Anda di halaman 1dari 47

BAB II

TINJAUAN TEORITIS

A. Konsep Dasar Penyakit

1. Pengertian Kista Ovarium

a. Kista ovarium merupakan suatu pengumpulan cairan yang

terjadi pada indung telur atau ovarium (Azhari,2008)

b. Kista ovarium kantung tertutup berlapis jaringan epitel

yang mengandung cairan atau bahan setengah padat yang terdapat di

ovarium. (Nasdaldy,2008)

c. Kista ovarium mempunyai permukaan rata dan halus,

biasanya bertangkai, sering bilateral dan dapat menjadi besar,

berhubungan adanya tangkai dan dapat menjadi torsi dengan gejala-

gejala mendadak. (Sarwono,2006)

Dari ketiga pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa kista

ovarium adalah suatu pengumpulan cairan yang terjadi pada indung

telur atau ovarium dan mempunyai permukaan rata dan halus, dapat

menjadi torsi biasanya bertangkai dengan gejala-gejala yang

mendadak.
2. Klasifikasi

Klasifikasi tumor ovarii sampai sekarang belum ada yang benar-

benar memuaskan, baik pembagian secara klinis maupun secara patologis

anatomis. Tumor kistik merupakan jenis

yang paling sering terjadi terutama yang bersifat non-neoplastik,

seperti kista retensi yang berasal dari corpus luteum. Tetapi di samping itu

ditemukan pula jenis yang betul merupakan neoplasma. Oleh karena itu

tumor kistik dari ovarium yang jinak dibagi dalam golongan non-neoplastik

(fungsionil) dan golongan neoplastik. :

A. Kista ovarium non-neoplastik (fungsionil)

1. Kista Follikel

Kista ini berasal dari follikel yang menjadi besar semasa proses atresia

folliculi. Setiap bulan sejumlah besar follikel menjadi mati, disertai

kematian ovum, disusul dengan degenerasi dari epitel follikel. Pada

masa ini tampaknya sebagai kista-kista kecil. Tidak jarang ruangan

follikel diisi dengan cairan yang banyak, sehingga terbentuklah kista

yang besar, yang dapat ditemukan pada pemeriksaan klinis. Biasanya

besarnya tidak melebihi sebuah jeruk. Sering terjadi pada pubertas,

climacterium, dan sesudah salpingektomi. (Helm, 2005)

2. Kista Lutein

Kista ini dapat terjadi pada kehamilan, lebih jarang di luar kehamilan.

Kista lutein yang sesungguhnya, umumnya berasal dari corpus luteum

haematoma. Pada beberapa kasus sering mnyerupai kehamilan


ektopik. Haid kadang-kadang terlambat, diikuti dengan perdarahan

sedikit yang terus menerus, disertai rasa sakit pada bagian perut

bawah. Pada pemeriksaan klinis ditemukan benjolan yang sakit.

(Helm, 2005)

a. Stein Levental ovary

Biasanya kedua ovarium membesar dan bersifat polykistik,

permukaan rata, berwarna keabu-abuan dan berdinding tebal.

Pada pemeriksaan mikroskopis akan tampak tunica yang tebal dan

fibrotik. Dibawahnya tampak follikel dalam bermacam-macam

stadium, tetapi tidak ditemukan corpus luteum. Secara klinis

memberikan gejala yang disebut Stein-Leventhal Syndrom, yaitu

yang terdiri dari hirsutisme, sterilitas, obesitas dan

oligomenorrhoe. (Unpad, 2005)

b. Germinal inclusion cyst

Terjadi oleh karena invaginasi dari epitel germinal dari ovarium.

Biasanya terjadi pada wanita tua. Tidak pernah memberi gejala-

gejala yang berarti.

3. Kista ovarium yang neoplastik atau proliferative

a. Kistoma ovarii simpleks

Kista ini mempunyai permukaan rata dan halus, biasanya bertangkai,

seringkali bilateral, dan dapat menjadi besar. Dinding kista tipis dan

cairan di dalam kista jernih, serus, dan berwarna kuning. Pada dinding

kista tampak lapisan epitel kubik. Berhubung dengan adanya tangkai,


dapat terjadi torsi (putaran tangkai) dengan gejala-gejala mendadak.

(Prawirohardjo, 2008)

b. Kistadenoma Ovarii Musinosum

Asal tumor ini belum diketahui dengan pasti. Ia mungkin berasal dari

suatu teratoma di mana dalam pertumbuhannya satu elemen

mengalahkan elemen-elemen lain. (Prawirohardjo, 2008)

c. Kistadenoma Ovarii Serosum

Pada umumnya kista jenis ini tak mencapai ukuran yang amat besar

dibandingkan dengan kistadenoma musinosum. Permukaan tumor

biasanya licin, akan tetapi dapat pula sebaliknya karena kista serosum

pun dapat berbentuk multilokuler, meskipun lazimnya berongga satu.

Warna kista putih keabu-abuan.

Ciri khas kista ini adalah potensi pertumbuhan papiler ke dalam rongga

kista sebesar

50%, dan keluar pada permukaan kista sebesar 5%. Isi kista cair,

kuning, dan

kadang-kadang coklat karena campuran darah. Tidak jarang kistanya

sendiri kecil,

tetapi permukaannya penuh dengan pertumbuhan papiler (solid

papilloma). (Prawirohardjo, 2008)

d. Kista Endometrioid

Kista ini biasanya unilateral dengan permukaan licin; pada dinding

dalam terdapat satu lapisan sel-sel, yang menyerupai lapisan epitel


endometrium. Kista ini, yang ditemukan oleh Sartesson dalam tahun

1969, tidak ada hubungannya dengan

endometriosis ovarii. (Prawirohardjo, 2008)

e. Kista Dermoid

Sebenarnya kista dermoid ialah satu teratoma kistik yang jinak dimana

struktur-struktur ektodermal dengan diferensiasi sempurna, seperti

epitel kulit, rambut, gigi dan produk glandula sebasea berwarna putih

kuning menyerupai lemak

nampak lebih menonjol daripada elemen-elemen entoderm dan

mesoderm. Tentang histogenesis kista dermoid, teori yang paling

banyak dianut ialah bahwa tumor berasal dari sel telur melalui proses

partenogenesis. Perubahan keganasan agak

jarang, kira-kira dalam 1,5% dari semua kista dermoid, dan biasanya

pada wanita lewat menopause. Yang tersering adalah karsinoma

epidermoid yang tumbuh dari salah satu elemen ektodermal. Ada

kemungkina pula bahwa satu elemen tumbuh

lebih cepat dan menyebabkan terjadinya tumor yang khas Termasuk di

sini:

 Struma ovarium

 Kistadenoma ovarii musinosum dan kistadenoma ovarii serosum


 Koriokarsinoma

(Prawirohardjo, 2008)
3. Etiologi

a) Etiologi

Penyebab terjadinya kista ovarium yaitu terjadinya gangguan

pembentukan hormon pada hipotalamus, hipofise, atau indung telur itu

sendiri. Kista indung telur timbul dari folikel yang tidak berfungsi

selama siklus menstruasi.

b) Faktor predisposisi

Adapun faktor predisposisi dari kista ovarium adalah sebagai berikut :

1) Faktor keturunan

Jika seseorang mengalami suatu penyakit yang disebabkan oleh

faktor keturunan atau genetik, sangat sulit sekali untuk

disembuhkan. Karena bersifat turun menurun dari salah satu

anggota keluarga, yang kemungkinan kecil untuk bisa

disembuhkan. Dan penyebab kista ovarium juga bisa disebabkan

oleh faktor ini. jenis penyebab inilah yang bisa memicu terjadinya

penyakit kista ini hadir dan menyerang pada tubuh Anda. dengan

itu, kalian harus juga bisa melakukan tindakan pencegahan jika

tidak ingin mengalami kejadian seperti ini. yang penyakit kista ini

bisa bersifat membahayakan wanita, dan bahkan bisa

menyebabkan kemandulan.

