Dosen Pengampu :
Disusun oleh :
PERBANKAN SYARIAH
2019
Asuransi Syariah (Sharia Insurance)
Sejarah Asuransi
Bisnis keuangan islam saat ini kembali bangkit. Penerapan prinsip-prinsip islam dalam
sektor perekomomian mendapat reaksi positif dan dukungan dari pemerintah maupun. Hal ini
dibuktikan dengan dibentuknya Komite Nasional Keuangan Syariah oleh Presiden Republik
Indonesia. Masa kebangkitan bisnis keuangan islam ditandai dengan bertambah banyaknya
lembaga keuangan syariah yang beroperasi pada beberapa bidang seperti perbankan,
pembiayaan, pegadaian, koperasi, dana pensiun, pasar modal, lembaga ZISWAF, dan sebagainya
salah satunya adalah di bidang perasuransian.
Praktik perasuransian telah terjadi sejak jauh sebelum zaman Rasulullah. Didalam Qs Yusuf
ayat 43 dikisahkan raja mesir pada zaman nabi Yusuf A.S yang bernama "Arroyan bin Walid"
bermimpi "Tujuh ekor sapi betina gemuk dimakan oleh tujuh ekor sapi betina kurus. Tujuh
tangkai gandum hijau dan tujuh tangkai lainnya kering" didalam kitab tafsir Ibnu katsir
disebutkan maksud dari mimpi raja tersebut adalah ada masa-nya musim subur dan ada masa-nya
musim paceklik maka simpanlah gandum-gandum itu agar lebih awet untuk menghadapi masa
paceklik. Dimana dari hal itu ada motif berjaga-jaga yang terdapat dalam prinsip asuransi.
Di indonesia sendiri telah mengenal praktik asuransi sejak masa penjajahan belanda. pada
tahun 1843 pemerintahan belanda mendirikan perusahaan asuransi bernama Bataviasche Zee End
Brand Asrantie Maatschappij. Asuransi tersebut didirikan untuk mengcover segala risiko
perdagangan maupun perkebunan yang diakibatkan oleh kebakaran, dan risiko pengangkutan
komoditas. Sementara untuk asuransi syariah, di Indonesia asuransi syariah pertama kali
didirikan pada tahun 1994 silam dengan PT Syarikat Tafakul Indonesia sebagai pelopor di bidang
asuransi syariah di Indonesia.
Kesimpulan:
Dari data diatas dapat disimpulkan Lembaga Asuransi Syariah memiliki perkembangan dan
kemajuan cukup baik, hal ini bisa dilihat dari jumlah industri, jumlah perusahaan investasi, dan
aset yang terus meningkat dari tahun ke tahun.
Pembiayaan Syariah
Sejarah Pembiayaan Syariah
Berdasarkan Pasal 1 butir 1 Perpres No 9 tahun 2009, yang dimaksud dengan lembaga
pembiayaan adalah ‘badan usaha yang melakukan kegiatan pembiayaan dalam bentuk
penyediaan dana atau barang modal. Lembaga pembiayaan (financing institution) di Indonesia
mulai berkembang dengan dikeluarkannya Paket Deregulasi 27 Oktober 1988. Berkembang
pesatnya bisnis syariah di Indonesia turut mempengaruhi bisnis lembaga pembiayaan untuk ikut
serta beroperasi berdasarkan prinsip syariah. Menurut laporan OJK tahun 2013 terkait
Perkembangan Keuangan Syariah, dari 3 lembaga pembiayaan yang ada, baru 2 lembaga
pembiayaan yang beroperasi berdasarkan prinsip syariah, yaitu lembaga pembiayaan dan
perusahah modal ventura (PMV).
Kesimpulan
Dari data diatas dapat disimpulkan bahwa sejak tahun 2016 sampai dengan sekarang ini, lembaga
pembiayaan terus mengalami penurunan setiap tahunnya baik dari sisi aset maupun aset
produktif yang bisa digunakan. Jika hal itu terus-terusan dibiarkan demikian, maka tidak
menutup kemungkinan lembaga pembiayaan akan gulung tikar, untuk mengantisipasi hal
tersebut diperlukan dukungan dari masyarakat untuk ikut serta menggunakan pembiayaan
syariah untuk modal usaha ataupun barang modal.
