Anda di halaman 1dari 25

TUGAS MAKALAH

KEPERAWATAN ANAK II

“POLIO”

Dosen Pembimbing: Endang Mei Y.,S.Kep., Ns.,M.Kep.

Disusun Oleh:

Dwinda Kurniawati (15620995)

Fikri Ainun N (15620998)

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS KADIRI

2017
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena
dengan rahmat , karunia, serta karunia-Nya lah kami dapat menyelesaikan
makalah “POLIO” ini sebatas pengetahuan dan kemampuan yang dimiliki.
Dan juga kami berterima kasih pada Ibu Endang Mei Y., S.Kep., Ns.,M.Kep.
selaku dosen mata kuliah Keperawatan Anak II yang telah memberikan tugas
ini kepada kami.
Kami sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka
menambah wawasan serta pengetahuan kita mengenai Polio. Kami juga
menyadari sepenuhnya bahwa di dalam tugas ini terdapat kekurangan-
kekurangan dan jauh dari apa yang kami harapkan. Untuk itu, saya berharap
adanya kritik, saran dan usulan demi perbaikan di masa yang akan datang ,
mengingat tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa saran yang membangun.
Semoga makalah sederhana ini dapat dipahami bagi siapapun yang
membacanya. Sekiranya makalah yang telah disusun ini dapat berguna bagi
kami sendiri maupun orang yang membacanya. Sebelumnya saya mohon
maaf apabila terdapat kesalahan kata-kata yang kurang berkenan dan kami
memohon kritik dan saran yang membangun demi perbaikan di masa depan.

Kediri, 7 Oktober 2017

Penulis

i
DAFTAR ISI
Kata Pengantar ............................................................................................i
Daftar Isi .....................................................................................................ii
Bab I Pendahuluan
1.1 Latar Belakang.......................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah..................................................................................3
1.3 Tujuan Masalah......................................................................................3
Bab II Pembahasan
2.1 Pengertian Polio ....................................................................................4
2.2 Klasifikasi Polio.....................................................................................4
2.3 Etiologi Polio.........................................................................................6
2.4 Patofisiologi Polio..................................................................................8
2.5 Manifestasi Polio....................................................................................11
2.6 Pemeriksaan penunjang Polio................................................................13
2.7 Komplikasi Polio....................................................................................14
2.8 Pencegahan Polio...................................................................................15
2.9 Penatalaksanaan.....................................................................................16
2.10 Epidemiologi........................................................................................17
Asuhan Keperawatan...................................................................................18
Bab III Penutup
3.1 Kesimpulan............................................................................................22
Daftar Pustaka..............................................................................................23

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Poliomielitis adalah penyakit infeksius akut yang dalam bentuk berat
menyerang system saraf pusat. Dekstruksi saraf motorik pada medulla
spinalis menyebabkan paralisis flaksid. Namun, sebagian besar infeksi
poliovirus bersifat subklinis. Polioirus berperan sebagai contoh piconavirus
pada banyak penelitian laboratorium biologi molecular mengalami replikasi
picornavirus (Mikrobiologi Jawetz, 2004).
Poliomielitis diduga pertama kali dikenal kira-kira 6.000 tahunyang lalu
pada zaman Mesir kuno, dengan ditemukan mumi yang mempunyai kelainan
kaki yang mengarah pada polio.
Underwood pertama kali pada tahun 1789 menjelaskan penyakit
poliomyelitis oleh deskripsi klinik sebagai penyakit yang utuh., disusul oleh
Duchene mengenai proses kerusakan yang terjadi di kornu anterior medula
spinalis oleh virus polio. Definisi mengenai gambaran klinis dan
epidemiologi oleh Wickman disusul dengan hasil Landsteiner melakukan
transmisi suatu filterable agen penyebab polio pada kera dan Flexner
menemukan cara passage-nya. Jenis antigenic polio dipisahkan pada tahun
1951 disusul dengan pada tahun 1954-1955 pengembangan dan penggunaan
secara luas vaksin inaktif melalui suntikan dengan vaksin Salk. Vaksin hidup
Sabin yang dilemahkan kemudian digunakan secara luas dan diberikan per
-oral (IDAI, 2010).
Pada dasarnya virus polio dapat melumpuhkan bahkan membunuh. Virus
ini dapat menular melalui air dan kotoran manusia. Sifatnya sangat menular
dan selalu menyerang anak balita. Dua puluh tahun silam, polio
melumpuhkan 1.000 anak tiap harinya di seluruh penjuru dunia. Tapi pada
1988 muncul Gerakan Pemberantasan Polio Global. Lalu pada 2004, hanya
1.266 kasus polio yang dilaporkan muncul di seluruh dunia. Umumnya kasus