2). Siklus haid tidak teratur

Haid yang tidak teratur pasti ada bermasalah pada dalam tubuh

nya. Makannya kalian harus buru buru melakukan pengecekkan

terhadap rahim Anda, agar mengetahui apa masalahnya, dan


kejadian ini dapat dimasukkan dalam penyebab kista ovarium

pada dinding rahim. jenis penyebab inilah yang bisa memicu

terjadinya penyakit kista ini hadir dan menyerang pada tubuh

Anda. dengan itu, kalian harus juga bisa melakukan tindakan

pencegahan jika tidak ingin mengalami kejadian seperti ini. yang

penyakit kista ini bisa bersifat membahayakan wanita, dan bahkan

bisa menyebabkan kemandulan. Jadi jagalah bagian tubuh kalian,

dengan baik baik.

3). Hormon mengalami gangguan

Setiap orang pasti mempunyai hormon, cuma yang

membedakannya adalah tingkatannya saja. Dan penyebab kista

ovarium adalah hormon akan mengalami gangguan. jenis

penyebab inilah yang bisa memicu terjadinya penyakit kista ini

hadir dan menyerang pada tubuh Anda. dengan itu, kalian harus

juga bisa melakukan tindakan pencegahan jika tidak ingin

mengalami kejadian seperti ini. yang penyakit kista ini bisa

bersifat membahayakan wanita, dan bahkan bisa menyebabkan

kemandulan. Mengenai masalah hormon, baik wanita ataupun

laki laki itu, pasti mengalami hormon yang tumbuh pada

masanya. Jadi bagi kalian, khususnya wanita, hiduplah sehat

selagi masih bisa.

4). Sulit punya anak

Orang yang sudah menikah pasti bertujuan untuk memiliki anak.

Tetapi ada juga yang tidak mempunyai anak setelah menikah, dan
bisa saja disebut dengan kemandulan. Dan ini termasuk dari

penyebab kista ovarium yang akan terjadi. jenis penyebab inilah

yang bisa memicu terjadinya penyakit kista ini hadir dan

menyerang pada tubuh Anda. dengan itu, kalian harus juga bisa

melakukan tindakan pencegahan jika tidak ingin mengalami

kejadian seperti ini.

5). Haid lebih cepat pada usia yang telah ditentukan

Penyebab kista ovarium adalah haid datang lebih cepat pada usia

yang sudah ditentukan. Haid itu datang pada usia sekitar dua

belas tahun keatas. Jika kurang dari umur yang telah ditentukan,

berarti akan mengalami penyakit kista pada dinding ovarium.

jenis penyebab inilah yang bisa memicu terjadinya penyakit kista

ini hadir dan menyerang pada tubuh Anda. dengan itu, kalian

harus juga bisa melakukan tindakan pencegahan jika tidak ingin

mengalami kejadian seperti ini. yang penyakit kista ini bisa

bersifat membahayakan wanita, dan bahkan bisa menyebabkan

kemandulan.

6). Pengentalan darah ketika menstruasi

Bagi wanita yang sedang mengalami menstruasi tetapi dalam

darahnya mengeluarkan darah yang kental. Itu dipastikan akan

mengalami penyebab kista ovarium terjadi. jenis penyebab inilah

yang bisa memicu terjadinya penyakit kista ini hadir dan

menyerang pada tubuh Anda. dengan itu, kalian harus juga bisa

melakukan tindakan pencegahan jika tidak ingin mengalami


kejadian seperti ini. yang penyakit kista ini bisa bersifat

membahayakan wanita, dan bahkan bisa menyebabkan

kemandulan. Berhati hatilah terhadap kejadian ini, yang bisa

membuat wanita kehilangan nyawa.

7). Penyakit kolesterol

Penyakit kolesterol adalah penyakit yang terjadi pada bagian

tubuh, yang terdapat lemak berlebihan. penyebabnya karena

faktor makanan yang dikonsumsi secara berlebihan, yang

didalamnya terdapat kandungan lemak jenuh. Dan resiko nya

akan mengalami penyakit jantung dan stroke. Kemudian

penyebab kista ovarium adalah karena adanya penyakit kolesterol.

jenis penyebab inilah yang bisa memicu terjadinya penyakit kista

ini hadir dan menyerang pada tubuh Anda. dengan itu, kalian

harus juga bisa melakukan tindakan pencegahan jika tidak ingin

mengalami kejadian seperti ini. yang penyakit kista ini bisa

bersifat membahayakan wanita, dan bahkan bisa menyebabkan

kemandulan.

4. Manifestasi klinik

a. Pada stadium awal dapat berupa :

1) Gangguan haid

Pada klien dengan klien ovarium biasanya terdapat pemdarahan

yang banyak saat menstruasi disertai dengan keluhan nyeri.

(Sarwono, 2005)
2) Konstipasi dan sering berkemih

Jika tumor sudah menekan rectum akan menyebabkan konstipasi

dan jika tumor menekan kandung kemih maka akan terjadi

poliuri/sering berkemih. (Manuaba, 2007)

3) Nyeri spontan daerah panggul

Tumor dapat menyebabkan peregangan atau penekanan pada

daerah panggul yang menyebabkan nyeri spontan pada daerah

panggul. (Manuaba, 2007)

b. Pada stadium lanjut

Pada stadium yang parah, klien sering mengalami nyeri atau

pembengkakan perut yang diakibatkna oleh tumor itu sendiri yang

membesar atau akibat asites yang menyertainya. Pasien pra menopause

dapat mengeluhkan haid yang tidak teratur atau perdarahan vagina yang

berat. Perdarahan pasca menopause kadang-kadang merupakan gejala

neoplasama ovarium. (Hacker, Neville ; 2007 : 654)

5. Patofisiologi

Fungsi ovarium yang normal tergantung kepada sejumlah hormone

dan kegagalan pembentukan salah satu hormone tersebut bisa

mempengaruhi fungsi ovarium. Ovarium tidak akan berfungsi secara

normal jika tubuh wanita tidak menghasilkan hormone hipofisa dalam

jumlah yang tepat. Fungsi ovarium yang abnormal kadang menyebabkan

penimbunan folikel yang terbentuk secara tidak sempurna di dalam

ovarium. Folikel tersebut gagal mengalami pematangan dan gagal


melepaskan sel telur, terbentuk secara tidak sempurna di dalam ovarium

karena itu terbentuk kista di dalam ovarium.

Setiap hari, ovarium normal akan membentuk beberapa kista kecil yang

disebut Folikel de Graff. Pada pertengahan siklus, folikel dominan dengan

diameter lebih dari 2.8 cm akan melepaskan oosit mature.

Folikel yang rupture akan menjadi korpus luteum, yang pada saat matang

memiliki struktur 1,5 – 2 cm dengan kista ditengah-tengah.Bila tidak

terjadi fertilisasi pada oosit, korpus luteum akan mengalami fibrosis dan

pengerutan secara progresif. Namun bila terjadi fertilisasi, korpus luteum

mula-mula akan membesar kemudian secara gradual akan mengecil selama

kehamilan.

Kista ovari yang berasal dari proses ovulasi normal disebut kista

fungsional dan selalu jinak. Kista dapat berupa kista folikular dan luteal

yang kadang-kadang disebut kista theca-lutein. Kista tersebut dapat

distimulasi oleh gonadotropin, termasuk FSH dan HCG.

Kista fungsional multiple dapat terbentuk karena stimulasi

gonadotropin atau sensitivitas terhadap gonadotropin yang berlebih. Kista

folikel dan luteal, kelainan yang tidak berbahaya ini berasal dari folikel

graaf yang tidak pecah atau folikel yang sudah pecah dan segera menutup

kembali.

