Anda di halaman 1dari 5

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah

Salah satu kegiatan yang berperan penting dalam perekonomian suatu

negara adalah kegiatan perdagangan internasional. Sehingga perdagangan

internasional harus terus diupayakan untuk dapat meraih berbagai peluang dan

kesempatan yang ada.

Perdagangan internasional adalah kegiatan untuk memperdagangkan

berbagai output berupa barang dan jasa yang dihasilkan oleh suatu negara untuk

dapat dijual ke luar negeri serta mendatangkan barang dan jasa dari luar negeri

untuk kemudian didatangkan ke negara tersebut dengan tujuan untuk memenuhi

kebutuhan dalam negeri. Kegiatan untuk menjual barang ke luar negeri dinamakan

kegiatan ekspor, sedangkan kegiatan untuk mendatangkan barang dari luar negeri

dinamakan kegiatan impor.

Suatu negara melakukan perdagangan internasional karena adanya

perbedaan opportunity cost. Perbedaan opportunity cost suatu produk antara suatu

negara dengan negara lain dapat terjadi karena adanya perbedaan jumlah atau

proporsi faktor produksi yang dimiliki (endowment factors) masing-masing

negara. Perbedaan tersebut menimbulkan terjadinya perdagangan internasional.

Negara-negara yang memiliki faktor produksi relatif lebih banyak dan murah
dalam memproduksinya akan melakukan spesialisasi produksi dan mengekspor

barangnya.

Sumatera Utara adalah salah satu provinsi yang mengandalkan kegiatan

ekspor sebagai penggerak dalam pertumbuhan ekonomi, salah satunya adalah

ekspor komoditi sektor pertanian yaitu kopi. Kopi adalah suatu komoditas

perkebunan yang sangat cocok ditanam di daerah yang beriklim tropis seperti

Sumatera Utara. Adapun daerah lain yang cocok ditanami kopi antara lain

Nangroe Aceh Darussalam (NAD), Jawa Barat, Sulawesi Utara dan Sulawesi

Selatan. Namun di Sumatera Utara perkebunan kopi hanya dikelola oleh

masyarakat bukan perusahaan perkebunan. Oleh karena itu tingkat produktivitas

kopi di Sumatera Utara masih tergolong rendah atau belum maksimal. Kopi

Sumatera Utara masih menghadapi berbagai masalah kompleks diantaranya

produktivitas kebun masih rendah akibat serangan hama penggerek buah kopi

serta mutu produk masih rendah. Keadaan ini akan berpengaruh terhadap

penawaran kopi yang menurun, sehingga permintaan dunia tidak tercukupi.

Kopi di Sumatera Utara terbagi 2 (dua) jenis, yaitu kopi Robusta dan kopi

Arabika. Namun yang paling banyak diproduksi yaitu kopi Arabika dibandingkan

dengan kopi Robusta. Sebagian hasil produksi dari kopi tersebut akan di ekspor

keluar negeri karena selisih harga didalam dengan diluar negeri. Ekspor kopi

Sumatera Utara mengandalkan pelabuhan ekspor yaitu pelabuhan Belawan.

Barang-barang ekspor kopi ini tidak hanya berasal dari Sumatera Utara, sebagian

besar berasal dari daerah Nangroe Aceh Darussalam (NAD).


Tabel 1.1.
Data Jumlah Produksi Kopi Sumatera Utara 2005-2011

TAHUN JUMLAH PRODUKSI (TON)


Triwulan I Triwulan II Triwulan III Triwulan IV
2005 14.750 12.585 13.228 14.455
2006 10.582 13.201 14.333 11.336
2007 15.825 14.201 9.386 11.404
2008 13.518 14.481 11.220 14.707
2009 13.430 14.110 9.650 16.532
2010 15.816 17.110 10.012 12.662
2011 14.186 12.350 16.228 13.981
2012 13.350 14.316 16.580 13.019
Sumber : Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Sumatera Utara

Berdasarkan data dari tabel 1.1. produksi kopi Sumatera Utara terus

bersifat fluktuatif dari tahun 2005 – 2012. Data diambil secara triwulan atau per 3

(tiga) bulan dalam 1 (satu) tahun. Dimana pada triwulan II tahun 2010 terjadi

jumlah produksi kopi yang tertinggi sebesar 17.110 ton dan jumlah produksi

terendah terjadi pada triwulan III tahun 2007 dengan produksinya sebanyak 9.386

ton. Diharapkan kopi Sumatera Utara terus mengalami peningkatan produksi

sehingga akan meningkat pula jumlah kopi yang diekspor yang akan menambah

devisa Sumatera Utara.