Pegadaian Syariah
Saat ini masyarakat dihadapkan dengan meningkatnya kebutuhan hidup yang selalu harus
mereka penuhi. Maka dari itu kebutuhan akan uang tunai otomatis meningkat bahkan pada waktu
tertentu uang menjadi hal yang harus segera tepenuhi. Namun kendalanya terkadang kebutuhan
uang tunai terebut tidak imbang dengan tersedianya uang tunai yang dimiliki. Masalah tersebut
dapat diatasi dengan adanya PT Pegadaian yang sudah banyak bermunculan di sekitar
masyarakat. Bahkan sekarang juga hadir pegadaian syariah yang sistemnya sesuai dengan Al
Qur’an dan Hadist. Pegadaian syariah memiliki prinsip yang sesuai dengan kajian ekonomi Islam
yang memiliki keseimbangan antara kehidupan di dunia dan akhirat. Prinsip-prinsip tersebut
antara lain prinsip tauhid, prinsip tolong menolong dan juga prinsip bisnis.
Pegadaian Syariah dalam menjalankan kegiatannya memiliki dasar hukum yang berasal
dari Al Quran, As Sunnah, Ijma’ dan fatwa DSN MUI. Dasar hukum yang berasal dari Al Quran
antara lain QS. At-Tuur (52):21, QS. Al Muddatsir (74):38 dan Al Baqarah (2):283. Menurut
Zamakhshari QS. At-Tuur (52):21 pembahasannya terkait pertanggung jawaban penggadai atas
apa yang telah dia peruat. Sedangkan menurut Al Jaziri di dalam QS. Al Muddatsir (74):38
adalah suatu barang yang dilakukan penahanan penyebabnya adalah seorang pemilik barang
tersebut. Maka seseorang tersebut dirinya akan tertahan oleh utangnya hingga mampu
melunasinya. Untuk QS. Al Baqarah (2):283 Muhammad ‘Ali al-Sayis mengartikan kata farihan
di surat tersebut sebagai petunjuk agar melaksanakan kegiatan utang piutang yang bersifat
berjangka dengan prinsip kehati-hatian.
Untuk dasar hukum yang berasal dari Hadist menurut Muhammad Akram Khan terdapat
4 hadist yang berkaitan dengan pegadaian syariah yaitu Hadist dari Aisyah r.a. diriwayatkan oleh
Imam Muslim, Hadist Anas bin Malik r.a. diriwayatkan Ibn Majah,Abu Hurayrah diriwayatkan
oleh Imam al-Bukhari. Hadist dari riwayat Abu Hurayrah r.a. Semua Hadist tersebut disepakati
kebolehannya sebagai status hukum gadai oleh Jumhur ulama. Karena terdapat hadist yang berisi
kisah nabi yang menggadaikan baju besinya kepada Yahudi agar dapat mendapatkan makanan
untuk diberikan kepada keluarganya ketika sedang tidak melakukan perjalanan. Jika di QS. Al
Baqarah (2):283 gadai terkesan selalu dilakukan ketika sedang bepergian dengan adanya Hadist
tentang kisah nabi Muhammad SAW tersebut menurut Jumhur ulama gadai bisa dilakukan baik
sedang dalam bepergian maupun tidak sedang bepergian. Fatwa-fatwa yang menjadi dasar
hukum pegadaian antara lain Fatwa DSN MUI No.25/DSN-MUI/III/2002 tentang Rahn. Fatwa
DSN No 26/DSN-MUI/III/2002 tentang Rahn Emas, Fatwa DSN No.68/DSN-MUI/III/2008
tentang Rahn Tasjily. Semua fatwa tersebut berlaku secara umum sehingga mengikat untuk
lembaga keungan syariah yang ada di Indonesia dan mengikat masyarakat yang secara langsung
berinteraksi dengan pegadaian syariah. Dapat disimpulkan dengan adanya dasar hukum tersebut
sudah terbukti jika pegadaian syariah meiliki legalitas yang sangat kuat. Maka masyarakat tidak
perlu ragu untuk berinteraksi dengan pegadaian syariah.
Pegadaian Syariah setiap tahun sesuai dengan roadmap yang di laporkan OJK selalu
meningkat. Karena IKNB syariah dari 2015 sampai 2019 meningkat dan yang paling
berpengaruh salah satunya dari pegadaian syariah. Tahun 2015 ada satu unit UUS dengan aset
sebesar 3.749 Miliar. Pada saat itu juga pinjaman yang diberikan Pegadaian Syariah sebesar
Rp3,749. Ketika 2016 – 2017 tidak ada peningkatan jumlah unit namun terdapat peningkatan
jumlah pinjaman yang diberikan pegadaian Syariah. Tahun 2016 sebesar Rp 4,572 dan 2017
sebesar Rp 5,222. Peningkatan terjadi di tahun 2018, penambahan pegadaian syariah 6 unit
dengan UUS 1 unit dan jumlah pinjaman yang diberikan pegadaian syariah sebesar Rp 7,094.