Kista demikian seringnya adalah multipel dan timbul langsung di

bawah lapisan serosa yang menutupi ovarium, biasanya kecil, dengan


diameter 1- 1,5 cm dan berisi cairan serosa yang bening, tetapi ada kalanya

penimbunan cairan cukup banyak, sampai mencapai diameter 4-5 cm,

sehingga teraba massa dan menimbulkan sakit pada daerah pelvis.

Pada neoplasia tropoblastik gestasional (hydatidiform mole dan

choriocarcinoma) dan kadang-kadang pada kehamilan multiple dengan

diabetes, HCg menyebabkan kondisi yang disebut hiperreaktif

lutein.Pasien dalam terapi infertilitas, induksi ovulasi dengan

menggunakan gonadotropin (FSH dan LH) atau terkadang clomiphene

citrate, dapat menyebabkan sindrom hiperstimulasi ovari, terutama bila

disertai dengan pemberian HCG.Kista neoplasia dapat tumbuh dari

proliferasi sel yang berlebih dan tidak terkontrol dalam ovarium serta

dapat bersifat ganas atau jinak. Neoplasia yang ganas dapat berasal dari

semua jenis sel dan jaringan ovarium.

Sejauh ini, keganasan paling sering berasal dari epitel permukaan

(mesotelium) dan sebagian besar lesi kistik parsial. Jenis kista jinak yang

serupa dengan keganasan ini adalah kistadenoma serosa dan

mucinous.Tumor ovari ganas yang lain dapat terdiri dari area kistik,

termasuk jenis ini adalah tumor sel granulosa dari sex cord sel dan germ

cel tumor dari germ sel primordial. Teratoma berasal dari tumor germ sel

yang berisi elemen dari 3 lapisan germinal embrional; ektodermal,

endodermal, dan mesodermal.


6. Pemeriksaan Kista Ovarium

a. Laparoskopi

Pemeriksaan ini sangat berguna untuk mengetahui apakah sebuah tumor

berasal dari ovarium atau tidak dan untuk menentukan sifat-sifat tumor

itu. (Sarwono . 2005)

b. Ultrasomografi

Dengan pemeriksaan ini dapat ditentukan letak dan batas tumor, apakah

tumor berasal dari uteus, ovarium, atau kandung kencing, apakah tumor

kistik atau solid dan dapat dibedakan pada antara cairan rongga perut

yang bebas dan yang tidak.

c. Foto Rontgen

Pemeriksaan ini berguna untuk menetukan adanya hidrotoraks.

Selanjutnya, pada kista dermoid kadang-kadang dapat dilihat adanya

gigi dalam tumor.

d. Parasentesis

Telah disebutkan bahwa fungsi pada asites berguna untuk menetukan

sebab asites. Tindakan tersebut dapat mencemarkan kavum peritonei

dengan isi kista bila dinding klien tertusuk. (Sarwono, 2005)

e. Pemeriksaan Laboratorium

Pemeriksaan laboratorium meliputi pemeriksaan HB, Leukosit,

trombosit, golongan darah. (Sarwono , 2005)

1) HB : Pemeriksaan HB dilakukan untuk mengetahui kadar

hemoglobin dalam darah, pada klien kista ovarium harus dilakukan


pemeriksaan secara berkala untuk menilai apakah klien kekurangan

darah atau tidak akibat perdarah yang dialaminya.

2) Golongan darah : Pemeriksaan golongan darah diperlukan untuk

memudahkan dalam mendapatkan darah yang cocok apabila

sewaktu-waktu diperlukan.

3) Leukosit : Diperlukan untuk mengidentifikasi apakah klien

mengalami indikasi atau tidak.

7. Konsep Dasar Salpingo Ovariectomy

Pengangkatan tumor ovarium beserta tuba (Salpingo Ovarietomy)

a. Pengertian Operasi Salpingo Ovarietomy

Salpingo Ovarietomy adalah pengangkatan bedah tuba uterine dan

ovarium. (Sarwono, 2005)

Salpingo Ovarietomy adalah eksisi tuba uterine dan ovarium. (Kumala ,

2000)

Berdasarkan pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa salpingo

ovarietomy adalah suatu tindakan pembedahan untuk memotong dan

mengangkat tuba fallopi dan ovariumnya.

b. Indikasi Operasi Salpingo Ovariectomy

Kista Ovarium dan kanker Ovarium

c. Macam-macam Operasi Salpingo Ovariectomy

1) Salpingo Ovariectomy Dextra adalah pengangkatan bedah tuba urine

dan ovarium sebelah kanan.


2) Salpingo Ovariectomy Sinistra adalah pengangkatan bedah tuba

uterine dan ovarium sebelah kiri.

3) Salpingo Ovariectomy Bilateral adalah pengangkatan bedah tuba

uterine dan ovarium semuanya (kiri dan kanan).

d. Komplikasi Operasi Salpingo Ovariectomy

a) Perdarahan, bias terjadi karena adanya rupture bekas luka operasi.

b) Infeksi, bias terjadi karena adanya mikroorganisme pada luka operasi

8. Dampak Operasi Salpingo Ovariectomy terhadap pemenuhan

Kebutuhan Dasar Manusia (KDM)

a. Sistem Integumen

Pada system intergumen luka post operasi pada kulit klien akan

membentuk jaringan perut sebagai bekas dari benang jahitan.

Penyembuhan luka operasi melalui beberapa tahap yaitu :

1) Fase Inflamasi

Fase inflamasi merupakan reaksi tubuh terhadap luka yang dimulai

setelah beberapa menit dan berlangsung selama 3 hari setelah cedera.

Proses perbaikan ini terdiri dari mengontrol perdarahan (hemostatis),

mengirim darah ke area yang mengalami cedera (inflamasi), dan

membentuk sel-sel epitel pada tempat cedera (epiteliaslisasi). Respon

inflamasi merupakan respon yang menguntungkan dan tidak perlu

mendinginkan area inflamasi atau mengurangi bengkak kecuali jika

bengkak tersebut terjadi dalam ruangan yang tertutup misalnya :

pergelangan kaki atau leher. (Perry & Potter , 2006)


2) Fase Proliferasi (regenerasi)

Fase proliferasi terjadi dalam waktu 3-24 hari. Aktivitas utama selama

fase regenerasi ini adalah mengisi luka dengan jaringan penyambung

dan menutup bagian atas luka dengan epitelisasi. Gangguan proses

penyembuhan pada fase ini biasanya disebabkan oleh faktor sistemik,

seperti usia, anemia dan defisiensi zat besi. (Perry & Potter , 2006)

3) Fase Maturasi (remodeling)

Fase maturasi merupakan tahap akhir proses penyembuhan luka, dapat

memerlukan waktu lebih dari 1 tahun, bergantung pada kedalaman

dan keluasan luka. Jaringan parut kolagen akan terus melakukan

reorganisasi dan akan menguat setelah beberapa bulan. Serat kolagen

mengalami remodeling atau reorganisasi sebelum mencapai bentuk

normal. Biasanya jaringan parut mengandung lebih sedikit sel-sel

pigmentasi dan memliki warna yang lebih terang daripada kulit yang

normal. (Perry & Potter , 2006)

a) Sistem Pencernaan

Pada system pencernaan dampak dari anestesi menyebabkan

lambatnya peristaltic usus sehingga terjadi peningkatkan asam

lambung yang dapat menyebabkan klien menjadi mual sehingga

dapat menyebabkan terjadinya penurunan nafsu makan.

