Sejarah
Ketahanan pangan adalah sebuah kondisi yang terkait dengan
ketersediaan bahan pangan secara berkelanjutan.
Kekhawatiran terhadap ketahanan pangan telah ada dalam
sejarah. Sejak 10 ribu tahun yang lalu lumbung telah digunakan
di Tiongkok dengan kekuasaan penggunaan secara terpusat di
peradaban di Tiongkok Kuno dan Mesir Kuno. Mereka
melepaskan suplai pangan di saat terjadinya kelaparan. Namun
ketahanan pangan hanya dipahami pada tingkat nasional,
dengan definisi bahwa negara akan aman secara pangan jika
produksi pangan meningkat untuk memenuhi jumlah
permintaan dan kestabilan harga. Definisi baru mengenai
ketahanan pangan dibuka pada tahun 1966 di World Food
Summit yang menekankan ketahanan pangan dalam konteks
perorangan, bukan negara.
Pilar ketahanan pangan
Ketersediaan pangan berhubungan dengan suplai pangan
melalui produksi, distribusi, dan pertukaran. Produksi pangan
ditentukan oleh berbagai jenis faktor, termasuk kepemilikan
lahan dan penggunaannya; jenis dan manajemen tanah;
pemilihan, pemuliaan, dan manajemen tanaman pertanian;
pemuliaan dan manajemen hewan ternak; dan pemanenan.
Produksi tanaman pertanian dapat dipengaruhi oleh perubahan
temperatur dan curah hujan. Pemanfaatan lahan, air, dan
energi untuk menumbuhkan bahan pangan seringkali
berkompetisi dengan kebutuhan lain. Pemanfaatan lahan untuk
pertanian dapat berubah menjadi pemukiman atau hilang
akibat desertifikasi, salinisasi, dan erosi tanah karena praktik
pertanian yang tidak lestari.
Produksi tanaman pertanian bukanlah suatu kebutuhan yang
mutlak bagi suatu negara untuk mencapai ketahanan
pangan. Jepang dan Singapuramenjadi contoh bagaimana
sebuah negara yang tidak memiliki sumber daya alam untuk
memproduksi bahan pangan namun mampu mencapai
ketahanan pangan.
Distribusi pangan melibatkan penyimpanan, pemrosesan,
transportasi, pengemasan, dan pemasaran bahan pangan.
Infrastruktur rantai pasokan dan teknologi penyimpanan pangan
juga dapat mempengaruhi jumlah bahan pangan yang hilang
selama distribusi. Infrastruktur transportasi yang tidak memadai
dapat menyebabkan peningkatan harga hingga ke pasar global.
Produksi pangan per kapita dunia sudah melebihi konsumsi per
kapita, namun di berbagai tempat masih ditemukan kerawanan
pangan karena distribusi bahan pangan telah menjadi
penghalang utama dalam mencapai ketahanan pangan.
Akses
Akses terhadap bahan pangan mengacu kepada kemampuan
membeli dan besarnya alokasi bahan pangan, juga faktor
selera pada suatu individu dan rumah tangga.PBB menyatakan
bahwa penyebab kelaparan dan malagizi seringkali bukan
disebabkan oleh kelangkaan bahan pangan namun
ketidakmampuan mengakses bahan pangan karena
kemiskinan.Kemiskinan membatasi akses terhadap bahan
pangan dan juga meningkatkan kerentanan suatu individu atau
rumah tangga terhadap peningkatan harga bahan pangan.
Kemampuan akses bergantung pada besarnya pendapatan
suatu rumah tangga untuk membeli bahan pangan, atau
kepemilikan lahan untuk menumbuhkan makanan untuk dirinya
sendiri.Rumah tangga dengan sumber daya yang cukup dapat
mengatasi ketidakstabilan panen dan kelangkaan pangan
setempat serta mampu mempertahankan akses kepada bahan
pangan.
Terdapat dua perbedaan mengenai akses kepada bahan
pangan. (1) Akses langsung, yaitu rumah tangga memproduksi
bahan pangan sendiri, (2) akses ekonomi, yaitu rumah tangga
membeli bahan pangan yang diproduksi di tempat lain. Lokasi
dapat mempengaruhi akses kepada bahan pangan dan jenis
akses yang digunakan pada rumah tangga tersebut.Meski
demikian, kemampuan akses kepada suatu bahan pangan tidak
selalu menyebabkan seseorang membeli bahan pangan
tersebut karena ada faktor selera dan budaya. Demografi dan
tingkat edukasi suatu anggota rumah tangga juga gender
menentukan keinginan memiih bahan pangan yang
diinginkannya sehingga juga mempengaruhi jenis pangan yang
akan dibeli. USDA menambahkan bahwa akses kepada bahan
pangan harus tersedia dengan cara yang dibenarkan oleh
masyarakat sehingga makanan tidak didapatkan dengan cara
memungut, mencuri, atau bahkan mengambil dari cadangan
makanan darurat ketika tidak sedang dalam kondisi darurat.