1
tersebut hanya terjadi di enam Negara. Kurang dari setahun ini, anggapan
dunia bebas polio sudah berakhir.
Sejak 1979 Tidak ada laporan kasus infeksi poliovirus di Amerika Serikat.
Sampai tahun 1998, rata-rata 8-10 kasus yang terkait dengan virus vaksin
yang dilaporkan setiap tahun.
Karena dari semua lembaga vaksin inactivated poliovirus (IPV) kebijakan
dalam jadwal imunisasi rutin, jumlah vaksin-kasus terkait telah menurun
secara signifikan. Empat kasus vaksin berasal poliovirus diidentifikasi pada
tahun 2005 di kalangan anak-anak disebuah unvaccinated masyarakat Amish
di Minnesota. Insiden global mengenai infeksi poliovirus ini telah menurun
lebih dari 99% sejak tahun 1988. Meskipun tidak ada wabah yang dilaporkan
di belahan bumi barat sejak 1991, Pan American Health Organization
melaporkan sebuah kejadian di Haiti dan Republik Dominika pada tahun
2001. Sejak 2001, tidak ada tambahan wabah penyakit yang disebabkan oleh
poliovirus di Amerika. Dari kelompok-jenis penyakit masih ditemukan
dibeberapa daerah di Afrika dan Asia Tenggara. Semenjak tahun 2004, hanya
5 negara dimana poliovirus transmisi tidak pernah terputus diantaranya adalah
India, Mesir, Nigeria, Pakistan, dan Afghanistan. Meskipun kemajuan
signifikan telah dibuat terhadap pemberantasan penyakit infeksi ini di negara-
negara tersebut, peningkatan jumlah kasus yang diamati pada tahun 2006 ini
tetapada( L. Heymann, 2004 ).
Pada awal Maret tahun 2005, Indonesia muncul kasus polio pertama
selama satu dasa warsa. Artinya, reputasi sebagai negeri bebas polio yang
disandang selama 10 tahun pun hilang ketika seorang anak berusia 20 bulan
di Jawa Barat terjangkit penyakit ini. Menurut analisa, virus tersebut dibawa
dari sebelah utara Nigeria. Sejak itu polio menyebar ke beberapa daerah di
Indonesia dan menyerang anak-anak yang tidak diimunisasi. Polio bisa
mengakibatkan kelumpuhan dan kematian. Virusnya cenderung menyebar dan
menular dengan cepat apalagi di tempat-tempat yang kebersihannya buruk.
Indonesia sekarang mewakili satu per lima dari seluruh penderita polio
secara global tahun ini. Kalau tidak dihentikan segera, virus ini akan segera

2
tersebar ke seluruh pelosok negeri dan bahkan ke Negara-negara tetangga
terutama daerah yang angka cakupan imunisasinya masih rendah.
Indonesia merupakan Negara ke-16 yang dijangkiti kembali virus tersebut.
Banyak pihak khawatir tingginya kasus polio di Indonesia akan menjadikan
Indonesia menjadi pengekspor virus ke Negara-negara lain, khususnya di
Asia Timur. Wabah polio yang baru saja terjadi di Indonesiadapat dipandang
sebagai sebuah krisiskesehatan dengan implikasi global
1.2 Rumusan Masalah
1.2.1 Apa pengertian polio?
1.2.2 Apa saja klasifikasi polio?
1.2.3 Apa saja etiologi polio ?
1.2.4 Bagaimana patofisiologi polio?
1.2.5 Bagaimana manifestasi klinis polio?
1.2.6 Apa saja pemeriksaan penunjang pada polio?
1.2.7 Apa komplikasi pada polio?
1.2.8 Bagaimana pencegahanan pada polio?
1.2.9 Bagaimana penatalaksanaan polio?
1.2.10 Bagaimana epidemiologi polio?
1.3 Tujuan Masalah
1.3.1 Untuk mengetahui pengertian polio.
1.3.2 Untuk mengetahui klasifikasi polio.
1.3.3 Untuk mengetahui etiologi polio.
1.3.4 Untuk mengetahui patofisiologi polio.
1.3.5 Untuk mengetahui manifestasi klinis pada polio.
1.3.6 Untuk mengetahui pemeriksaan penunjang polio.
1.3.7 Untuk mengetahui komplikasi polio.
1.3.8 Untuk mengetahui pencegahanan pada polio.
1.3.9 Untuk mengetahui penatalaksanaan polio.
1.3.10 Untuk mengetahui epidemiologi polio.

3
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Polio


Penyakit polio atau poliomyelitis disebut penyakit lumpuh anak- anak
karena terlalu seringgnya anak anak mendapat penyakit itu. Penyakit polio
terdapat diseluruh dunia. Orang dewasa mungkin juga mendapat penyakit itu
meskipun kebanyakan dari mereka mungkin sudah pernah terkena penyakit
polio di masa kanak - kanak dan sudah agak kebal.
Polio, kependekan dari poliomyelitis, adalah penyakit yang dapat
merusak sistem saraf dan menyebabkan paralysis. Penyakit ini paling sering
terjadi pada anak-anak di bawah umur 2 tahun. Infeksi virus ini mulai timbul
seperti demam yang disertai panas, muntah dan sakit otot. Kadang-kadang
hanya satu atau beberapa tanda tersebut, namun sering kali sebagian tubuh
menjadi lemah danlumpuh (paralisis). Kelumpuhan ini paling sering terjadi
pada salah satu atau kedua kaki. Lambat laun, anggota gerak yang lumpuh ini
menjadi kecil dan tidak tumbuh secepat anggota gerak yang lain. Poliomielitis
adalah penyakit menular yang akut disebabkan oleh virus dengan predileksi
pada sel anterior massa kelabu sumsum tulang belakang dan intimotorik
batang otak, dan akibat kerusakan bagian susunan syaraf tersebut akanterjadi
kelumpuhan serta autropi otot. Poliomielitis atau polio, adalah penyakit
paralysis atau lumpuh yang disebabkan oleh virus. Agen pembawa penyakit
ini, sebuah virus yang dinamakan poliovirus (PV), masuk ketubuh melalui
mulut, menginfeksi saluran usus. Virus ini dapat memasuki aliran darah dan
mengalir kesistem saraf pusat menyebabkan melemahnya otot dan kadang
kelumpuhan (paralysis).
2.2 Klasifikasi
1. Polio Non-Paralisis
Polio non-paralisis menyebabkan demam, muntah, saki perut, lesu dan
sensitif. Terjadi kram otot pada leher dan punggung, otot terasa lembek jika
disentuh.
2. Polio Paralisis Spinal