b) Sistem Perkemihan

Dengan dilakukannya prosedur operasi untuk menghindari retensi

urine karena kelemahan otot detrusor kandung kemih maka klien

dipasang dower kateter sehingga dapat menimbulkan resiko infeksi


pada saluran kemih, sehingga menimbulkan perasaan tidak nyaman

pada area simpisis pubis.

c) Sistem Persyarafan

Pada system persyarafan luka operasi berdampak terhadap

terputusnya kontinuitas jaringan yang merangsang reseptor di

hypothalamus, sehingga hal ini dapat menyebabkan gangguan rasa

nyeri.

d) Sistem Muskuloskeletal

Pada system musculoskeletal luka operasi akan berdampak dari

menyebabkan banyak kehilangan darah sehingga suplai oksigen

dan nutrisi ke jaringan tubuh berkurang, sehingga dapat terjadi

kelemahan otot dan sktivitas klien terbatas.

e) Sistem Pernafasan

Pada system pernafasan pengaruh anestesi menyebabkan

pernafasan menurun dapat mengakibatkan penumpukan secret pada

saluran pernafasan, menghambat masuknya oksigen kedalam paru

dan paru-paru mengadakan kompensasi untuk memperoleh oksigen

lebih banyak sehingga terjadi gangguan pemenuhan oksigenasi.

f) Sistem Kardiovaskuler

Suplai darah kedalam jaringan menurun, sehingga oksigen dan

nutrisi yang diedarkan ketubuh berkurang, akibatnya terjadi

penurunan oksigen ke perifer sehingga timbul akral dingin.


B. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan Post Salpngo Ovariectomy

Sinistra

Pemberian asuhan keperawatan harus berdasarkan pada suatu

pendekatan ilmiah yang didalamnya terdapat proses keperawatan. Pada

bab ini akan dibahas tentang konsep asuhan keperawatan pada klien post

operasi salpingo ovariectomy sinistra atas indikasi kista ovarium.

a. Asuhan keperawatan adalah proses pengumpulan data yang sistematis

dari pengumpulan verifikasi dan komunikasi data tentang klien (Potter

& Perry : 2005)

b. Asuhan keperawatan adalah suatu metode yang sistematis dalam

perencanaan maupun pelaksanaan yang bertujuan untuk

mengidentifikasi status kecelakaan pasein baik actual maupun potensial

yang terdiri dari lima thapan yaitu pengkajian, diagnose keperawatan,

perencanaan, implementasi dan evaluasi (Kozier dkk ; 2004).

Dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa asuhan

keperawatan asalah suatu system yang cermat da sistematis dalam

rangak membantu klien mengidentifikasi masalh kesehatan baik actual

maupun potensial.

Asuhan keperawatn terdiri atas 5 (lima) tahap yaitu,

pengkajian, diagnose keperawatan, perencanaan, implementasi dan

evaluasi. (Glenora Erb, 2011)


1. Pengkajian

Pengkajian merupakan pengumpulan data yang dilakukan dengan cara

mengumpulkan riwayat kesehatan dan pengkajian data dan pengkajian

kesehatan dengan pemantauan secara berkesinambungan agar tetap

waspada terhadap kebutuhan klien dan keefektifan dar rencana

keperawtan yang diterima pasein (Brunner dan Suddarth ; 2010 :33).

Pengkajian adalah proses sistematis dari pengumpulan verifikasi

dan komunikasi data tentang klien (Poter & Perry. 2005)

Pengkajian pada klien post operasi salpingo ovariectomy sinistra

atas indikasi kista ovarium adalah sebagai berikut :

a. Pengumpulan Data

Merupakan tahap awal dari proses keperawatan dan digunakan untuk

mengumpulkan informasi-informasi yang berkenaan dengan status

kesehatan klien meliputi aspek bio-psiko-spritual yang didapat dari

klien, keluarga, catatan serta tim kesehatan lainnya.

1) Identitas

a) Identitas klien meliputi :

Nama, umur, jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan, agama,

suku bangsa, status matrial, golongan darah, tanggal masuk

rumah sakit, no medrek, diagnose medis post operasi dan

alamat klien.
a. Nama

Perlu dikaji untuk menghindari kekeliruan agar tidak

bertukar dengan pasien lain.

b. Umur

Pengkajian umur di perlukan untuk mengetahui berapa

usia klien, apakah berada pada usia yang sangat rentan

terjadi kista ovarium. Kista ovarium terjadi pada usia 20-

50 tahun (Hacker, 2004).

c. Pendidikan

Dikaji untuk mengetahui tingkat pendidikan klien

sehingga memudahkan dalam memberikan penyuluhan

tentang masalah yang dialami klien sesuai dengan tingkat

pemahamannya.

d. Pekerjaan

Dikaji untuk mengetahui apakah ada hubungannya

penyakit dengan pekerjaan seperti polusi, dan sering

stress.

b) Identitas penanggung jawab meliputi :

Nama, umur, jenis kelamin, pekerjaan, pendidikan, agama, suku

bangsa, hubungan klien dan alamat.

a. Nama

Perlu dikaji untuk menghindari kekeliruan dan tidak tertukar

dengan identitas penanggung jawab yang lain.


b. Umur

Pengkajian umur dilakukan untuk mempermudah dalam

pemberian informasi.

c. Pekerjaan

Dikaji untuk mengetahui kemampuan keluarga terutama dalam

hal keuangan yang akan di perlukan untuk biaya rumah sakit.

d. Pendidikan

Dikaji untuk mengetahui tingkat pendidikan sehingga

memudahkan dalam memberikan penjelasan yang berhubungan

dengan klien sesuai dengan tingkat permasalahannya.

e. Agama

Dikaji untuk menjadi acuan dalam menganjurkan keluarga untuk

berdo’a sesuai agama dan kepercayaannya.

f. Hubungan dengan klien

Dalam hal ini diperlukan untuk mendapatkan informasi tentang

keadaan klien baik sewaktu di rumah atau ketika perawatan di

rumah sakit dan juga untuk mengetahui siapa orang yang

terdekat dengan klien.

2) Keluhan utama

Merupakan keluhan utama yang paling di rasakan oleh klien.

Keluhan yang paling dirasakan pada klien post operasi salpingo

ovariectomy sinistra atas indikasi kista ovarium adalah nyeri pada luka

operasi. (Jane, C Rothrock , 2000).

3) Riwayat kesehatan sekarang


Merupakan informasi tentang keluhan utama yang dijabarkan dengan

PQRST yaitu :

1. P : Palliative / Provrokative

Keluhan nyeri pada klien dengan post operasi salpingo ovariectomy

sinistra, keluhan utama bertambah apabila digerakan, berganti posisi dan

berkurang jika beristirahat.

2. Q : Quality/Quantity

Keluhan nyeri dirasakan seperti disayat-sayat atau ditusuk-tusuk benda

tajam.

3. R : Region / Radiation

Nyeri biasanya dirasakan pada luka post operasi salpingo ovariectomy

sinistra dan biasanya menyebar pada daerah sekitar abdomen.

4. S : Saverity Scala

Pada klien denganpost operasi salpingo ovariectomy sinistra dengan

keluhan nyeri seluruh ADL, dibantu skala nyeri tergantung dari tingkat

ambang nyeri setiap individu. Skala quality 0-5, dimana 0 menunjukan

tidak nyeri, 1 nyeri ringan, 2 nyeri sedang, 3 nyeri berat, 4 nyeri hebat

dan 5 nyeri paling hebat. (Brunner & Suddarth, 2001 ; 4218).

5. T : Time

Pada klien post operasi salpingo ovariectomy sinistra nyeri dirasakan saat

berubah posisi (mirng kanan, mirng kiri).


4) Riwayat kesehatan Dahulu

Penyakit kejadian yang dialami klien sebelumnya sehingga berkaitan

dengan penyakit/kejadian yang dialaminya sekarang.