Pemanfaatan
Ketika bahan pangan sudah didapatkan, maka berbagai faktor
mempengaruhi jumlah dan kualitas pangan yang dijangkau oleh
anggota keluarga. Bahan pangan yang dimakan harus aman
dan memenuhi kebutuhan fisiologis suatu individu. Keamanan
pangan mempengaruhi pemanfaatan pangan dan dapat
dipengaruhi oleh cara penyiapan, pemrosesan, dan
kemampuan memasak di suatu komunitas atau rumah tangga.
Akses kepada fasilitas kesehatan juga mempengaruhi
pemanfaatan pangan karena kesehatan suatu individu
mempengaruhi bagaimana suatu makanan dicerna. Misal
keberadaan parasit di dalam usus dapat mengurangi
kemampuan tubuh mendapatkan nutrisi tertentu sehingga
mengurangi kualitas pemanfaatan pangan oleh individu.
Kualitas sanitasi juga mempengaruhi keberadaan dan
persebaran penyakit yang dapat mempengaruhi pemanfaatan
pangan sehingga edukasi mengenai nutrisi dan penyiapan
bahan pangan dapat mempengaruhi kualitas pemanfaatan
pangan.
Stabilitas
Stabiitas pangan mengacu pada kemampuan suatu individu
dalam mendapatkan bahan pangan sepanjang waktu tertentu.
Kerawanan pangan dapat berlangsung secara transisi,
musiman, ataupun kronis (permanen). Pada ketahanan pangan
transisi, pangan kemungkinan tidak tersedia pada suatu periode
waktu tertentu. Bencana alam dan kekeringan mampu
menyebabkan kegagalan panen dan mempengaruhi
ketersediaan pangan pada tingkat produksi.Konflik sipil juga
dapat mempengaruhi akses kepada bahan pangan.
Ketidakstabilan di pasar menyebabkan peningkatan harga
pangan sehingga juga menyebabkan kerawanan pangan.
Faktor lain misalnya hilangnya tenaga kerja atau produktivitas
yang disebabkan oleh wabah penyakit. Musim tanam
mempengaruhi stabilitas secara musiman karena bahan
pangan hanya ada pada musim tertentu saja. Kerawanan
pangan permanen atau kronis bersifat jangka panjang dan
persisten.
Tantangan untuk mencapai ketahanan pangan
Degradasi lahan
Pertanian intensif mendorong terjadinya penurunan kesuburan
tanah dan penurunan hasil. Diperkirakan 40% dari lahan
pertanian di dunia terdegradasi secara serius. Di Afrika, jika
kecenderungan degradasi tanah terus terjadi, maka benua itu
hanya mampu memberi makan seperempat penduduknya saja
pada tahun 2025.
Hama dan penyakit
Karat batang pada gandum
hama dan penyakit mampu mempengaruhi produksi budi daya
tanaman dan peternakan sehingga memiliki dampak bagi
ketersediaan bahan pangan. Contoh penyakit tanaman Ug99,
salah satu tipe penyakit karat batang pada gandum dapat
menyebabkan kehilangan hasil pertanian hingga 100%.
Penyakit ini telah ada di berbagai negara di Afrika dan Timur
Tengah. Terganggunya produksi pangan di wilayah ini
diperkirakan mampu mempengaruhi ketahanan pangan global.
Keanekaragaman genetika dari kerabat liar gandumdapat
digunakan untuk memperbarui varietas modern sehingga lebih
tahan terhadap karat batang. Gandum liar ini dapat diseleksi di
habitat aslinya untuk mencari varietas yang tahan karat, lalu
informasi genetikanya dipelajari. Terakhir varietas modern dan
varietas liar disilangkan dengan pemuliaan tanaman modern
untuk memindahkan gen dari varietas liar ke varietas modern.
