Pembahasan 2
Pembahasan 2
Asam urat adalah hasil metabolisme purin dalam tubuh. Zat asam urat ini
biasanya akan dikeluarkan oleh ginjal melalui urine dalam kondisi normal. Namun
dalam kondisi tertentu, ginjal tidak mampu mengeluarkan zat asam urat secara
seimbang, sehingga terjadi kelebihan dalam darah. Kelebihan zat asam urat ini
akhirnya menumpuk dan tertimbun pada persendian-persendian dan tempat lainnya
termasuk di ginjal itu sendiri dalam bentuk kristal-kristal. Bagian darah yang
digunakan adalah serum darah. Hal ini dikarenakan serum darah sudah tidak
mengandung faktor pembekuan darah, sehingga pengukuran lebih teliti dan tidak
akan mengganggu jalannya percobaan (Ahmad, 2011).
Pengukuran kadar asam urat kali ini dilakukan dengan metode enzimatis
dan pengukuran dengan spektrofotometer. Prinsip pemeriksaan kadar asam urat
metode enzimatik adalah uricase memecah asam urat menjadi allantoin dan
hidrogen peroksida. Selanjutnya dengan adanya peroksidase, peroksida, dan 4-
aminoantipirin membentuk warna quinoneimine. Intensitas warna merah yang
terbentuk sebanding dengan konsentrasi asam urat. Nilai rujukan untuk laki laki:
3.4 –7.0 mg/dl, sedangkan untuk perempuan: 2.4 –5.7 mg/dl (Parahita, 2009).
Adapun reaksi dari metode ini adalah:
Setelah proses pencampuran, laruran diinkubasi pada suhu suhu kamar
selama 10 menit. Inkubasi dilakukan dengan waktu yang lebih lama karena suhu
yang digunakan lebih rendah dari suhu kerja optimum enzim yaitu ±37˚C. Pada
suhu kamar, darah tetap terjaga, tidak mengalami kerusakan dan reaksi reagen dan
serum tetap dapat bekerja secara sempurna (Martsiningsih, 2016). Setelah proses
inkubasi, pada tabung uji dan tabung standar mengalami perubahan warna dari tidak
berwarna menjadi sekilas merah muda. Perubahan warna ini menandakan reaksi
telah berlangsung, campuran antara plasma dan reagen.
Dari hasil pengukuran, diperoleh kadar asam urat dengan 5 kali pengukuran
yaitu 2,16 mg/dL; 2,03 mg/dL; 2,0 mg/dL; 2,06 mg/dL dan 1,77 mg/dL. Dan setelah
di rata-ratakan hasilnya adalah 2,0 mg/dL. Pengukuran tersebut dilakukan terhadap
darah yang disumbangkan seorang praktikan perempuan, sehingga kadar batas
normal asam uratnya adalah 2,4-5,7 mg/dL (Parahita, 2009). Melihat kadar batas
normal tersebut, maka praktikan tersebut dinilai hipourisemia. Kadar batas normal
pada wanita lebih rendah dibandingkan dengan kadar batas normal pada pria, ini
disebabkan perempuan memiliki hormon estrogen dan progesterone dalam jumlah
lebih banyak dari pria yang dapat berfungsi sebagai penghambat produksi asam urat
dalam tubuh (Basset, et al., 1994).
Namun hasil yang di dapat tentu saja tidak mengindikasikan hasil yang
sebenarnya dari kondisi praktikan pendonor. Hal ini ditunjukkan dari nilai
simpangan baku relative (RSD) atau koefisien variasi (KV) yaitu 7% yang mana
cukup jauh dari seharusnya yaitu 2%. Kriteria seksama diberikan jika metode yang
digunakan memberikan simpangan baku relatif (RSD) atau koefisien variasi (CV)
2% atau kurang (Ibrahim, 2001). Hasil tersebut dapat menunjukkan beberapa faktor
ketidaktelitian dalam pengujian antara lain, cara memipet, waktu inkubasi yang
tidak akurat, kondisi spektrofotometer, dan sebagainya.
KESIMPULAN
1. Metode pengukuran kadar asam urat pada praktikum kali ini adalah metode
enzimatis dengan menggunakan enzim uricase dan hidrogen peroksidase.
2. Kadar asam urat rata-rata dalam serum yang diperoleh yaitu sebesar 2,0
mg/dL.
3. Berdasarkan nilai batas normal kadar asam urat pada wanita, kadar asam urat
yang diperoleh termasuk ke dalam hipourisemia.
Dapus
Ahmad, Nablory. (2011). Cara Mencegah dan Mengobati Asam Urat dan Hipertensi.
Rineka cipta: Jakarta.
Martsiningsih, M. Atik, Dermawan O. (2016). G a m b a r a n K a d a r A s a m U r a t
Darah Metode Basah (Uricase -PAP) Pada Sampel Serum Dan
Plasma EDTA. Jurnal Teknologi Laboratorium. Poltekkes Kemenkes:
Yogyakarta.
Basset, J., R. C. Denney, G.H Jeffrey, J. Mendhom. 1994. Buku Ajar Vogel
Kimia Analisis Kuantitatif. Jakarta: EGC.