Anda di halaman 1dari 8

ANCAMAN GERAKAN SEPARATISME ORGANISASI PAPUA

MERDEKA DAN CARA MENGATASINYA

Disusun untuk memenuhi tugas


Kuliah Pendidikan Kewarganegaraan

Nama : Slamet Pujiono


NIM : 858798488
Pokjar : Gondangwetan
Semester : 1 (Satu)
Masa Ujian : 2019.2

UNIVERSITAS TERBUKA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN (FKIP)
POKJAR GONDANGWETAN UPBJJ MALANG
TAHUN 2019.2
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Pada umumnya manusia berkeinginan untuk bebas, termasuk bebas dalam mengelola
sumber daya alam maupun sumber daya manusia di daerahnya sendiri tanpa ada intervensi dari
pihak manapun. Jika suatu daerah memiliki sumber daya alam maupun sumber daya manusia
yang melimpah pasti daerah tersebut memiliki keinginan untuk mengelola sumber daya itu
sendiri. Karena dengan mengelola sendiri sumber daya alam tersebut maka hasilnya tidak perlu
diserahkan kepada pemerintah pusat dan dapat dipergunakan untuk mensejahterakan daerah itu
sendiri.
Tetapi bukan hanya karena ingin mengolah sumber daya sendiri tetapi juga karena wujud
ketidakpuasan terhadap pemerintah pusat yang berkuasa, karena sering kali pemerintah
“menelantarkan” rakyatnya yang berada di daerah-daerah, oleh karena itulah banyak
bermunculan gerakan separatis yang muncul di daerah, seperti OPM.
Hal ini pulalah yang mendasari banyaknya bermunculan gerakan separatisme di
Indonesia, terlebih lagi separatisme politis. Menurut wikipedia Separatisme politis adalah suatu
gerakan untuk mendapatkan kedaulatan dan memisahkan suatu wilayah atau kelompok
manusia (biasanya kelompok dengan kesadaran nasional yang tajam) dari satu sama lain (atau
suatu negara lain). Biasanya para kelompok separatis tidak menerima istilah ini karena mereka
menganggapnya kasar, dan memilih istilah yang lebih netral seperti determinasi diri. Namun
istilah yang lebih netral itu tidak cocok untuk dipakai oleh mereka karena dalam prakteknya
mereka sering melakukan tindakan yang amoral.
Dilihat dari keterangan di atas gerakan separatisme itu adalah tindakan yang buruk, dan
hal ini berbanding lurus dengan kenyataan yang ada, karena gerakan atau kelompok ini
menggunakan kekerasan dalam menjalankan misinya seperti yang sering kita lihat maupun
dengar di media massa. Tentu hal ini akan menimbulkan rasa takut dan akan perasaan tidak
tenteram pada masyarakat karena gerakan ini seringkali menimbulkan teror atau bahkan
peperangan dan yang menjadi korban dari semua itu adalah masyarakat itu sendiri. Dengan
berkedok akan melahirkan kebebasan yang penuh, gerakan separatis ini terus saja
menimbulkan keresahan di masyarakat, dan akan membuat stabilitas nasional menjadi buruk.
Gerakan-gerakan separatis seperti ini sebenarnya tidak perlu terjadi bila pemerintah
memberikan perhatian yang lebih besar kepada masyarakat yang pada saat sekarang perhatian
pemerintah ini dirasakan kurang oleh masyarakat.
Dan sekarang tergantung pada pemerintah apakah akan membiarkan hal ini berlangsung
berlarut-larut atau segera mengambil tindakan yang tepat dan adil bagi semua rakyat Indonesia
untuk mencegah gerakan–gerakan separatisme ini berkembang lebih besar lagi di Indonesia.

B. IDENTIFIKASI MASALAH
Keutuhan Bangsa dan Negara semakin tidak kokoh dikarenakan adanya organisasi yang
membahayakan keutuhan NKRI. Karena itulah kami akan membahas apa saja ancaman-
ancaman terhadap keutuhan NKRI karena berdirinya organisasi tersebut.

C. RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan uraian diatas mengenai separatisme, maka permasalahan dirumuskan sebagai
berikut:
a. Apa itu separatisme?
b. Apa saja penyebab mereka membuat gerakan separatisme?
c. Bagaimana cara mengatasi gerakan separatisme di Indonesia?
d. Bagaimana cara mencegah gerakan separatisme di Indonesia?
KAJIAN PUSTAKA