Saat produksi mengalami peningkatan maka ketersediaan biji kopi akan

meningkat sehingga penawaran di dalam negeri maupun luar negeri meningkat.

Produksi mampu meningkatkan penawaran ekspor biji kopi jika produk yang

dihasilkan oleh setiap daerah mampu meningkatkan kualitas sesuai dengan mutu
yang telah ditetapkan oleh negara tujuan ekspor biji kopi. Dengan demikian

produksi kopi Sumatera Utara mampu meningkatkan penawaran ekspor biji kopi.

Begitu juga sebaliknya, jika produksi menurun maka penawaran ekspor biji kopi

akan mengalami penurunan karena tidak ada barang yang ditawarkan kepada

konsumen.

Berdasarkan penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa produksi kopi

sejalan dengan ekspor kopi. Apabila jumlah produksi kopi Sumatera Utara

meningkat tentu akan meningkatkan penawaran atau volume ekspor kopi juga

akan meningkatkan pendapatan (devisa) bagi Sumatera Utara, akan tetapi pada

kenyataannya terlalu banyak melakukan kegiatan ekspor akan berdampak pada

kurangnya ketersediaan produk di pasar domestik sehingga industri kopi dalam

negeri kekurangan pasokan bahan baku.

Selain itu hal yang mendorong para produsen menjual produknya keluar

negeri adalah harga di pasar internasional yang tinggi. Dengan adanya

peningkatan harga maka akan merangsang produsen untuk meningkatkan

produksinya dan menjualnya dengan tujuan peningkatan keuntungan. Oleh sebab

itu pemerintah memberlakukan Pajak Ekspor untuk membatasi ekspor kopi

Sumatera Utara untuk menjaga kegiatan industri-industri pengolahan kopi di

dalam negeri. Apabila di dalam negeri kekurangan bahan baku kopi maka akan

berdampak pada produksi turunan kopi seperti bubuk kopi dan minuman yang

berperisa kopi. Hal ini akan berdampak pada kekurangan produk turunan kopi

tersebut. Pajak ekspor juga memberikan pemasukan (devisa) kepada negara.

Apabila pajak ekspor ditetapkan tinggi maka akan meningkat devisa negara begitu
pula sebaliknya apabila pajak yang ditetapkan rendah akan mengurangi devisa

negara.

Tabel 1.2.
Data Volume Ekspor Kopi Sumatera Utara 2005-2011
TAHUN VOLUME EKSPOR (TON)
Triwulan I Triwulan II Triwulan III Triwulan IV
2005 17.512 16.284 12.886 11.752
2006 15.239 17.169 16.683 14.179
2007 18.251 17.987 16.882 18.323
2008 18.802 16.890 11.691 15.505
2009 18.127 18.493 13.382 17.315
2010 19.986 21.360 19.167 18.300
2011 21.640 18.775 16.891 21.199
2012 20.365 17.114 13.516 20.463
Sumber : Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Sumatera Utara

Pada Tabel 1.2. terlihat volume ekspor kopi Sumatera Utara terus bersifat

fluktuatif dari tahun 2005 - 2012 dimana volume ekspor kopi tertinggi terjadi pada

triwulan I tahun 2011 yaitu sebesar 21.640 ton dan volume ekspor yang terendah

terjadi pada triwulan III di tahun 2008 yaitu sebesar 11.691 ton. Namun mulai

tahun 2008 - 2011 terjadi peningkatan volume ekspor walaupun pada tahun 2010-

2011 sempat terjadi sedikit penurunan volume ekspor.

Kenaikan volume ekspor ini tentu berdampak baik pada sumber devisa,

akan tetapi di sisi lain berdampak buruk bagi industri-industri pengolahan kopi

dalam negeri karena kekurangan bahan baku akibat dari produsen kopi yang lebih

memilih menjual kopinya ke luar negeri karena harga yang tinggi jika

Anda mungkin juga menyukai