Kaji apakah klien mengalami riwayat penyakit sebelumnya seperti,

Salpingitis atau operasi plastic. Kaji apakah klien mempunyai riwayat

alergi terhadap obat (antibiotic) tertentu, ataupun makanan tertentu, kaji

terhadap riwayat pembedahan sebelumnya.

5) Riwayat Kesehatan Keluarga

Apakah terdapat anggota keluarga yang memliki riwayat penyakit yang

sama dengan yang diderita klien saat ini post operasi. Kaji apakah ada

riwayat anggota keluarga lain yang mempunyai penyakit yang sama

dengan klien, riwayat tumor atau kanker lainnya, seperti myoma uteri,

karsinoma ovarium.

6) Riwayat Obstetri dan Ginekologi.

a. Riwayat Ginekologi

1. Riwayat menstruasi

a) Menarche

Menarche adalah usia pertama haid, yang terjadi karena

adanya peningkatan hormone estrogen dan progesterone sesuai

dengan pertumbuhan dan perkembangan wanita. Biasanya

menarche terjadi pada usia 10-11 tahun. Pada umumnya jarak

siklus menstruai berkisar dari 15-45 hari, dengan rata-rata 2-8

hari. Lamanya berbeda-beda antara 2-8 hari. Darah menstruasi

biasanya tidak membeku. (Sylvia A. Price, 2006).


b) Jumlah Darah Haid

Jumlah darah yang hilang selama fase menstruasi adalah 30-

50cc. (I.Gde Manuaba 2006).

c) Keluhan Selama Haid

Pada klien dengan kista ovarium biasanya yang terdapat

pendarahan yang banyak dan disertai keluhan nyeri (Sarwono,

2005).

b. Riwayat Kontrasepsi

Meliputi apakah klien ber-KB sebelumnya, jenis kontrasepsi yang

pernah digunakan, keluhan saat menggunakan kontrasepsi tersebut.

Penggunaan pil kontrasepsi hormonal bias mengecilkan ukuran kista

asalkan kistanya belum tumbuh besar. (Sofani : 2006).

c. Riwayat Perkawinan

Meliputi tahun melahirkan, usia kehamilan pada saat melahirkan,

komplikasi pada kehamilan, cara melahirkan, penolong persalinan,

keadaan ketika lahir hidup/mati dan keadaan anak pada saat ini

hidup/mati.

Dengan riwayat kehamilan dan persalinan yang lalu diperlukan untuk

mengetahui masalah kehamilan dan penyebab dari masalah tersebut

dan berguna sebagai gambaran kesehatan ibu pada saat kehamilan dan

persalinan yang lalu. Hal ini berguna untuk menentukan perencanaan

oleh perawat.
7) Pola Kebiasaan Sehari-hari

a. Nutrisi

Nutrisi merupakan elemen penting untuk proses dan fungsi tubuh.

Enam kategori zat makanan adalah air, karbohidrat, protein, lemak,

vitamin, mineral dan air. (Potter & Perry, 2005)

1. Makan

Meliputi jenis makanan, frekuensi, porsi, nafsu makanan dan

cara melakukan dibantu atakah sendiri.

Setelah operasi klien juga di puasakan selama 24 jam karena

anastesi juga berpengaruh terhadap system saraf salah satunya

reflek menelan. Puasa setelah operasi juga merupakan salah satu

pencegahan terjadinya aspirasi dikarenakan reflek menelan yang

kurang baik (Rustam Mochtar, 2002).

2. Minum

Meliputi jenis frekuensi, jumlah dan cara minum sendiri atau

dibantu.

Pada klien post operasi klien di coba test feeding atau di kasih

minum sedikit-sedikit setelah 6-10 jam pasca bedah berupa air

putih. (Rustam Mochtar, 2002).

b. Eliminasi

1. BAK

Meliputi frekuensi, waktu, warna, jumlah, bau, kesulitan dan cara

pengeluaran.
Downer kateter masih terpasang sampai 8-24 jam post operasi

bila urine jernih atau satu minggu setelah operasi tergantung

keadaan penderit. (Win De jong, 2002)

2. BAB

Meliputi frekuensi, waktu, warna, bau, kesulitan, penggunaan

pencahar dan proses pembuangan.

Biasanya pada klien post operasi salpingo ovariectomy sinistra

akan mengalami konstipasi sehingga BAB secara spontan

tertunda selama 2 (dua) sampai 3 (tiga) hari, hal ini disebabkan

tonus usus menurun akibat efek anestesi. Pola BAB yang teratur

dapat dicapai kembali setelah tonus usus kembali normal.

c. Istirahat dan tidur

Meliputi : waktu, lamanya, kesulitan tidur.

Pada klien post operasi salpingo ovariectomy sinistra akan mengalami

gangguan pemenuhan istirahat tidur akibat nyeri pada luka operasi. Kaji

tingakt nyeri pada luka operasi yang dapat mempengaruh kualitas tidur

klien.

d. Pola kebersihan Diri

Yang harus dikaji meliputi mandi (frekuensi penggunaan sabun dan cara

pemeliharaanya), pemeliharaan mult (frekuensi penggunaan pasta gigi

dancara pemeliharaannya), pemeliharaan kuku (frekuensi, penggunaan

sabun dan cara pemeliharaannya), pemeliharaan rembut (frekuensi,

penggunaan shampoo dan cara pemeliharaannya).


Personal hygiene pada klien post operasi biasanya terpenuhi disebabkan

oleh kelemahan dan nyeri pada luka operasi, kebutuhan personal

hygiennya biasanya dibantu oleh perawat dan keluarganya.

e. Pola aktivita dan latihan

Yang haru dikali meliputu jenis, frekuensi, waktu dan cara.

Aktifitas klien mulai terbatas dengan adanya nyeri pada luka operasi,

sehingga terjadi intoleran aktifitas.

f. Pola Personal Hygiene.

Meliputi : Mandi, gosok gigi, keramas, gunting kuku, pemeliharaan

rambut berapa kali sehari.

Personal hygiene pada klien post operasi salpingo ovariectomy sinistra

tidak terpenuhi yang disebabkan oleh kelemahan dan nyeri pada luka

operasi.

8) Pemeriksaan Fisik.

Pemeriksaan fisik yang dilakukan terhadap klien dengan kista ovarium

meliputi :

a) Keadaan umum

Penampilan umum klien pada umumnya lemah dan juga tampak

lemas. Kondisi klien dengan post operasi salpingo ovariectomy

sinistra dapat terjadi penurunan kesadaran hal ini diakibatkan

sebagai dampak anestesi. (Win De Jong ; 2002).

b) Status Kesadaran

Kesadaran di ukur dari GCS, yaitu sebagai berikut:

Mata (E) :
1. Tidak ada reaksi

2. Membuka mata dengan

rangsangan nyeri

3. Membuka mata dengan

perintah

4. Membuka mata secara

spontan

Verbal (V) :

1. Tidak ada jawaban

2. Mengerang

3. Tidak tepat

4. Kacau

5. Orientasi baik

Motorik :

1. Tidak ada reaksi

2. Reaksi ekstensi

(deserebrasi)

3. Reaksi fleksi

(dekortifikasi)

4. Reaksi menghindar

5. Melokalisir nyeri

6. Mengikuti perintah

(Brunnner, and

Suddarth, 2002)
c) Tanda-tanda Vital

Tanda-tanda vital yang harus dikaji meliputi tekanan darah, nadi, suhu.,

dan respirasi

Pada klien post operasi dapat ditemukan tekanan darah menurun denyut

nadi meningkat, HB menurun akibat pendarahan, terjadi peningkatan

suhu tubuh lebih dari 38ºc, mengidentifikasikan terjadinya dehidrasi.

d) Sistem Reproduksi

Yang harus dikaji adalah payudara, abdomen dan genitalia.

