Segala puji kita panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah
memberikan rahmat dan hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan
makalah ini, dan kami buat dengan waktu yang telah di tentukan.
Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua dan dengan adanya
penyusunan makalah seperti ini, pembaca dapat belajar dengan baik dan benar
mengenai Kromatografi gas.
Penulis mengucapkan terimah kasih kepada pihak-pihak yang telah
memberi sumbangsi kepada kami dalam penyelesaian makalah ini. Dan tentunya
penulis juga menyadari, bahwa masih terdapat banyak kesalahan dan kekurangan
pada makalah ini. Hal ini Karena keterbatasan kemampuan dari penulis. Oleh
karena itu, penulis senantiasa menanti kritik dan saran yang bersifat membangun
dari semua pihak guna penyempurnaan makalah ini.
Semoga dengan adanya makalah ini kita dapat belajar bersama demi
kemajuan kita dan kemajuan ilmu pengetahuan.
Amien.
DAFTAR ISI
PENUTUP
a. Kesimpulan
R.A. Day, JT. & AL. Under wood. 2006. Analisis Kimia Kuantitatif. Edisi ke-6.
Jakarta: Erlangga
Yazid, Estien. 2005. Kimia Fisika untuk Paramedis. Yogyakarta: CV. Andi Offset
JURNAL KIMIA 2 (2), JULI 2008 : 100-104
ABSTRAK
Telah dilakukan penelitian tentang isolasi dan uji aktivitas antibakteri minyak
atsiri dari rimpang lengkuas (Alpinia galanga L.) dengan ekstrak berwarna kuning bening
sebanyak 3,5 mL.
Hasil uji aktivitas minyak atsiri terhadap bakteri E. coli pada konsentrasi 100
ppm dan 1000 ppm menunjukkan diameter daerah hambatan sebesar 7 mm dan 9 mm,
sedangkan minyak atsiri hanya mampu menghambat pertumbuhan bakteri S. aureus pada
konsentrasi 1000 ppm sebesar 7 mm. Analisis Kromatografi Gas – Spektrometer Massa
menunjukkan bahwa minyak atsiri rimpang lengkuas didominasi oleh 8 senyawa : D-
limonen; Eukaliptol; 3-sikloheksen-1-ol, 4-metil-1-(1-metietil); Fenol, 4-(2-profenil)-
asetat; 2,6-oktadien-1-ol, 3,7-dimetil-asetat; 1,6,10-dodekatrien, 7,11-dimetil-3-metilen;
Pentadesen; sikloheksen, 1-metil-4-(5-metil-1-metilen-4-heksenil.
ABSTRACT
Isolation and antibacterial activity test of the languas rhizomes (Alpinia galanga
L.) essential oil was carried out The extract was yellow in colour with a volume of 3,5
mL. The activity test on E. coli bacteria at concentrations 100 ppm and 1000 ppm showed
a retardation area of 7mm and 9 mm in diameters. At 1000 ppm it retarded S. aureus
bacteria to a diameter of 7 mm. Gas Chromatography – Mass Spectrometer data show
that the essential oil of the languas rhizomes contains mainly 8 components : D-limonen;
Eukaliptol; 3-sikloheksen-1-ol, 4-metil-1-(1-metietil); Fenol, 4-(2-profenil)-asetat; 2,6-
oktadien-1-ol, 3,7-dimetil-asetat; 1,6,10-dodekatrien, 7,11-dimetil-3-metilen; Pentadesen;
sikloheksen, 1-metil-4-(5-metil-1-metilen-4-heksenil.
mampu menghambat pertumbuhan bakteri E. Pada konsentrasi yang sama terlihat bahwa
coli dengan diameter daerah hambatan 7 mm. minyak atsiri menunjukkan aktivitas lebih rendah
Konsentrasi minyak atsiri pada 1000 ppm dapat terhadap kedua bakteri, hal ini disebabkan
menghambat pertumbuhan kedua bakteri yang banyaknya komponen senyawa yang kurang aktif
diuji yaitu bakteri E. coli dan S. aureus dengan pada minyak atsiri rimpang lengkuas.
diameter daerah hambatan masing-masing 9 mm
dan 7 mm.
Minyak atsiri yang aktif sebagai antibakteri
Uji aktivitas bakteri pada konsentrasi pada umumnya mengandung gugus fungsi
minyak atsiri 100 ppm dan 1000 ppm hidroksil ( -OH) dan karbonil. Turunan fenol
menunjukkan bahwa diameter daerah hambatan berinteraksi dengan sel bakteri melalui proses
bertambah dengan bertambahnya konsentrasi adsorpsi yang melibatkan ikatan hidrogen. Pada
(lihat Tabel 1). kadar rendah terbentuk kompleks protein fenol
dengan ikatan yang lemah dan segera mengalami
peruraian, diikuti penetrasi fenol ke dalam sel dan
menyebabkan presipitasi serta denaturasi protein.
Tabel 2. Hasil pengukuran diameter daerah
Pada kadar tinggi fenol
hambatan (mm) pertumbuhan bakteri
oleh antibiotik pada konsentrasi 100
ppm dan 1000 ppm
6. Puncak 6 9.90 1,6,10-dodekatrien,
(menit) metilen-4-heksenil
Heyne K., 1987, Tumbuhan Berguna Indonesia II, Badan Litbang Kehutanan, Jakarta
Muhlisah, F., 1999, Temu-temuan dan Empon-empon Budaya dan Manfaatnya, Penerbit
Kanisius, Yogyakarta
Robinson, T., 1991, Kandungan Organik Tumbuhan Tingkat Tinggi, a.b. Kosasih
Padmawinata, ITB, Bandung, h.132-136 Soekardjo B. dan Siswandono, 1995, Kimia
Medisinal, Universitas Airlangga,Surabaya
Soetarno S., 1990, Terpenoid, Pusat Antar Universitas Bidang Ilmu Hayati ITB, Bandung