Koperasi Syariah
Lembaga Keuangan Mikro secara yuridis dibagi menjadi 2 golongan yaitu informal dan
formal. Golongan formal termasuk lembaga keuangan mikro yang memiliki legistimasi dan
landasan hukum yang jelas dari instansi yang berwenang. Jika informal lembaga keuangan mikro
yang dibentuk tanpa adanya landasan hukum dan legistimasi dari instansi yang berwenang.
Koperasi termasuk ke dalam golongan formal tetapi jika BMT masuk ke golongan informal.
Sehingga menimbulkan polemik resmi atau tidak BMT di lingkungan masyarakat. Namun
berdasarkan Surat Keputusan Bersama (SKB) antara Menteri Keuangan, Menteri Dalam Negeri,
Meneg Koperasi dan UKM bersama Gubernur Bank Indonesia BMT diberikan kesempatan untuk
memilih dasar hukum yang dimiliki oleh BPRS atau Koperasi.
Sebagai salah satu penerapan upaya strategis pengembangan produk syariah di pasar
modal, maka OJK menerbitkan sejumlah efek syariah. Perkembangan total efek syariah dari
2014 sampai dengan 2018 relatif stabil. Penerbitan efek syariah di OJK dalam setahun dilakukan
selama 2 kali yang biasanya diterbitkan pada bulan Juni dan November.
Keterangan:
OJK tahun 2014 menerbitkan Daftar Efek Syariah(DES) periode I meliputi 322 efek
syariah. Sedangkan DES periode II meliputi 334 efek syariah. Dan jumlah DES pada tahun 2015
yang diterbitkan pada periode I meningkat menjadi 331 efek syariah. Tetapi penerbitan DES
periode II tahun 2015 menurun menjadi 331 efek syariah. Kemudian pada tahun 2016 jumlah
DES periode I meliputi 321 efek syariah. Dan DES pada periode II meliputi 345 efek syariah.
Sedangkan pada tahun 2017 efek syariah yang terdapat dalam DES periode I berjumlah
351 efek syariah dan DES periode II meliputi 375 efek syariah. Sejak diterbitkannya DES
periode I pada tanggal 23 Mei 2017 terdapat penambahan sebanyak 16 saham yang termasuk
dalam DES, sehingga menjadi berjumlah 368 saham. Sedangkan sejak diterbitkannya DES
periode II pada tanggal 22 November 2017 terdapat penambah saham sebanyak 7 saham
sehingga pada akhir tahun jumlah saham pada periode II menjadi berjumlah 392.
Jumlah DES yang diterbitkan pada tahun 2018 termasuk yang paling terbanyak sejak
DES pertama kali diterbitkan. Pada periode I, DES yang diterbitkan 381 dan pada periode II
sebanyak 407. Setelah penerbitan DES pada periode I dan II diluncurkan,terdapat penambahan
24 efek syariah(periode I) dan 6 efek syariah(periode II). Sehingga total DES pada tahun 2018
adalah 405 pada periode I dan 413 pada periode II.
Saham Syariah
Kesimpulan:
Perkembangan indeks JII dan ISSI selama tahun 2013 sampai dengan 2018 relatif mengalami
kenaikan, walaupun pada tahun 2015 indeks saham yang tergabung dalam JII dan ISSI
mengalami penurunan. Indeks JII mengalami penurunanpada tahun 2015 yaitu dari 685,84 poin
menjadi 599,44 poin. Penurunan indeks juga terjadi pada tahun 2018, yang pada tahun
sebelumnya sebesar 759,07 poin menjadi 685,22 poin. Dan indeks saham yang terbesar pada
tahun 2017 yaitu dengan 759,07 poin. sedangkan untuk indeks ISSI pada tahun 2015 penurunan
terjadi dari 1666,98 poin menjadi 143,71 poin. Penurunan pada tahun 2018 tidak sebesar pada
tahun 2015, yaitu dari 189.86 poin menjadi 184 poin. Indeks point JII dan ISSI selama 2013
sampai 2015, terendah terjadi pada tahun 2013 yang masing-masing sebesar 585,11 poin dan
143,71 poin.