1. Payudara

a) Inspeksi

Payudara pasien harus diperiksa terhadap ukuran, kesimetrisan,

karakterisktik putting susu, kondsi kulit dan distribusi vena,

kebersihannya, ada tidaknya lesi. (Jane C, Rothrock : 2004)

b) Palpasi

Kedua payudara pasien dipalpasi untuk mengetahui adanya

nodul atau nyeri tekan. (Jane C, Rothrock : 2004)

2. Abdomen

Kaji terhadap adanya kista, ukuran dan konsistensi. Apakah kista

tersebut keras atau tidak.

3. Genitalia

Kaji kebersihannya, ada atautidaknya oedema/ varises dan

pendarahan. Biasanya pada klien dengan kista ovarium mengalami

pendarahan akibat pecahnya dinding kista. (Jane C, Rothrock : 2004)


e) Sistem Integumen

Yang harus dikaji pada system integument yaitu keadaan kulit,

apakah kulit lembab atau tidak.

1. Inspeksi

Kaji warna kulit apakah pucat/tidak, apakah terdapat kemerahan

atau tidak disekitar luka operasi, yang menandakan tanda-tanda

inflamasi. Daerah sekitar luka operasi apakah terdapat PUS

menandakan tanda-tanda vital (Win De Jung : 2002)

2. Palpasi

Apakah terdapat nyeri tekan pada daerah luka operasi.

f) Sistem Pengelihatan

Yang harus dikaji pada system penglihatan adalah pergerakan bola

mata, reflek kornea, kaji fungsi penglihatan klien.

Kaji pergerakan bola mata, reflek pupil, reflek kornea, apakah nyeri

tekan, atau adanya pengeluaran secret, biasanya akan didapatkan

penurunan ketajaman ebagai dampak dari anestesi.

g) Sistem Pendengaran

Yang harus dikaji pada system pendengaran yaitu bentuk apakah

kedua telinga simetris atau tidak, kaji kebersihannya dan fungsi

pendengarannya.

Kaji fungsi pendengaran, pada klien dengan post operasi salpingo

ovariectomy sinistra akan mengalami penurunan kemampuan

pendengaran sebagai dampak dari tindakan bedah anestesi.


h) Sistem Pernafasan

Biasanya ditemukan respirasi kurang dari normal akibat respon

anestesi.

i) Sistem Endokrin

Yang harus dikaji pada system endokrin adalah peningkatan JVP

KGB, kelenjar tiroid dan siklus menstruasi.

Kaji mengenai peningkatan JVP, KGB dan kelenjar tiroid. Kaji

juga mengenai kelainan perubahan siklus menstruasi sebagai

dampak hormonal kista ovarium. Kaji adanya menstruasi yang

berkepanjangan atau pemendekkan siklus haid. (Sarwono, 2005)

j) Sistem Kardiovaskuler

Yang harus dikaji system kardiovaskuler adalah denyut nadi,

tekanan darah. (Win De Jong ; 2002)

Kaji adanya perubahan tanda-tanda vital, biasanya akan terjadi

penurunan tekanan darah, peningkatan denyut nadi, kaji

vaskularisasi darah ke perifer.

k) Sistem Pencernaan

Yang harus dikaji pada system pencernaan yaitu meliputi keadaan

abdomen, kaji keadaan gigi apakah ada caries atau tidak, apakah

jumlahnya lengkap, kaji kebersihannya, kaji fungsi pengecapan

lidah, kaji juga terhadap reflek menelan.

Akan didapatkan penurunan reflek menelan, bising usus menurun

(kurang dari 5 x /menit), akibat reflek anestesi.


l) Sistem Persyarafan

Yang harus dikaji pada system persarafan antara lain meliputi

tingkat kesadaran klien.

Tingkat kesadaran klien akan pulih setelah 24 jam post operasi.

(Sinopsis Obstetri Operatif : 2006).

m) Sistem perkemihan

Yang harus dikaji dalam system perkemihan antara lain meliputi :

kaji adanya nyeri tekan pada daerah suprapubis yang menunjukan

adanya distensi kandung kemih.

Klien dengan post operasi Salpingo Ovariectomy Sinistra kadang

terjadi retensi urine, sebagai damapak dari anestesi, sehingga

pemasangan downer kateter dilakukan untuk meminimalkan resiko

yang terjadi. (Rustam M, 2006).

n) Sistem Muskuloskeletal

Yang harus dikaji pada system musculoskeletal yaitu : kekuatan

otot, kesimetrisan ekstremitas atas dan bawah, apakah terjadi

oedema/tidak.

Kaji ekstremitas atas dan bawah mencakup kelainan bentuk dan

kekuatan otot, dengan klien post operasi dapat terjadi penururnan

kekuatan otot.

5 5

5 5
9) Aspek Psikologis, Sosial dan Spiritual.

a) Aspek Psikologis

1. Pola Pikir

Kaji harapan klien adalah dilakukan operasi dapat mengurangi

penyakit yang dideritanya.

2. Persepsi Diri

Tanyakan mengenai harapan dan kesiapan menerima perubahan

setelah dilakukan operasi karena setelah dilakukan tindakan

operasi klien akan kehilangan sebagian organ tubuh. (Tuba dan

Ovarium).

3. Konsep Diri

Tanykan mengenai harapan dan kesiapan menerima perubahan

setelah dilakukan operasi karena setelah dilakukan tindakan

operasi kehlangan sebagian organ tubuh (Tuba dan Ovarium).

a. Ideal diri : kaji persepsi klien tentang bagaimana ia

harus berperilaku ssesuai standar pribadi terutama yang

berhubungan dengan keadaannya. Apakah klien termasuk

orang yang memiliki ideal diri yang tingi atau tidak masuk

akal.

Kaji apakah klien menyadarai setelah dilakukan tindakkan

operasi harus rela kehilangan sebagian organ tubuh (Tuba

dan Ovarium).
b. Harga diri : yaitu penilaian pribadi terhadap hasil yang

dicapai dengan menganalisis seberapa jauh perilaku

memenuhi ideal diri.

Tanyakan kepada klien apakah dirinya masih berharga,

apakah bias menjadi wanita sempurna.

c. Identitas diri, adalah akan diri sendiri yang bersumber

dari observsi dan penilaian yang merupakan sintesa dari

semua aspek konsep diri sebagai suatu kesatuan yang utuh.

Kaji perasaan klien setelah kehilangan sebagai organ

tubuhnya. (Ovarium dan Tuba).

d. Peran diri

Kaji apakah setelah operasi klien akan tetap meneruskan

karirnya.

e. Gambaran diri, dapat diartikan gambaran seseorang

terhadap tubuhnya, yaitu sikap individu baik sadar maupun

tidak sadar terhadap tubuhnya.

Kaji perasaan klien apakah klien merasa siap kehilangan

sebagian organ tubuhnya setelah dilakukan operasi. (Tuba

dan Ovarium).

b) Aspek Sosial

Kaji hubungan klien dengan keluarga, perawat dan sesame pasien yang

dirawat setelah tindakan operasi Salpingo Ovariectomy Sinistra apakah

klien akan menarik diri dari lingkungannya, setelah kehilangan

sebagian organ tubuhnya.


c) Aspek Spiritual

Kaji harapan dan keyakinan klien terhadap kesembuhan penyaktnya

setelah dilakukan tindakan operasi Salpingo Ovariectomy Sinistra klien

beranggapan tindakan operasi yang dialaminya merupakan cobaan dari

Allah SWT dan menyakini bahwa tindakan operasi adalah jalan keluar

dalam mengatasi penyakitnya.

d) Aspek Pengetahuan

Kaji tingkat pendidikan klien, pengetahuan klien tentang penyakitnya

dan perilaku klien dalam menghadapi masalah kesehatan.