Di dalam modul MKDU 411 Modul 4 dijelaskan bahwa perilaku birokrasi dapat menimbulkan
keresahan sosial. Hal yang disoroti terutama adalah sikap kurang tanggap dari sebagian aparat
birokrasi terhadap kepentingan rakyat baik dalam bentuk tindakan yang bertentangan dengan
kehendak rakyat maupun dalam pelayanan birokrasi. Sikap kurang tanggap ini apabila terjadi
di daerah yang rawan gejolak anti Indonesia seperti Papua akan memicu perasaan akan memicu
perasaan anti Indonesia yang semakin dalam. Hal ini bisa diamati dalam berbagai tulisan di
media massa mengenai pelanggaran hak ulayat atas tanah, penggusuran rumah dan tanah
penduduk. Sikap oknum ABRI untuk selalu diprioritaskan dalam segala hal, sikap pemuka
peradilan yang kadang-kadang cenderung memenangkan pihak yang lebih kuat dalam posisi
maupun kekayaan, fasilitas publik yang tidak memadai.
Dalam buku Papua Road Map yang diterbitkan Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia
pada 2009 disebut akar masalah Papua meliputi: peminggiran, diskriminasi, termasuk
minimnya pengakuan atas kontribusi dan jasa Papua bagi Indonesia, tidak optimalnya
pembangunan infrastruktur sosial di Papua, khususnya pendidikan, kesehatan, pemberdayaan
ekonomi rakyat dan rendahnya keterlibatan pelaku ekonomi asli Papua, proses integrasi politik,
ekonomi, dan sosial budaya yang belum tuntas. Selain itu, siklus kekerasan politik belum
tertangani, bahkan meluas dan pelanggaran HAM yang belum dapat diselesaikan, khususnya
kasus Wasior, Wamena, dan Paniai.
R Z. Leirissa dalam buku “Sejarah Proses Integrasi Irian Jaya” yang terbit pada
1992 menilai gerakan separatis yang dilakukan OPM—dan serangkaian peristiwa terkait yang
terjadi di Papua—adalah hasil dari didikan Belanda yang sewaktu‐waktu akan meledak.
Dengan cara pandang seperti ini Leirissa terkesan menyalahkan pihak asing atas kegagalan
pemerintah Indonesia mengelola konflik Papua selama Papua terintegrasi dengan
Indonesia.
Dalam buku Sintong Panjaitan Perjalanan Seorang Prajurit Para Komando, pendekatan
persuasif terus dilakukan TNI ketika terjadi gangguan keamanan di Papua hingga saat ini. Para
pengacau keamanan di Papua umumnya masih membawa-bawa nama OPM ‘warisan’ Belanda
agar mendapat perhatian secara internasional. Tak hanya menyerang aparat, mereka juga kerap
menyerang warga sipil.
John RG Djopari lewat buku, 'Pemberontakan Organisasi Papua Merdeka' menelisik
penyebab aksi Organisasi Papua Merdeka. Pemerintah Indonesia pada tahun-tahun awal
integrasi sudah diberi cap atau julukan 'penjajah baru' menggantikan Belanda. Malah sampai
terlontar opini masyarakat bahwa 'Indonesia lebih jahat dari Belanda dalam mengurus
masyarakat di Irian Jaya'. TNI disarankan untuk memahami budaya setempat dan
menghindarkan diri dari perilaku kurang terpuji. Soalnya, opini yang tak baik tentang TNI bisa
semakin memperburuk keadaan.
Pada bulan Maret tahun 2017, SKPKC Fransiskan Papua menerbitkan buku berjudul
“Papua di ambang kehancuran – Beragam peristiwa dan fakta hak asasi manusia di Papua
2016”. Peristiwa yang dimaksudkan ialah peristiwa kekerasan, penangkapan, penyiksaan dan
pembunuhan terhadap masyarakat sipil di Papua. Penegakan hukum amat lemah, khususnya
berkaitan dengan kekerasan yang dilakukan oleh aparat keamanan. Impunitas para pelaku
pelanggaran HAM masih tebal sekali, lebih-lebih bila anggota aparatlah yang terlibat.
PEMBAHASAN

A. Pengertian Separatisme
Separatisme berasal dari bahasa inggris separatism, yang mana kata tersebut berasal dari
separate yang berarti pisah. Separatisme sendiri berarti tindakan memisahkan diri dari suatu
komunitas terhadap komunitas yang lebih besar atau negara untuk mendapatkan kedaulatan
komunitasnya. separatis dapat dijalankan dalam 2 cara. Pertama, dengan cara kekerasan yaitu
dengan mendorong suatu negara ke arah revolusi atau yang kedua dengan cara halus dan politis
untuk meminta otonomi yang lebih luas atau campur tangan dari keduanya.
Separatisme muncul sejak manusia mulai membentuk negara baru. Konflik-konflik yang
terjadi antara kelompok kepentingan atau penguasa dan rakyat dalam suatu negara terkadang
meruncing dan tak bisa dikompromikan dapat menyebabkan tindakan separatisme. Ada juga
jenis separatisme lain yang disebabkan oleh perbedaan kultur dan budaya.