4
Strain poliovirus ini menyerang saraf tulang belakang, menghancurkan sel
tanduk anterior yang mengontrol pergerakan pada batang tubuh dan otot
tungkai.Meskipun strain ini dapat menyebabkan kelumpuhan permanen,
kurang dari satu penderita dari 200 penderita akan mengalami kelumpuhan.
Kelumpuhan paling sering ditemukan terjadi pada kaki. Setelah poliovirus
menyerang usus, virus ini akan diserap oleh kapiler darah pada dinding usus
dan diangkut seluruh tubuh. Poliovirus menyerang saraf tulang belakang dan
neuron motor yang mengontrol gerak fisik. Pada periode inilah muncul gejala
seperti flu. Namun, pada penderita yang tidak memiliki kekebalan atau belum
divaksinasi, virus ini biasanya akan menyerang seluruh bagian batang saraf
tulang belakang dan batang otak. Infeksi ini akan mempengaruhi sistem saraf
pusat menyebar sepanjang serabut saraf. Seiring dengan berkembang biaknya
virus dalam sistem saraf pusat, virus akan menghancurkan neuron motor.
Neuron motor tidak memiliki kemampuan regenerasi dan otot yang
berhubungan dengannya tidak akan bereaksi terhadap perintah dari sistem
saraf pusat. Kelumpuhan pada kaki menyebabkan tungkai menjadi lemas
kondisi ini disebut acute flaccid paralysis (AFP). Infeksi parah pada sistem
saraf pusat dapat menyebabkan kelumpuhan pada batang tubuh dan otot pada
toraks (dada) dan abdomen (perut), disebut quadriplegia.
3. Polio Bulbar
Polio jenis ini disebabkan oleh tidak adanya kekebalan alami sehingga
batang otak ikut terserang. Batang otak mengandung neuron motor yang
mengatur pernapasan dan saraf kranial, yang mengirim sinyal ke berbagai otot
yang mengontrol pergerakan bola mata saraf trigeminal dan saraf muka yang
berhubungan dengan pipi, kelenjar air mata, gusi, dan otot muka, saraf
auditori yang mengatur pendengaran, saraf glossofaringeal yang membantu
proses menelan dan berbgai fungsi di kerongkongan; pergerakan lidah dan
rasa; dan saraf yang mengirim sinyal ke jantung, usus, paru-paru, dan saraf
tambahan yang mengatur pergerakan leher ( Wilson, 2001 ).Tanpa alat bantu
pernapasan, polio bulbar dapat menyebabkan kematian. Lima hingga sepuluh
persen penderita yang menderita polio bulbar akan meninggal ketika otot

5
pernapasan mereka tidak dapat bekerja. Kematian biasanya terjadi setelah
terjadi kerusakan pada saraf kranial yang bertugas mengirim 'perintah
bernapas' ke paru-paru. Penderita juga dapat meninggal karena kerusakan pada
fungsi penelanan; korban dapat 'tenggelam' dalam sekresinya sendiri kecuali
dilakukan penyedotan atau diberi perlakuan trakeostomi untuk menyedot
cairan yang disekresikan sebelum masuk ke dalam paru-paru. Namun
trakesotomi juga sulit dilakukan apabila penderita telah menggunakan 'paru-
paru besi' (iron lung). Alat ini membantu paru-paru yang lemah dengan cara
menambah dan mengurangi tekanan udara di dalam tabung.Kalau tekanan
udara ditambah, paru-paru akan mengempis, kalau tekanan udara dikurangi,
paru-paru akan mengembang. Dengan demikian udara terpompa keluar masuk
paru-paru. Infeksi yang jauh lebih parah pada otak dapat menyebabkan koma
dan kematian.Tingkat kematian karena polio bulbar berkisar 25-75%
tergantung usia penderita. Hingga saat ini, mereka yang bertahan hidup dari
polio jenis ini harus hidup dengan paru-paru besi atau alat bantu pernapasan.
Polio bulbar dan spinal sering menyerang bersamaan dan merupakan sub kelas
dari polio paralisis. Polio paralisis tidak bersifat permanen. Penderita yang
sembuh dapat memiliki fungsi tubuh yang mendekati normal.
2.3 Etiologi
Polio disebabkan virus poliomyelitis. Satu dari 200 infeksi
berkembang menjadi kelumpuhan. Sebanyak 5-10% pasien lumpuh
meninggal ketika otot-otot pernapasannya menjadi lumpuh.kebanyakan
menyerang anak-anak dibawah umur tiga tahun (lebih dari 50% kasus), tapi
dapat juga menyerang orang dewasa pencegahan dengan vaksinasi secara
berkala, idealnya pada masa kanak-kanak. Penularan polio:

1. Virus masuk ke tubuh melalui mulut, bisa dari makanan atau air yang
tercemar virus
2. Virus di temui di kerongkongan dan memperbanyak dirinya di dalam usus.