Krisis air global
Kanal irigasi telah menjadikan kawasan padang pasir yang
kering di Mesir menjadi lahan pertanian
Berbagai negara di dunia telah melakukan importasi gandum
yang disebabkan oleh terjadinya defisit air,dan kemungkinan
akan terjadi pada negara besar seperti China dan India. Tinggi
muka air tanah terus menurun di beberapa negara dikarenakan
pemompaan yang berlebihan. China dan India telah
mengalaminya, dan negara tetangga mereka (Pakistan,
Afghanistan, dan Iran) telah terpengaruh hal tersebut. Hal ini
akan memicu kelangkaan air dan menurunkan produksi
tanaman pangan. Ketika produksi tanaman pangan menurun,
harga akan meningkat karena populasi terus bertambah.
Pakistan saat ini masih mampu memenuhi kebutuhan pangan
di dalam negerinya, namun dengan peningkatan populasi 4 juta
jiwa per tahun, Pakistan kemungkinan akan melirik pasar dunia
dalam memenuhi kebutuhan pangannya, sama seperti negara
lainnya yang telah mengalami defisit air seperti Afghanistan,
Ajlazair, Mesir, Iran, Meksiko, dan Pakistan.
Secara regional, kelangkaan air di Afrika adalah yang terbesar
dibandingkan negara lainnya di dunia. Dari 800 juta jiwa, 300
juta penduduk Afrika telah hidup di lingkungan dengan stres air.
Karena sebagian besar penduduk Afrika masih bergantung
dengan gaya hidup berbasis pertanian dan 80-90% penduduk
desa memproduksi pangan mereka sendiri, kelangkaan air
adalah sama dengan hilangnya ketahanan pangan.
Investasi jutaan dolar yang dimulai pada tahun 1990an oleh
Bank Dunia telah mereklamasi padang pasir dan mengubah
lembah Ica yang kering di Peru menjadi
pensuplai asparagus dunia. Namun tinggi muka air tanah terus
menurun karena digunakan sebagai irigasi secara terus
menerus. Sebuah laporan pada tahun 2010 menyimpulkan
bahwa industri ini tidak bersifat lestari. Mengubah arah aliran
air sungai Ica ke lahan asparagus juga telah menyebabkan
kelangkaan air bagi masyarakat pribumi yang hidup sebagai
penggembala hewan ternak.
Perebutan lahan
Kepemilikan lahan lintas batas negara semakin meningkat.
Perusahaan Korea Utara Daewoo Logistics telah
mengamankan satu bidang lahan yang luas
di Madagascar untuk mebudidayakan jagung dan tanaman
pertanian lainnya untuk produksi biofuel. Libya telah
mengamankan 250 ribu hektare lahan di Ukraina dan sebagai
gantinya Ukraina mendapatkan akses ke sumber gas alam di
Libya. China telah memulai eksplorasi lahan di sejumlah tempat
di Asia Tenggara. Negara di semenanjung Arab telah mencari
lahan di Sudan, Ethiopia, Ukraina, Kazakhstan, Pakistan,
Kamboja, dan Thailand. Qatar berencana menyewa lahan di
sepanjang panyai di Kenya untuk menumbuhkan sayuran dan
buah, dan sebagai gantinya akan membangun pelabuhan besar
dekat Lamu, pulau di samudra Hindia yang menjadi tujuan
wisata.
Perubahan iklim
Fenomena cuaca yang ekstrem
seperti kekeringan dan banjir diperkirakan akan meningkat
karena perubahan iklim terjadi. Kejadian ini akan memiliki
dampak di sektor pertanian. Diperkirakan pada tahun 2040,
hampir seluruh kawasan sungai Nil akan menjadi padang pasir
di mana aktivitas budi daya tidak dimungkinkan karena
keterbatasan air. Dampak dari cuaca ekstrem mencakup
perubahan produktivitas, gaya hidup, pendapatan ekonomi,
infrastruktur, dan pasar. Ketahanan pangan pada masa depan
akan terkait dengan kemampuan adaptasi budi daya bercocok
tanam masyarakat terhadap perubahan iklim. Di Honduras,
perempuan Garifuna membantuk meningkatkan ketahanan
pangan lokal dengan menanam tanaman umbi tradisional
sambil membangun metode konservasi tanah, melakukan
pelatihan pertanian organik dan menciptakan pasar petani
Garifuna. Enam belas kota telah bekerja sama
membangun bank benih dan peralatan pertanian. Upaya untuk
membudidayakan spesies pohon buah liar di sepanjang pantai
membantu mencegah erosi tanah.