Pada klien dengan post operasi Salpingo Ovariectomy Sinistra, tidak

akan mengetahui tentang cara perawatab luka operasi, cara melakukan

mobilitas setelah operasi.

10) Pemeriksaan Penunjang

1. Pemeriksaan laboratorium

HB, untuk mengetahui kadar haemoglobin di dalam darah, leukosit

untuk mengetahui adanya peningkatan atau tidak, karena peningkatan

leukosit menunjukan adanya tanda-tanda infeksi.

2. Pemeriksaan terhadap tumor itu sendiri. Untuk menetukan jenis tumor

secara patologi anato,i. (Sarwono, 2005)

11) Terapi

Terapi yang biasa diberikan pada klien dengan post operasi Salpingo

Ovariectomy Sinistra adalah antibiotic yang berfungsi untuk

mempengaruhi proses penyembuhan luka dan analgetik untuk


menguranngi rasa nyeri dan vitamin untuk mempercepat pemulihan sel

tubuh yang mengalami kerusakan.

3. Analisa Data

Analisa data adalah kemampuan mengatakan data dan

menghubungkan data tersebut dengan konsep, teori dan prinsip yang

relevan untuk membuat kesimpulan dalam menetukan masalah

kesehatan dan masalah keperawatan pasien. Tahap ini adalah

mengkelompokan data berdasarkan kerangka kerja yang dapat

membantu mengidentifikasi masalah keperawatan baik yang actual,

potensial, maupun kemungkinan.

Berdasarkan hasil pemeriksaan fisik analisa yang

mungkin terjadi pada klien dengan post operasi adalah sebagai berikut :

1) Analisa Data Post Operasi

Tabel 2.1

No Data Senjang Etiologi Masalah

1 Ds : Post Operasi Salpingo Gangguan rasa


 Klien Ovariectomy Sinistra.
mengatakan nyeri nyaman nyeri.
pada luka post
operasi. Terputusnya continuitas
 Klien jaringan.
mengatakan nyeri
seperti ditusuk-
tusuk. Merangsangnya
 Klien pengeluaran breadikini,
mengatakan nyeri bistamine, serotonin
apabila bergerak.
Do :
 Ekspresi wajah Dihantarkan
tampak oleh serabut afferent
meringgis. sebagai reseptor nyeri
 Skala nyeri 3 ke medulla spinalis dan
pada skla 0-5. batang otak.
 Terdapat luka
operasi yang
masih tertutup Diteruskan ke
perban. hygpthalamus.
 Klien terlihat
berbaring.
Cortex Cerebri

Nyeri dipersepsikan
2. Ds : Post Operasi Salpingo Gangguan
 Klien Ovariectomy Sinistra
mengatakan nyeri mobilitas fisik
saat bergerak.
 Klien
mengatakan takut Menyebabkan nyeri
saat bergerak. pada luka operasi,
Do :
 Klien tampak
bingung
 Kekuatan otot Gangguan mobilitas
menurun fisik.
3 3
3 3
 Klien hanya
berbaring di
tempat tidur.
3. Ds : Post operasi Salpingo Gangguan
 Klien Ovariectomy Sinistra
mengatakan pemenuhan
tidur sering
terjaga karena istirahat tidut
nyeri Nyeri post operasi
Do : (stimulus nyeri)
 Ekspresi
wajah klien
kusut.
 Konjuctiva Merangsang susunan
anemis saraf otonom

Mengaktvasi
norepineprin

Merangsang saraf
simpatis untuk
mengaktivasi RAS

Mengaktifkan organ
tubuh

REM menurun

Klien terjaga
4. Ds : Post Operasi Salpingo Gangguan
 Klien Ovariectomy Sinista
mengatakan personal
belum mandi
setelah operasi hygiene
dan badannya Kelemahan anestesi
terasa lengket fisik
Do :
 Badam klien
terlihat kotor
 Klien belum Nyeri bila bergerak
menggosok gigi
 Rambut tampak
kusut
 Aktivitas klien Keterbatasan gerak
dibantu keluarga
dan perawat.

Ketidak mampuan
untuk melakukan
perawatan diri

Gangguan personal
hygiene

5 Ds : Post Operasi Salpingo Gangguan


 Klien Ovariectomy Sinista konsep diri :
mengatakan malu
terhadap harga diri
perubahan
dirinya setelah Klien berhubungan rendah.
dioperasi. salah satu organ
Do : tubuhnya.
 Klien kehilangan
salah satu organ
tubuhnya.
 Klien kurang Gambaran diri rendah
mampu
mengekspresikan
secara verbal
 Klien tampak Merasa tidak percaya
tidak percaya diri diri

Gangguan konsep diri :


harga diri rendah
6. Ds : Luka post operasi Resiko tinggi
 Klien dan Salpingo Ovariectomy
keluarganya Sinista infeksi.
mengatakan tidak
dapat melakukan
perawatan luka.
Do : Terputusnya kontinuitas
 Terdapat luka jaringan.
operasi yang
masih tertutup
perban.
Merupakan mediator
masuknya kuman dan
respon inflamasi

Resio terjadinya infeksi

2) Diagnosa Keperawatan Post Operasi :

a. Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan

terputusnya kontinuitas jaringn akibat post operasi salpingo

ovariectmoy sinista.
b. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan nyeri pada

luka bekas operasi salpingo ovariectomy sinista.

c. Gangguan pemenuhan istirahat tidur berhubungan dengan

nyeri pada luka operasi.

d. Gangguan personal hygiene berhubungan dengan

keterbatasan gerak.

e. Gangguan konsep diri : harga diri rendah berhubungan

dengan kehilangan salah satu organ tubuh akibat operasi

salpingo ovariectomy sinista.

f. Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan luka operasi

sebagai mediator pintu masuknya kuman dan respon inflamasi.

3) Perencanaan

Perencanaan merupakan langkah kedua dalam proses

keperawatan yang terdiri dari merumuskan tujuan, intervensi,

rasional dari asuhan keperawatan. Perencanaan adalah kategori

dari perilaku keperawatan ditetapkan dan intervensi

keperawatan dipilih untuk mencapai tujuan tersebut. (Potter &

Perry, 2005).

Perencanaan yang mungkin dilakukan intervensi sesuai dengan

diagnose keperawatan adalah :

1) Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan

terputusnya kontinuitas jaringan akibat post operasi

salpingo ovariectomy sinsitra.

a) Tujuan
Dalam waktu 4 hari setelah pemberian asuhan

keperawatan nyeri hilang.

b) Evaluasi

Tanda-tanda vital dalam batas normal TD : 110/70

mmHg, N : 78x/mnt, S : 36ºc . tanda non verbal

tidak menunjukan nyeri, skala nyeri menjadi 0 (dari

skala 0-5).

Tabel 2.2

Intervensi Rasional

1. Observasi tanda-tanda vital tiap 4 1. Untuk mengetahui


jam sekali. perkembangan klien.
2. Berikan penkes tentang manajemen 2. Nafas dalam
nyeri tehnik relaksasi dan distraksi. menngurangi
ketegangan otot serta
menambah pemasukan
oksigen dan tehnik
distraksi dapat
mengalihkan perhatian
klien sehingga
perhatiannya tidak
terfokus kepada nyeri.
3. Kaji ulang tingkat nyeri dengan 3. Untuk mengetahui
menggunakan skala nyeri perkembangan setelah
dilakukan intervensi.
4. Berikan analgetik sesuai prosedut. 4. Analgetik dapat
memblok hantaran
norespon ke pusat
nyeri.
5. Anjurkan klien untuk beristirahat 5. Istirahat dapat
apabila terasa sangat nyeri. menurunkan
pengeluaran energi
2) Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan nyeri

pada luka bekas operasi salpingo ovariectomy

sinista.

a) Tujuan

Klien dapat mobilisasi dini setelah 6-10 jam klien

sadar

b) Kriteria, evaluasi

Klien dapat melakukan mobilisasi dini secara

bertahap.