6
Menyerang sel-sel saraf yang mengendalikan otot, termasuk otot yang terlibat
dalam pernapasan. Penyebab poliomyelitis Family Pecomavirus dan Genus
virus, di bagi 3 yaitu:

a. Brunhilde
b. Lansing
c. Leon; dapat hidup berbulan-bulan di dalam air , mati dengan
pengeringan/oksidan. Masa inkubasi : 7-10-35 hari

Klasifikasi virus

1. Golongan : golongan IV((+)ssRNA)


2. Familia : picomaviridae
3. Genus : enterovirus
4. Spesies : poliovirus
Secara serologi virus polio dibagi menjadi 3 tipe, yaitu:
· Tipe I Brunhilde
· Tipe II Lansing dan
· Tipe III Leoninya
Tipe I yang paling sering menimbulkan epidemi yang luas dan ganas, tipe
II kadang-kadang menyebabkan wajah yang sporadic sedang tipe III
menyebabkan epidemic ringan.
Di Negara tropis dan sub tropis kebanyakkan disebabkan oleh tipe
II dan III dan virus ini tidak menimbulkan imunitas silang.
Penularan virus terjadi melalui
1. Secara langsung dari orang ke orang
2. Melalui tinja penderita
3. Melalui percikan ludah penderita
Virus masuk melalui mulut dan hidung,berkembang biak didalam
tenggorokan dan saluran pencernaan,lalu diserap dan disebarkan melalui
system pembuluh darah dan getah bening
Resiko terjadinya Polio:
a) Belum mendapatkan imunisasi
b) Berpergian kedaerah yang masih sering ditemukan polio
c) Usia sangat muda dan usia lanjut
d) Stres atay kelehahan fisik yang luar biasa(karena stress emosi dan fisik
dapat melemahkan system kekebalan tubuh)

2.4 Patofisiologi

7
Poliomielitis adalah suatu penyakit menular yang disebabkan oleh
infeksi/peradangan oleh poliovirus, penyakit ini ditularkan dari orang yang
terinfeksi ke orang lain dengan cara kontak baik melalui sekret yang
dikeluarkan dari hidung, mulut ataupun melalui feses. Di faring, virus ini
hanya dapat ditemukan tiga hari sebelum sampai lima hari sesudah penyakit
ini timbul. Tetapi di dalam tinja, virus ini dapat ditemukan sampai 17
minggu sejak penderita itu menjadi sakit. Penularannya adalah secara water
- borne (seperti penularan penyakit tifus). Porte d` entre dari virus ini adalah
usus di mana virus itu dapat berkembang biak dan menimbulkan viremia,
sampai akhirnya virus ini sampailah ke SSP.Virus masuk melalui mulut dan
hidung kemudian berkembangbiak di dalam kerongkongan dan di dalam
traktus gastrointestinal (usus) akan menyebar melalui pembuluh darah dan
kelenjar getah bening. Masa inkubasi yang diperlukan berkisar 5 –35 hari
dengan rata-rata 7 –14 hari.
Russell mengatakan bahwa suatu provokasi seperti misalnya suatu
infeksi (juga suatu vaksinasi atau pencacaran), suatu tonsilektomi atau suatu
olah raga yang berat, dapat merupakan suatu “invitation to settle down”bagi
virus itu di tempat-tempat tertentu dalam SSP. Provokasi tadi menimbulkan
kelemahan pada motoneuron, sehingga virus polio itu dapat masuk ke dalam
sel-sel motoneuron tersebut. Dengan demikian maka timbullah suatu
kelumpuhan (polio paralitik). Bila virus itu hanya sampai pada selaput
sumsum tulang belakang saja tetapi tidak ada “invitation to settle down”,
maka akan terjadi kaku kuduk dan lain-lain tanpa kelumpuhan (polio non-
paralitik).
Ada beberapa faktor yang menentukan apa sebabnya tempat-tempat tertentu
dari SSP lebih sering terserang virus polio daripada tempat-tempat yang
lain. Faktor yang yang berperan dalam hal ini adalah:
1.Jumlah (banyaknya) dan virulensi virus polio yang memasuki tubuh.
2.“Invitation to settle down” yang berperan dalam fase pre-paralitik.
Secara mendasar, kerusakan saraf merupakan cirri khas pada
poliomyelitis. Virus berkembang di dalam dinding faring atau salurun cerna

8
bagian bawah,menyebar ke jaringan getah bening dan menyebar masuk ke
aliran darah sebelum menembus dan berkembang biak di jaringan saraf.
Pada saat viremia pertama terdapat gejala klinik yang tidak spesifik berupa
minor illnesses. Invasi virus ke susunan saraf bias hematogen atau melalui
perjalanan saraf. Dalam beberapa penelitian kedua-duanya mungkin, tetapi
secara hematogen lebih sering terjadi. Virus masuk ke susunan saraf melalui
sawar darah-otak (blood brain barrier) dengan berbagai cara yaitu :
1.Transport pasif dengan cara piknositosis
2.Infeksi dari endotel kapiler
3.Dengan bantuan sel mononuclear yang mengadakan transmisi ke dalam
susunan saraf pusat
4.Kemungkinan lain melalui saraf perifer, transport melalui akson atau
penyebaran melalui jaras olfaktorius (IDAI 20

