikaji untuk mengetahui data mengenai penyakit yang
pernah dialami ol eh anggota keluarga.
b. Pemeriksaan Fisik: Data Fokus
Pengkajian yang dilakukan pada pasien dengan hepatoma menurut Suratun (2010)
sebagai berikut:
a. Kaji adanya keluhan kelemahan, kelelahan, dan malaise.
b. Kaji riwayat mengkonsumsi alkohol, jika ya tanyakan berapa banyak dalam sehari
dan sudah berapa lama.
c. Kaji riwayat penggunaan obat-obatan yang kemungkinan dapat mempengaruhi
fungsi hati.
d. Kaji riwayat penyakit hepatitis, penyakit empedu, trauma hati, perdarahan
gastrointestinal.
e. Kaji adanya ketidaknyamanan; nyeri tekan abdomen pada kuadran kanan atas dan
menyebar ke skapula.
f. Kaji status nutrisi klien; anoreksia, mual, muntah, penurunan berat badan, edema,
ikterik.
g. Kaji kebutuhan cairan; klien mengalami muntah, kulit kering, turgor kulit buruk,
diare, dan terjadi asite.
h. Kaji eliminasi klien; klien sering mengalami diare.
Pemeriksaan fisik, survey umum bisa terlihat sakit ringan, gelisah sampai sangat
lemah.TTV biasa normal atau bisa didapatkan perubahan, seperti takikardia dan
peningkatan pernapasan.
Pada pemerikasaan fisik fokus akan didapatkan:
1. Inspeksi : ikterus merupakan tanda khas, terutama pada sclera. Pasien terlihat
kelelahan (fatigue), asites, edema perifer, dan didapatkan perdarahan dari muntah
(hematemesis) dan melena.
2. Auskultasi : biasanya bising usus normal.
3. Perkusi : nyeri ketuk pada kuadran kanan atas.
4. Palpasi : hepatosplenomegali. Nyeri palpasi kuadran kanan atas mungkin ada.
c. Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan darah, untuk memeriksa afp (alfa fetoprotein), yaitu jenis protein yang
dihasilkan tumor hati.
2. Pemindaian citra (imaging scan) dengan MRI atau CT scan
3. Biopsy, yaitu mengambil sampel jaringan tumor untuk dianalisa untuk menentukan
apakah tumor tersebut ganas (cancerous) atau jinak (non-cancerous).

I. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Pola nafas tidak efektif berhubungan posisi tubuh yang menghambat ekspansi paru
2. Intoleransi aktifitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara suplai dan
kebutuhan oksigen
3. Defisit nutrisi berhubungan dengan ketidakmampuan mengabsorbsi nutrien
4. Kesiapan peningkatan keseimbangan cairan berhubungan dengan terapi deuratik,
muntah, hypokalemia, penurunan intake cairan oral.
5. Gangguan citra tubuh berhubungan dengan penyakit
G. RENCANA KEPERAWATAN
NO DIAGNOSA RENCANA KEPERAWATAN
KEPERAWATAN TUJUAN DAN INTERVENSI RASIONAL

KRITERIA HASIL
1 Pola Nafas tidak Setelah dilakukan tindakan Manajemen jalan nafas 1. Merangsang fungsi
efektif keperawatan selama 1. Monitor pola nafas pernafasan/ekspansi paru
Definisi : ....X24jam pasien (frekuensi, kedalaman,
Inspirasi dan atau menunjukkan pola nafas, usaha nafas)
ekspirasi yang tidak ditandai dengan : 2. Perubahan pola nafas dapat
memberikan ventilasi Pola napas 2. Monitor suara nafas terjadi akibat stres fisiologi
adekuat. - Tekanan inspirasi cukup tambahan
meningkat 3. Dapat meningkatkan pola
Penyebab : - Dyspnea menurun nafas
- Depresi pusat - Penggunaan otot bantu 3. Posisikan semifowler
pernafasan menurun atau fowler
- Hambatan upaya - Ortopnea cukup menurun 4. Meningkatkan gerakan sekret
nafas (misalnya : - Frekuensi nafas membaik ke jalan nafas, sehingga mudah
nyeri saat bernafas, - Kedalaman nafas dikeluarkan
kelemahan otot membaik 4. Lakukan fisioterapi
- Deformitas dinding - Ekspansi dada membaik dada, jika perlu
dada 5. Memaksimalkan bernafas
- Deformitas tulang dengan meningkatkan suplai
dada O2.
- Gangguan 6. Meningkatkan gerakan sekret
neuromuskuler ke jalan nafas, sehingga mudah
- Gangguan 5. Berikan oksigen, jika di keluarkan
neurologis perlu
- Imaturitas neurologi
- Penurunan energi
- Obesitas
- Posisi tubuh yang 6. Ajarkan tehnik batuk
menghambat efektif
ekspansi paru