Diperkirakan 2.4 miliar penduduk hidup di daerah tangkapan air
hujan di sekitar Himalaya. Negara di sekitar Himalaya (India,
Pakistan, China, Afghanistan, Bangladesh, Myanmar, dan
Nepal) dapat mengalami banjir dan kekeringan pada dekade
mendatang. Bahkan di India, sungan Ganga menjadi sumber air
minum dan irigasi bagi 500 juta jiwa Sungai yang bersumber
dari gletser juga akan terpengaruh. Kenaikan permukaan
laut diperkirakan akan meningkat seiring meningkatnya
temperatur bumi, sehingga akan mengurangi sejumlah lahan
yang dapat digunakan untuk pertanian.
Semua dampak dari perubahan iklim ini berpotensi mengurangi
hasil pertanian dan peningkatan harga pangan akan terjadi.
Diperkirakan setiap peningkatan 2.5% harga pangan, jumlah
manusia yang kelaparan akan meningkat 1%. Berubahnya
periode dan musim tanam akan terjadi secara drastis
dikarenakan perubahan temperatur dan kelembaban tanah.
Sumber daya alam pertanian dan perkebunan
A. Sumber daya alam pertanian
Secara umum, pengertian dari pertanian adalah suatu kegiatan manusia yang meliputi
Sejarah Indonesia sejak masa kolonial sampai sekarang tidak dapat dipisahkan dari sektor
pertanian dan perkebunan, karena sektor - sektor ini memiliki arti yang sangat penting dalam
menentukan pembentukan berbagai realitas ekonomi dan sosial masyarakat di berbagai wilayah
Indonesia. Sebagian besar mata pencaharian masyarakat di Indonesia adalah sebagai petani dan
perkebunan, sehingga sektor - sektor ini sangat penting untuk dikembangkan di negara kita.
1. Sawah
Sawah adalah suatu bentuk pertanian yang dilakukan di lahan basah dan memerlukan banyak
air baik sawah irigasi, sawah lebak, sawah tadah hujan maupun sawah pasang surut. Yang pada
masa sekarang sudah hampir punah. Sawah merupakan cara bertani yang lebih baik di
2. Ladang (Huma)
Ladang merupakan sistem pertanian pada lahan kering yang sering disebut juga“HUMA“.
Pada sistem pertanian ini berpindah-pindah yaitu melakukan pembukaan hutan dengan cara
pembakaran lahan yang telah terbuka ditanami padi dan palawija. Hal ini merugikan karena
unsur-unsur hara yang bersifat meyuburkan tanah akan hilang akibat pengolahan tanah yang
3. Tegalan
Tegalan merupakan sistem pertanian lahan kering yang sudah menetap. Jenis tanaman yang
ditanam pada lahan ini diantaranya palawija dan padi gogo.Tegalan adalah suatu daerah dengan
lahan kering(dry farming) yang bergantung pada pengairan air hujan, ditanami tanaman musiman
atau tahunan dan terpisah dari lingkungan dalam sekitar rumah. Lahan tegalan tanahnya sulit
untuk dibuat pengairan irigasi karena permukaan yang tidak rata. Pada saat musim kemarau
lahan tegalan akan kering dan sulit untuk ditubuhi tanaman pertanian.
Jenis pertanian tanaman pangan, antara lain padi, jagung, ketela pohon, kedelai, dan
kacang tanah.
1 . Padi
Syarat-syarat agar tanaman padi agar tumbuh subur adalah sebagai berikut:
2 . Jagung
Banyak pendapat dan teori mengenai asal tanaman jagung, tetapi secara umum para ahli
sependapat bahwa jagung berasal dari Amerika Tengah atau Amerika Selatan. Jagung secara
historis terkait erat dengan suku Indian, yang telah menjadikan jagung sebagai bahan makanan
sejak 10.000 tahun yang lalu). Jagung yang telah direkayasa genetika juga sekarang ditanam
Syarat-syarat agar tanaman jagung agar tumbuh subur adalah sebagai berikut:
Daerah persebaran penghasil jagung antara lain Jawa, Madura, Sulawesi, dan Nusa Tenggara.