Pathway

Virus poliomyelitis

Melalui mulut (berupa makan dan air)

Orofaring Infeksi sulit menelan

Menginfeksi saluran usus sulit bernafas MK:Defisit nutrisi


(berkembangbiak) Perdarahan
MK:Pola nafas tidak efektif
masuk kesistem limfatik/pembuluh darah

Menyebar ke organ target

9
fase viremia peningkatan suhu tubuh

System syaraf pusat MK: Hipertermi

Menyerang sel-sel yang mengendalikan otot Infeksi

Melemahnya otot MK: Nyeri

Kelumpuhan (paralysis)

Otot tungkai (flaccid paralysis) MK: ansietas

MK:Hambatan Mobilitas Fisik

2.5 Manifestasi Klinis


 Minor Illnesses
Gejala klinis ini terjadi sebagai akibat proses inflamasi akibat berbiaknya
virus polio. Gejalanya sangat ringan atau bahkan tanpa gejala. Keluhan
biasanya nyeri tenggorok dan perasaan tidak enak di perut, gangguan
gastrointestinal, demam ringan, perasaan lemas, dan nyeri kepala ringan.
Gejala ringan terjadi selama 1-4 hari, kemudian menghilang. Gejala ini
merupakan fase enteric dari infeksi virus polio. Masa inkubasi 1-3 hari dan
jarang lebih dari 6 hari. Selama waktu itu virus ber-replikasi pada nasofaring
dan saluran cerna bagian bawah. Gejala klinis yang tidak khas ini terdapat
pada 90-95% kasus polio.
 Major Illnesses
Major illnesses merupakan gejala klinik akibat penyebaran dan replikasi
virus di tempat lain serta kerusakan yang ditimbulkannya. Menurut
Hortsman, masa ini berlangsungselama 3-35 hari termasuk gejala minor
illnesses dengan rata-rata 17 hari. Usia penderita akan mempengaruhi gejala
klinis, 1/3 dari kaus polio berusia 2-10 tahun, akan memberikan gambaran
bifasik atau dromedary yaitu terdapat 2 letupan kedua kelainan sistemik dan
neurologik (IDAI, 2010).

10
Poliomielitis klinis menyerang sistem saraf pusat (otak dan korda
spinalis) serta erbagi menjadi non-paralitik serta paralitik. Infeksi klinis bisa
terjadi setelah penderita sembuh dari suatu infeksi subklinis.
1. Infeksi subklinis (tanpa gejala atau gejala berlangsung selama kurang dari
72 jam)/ minor illnesses
-demam ringan
-sakit kepala
-tidak enak badan
-nyeri tenggorokan

-tenggorokan tampak merah


-muntah.
2. Poliomielitis non-paralitik (gejala berlangsung selama 1-2 minggu)/ major
illnesses
-demam sedang
-sakit kepala
-kaku kuduk
-muntah
-diare
-kelelahan yang luar biasa
-rewel
-nyeri atau kaku punggung, lengan, tungkai, perut
-kejang dan nyeri otot
-nyeri leher
-nyeri leher bagian depan
-kaku kuduk
-nyeri punggung
-nyeri tungkai (otot betis)
-ruam kulit atau luka di kulit yang terasa nyeri
-kekakuan otot.
3. Poliomielitis paralitik/ major illnesses
-demam timbul 5-7 hari sebelum gejala lainnya
-sakit kepala
-kaku kuduk dan punggung
-kelemahan otot asimetrik
-onsetnya cepat
-segera berkembang menjadi kelumpuhan
-lokasinya tergantung kepada bagian korda spinalis yang terkena

11
-perasaan ganjil/aneh di daerah yang terkena (seperti tertusuk jarum)
-peka terhadap sentuhan (sentuhan ringan bisa menimbulkan nyeri)
-sulit untuk memulai proses berkemih
-sembelit
-perut kembung
-gangguan menelan
-nyeri otot
-kejang otot, terutama otot betis, leher atau punggung
-gangguan pernafasan
-rewel atau tidak dapat mengendalikan emosi
-refleks Babinskipositif.

2.6 Pemeriksaan Penunjang


1. Pemeriksaan laboratorium:
a) Viral Isolation
Poliovirus dapat dideteksi dari faring pada seseorang yang diduga
terkena penyakit polio. Pengisolasian virus diambil dari cairan
cerebrospinal adalah diagnostik yang jarang mendapatkan hasil yang
akurat. Jika poliovirus terisolasi dari seseorang dengan kelumpuhan yang
akut, orang tersebut harus diuji lebih lanjut menggunakan uji
oligonucleotide atau pemetaan genomic untuk menentukan apakah virus
polio tersebut bersifat ganas atau lemah.
b) Uji Serology
Uji serology dilakukan dengan mengambil sampel darah dari
penderita. Jika pada darah ditemukan zat antibody polio maka diagnosis
bahwa orang tersebut terkena polio adalah benar. Akan tetapi zat antibody
tersebut tampak netral dan dapat menjadi aktif pada saat pasien tersebut
sakit.
c) Cerebrospinal Fluid ( CSF)
CSF di dalam infeksi poliovirus pada umumnya terdapat peningkatan
jumlah sel darah putih yaitu 10-200 sel/mm3 terutama adalah sel