Gejala :
Subjektif:
- Dyspnea
- Ortopnea
Objektif :
- Penggunaan otot
pernafasan tambahan
- Fase ekspirasi
memanjang
- Pola napas abnormal
- Pernafasan pursed-
lip
- Kapasitas vital
menurun
- Pernapasan cuping
hidung

2 Intoleransi aktifitas Setelah dilakukan tindakan Manajemen energi 1. Untuk mengetahui tingkat
Definisi : keperawatan selama 1. Monitor kelelahan fisik ketergantungan kliendalam
Ketidakcukupan ....X24jam pasien dan emosional memenuhi kebutuhannya
energi untuk menunjukkan bertoleransi
melakukan aktivitas terhadap aktivitas, ditandai 2. Istirahat dapat menurunkan
sehari-hari dengan : kebutuhan oksigen
Intoleransi aktivitas
Penyebab : - Frekuensi nadi meningkat 2. Monitor pola dan jam
- Ketidakseimbangan - Saturasi oksigen tidur 3. ROM membantu
antara suplai dan meningkat mempertahankan mobilitas
kebutuhan oksigen - Kekuatan tubuh sendi
- Tirah baring meningkat
- Kelemahan - Keluhan lelah menurun 4. Meningkatkan aktivitas secara
- Imobilitas - Diyspnea saat/setelah 3. Lakukan rentang gerak bertahap dapat memperbaiki
- Gaya hidup aktivitas menurun aktif/pasif . tonus otot
mononton - Tekanan darah membaik

Gejala : 4. Ajarkan aktivitas secara


Subyektif : bertahap
- Mengeluh lelah
- Dyspnea saat/setelah
aktivitas
- Merasa tidak
nyaman setelah
aktivitas
Obyektif :
- Frekuensi jantung
meningkat
- Tekanan darah
meningkat
- Gambaran EKG
menunjukan aritmia
saat/setelah aktivitas
- Sianosis
3 Defisit Nutrisi Setelah diberikan asuhan Manajemen nutrisi 1. Untuk mengetahui kekurangan
keperawatan … x 24 jam 1. Identifikasi status nutrisi nutrisi pasien
Definisi : diharpkan pemenuhan
Asupan nutrisi tidak nutrisi adekuat, dengan
cukup untuk kriteria hasil: 2. Identifikasi kebutuhan 2. Membantu dalam
memenuhi kebutuhan kalori dan jenis nutrien mengidentifikasi malnutrisi,
metabolisme a. Status nutrisi khususnya apabila BB kurang
- Porsi makanan yang dari normal
Penyebab : dihabiskan meningkat
- Ketidakmampuan - Serum albumin meningkat
menelan makanan - Pengetahuan tentang
- Ketidakmampuan standar nutrisi yang tepat 3. Monitor berat badan 3. Pentingnya makanan dalam
mencerna makanan meningkat proses penyembuhan
- Ketidakmampuan - Indek massa tubuh
mengabsorbsi membaik
nutrien - Frekuensi makan
- Peningkatan membaik 4. Sajikan makanan selagi 4. Untuk meningkatkan selera
kebutuhan - Bising usus cukup hangat makan pasien
metabolisme membaik
- Nafsu makan membaik 5. Kolaborasi pemberian 5. Untuk mrmpercepat proses
Gejala : - Membran mukosa medikasi sebelum penyembuhan
Subyektif : - membaik makan
Obyektif :
- BB menurun b. Eliminasi fekal Promosi berat badan 6. Agar dilakukan intervensi
- Bising usus - Kontrol pengeluaran feses 6. Monitor adanya mual pemberian makanan datau obat-
hiperaktif cukup meningkat dan muntah obatan pada pasien
- Membran mukosa - Mengejan saat defekasi
pucat menurun
- Serum albumin - Keluhan saat defekasi
turun lama menurun
- Diare - Konsistensi feses
membaik
- Frekuensi defekasi
membaik