Kesimpulan:
Perkembangan kapitalisasi pasar saham JII dan ISSI mengalami penurunan pada tahun 2015 dan
2018. Penurunan kapitalisasi pasar saham dalam ISSI pada tahun 2015 menurun menjadi
Rp2.600,85 triliun yang pada tahun sebelumnya sebesar Rp2.946,91 triliun. Sedangkan untuk
kapitalisasi pasar saham yang tergabung dalam JII pada periode yang sama menurun dari
Rp1.944,55 triliun menjadi Rp1.737,29 triliun. Pada tahun 2018 kapitalisasi pada pasar saham
yang tergabung dalam JII menurun dari Rp2.288,02 triliun menjadi Rp2.239,51 triliun.
Kapitalisasi pasar saham dalam ISSI pada tahun yang sama(2018) menurun dari Rp3.704,54
menjdai Rp2.725,85 triliun. Kapitalisasi pasar saham ISSI dan JII tertinggi pada tahun 2017 yang
masing-masing sebesar Rp3.704,54 triliun dan Rp2.288,02 triliun. Sedangkan kapitalisasi pasar
saham baik ISSI dan JII terendah terjadi pada tahun 2013 yang masing masing sebesar
Rp2.557,85 triliun dan Rp1.672,10 triliun.
Sukuk Korporasi
Keterangan:
Perkembangan akumulasi jumlah penerbitan sukuk dan jumlah sukuk outstanding atau yang
sedang beredar pada tahun 2014 sampai dengan 2018 terus mengalami kenaikan. Jumlah
kenaikan tersebut dapat dilihat pada grafik di atas.
Reksadana Syariah
Dalam tahun 2015, OJK mencatat nilai aktiva bersih(NAB) reksadana turun menjadi
Rp11.02 triliun. Hal tersebut disebabkan karena turunnya harga-harga saham di pasar modal.
Walaupun nilainya turun, jumlah produk reksadana syariah malah semakin meningkat menjadi
93 produk.
Indonesia pada tahun 2016 telah beredar reksadana syariah sebanyak 136 dengan nilai
aktiva bersih(NAB) mencapai Rp14.91 triliun yang menyatakan bahwa ada peningkatan sebesar
46.24%dari jumlah reksadana tahun 2015. Jumlah tersebut disebakan adanya 43 reksadana
syariah terbit sepanjang 2016 serta satu reksadana syariah yang bubar yaitu BNI-AM Dana Plus
Syariah.
Pada Desember 2017, di Indonesia terdapat 181 reksadana syariah yang beredar dengan
Nilai Aktiva Bersih(NAB) sebesar Rp28.31 triliun yang menunjukkan peningkatan sebesar
33.09% jumlah reksadana syariah dari tahun sebelumnya. Dan peningkatan NAB sebesar
89.83%. hal tersebut disebabkan karena adanya reksadana syariah yang aktif sebanyak 50
reksadana syariah dan 5 reksadana bubar.
Reksadana syariah pada akhir tahun 2018 telah beredar 224 reksadana syariah dengan
NAB mencapai Rp34.49 triliun yang menunjukkan adanya peningkatan sebesar 23.08% dari
jumlah reksadana tahun sebelumnya dan peningkatan NAB 21.83% dibandingkan akhir tahun
2017 yang hanya sebesar Rp28.31 triliun. Hal tersebut dikarenakan adanya 57 reksadana syariah
efektif terbit dan 15 reksadana syariah bubar.
Dana Pensiun Syariah
Fatwa dan Landasan Hukum Dana Pensiun Syariah
Sumber hukum pertama dan utama dari Dana Pensiun Syariah adalah Al-Quran dan Al-
Hadis. Dalam Al-Quran, landasan Dana Pensiun Syariah ini terdapat dalam surat-surat berikut
ini:
Berbeda dengan LKNB syariah yang lainnya, dana pensiun termasuk ketinggalan dalam
menyediakan layanan syariah. Dana pensiun syariah dalam roadmap industri IKNB 2015-2019
menunjukan sebanyak 74,8% pekerja dan 85,7% pengusaha di Indonesia tertarik dengan Dana
Pensiun Syariah. Hal ini menarik perhatian masyarakat setelah dikeluarkannya Fatwa DSN-MUI
tentang Dana Pensiun Syariah. Dana Pensiun yang berbasis syariah baru diresmikan oleh OJK
pada November 2017. DPLK yang pertama kali didirikan di Indonesia adalah DPLK Syariah
Muamalat. DPLK Syariah Mualamalat sebenarnya sudah didirikan sejak 12 September 1997,
akan tetapi baru tanggal 23 November 2017 DPLK Syariah Muamalat memenuhi syarat
penyelenggaraan dana pensiun syariah.