12
limfositnya. Dan kehilangan protein sebanyak 40-50 mg/100 ml ( Paul,
2004 ).
d) Pemeriksaan Darah Perifer
Tidak pemeriksaan spesifik untuk diagnosis poliomyelitis pada gejala
awal, sama seperti virus lainnya. Pemeriksaan darah perifer mungkin
dalam batas normal atau terjadi leukositosis pada fase akut major illnesses
yaitu 10.000-30.000/ul dengan predominan PMN.
Terdapat 3 pola dasar pada infeksi polio:
-Infeksi subklinis
-Non-paralitik
-Paralitik
95% kasus merupakan infeksi subklinis.
Infeksi virus polio pada manusia sangat bervariasi dari gejala yang
sangat ringan hingga terjadi paralisis. Infeksi virus polio dapat
diklasifikasikan menjadi minor illnesses dan major illnesses (termasuk
jenis non-paralitik dan paralitik).
2. Pemeriksaan radiology
3. Pemeriksaan MRI dapat menunjukkan kerusakan pada columna anterior
4. Pemeriksaan likuor memberikan gambaran sel mikia(gadar gula dalam
protein)
2.7 Komplikasi
Komplikasi yang dapat terjadi pada penderita poliomielitis antara lain :
a. Melena cukup berat sehingga memerlukan transfusi, yang mungkin
diakibatkan erosi usus superfisial.
b. Dilatasi lambung akut dapat terjadi mendadak selama stadium akut atau
konvalesen (dalam keadaan pemulihan kesehatan/ stadium menuju
kesembuhan setelah serangan penyakit/ masa penyembuhan), menyebabkan
gangguan respirasi lebih lanjut.
c. Hipertensi ringan yang lamanya beberapa hari atau beberapa minggu ,
biasanya pada stdium akut, mungkin akibat lesi pusat vasoregulator dalam
medula.

13
d. Ulkus dekubitus dan emboli paru, dapat terjadi akibat berbaring yang lama
di tempat tidur, sehingga terjadi pembususkan pada daerah yang tidak ada
pergerakan (atrofi otot) sehingga terjadi kematian sel dan jaringan)
e. Hiperkalsuria, yaitu terjadinya dekalsifikasi ( kehilangan zat kapur dari
tulang/ gigi) akibat penderita tidak dapat bergerak.
f. Kontraktur sendi,yang sering terkena kontraktur antara lain sendi paha,
lutut, dan pergelangan kaki.
g. Pemendekan anggota gerak bawah,biasanya akan tampak salah satu
tungkai lebih pendek dibandingkan tungkai yang lainnya, disebabkan karena
tungkai yang pendek mengalami antropi otot.
h. Skoliosis,tulang belakang melengkung ke salah satu sisi, disebabkan
kelumpuhan sebagian otot punggung dan juga kebiasaan duduk atau berdiri
yang salah.
i. Kelainan telapak kaki, dapat berupa kaki membengkok ke luar atau ke
dalam.
2.8 Pencegahan
Untuk mencegah penyakit polio di antaranya dengan membiasakan pola
hidup sehat, sanitasi yang baik dan terus menjaga kualitas gizi sekaligus
kebugaran kondisi fisik.salah satu cara terbaik melindungi anak-anak dari
penyakit polio. Yakni dengan mencuci tangan dan alat-alat makan seperti
piring, gelas, atau pun sendok dengan sabun dan air yang tidak tercemar oleh
virus polio. Kemudian jika memasak air sebaiknya dimasak sampai mendidih
sempurna, sebab cara ini cukup efektif untuk membunuh virus polio. Sebab
diketahui, virus polio liar hidup dengan baik pada suhu –80C. Di luar tubuh
manusia, bila terkena panas matahari, virus polio hanya bertahan hidup selama
2 hari, tapi kalau di dalam cuaca lembab lebih lama. Selain itu, imunisasi
terhadap polio sampai lengkap pun dapat mencegah penyakit ini.
Imunisasi diperlukan untuk membangkitkan kekebalan lokal di usus
melalui pemberian vaksin polio. Vaksin ini mengandung tiga jenis virus yaitu
tipe 1, 2, dan 3. Caranya, diteteskan ke mulut sebanyak dua tetes setiap kali
pemberian atau dikenal dengan Oral. Bila anak sudah mendapatkan imunisasi
polio minimal empat kali, hampir dapat dipastikan anak kebal terhadap polio.
Bila belum diimunisasi, segera berikan dosis pertama. Anak akan terlindung

14
selama 100 hari, sehingga bila virus polio masuk, tidak berbiak dan
menyebabkan penyakit polio, lalu dilanjutkan sampai lengkap.