3 . Ketela Pohon
Ketela pohon merupakan tanaman pangan berupa perdu dengan nama lain ubi kayu,
Di Indonesia, ketela pohon menjadi makanan bahan pangan pokok setelah beras dan
jagung. Manfaat daun ketela pohon sebagai bahan sayuran memiliki protein cukup tinggi atau
untuk keperluan yang lain seperti bahan obat-obatan. Kayunya bisa digunakan sebagai pagar
kebun atau di desa-desa sering digunakan sebagai kayu bakar untuk memasak] Dengan
perkembangan teknologi, ketela pohon dijadikan bahan dasar pada industri makanan dan bahan
baku industri pakan. Selain itu digunakan pula pada industri obat-obatan.
Syarat-syarat agar tanaman ketela pohon agar tumbuh subur adalah sebagai berikut:
Daerah persebaran ketela pohon, antara lain, Jawa, Madura, Bali, Nusa Tenggara,
Ketela pohon di gunakan sebagai makanan pokok, makanan ternak, dan bahan tepung
tapioka.
4 . Kedelai
Kedelai (Glycine Max) sudah dibudidayakan sejak 1500 tahun Sebelum Masehi dan baru
masuk Indonesia, terutama Jawa sekitar tahun 1750. Kedelai berfungsi sebagai zat pembangun
Syarat-syarat agar tanaman kedelai agar tumbuh subur adalah sebagai berikut:
Daerah penghasil kedela terbesar terdapat di Jawa Tengah dan Jawa Timur.
5 . Kacang Tanah
Syarat-syarat agar tanaman pai agar tumbuh subur adalah sebagai berikut:
c. Saaat tumbuh perlu air banyak dan saat masak hanya perlu air sedikit
Daerah penghasil terdapat di Jawa Tengah, Jawa Timur, Bali, Dan Lombok.
B. Sumber Daya Alam Perkebunan
Lahan perkebunan adalah lahan usaha pertanian yang
luas, biasanya terletak di daerah tropis atau subtropis, yang
digunakan untuk menghasilkan komoditi perdagangan
(pertanian) dalam skala besar dan dipasarkan ke tempat yang
jauh, bukan untuk konsumsi lokal.
Perkebunan dapat ditanami oleh tanaman keras/industri
seperti kakao, kelapa, dan teh, atau
tanaman hortikultura seperti pisang, anggur, atau anggrek.
Dalam pengertian bahasa Inggris, "perkebunan" dapat
mencakup plantation dan orchard.
Ukuran luas perkebunan sangat relatif dan tergantung
ukuran volume komoditi yang dipasarkannya. Namun demikian,
suatu perkebunan memerlukan suatu luas minimum untuk
menjaga keuntungan melalui sistem produksi yang
diterapkannya. Selain itu, perkebunan selalu menerapkan cara
monokultur, paling tidak untuk setiap blok yang ada di
dalamnya. Penciri lainnya, walaupun tidak selalu demikian,
adalah terdapat instalasi pengolahan atau pengemasan
terhadap komoditi yang dipanen di lahan perkebunan itu,
sebelum produknya dikirim ke pembeli.
Jenis-jenis perkebunan yang ada di Indonesia antara lain adalah sebagai berikut:
1. Karet
Sejarah karet bermula ketika Christopher Columbus
menemukan benua Amerika pada 1476. Saat itu, Columbus
tercengang melihat orang-orang Indian bermain bola dengan
menggunakan suatu bahan yang dapat melantun bila
dijatuhkan ke tanah). Bola tersebut terbuat dari campuran akar,
kayu, dan rumput yang dicampur dengan suatu bahan (lateks)
kemudian dipanaskan diatas unggun dan dibulatkan seperti
bola. Karet mempunyai arti penting dalam aspek kehidupan
sosial ekonomi masyarakat indonesia, yaitu salah satu komoditi
penghasil devisa negara, tempat persediaanya lapangan kerja
bagi penduduk, dan sumber penghasilan bagi petani Daerah -
daerah penghasil karet adalah :
Sumatera : Aceh, Tapanuli, Riau, Jambi, Palembang,
dan Lampung
Jawa : Banten, Bogor, Malang, dan Gunung Kidul.
Kalimantan : Kalimantan Barat, Kalimantan Selatan,
Kalimantan Timur.
Syarat-syarat agar karet tumbuh subur, antara lain sebagai
berikut:
a. Tumbuh pada ketinggian 700 meter dpal
b. Di daerah tropis suhu rata-rata bulanan 24 C
c. Hujan rmerata sepanjang tahun minimum 1.500 mm per tahun
2. Kopi
Syarat-syarat agar kopi tumbuh subur, antara lain sebagai
berikut:
a. Memerlukan curah hujan yang cukup saat tumbuh
b. Membutuhkan udara kering dan panas waktu mulai tua
c. Terletak pada ketinggian 650-1.500 m dpal
Daerah penghasil kopi di Indonesia, antara lain sebagai berikut:
Jawa : priangan, Kedu Utara, Besuki, Malang, Kediri, Blitar,
Jember.