Tahap 2.3

Intervensi Rasional

1. Kaji respon klien terhadap 1. Untuk mengetahui sejauh mana


mobilisasi. aktifitas yang dilakukan klien.
2. Beri penjelasan tentang 2. Menambah pengetahuan klien,
pentingnya mobilisasi dini sehingga klien termotivasi untuk
setelah operasi. melakukan mobilisasi.
3. Berikan bimbingan mobilisasi 3. Mobilisasi dapat
bertahap hari pertama post menghindarkan peregangan otot
operasi. secara tiba-tiba pada luka,
sekitar operasi

3) Gangguan pemenuhan kebutuhan istirahat tidur

berhubungan dengan nyeri luka operasi.

a) Tujuan

Setelah dilakukan intervensi keperawatan

kebutuhan istirahat tidur terpenuhi dalam waktu

1x24 jam.
b) Kriteria, evaluasi

Klien dapat tidur kurang lebih 8 jam, klien

tampak segar.

Tabel 2.4

Intervensi Rasional

1. Berikan penjelasan tentang 1. Klien dapat mengerti bahwa


pentingnya tidur bagi tidur merupakan salah satu
kesehatan klien. cara untuk pemulihan
kondisinya.
2. Ciptakan lingkungan yang 2. Lingkungan yang tenang
nyaman dengan membatasi dapat mengurangi stressor
pengunjung. dan merangsang pusat tidur
di hypothalamus.
3. Anjurkan klien untuk minum 3. Susu mengandung zat
susu hangat sebelum tidur. L.triptopan yang
mempengaruhi relaksasi RAS
sehingga menimbulkan rasa
4. Kaji adanya kebiasaan kantuk.
pengantar tidur. 4. Pengantar tidur akan
meningkatkan stimulus untuk
tidur.

4) Gangguan personal hygiene berhubungan dengan

keterbatasan gerak.

a) Tujuan

Pasca post operasi dalam waktu ± 6 jam klien

mampu bergerak.

b) Kriteria Evaluasi

Klien mampu bergerak sedikit demi sedikit dan

klien tidak takut untuk bergerak.


Tabel 2.5

Intervensi Rasional

1. Berikan penjelasan tentang 1. Dengan diberikan penjelasan


pentingnya personal hygiene. diharapkan klien kooperatif
dalam pemenuhan personal
hygiene.
2. Siapkan perlengkapan mandi 2. Untuk memudahkan klien dalam
dalam memenuhi personal pemenuhan personal hygiene
hygiene. seperti mendekatkan alat-alat
yang memang diperlukan klien.
3. Untuk memandirikan klien
3. Berikan bantuan dalam dalam pemenuhan personal
pemenuhan personal hygiene hygiene secara bertahap.
klien secara mandiri dan
bertahap.

5) Gangguan konsep diri : harga diri rendah

berhubungan dengan kehilangan salah satu organ

tubuh akibat operasi salpingo ovariectomy sinista.

a) Tujuan

Harga diri rendah tidak terjadi.

b) Kriteria Evaluasi

Klien mau mengekspresikan perasaannya, klien

tidak merasa minder dan menerima keadaannya.

Tabel 2.6

Intervensi Rasional

1. Berikan waktu untuk mendengar 1) Memberikan minat dan perhatia,


masalah dan ketakutan pasien memberikan kesempatan untuk
dan orang terdekat. memperbaiki kesalahan konsep,
contoh klien dengan kehilangan
salah satu organ tubuhnya yaitu
tube & ovarium.
2. Kaji stress emosi klien dan 2) Untuk menghindari tindakan
dorong klien untuk kurang hati-hati atau terlalu
mengekspresikan perasaan menyendiri, klien akan merasa
dengan tepat. takut tak mampu memenuhi peran
reproduksi dan mengalami
kehilangan.
3. Berikan informasi akurat, 3) Memberikan kesempatan kepada
kuatkan informasi yang klien untuk bertanya dan
diberikan sebelumnya. mengasimilasi informasi.
4. Berikan lingkungan terbuka 4) Meningkatkan berbagai
pada pasien untuk keyakinan/nilai tentang subjek
mendiskusikan masalah sensitive dan megidentifikasi
seksualitas. kesalahan konsep/mitos yamg
dapat mempengaruhi penilain
situasi.
5. Perhatikan perilaku menarik 5) Mengidentifikasi tahap
diri, menganggap diri negative kehilangan/kebutuhan intervensi.
atau terlalu memasalahkan
perubahan actual yang ada.

6) Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan luka

operasi sebagai mediator pintu masuk kuman dan

respon inflmasi.

a) Tujuan

Dalam waktu ±6 hari setelah pemberian

asuhan keperawatan infeksi tidak terjadi.

b) Kriteria, evaluasi

Tanda-tanda infeksi tidak terjadi seperti

kalor, dolor, rubor dan fungsi laesa, serta

luka operasi kering.

Tabel 2.7

Intervensi Rasional
1. Ukur dan observasi 1. Peningkatan suhu tubuh
tanda-tanda vital. merupakan salah satu indikasi
adanya infeksi.
2. Observasi tanda- 2. Mengetahui secara dini
tanda infeksi seperti kalor, dolor, dan gejala infeksi dan memudahkan
rubor, dan laesa. intervensi sehingga intergritas kulit
dapat diatasi.
3. Perawatan luka dapat
3. Lakukan dan ajarkan mengangkut dan mencegah
perawatan luka dengan tehnik masuknya mikroorganisme pathogen
septic dan aseptc. penyebab infeksi sedangkan
mengajarkan perawatn luka agar
klien dapat melakukannya sendiri.
4. Berikan obat sesuai advis 4. Antibiotik merupakan
dokter. baketrisida yang dapat menghambat
pertumbuhan bakteri.
5. Ciptakan lingkungan yang 5. Lingkungan yang bersih
bersih. dapat meminimalkan tumbuhnya
mikroorganisme

4). Implementasi

Implementasi adalah kategori dari perilaku keperawatan

dimana tindakan yang diperlukan untuk mencapai tujuan dan hasil yang

diperkirakan dari asuhan keperawatan dilakukan dan diselesaika. Tahap

implementasi merupakan fase kegiatan dari proses keperawatan. (Potter &

Perry, 2005).

Jenis implementasi keperawatan pada klien dengan post operasi meliputi :

intervensi keperawatan mandiri dan kolaborasi. Yaitu tindakan keperawatan

yang diputuskan oleh perawata dan dilindungi oleh peraturan prakek

keperawatan.

5). Evaluasi

Evaluasi merupakan tahap akhir dari suatu proses keperawatan dan

meberikan umpan balik (feed back), mengenai teratasi atau tidaknya suatu

implementasi keperawatan. Dengan begitu, maka rencana keperawatan


dapat direvisi. Evaluasi dalam asuhan keperawatan pada klien dengan post

operasi dapat berupa evaluasi formatif dan evaluasi sumatif. Adapun kedua

jenis evalasi tersebut yaitu :

1. Evaluasi Formatif

Evaluasi yang dilakukan secara langsung setelah tindakan.

2. Evaluasi Sumatif

Evaluasi yang dilakukan pada saat terakhir perawatan. Tahap

evaluasi dalam proses keperawatan menyangkut pengumpulan data

objektif dan subjektif apakah akan menunjukan tujuan pelayanan

keperawatan sudah tercapai atau belum, masalah yang sudah

dipecahkan dan apa perlu dikaji, direncanakan, dilaksanakan dan

dinilai kembali.

Anda mungkin juga menyukai