2.9 Penatalaksanaan
Tidak ada pengobatan yang spesifik. Diberikan obat simtomatis dan
suportif. Istirahat total jangan dilakukan terlalu lama, apabila keadaan berat
sudah reda. Istirahat sangat penting di fase akut, karena terdapat hubungan
antara banyaknya keaktifan tubuh dengan berat nya penyakit.
Poliomielitis Abortif
a. Cukup diberikan analgetika dan sedatifa, untuk mengurangi mialgia atau
nyeri kepala,
b. Diet yang adekuat dan
c. Istirahat sampai suhu normal untuk beberapa hari, sebaiknya aktivitas yang
berlebihan dicegah selama 2 bulan, dan 2 bulan kemudian diperiksa sistem
neuroskeletal secara teliti untuk mengetahui adanya kelainan.
Poliomielitis nonparalitik
a) Sama seperti tipe abortif, Pemberian analgetik sangat efektif
b) Selain diberi analgetika dan sedatifsangat efektif. Bila diberikan
bersamaan dengan kompres hangat selama 15 – 30 menit, setiap 2 – 4 jam,
dan kadang – kadang mandi air panas juga membantu
Poliomielitis Paralitik
a. Membutuhkan perawatan di rumah sakit.
b. Istirahat total minimal 7 hari atau sedikitnya sampai fase akut dilampaui
c. Selama fase akut kebersihan mulut dijaga
d. Perubahan posisi penderita dilakukan dengan penyangga persendian tanpa
menyentuh otot dan hindari gerakan menekuk punggung.
e. Fisioterapi, dilakukan sedini mungkin sesudah fase akut, mulai dengan
latihan pasif dengan maksud untuk mencegah terjadinya deformitas.
f. Akupunktur dilakukan sedini mungkin
g. Interferon diberikan sedinini mungkin, untuk mencegah terjadinya paralitik
progresif.

15
Poliomielitis bentuk bulbar
a. Perawatan khusus terhadap paralisis palatum, seperti pemberian makanan
dalam bentuk padat atau semisolid
b. Selama fase akut dan berat, dilakukan drainase postural dengan posisi kaki
lebih tinggi (20°- 25°), Muka pada satu posisi untuk mencegah terjadinya
aspirasi, pengisapan lendir dilakukan secara teratur dan hati – hati, kalau perlu
trakeostomi.
2.10 Epidemologi
Selama 3 dekade pertama di abad ke 20-,80-90% penderita polio adalah
anak balita,kebanyakan dibawah umur 2 tahun. Tahun 1955,di Massachusett
Amerika Serikat pernah terjadi wabah polio sebanyak 2.771 kasus dan tahun
1959 menurun menjadi 139 kasus.Hasil penelitian WHO tahun 1972-1982,di
Afrika dan Asia Tenggara terdapat 4.214 dan 17.785 kasus. Dinegara musim
dingin,sering terjadi epidemic dibulan Mei-Oktober,tetapi kasus sporadic
tetap terjadi setiap saat .Di Indonesia ,sebelum perang dunia II, penyakit polio
merupakan penyakit yang sporadic-endemis,epidemi pernah terjadi di
berbagai daerah seperti Bliton sampai ke banda, Balikpapan, bandung
Surabaya,Semarang dan Medan Epidemi terakhir terjadi pada tahun
1976/1977 di Bali Selatan. Kebanyakan infeksi virus polio tanpa gejala atau
timbul panas yang tidak spesifik. Perbandingan asimtomatik dan ringan
sampaiterjadi paralisis adalah 100:1 dan 1000:1.

16
ASUHAN KEPERAWATAN
A. Pengkajian
1. Riwayat kesehatan
Riwayat pengobatan penyakit-penyakit dan riwayat imunitas
2. pemeriksaan fisik
a. Nyeri kepala
b. Paralisis
c. Refleks tendon berkurang
d. Kaku kuduk
e. Brudzinky
MENDETEKSI LUMPUH LAYUH
*Bayi
- Perhatikan posisi tidur. Bayi normal menunjukkan posisi tungkai
menekuk lutut dan pinggul. Bayi yang lumpuh akan menekuk tungkai
lemas dan lutut menyentuh tempat tidur.
- Lakukan rangsangan dengan menggelitik tau menekan dengan ujung
penssil pada telapak kaki bayi. Bila kaki dirarik berarti tidak terjadi
kelumpuhan.
- Pegang pada ketiak dan ayunkan. Bayi normal akan menunjukkan
gerakan kaki menekuk, pada bayi lumpuh tungkai tergantung lemas

*Anak Besar

- Mintalah anak berjalan dan perhatikan apakah pincang atau tidak.

- Mintalah anak berjalan pada ujung jari atau tumit. Anak yang
mengalami kelumpuhan tidak bisa melalukannya.

- Mintalah anak meloncat pada satu kaki. Anak yang lumpuh tidak bisa
melalukannya.

- Mintalah anak berjongkok atau duduk di lantai kemudian bangun


kembali. Anak yang mengalami kelumpuhan akan mencoba berdiri
dengan berpegangan merambat pada tungkainnya.

- Tungkai yang mengalami lumpuh pasti lebih kecil.

B. Diagnosa Keperawatan
1. Nyeri akut b.d. inflamasi d.d. pola napas berubah
2. Defisit nutrisi b.d. ketidakmampuan menelan makanan d.d.
anoreksia,mual dan muntah
3. Pola nafas tidak efektif b.d paralysis otot d.d pola napas abnormal

17
4. Gangguan mobilitas fisik b.d. penurunan kendali otot d.d. rentang
gerak (ROM) menurun.