c. Fungsi gastrointetinal
- Mual menurun
- Muntah menurun
- Dispepsia menurun
- Darah pada feses
menurun
- Warna feses membaik
- Frekuensi BAB membaik
4 Kesiapan Setelah diberikan asuhan Manajemen Cairan
peningkatan keperawatan … x 24 jam 1. Monitor BB harian 1. Mengkaji adanya retensi cairan
keseimbangan cairan diharpkan pemenuhan
Definisi : cairan adekuat, dengan 2. Pantau intake output 2. Menunjukan status volume
Pola ekuilibrium kriteria hasil: sirkulasi,terjadinya/perpindahan
antara volume cairan a. Keseimbangan Cairan cairan, dan respon terhadap
dan komposisi antara - Asupan cairan meningkat terapi.
volume cairan dan - Haluaran urine
kimia cairan tubuh meningkat 3. Kolaborasi pemberian 3. Untuk mengontrol edema dan
yang cukup untuk - Membran mukosa anti diuretik, jika perlu asites, dan meningkatkan
memenuhi kebutuhan lembab meningkat ekskresi cairan sambil
fisik dan dapat - Asupan makanan menghemat kalium
ditingkatkan meningkat
- Edema menurun Pemantauan cairan
Gejala : - Dehidrasi menurun 4. Monitor frekuensi nadi 4. Mengetahui keadaan umum
Subyektif : - Turgor kulit membaik dan kekuatan nadi pasien
- Menginginkan - Tekanan darah membaik
keinginan untuk b. Status cairan
meningkatkan - Output urine meningkat
keseimbangan - Kekuatan nadi
cairan meningkat
Obyektif : - Dyspnea menurun
- Membran mukosa - Edema anasarka
lembab menurun
- Asupan makanan - Keluhan haus menurun
dan xairan adekuat - Intake cairan membaik
- Turgor jaringan baik
- Tidak ada tanda
edema dan dehidrasi
- Urine berwarna
kuning bening
- BB stabil
5 Gangguan citra
Setelah diberikan asuhan Peningkatan citra tubuh
tubuh keperawatan … x 24 jam 1. Berikan kesempatan 1. Pasien membutuhkan pendengar
Definisi : diharpkan tidak terjadi untuk menungkapkan dan dipahami dalam proses
Konfusi dalam
gangguan body image, perasaan pasien peningkatan kepercayaan diri.
gambaran mental
dengan kriteria hasil :
tentang diri-fisik
a. Citra tubuh 2. Pahami kecemasan dan 2. Memberikan kesempatan kepada
individu. - Gambaran internal diri ketakutan perawat untuk menetralkan
membaik kecemasan dan memulihkan
Penyebab : - Sikap terhadap tubuh yang realitas situasi
- Perubahan fungsi terkena penyakit membaik
tubuh - Kepuasan dengan 3. Bantu pasien 3. Kesan seseorang terhadap
- Penyakit penampilan tubuh mengembangkan dirinya sangat berpengaruh
- Gangguan fungsi membaik kemampuan dalam pengembalian
psikososial - Kepuasan dengan fungsi kepercayaan diri.
- Progam tubuh meningkat
pengobatan 4. Dukung pasien untuk 4. Pendekatan dan saran positif
memperbaiki citra diri dapat membantu menguatkan
Gejala : usaha dan kepercayaan.
Subyektif :
Berfokus pada
fungsi masa lalu
Obyektif :
- Perubahan
pandangan tentang
penampilan
seseorang
- Takut terhadap
reaksi orang lain
- Menyembunyikan
bagian tubuh
- Menolak
menerima
perubahan
- Respon non verbal
pada perubahan
tubuh
DAFTAR PUSTAKA

Guyton & Hall. 2007. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Edisi 11. Jakarta: EGC.

Mutaqin, A., Sari, K. (2011). Gangguan gastro intestinal :aplikasi keperawatan


medikal bedah. Salemba Medika : Jakarta.

Nurarif, A.H., Kusuma, H. (2013). Panduan penyusunan asuhan keperawatan


professional. Media Action Publishing : Yogyakarta.

Suratun, Lusianah. (2010). asuhan keperawatan klien gangguan system


gastrointestinal. Trans Info Media : Jakarta.

Price & Wilson. 1995. Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit. Edisi 4.
Jakarta:EGC.

Samsuhidajat, R. 2004. Buku Ajar Ilmu Bedah. Edisi 2. Jakarta: Penerbit Buku

Anda mungkin juga menyukai