Sumatera :Bengkulu, Lampung, Palembang, Aceh, Sumatera,
Barat, Riau
Sulawesi :Minahasa dan Padang
Nusa Tenggara:Bali, Flores, dan Timor
3. Teh
Syarat-syarat agar teh tumbuh subur, antara lain sebagai
berikut:
a. Tumbuh di derah pegunungan dengan ketinggian 800-3.000m
dpal
b. Terletak di daerah tropis dan subtropis yang sejuk
c. Curah hujan besar dan merata sepanjang tahun
d. Tanah termasuk vulkanis muda
Daerah penghasik teh di Indonesia, antara lain di Bogor,
Priangan, Sukabumi, Pekalongan, Wonsobo, Malang, Jember,
Banyuwangi, Bengkulu, Pematang Siantar, dan Sumatera
Barat.
4. Tembakau
Tembakau (Tobacco) adalah sejenis tanaman herbal.
Tanaman ini berasal dari Amerika Utara dan Amerika Selatan.
Syarat-syarat agar tembakau tumbuh subur, antara lain
sebagai berikut:
a. Tumbuh di dataran rendah dan pegunungan pada ketinggian
2.000 m dpal
b. Memerlukan musim kering waktu menanam
c. Jenis tanah nya vulkania muda
d. Angin tidak terlalu kencang
e. Bisa tumbuh di daerah tropis dan di luar daerah tropis
Daerah penghasil tembakau di Indonesia, antara lain:
(1). Bojonegoro : Jawa Timur
(2). Boyolali ; Jawa Tengah
(3). Deli Serdang : Sumatera Utara
(4). Klaten : Jawa Tengah
5. Tebu
Tebu adalah tanaman yang ditanam untuk bahan baku gula.
Tanaman ini hanya dapat tumbuh di daerah beriklim tropis.
Tanaman ini termasuk jenis rumput-rumputan. Umur tanaman
sejak ditanam sampai bisa dipanen mencapai kurang lebih 1
tahun). Daerah - daerah penghasil tebu, antara lain Aceh Barat,
Bengkulu, Kalimantan Tengah, Kalimantan Timur, Lampung,
dan DI Yogyakarta. Tebu dapat diolah menjadi gula pasir.
Pabrik gula terdapat di :
(1). Cot Girek : DI Aceh
(2). Madukismo : Jawa Tengah
(3). Mojokerto : Jawa Timur
Syarat-syarat agar tebu dapat tumbuh subur, antara lain
sebagai berikut:
a. Ditanam di dataran rendah sampai ketinggian 500 m dpal
b. Intensitas matahari cukup
c. Berada di daerah angin muim
d. Banyak memerlukan air waktu tumbuh
e. Memerlukan musim kering dan panas waktu mulai tua
6. Kelapa
Kelapa merupakan jenis tumbuhan dari
keluarga Arecaceae dan satu-satunya spesies dalam
genus Cocos, pohonnya mencapai ketinggian 30 m. Kelapa
adalah pohon serba guna bagi masyarakat tropika. Semua
bagiannya dapat dimanfaatkan orang, dari batang, buah dan
daun semuanya dapat di manfaatkan dalam kehidupan sehari-
hari.
Syarat-syarat agar kelapa dapat tumbuh subur, antara lain
sebagai berikut:
a. Tumbuh di dataran rendah sampai ketinggian 700 m dpal
b. Terletak di daerah tropis
Daerah - daerah penghasil kelapa, antara lain:
(1). Bone : Sulawesi Selatan
(2). Halmahera : Maluku
(3). Kepulauan Alor : NTT
(4). Kepulauan Solor : NTT
(5). Minahasa : Sulawesi Utara
(6). Pulau Buru : Maluku
(7). Pulau Seram : Maluku
(8). Sangihe Talaud : Sulawesi Utara
Selain itu, kelapa banyak terdapat di Aceh, Bengkulu, Jambi,
Jawa Barat, Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah, Kalimantan
Timur, Papua, Riau, Sulawesi Tenggara, Sumatera Selatan,
dan DI Yogyakarta.
Hasil Perkebunan