C. Intervensi Keperawatan
DX I
Tujuan : Mengurangi rasa nyeri pada pasien
Intervensi :
1. Kaji tingkat nyeri

2. Lakukan strategi non farmakologis untuk membantu anak mengatasi nyeri

3. Libatkan orang tua dalam memilih strategi

4. Ajarkan anak untuk menggunakan strategi non farmakologis khusus sebelum


nyeri

5. Berikan analgesic sesuai indikasi

Rasional:

1. Untuk mengetahui skala nyeri


2. Teknik-teknik seperti distraksi dan relaksasi, dapat membuat nyeri
menjadi ringan
3. Karena orang tua adalah yang lebih megetahui anak
4. Latihan ini mungkin diperlukan untuk membantu anak berfokus pada
tindakan yang diperlukan
5. Untuk mengurangi rasa nyeri

DX II
Tujuan : kebutuhan nutrisi anak terpenuhi.
Intervensi :
1. Kaji pola makan anak.
2. Berikan makanan secara adekuat.
3. Berikan nutrisi kalori, protein, vitamin dan mineral.
4. Timbang berat badan.
5. Berikan makanan kesukaan anak.
6. Berikan makanan tapi sering.
Rasional:

18
1. Mengetahui intake dan output anak.
2. Untuk mencakupi masukan sehingga output dan intake seimbang.
3. Mencukupi kebutuhan nutrisi dengan seimbang.
4. Mengetahui perkembangan anak.
5. Menambah masukan dan merangsang anak untuk makan lebih
banyak.
6. Mempermudah proses pencernaan.

DX III
Tujuan : Anak dapat bernafas dengan normal kembali
Intervensi :
1. Evaluasi frekuensi pernafasan dan kedalaman
2. Auskultasi bunyi nafas
3. Tinggikan kepala tempat tidur, letakkan pada posisi duduk tinggi
atau semi fowler
4. Berikan tambahan oksigen
Rasional:
1. Pengenalan dini dan pengobatan ventilasi dapat mencegah
komplikasi.
2. Mengetahui adanya bunyi tambahan
3. Merangsang fungsi pernafasan atau ekspansi paru
4. Meningkatkan pengiriman oksigen ke paru

DX IV
Tujuan : Klien menunjukan tindakan untuk meningkatkan mobilitas
Intervensi :
1. Tentukan aktivitas
2. Catat dan terima keadaan kelemahan(kelelahan yang ada).
3. Indetifikasi factor-faktor yang mempengaruhi kemampuan
untuk aktif seperti pemasukan makanan yang tidak adekuat.
4. Evaluasi kemampuan untuk melakukan mobilisasi secara aman
5. Kolaborasi dengan fisioterapi

19
Rasional:

1. Memberikan informasi untuk mengembangkan rencana perawatan


bagi program rehabilitasi.
2. Kelelahan yang dialami dapat mengindikasikan keadaan anak.
3. Memberikan kesempatan untuk memecahkan masalah
untuk mempertahankan atau meningkatkan mobilitas.
4. Latihan berjalan dapat meningkatkan keamanan dan efektifan anak
untuk berjalan.

20
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Dari pembahasan yang telah dilakukan, maka dapat ditarik kesimpulan


mengenai pembahasan tersebut. Adapun kesimpulan yang diambil,
yaitu :
1.Penyakit polio atau poliomyelitis disebut penyakit lumpuh anak-anak
karena terlalu seringgnya anak-anak mendapat penyakit itu. Penyakit
polio terdapat diseluruh dunia.
2.Poliomielitis adalah suatu penyakit menular yang disebabkan oleh
infeksi/peradangan oleh poliovirus, penyakit ini ditularkan dari orang
yang terinfeksi ke orang lain dengan cara kontak baik melalui sekret
yang dikeluarkan dari hidung, mulut ataupun melalui feses.
3.Diagnosis poliomielitis ditegakkan berdasarkan anamnesis,
pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang sehingga dapat
menyingkirkan keadaan-keadaan atau penyakit yang menyerupai
poliomielitis
4.Pengobatan pada penyakit polio sampai sekarang belum ditemukan
cara atau metode yang paling tepat. Sedangkan penggunaan vaksin
yang ada hanya untuk mencegah dan mengurangi rasa sakit pada
penderita.
3.2
1. Agar dapat menjadikan makalah ini sebagai panduan dalam mengenal
penyakit polio
2. Agar dapat ditemukan suatu cara dalam penegakan diagnosis penyakit
polio/poliomielitis
3. Dapat memahami dan mengetahui penatalaksanaan penyakit
polio/poliomyelitis
4. Agar dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari dalam
menanggulangi penyakit polio/poliomielitis

DAFTAR PUSTAKA

21
Huda, Amin. 2015. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa Medis
dan Nanda NIC-NOC, Jilid 2. Jogjakarta:Medication Jogja

Fadhilah, Harif ,dkk. 2016. Standart Diagnosis Keperawatan Indonesia, Edisi 1.


Jakarta : Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia

Soedarmo, Sumarmo S. Poorwo dkk. Buku Ajar Infeksi dan Pediatri Tropis. Edisi
kedua. 2010. Jakarta : Badan Penerbit IDAI

file:///C:/Users/Owner/Documents/%5BPDF%5D%20Makalah%20Polio%20-
%20Free%20Download%20PDF.htm

file:///C:/Users/Owner/Documents/Askep%20polio%20mielitis.htm

file:///C:/Users/Owner/Documents/MAKALAH%20ASKEP%20POLIO%20&
%20CONTOH%20KASUS%20%20MAKALAH%20ASKEP%20POLIO%20&
%20CONTOH%20KASUS.htm

file:///C:/Users/Owner/Documents/Askep%20Polio%20%28POLIOMYeLITIS
%29%20_%20BroWnieS.htm

22

Anda mungkin juga menyukai