B. Penyebab terjadinya Gerakan Separatisme


Penyebab dari terjadinya Gerakan Separatisme yaitu Beragamnya entik, budaya, dan agama
menyebabkan mudahnya timbul gesekan antar etnik, budaya, dan agama. Gesekan yang terjadi
ini kadang menimbulkan hasrat bagi sebagian kelompok etnis, budaya, dan agama untuk
memisahkan diri dan menciptakan daerah kedaulatan baru demi kepentingan entik, budaya,
atau agama itu sendiri. Sedangkan pendekatan struktural meliputi ekonomi, politik, dan hukum.
Sampai saat ini pembangunan ekonomi masih belum sepenuhnya dilakukan secara merata oleh
pemerintah. Sebagai contohnya saja di daerah-daerah terpencil/pelosok seperti di Indonesia
bagian timur. Ketimpangan pendidikan yang menyebabkan timpangnya pembangunan
ekonomi dan kesejahteraan masyarakat juga dapat menimbulkan hasrat untuk menciptakan
suatu Gerakan Separatisme di kalangan masyarakat.

C. Cara Mengatasi Gerakan Separatisme


Gerakan Separatisme dapat diatasi dengan cara;
 Konsiliasi yaitu cara pengendalian konflik melalui lembaga-lembaga tertentu untuk
memungkinkan tumbuhnya pola diskusi dan pengambilan keputusan di antara pihak
separatisme dan pemerintah mengenai persoalan yang mereka hadapi,
 Perwasitan yaitu cara yang memerlukan pihak ketiga sebagai penengah antara pihak
separatisme dan pemerintah,
 Mediasi yaitu cara yang juga memerlukan pihak ketiga namun pihak ketiga tidak memiliki
kekuasaan dan kewenangan karena pihak ketiga hanya merupakan mediator yang
memberikan nasihat,
 Paksaan yaitu cara untuk menyelesaikan Gerakan Separatisme baik secara fisik maupun
psikologis,
 Detente yaitu mengurangi ketegangan antara para separatisme dan pemerintah.

D. Cara Mencegah Gerakan Separatisme


1) Pemerataan pembangunan di semua daerah di Indonesia.
2) Meningkatkan persatuan dan kesatuan Indonesia.
3) Memeratakan pendidikan di Indonesia.
4) Meningkatkan tingkat kepercayaan masyarakat terhadap pemerintahan Indonesia.
5) Meningkatkan nasionalisme para pemuda/pemudi Indonesia
PENUTUP

A. Kesimpulan
Penyebab dari terjadinya Gerakan Separatisme dapat disebabkan oleh dua pendekatan,
yaitu pendekatan kultural dan struktural. Pendekatan Kultural meliputi keberagaman etnik,
budaya, dan agama. Beragamnya etnik, budaya, dan agama menyebabkan mudahnya timbul
gesekan antar etnik, budaya, dan agama. Gesekan yang terjadi ini kadang menimbulkan hasrat
bagi sebagian kelompok etnis, budaya, dan agama untuk memisahkan diri dan menciptakan
daerah kedaulatan baru demi kepentingan etnik, budaya, atau agama itu sendiri. Sedangkan
pendekatan struktural meliputi ekonomi, politik, dan hukum.
Sampai saat ini pembangunan ekonomi masih belum sepenuhnya dilakukan secara
merata oleh pemerintah.
Kesejahteraan rakyat tidak merata karena kurangnya pendidikan yang menyebabkan
masyarakat di daerah tidak mendapatkan pekerjaan yang layak, sehingga jumlah angka
pengangguran semakin bertambah, Ketimpangan pendidikan yang menyebabkan timpangnya
pembangunan ekonomi dan kesejahteraan masyarakat juga dapat menimbulkan hasrat untuk
menciptakan suatu Gerakan Separatisme di kalangan masyarakat.

B. Saran
Gerakan Separatisme dapat diatasi dengan cara Konsiliasi yaitu cara pengendalian
konflik melalui lembaga-lembaga tertentu untuk memungkinkan tumbuhnya pola diskusi dan
pengambilan keputusan diantara pihak separatisme dan pemerintah mengenai persoalan yang
mereka hadapi, Perwasitan yaitu cara yang memerlukan pihak ketiga sebagai penengah antara
pihak separatisme dan pemerintah, Mediasi yaitu cara yang juga memerlukan pihak ketiga
namun pihak ketiga tidak memiliki kekuasaan dan kewenangan karena pihak ketiga hanya
merupakan mediator yang memberikan nasihat, Paksaan yaitu cara untuk menyelesaikan
Gerakan Separatisme baik secara fisik maupun psikologis, dan yang terakhir adalah Detente
yaitu mengurangi ketegangan antara para separatisme dan pemerintah.

Anda mungkin juga menyukai