Pada akhir Desember 2017, total jumlah peserta dana pensiun di Indonesia baru mencapai
4,33 juta orang. Dengan rincian peserta DPLK 2,94 juta orang dan peserta DPPK 1,39 juta orang.
Dan pada akhir tahun 2017 total nilai aset dana pensiun syariah sebesar Rp1,296 triliun dan nilai
aset produktif sebesar Rp1,259 triliun.
Kemudian pada Desember 2018 jumlah Dana Pensiun Syariah bertambah 1 yaitu DPPK
Rumah Sakit Islam Jakarta. Pihak DPPK Rumah Sakit Islam Jakarta menerima keputusan
konversi dari pihak OJK pada tanggal 21 Desember 2018. Pengajuan peralihan/konversi tersebut
telah diserahkan ke OJK pada Januari 2018. Pada tahun 2019 ini DPPK Rumah Sakit Islam
Jakarta menargetkan untuk mengajak 2 mitra pendirinya, yaitu Rumah Sakit Muhammadiyah
Pemalang dan Rumah Sakit Muhammadiyah Palembang.
Pada tahun 2018 total asset DPPK-PPIP Syariah sebesar Rp 116 milliar dengan asset
produktif sebesar Rp 106 milliar. Sedangkan total asset DPLK Syariah sebesar Rp3,272 triliun
dengan total asset produktif sebesar Rp3,228 triliun. Dan total asset dari semua lembaga dana
pensiun syariah yaitu sebesar Rp3,355 triliun.
Pada tahun 2019 jumlah dana pensiun syariah bertambah 1 lagi, yaitu DPPK
Muhammadiyah. DPPK Muhammadiyah pengajuan perizinan konversi ke OJK pada tahun 2018,
akan tetapi baru diawal tahun 2019, perizinan konversi tersebut diresmikan oleh OJK.
ZISWAF merupakan salah satu sektor ekonomi syariah yang berpontensi besar di
Indonesia, dimana ZISWAF tersebut berpotensi untuk mengatasi masalah ekonomi maupun
sosial mengingat banyaknya masyarakat muslim di Indonesia. Perkembangan ziswaf di
Indonesia menurut BASNAS, pada tahun 2014 total dana ZIS sebesar Rp 39.861.217.575. Tahun
2015 jumlah asset yang dimiliki oleh BASNAZ meningkat menjadi Rp 60.822.688.145.
Kemudian pada tahun 2016, total dana ZIS mencapai Rp 92.761.171.701. Tahun 2017 total dana
ZIS sebesar Rp 110.044.770.250. Namun berdasarkan laporan keuangan tahunan BASNAZ di
tahun 2018 terjadi penurunan karena total asset hanya sebesar Rp 71,189,465,324.
Daftar pustaka
Bayinah,Ai Nur dkk, 2017, Akuntansi Asuransi Syariah, Jakarta Selatan:Salemba Empat
Sofyan,Dr Ade,2016Kedudukan Sistem Pegadaian Syariah, Jakarta: Prenadamedia Group.
Buku principles of islamic insurance
Kitab Tafsir Ibnu katsir
https://business-law.binus.ac.id/2016/01/27/lembaga-pembiayaan-syariah-di-indonesia/
https://www.ojk.go.id/id/kanal/syariah/data-dan-statistik/iknb-syariah/Pages/Statistik-IKNB-
Syariah-Periode-Februari-2016.aspx
https://www.idx.co.id/id-id/idx-syariah/fatwa-regulasi/
https://sikapiuangmu.ojk.go.id/FrontEnd/CMS/Article/344
https://www.ojk.go.id/id/Default.aspx#
https://dplksyariahmuamalat.co.id/
https://amp.kontan.co.id/news/dana-pensiun-syariah-bertambah-menjadi-tiga
https://www.hestanto.web.id/sejarah-badan-hukum-baitul-mal-wat-tanwil/
https://guruakuntansi.co.id/koperasi-syariah/
https://guruakuntansi.co.id/koperasi-syariah/
https://m.cnnindonesia.com/ekonomi/20171107181424-78-254140/bi-dorong-pengembangan-
lkm-berbasis-syariah
https://www.hestanto.web.id/sejarah-badan-hukum-baitul-mal-wat-tanwil/
https://baznas.go.id/laporan