Puji syukur kepada Allah SWT berkat Rahmat, Hidayah, dan Karunia-Nya
kepada kita semua sehingga kami dapat menyelesaikan makalah “Asuhan
Keperawatan pada Ny.E dengan stroke iskemik di Gedung A Lantai 5 Zona A Commented [U1]: Gedung, ruang baru nama rumah sakit
1. Ibu Bara Miradwiyana S.Kp MKM selaku koordinator mata kuliah Commented [U2]: SKp
Kelompok
5B
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Stroke terjadi akibat adanya gangguan suplai darah ke otak. Ketika
aliran darah ke otak terganggu, maka oksigen dan nutrisi tidak dapat
dikirim ke otak. Kondisi ini akan mengakibatkan kerusakan sel otak
mati. Presentasi tertinggi stroke adalah stroke iskemik, yang terjadi
akibat penyumbatan aliran darah. Penyumbatan dapat terjadi karena
timbunan lemak yang mengandung kolesterol (disebut plak) dalam
pembuluh darah besar (arteri karotis) atau pembuluh darah sedang
(arteri serebri) atau pembuluh darah kecil (Diwanto, 2009).
Berdasarkan laporan WHO, stroke merupakan penyebab kematian
nomor dua dan penyebab utama kecacatan dengan angka sekitar 5,54
juta kematian. Jumlah ini merupakan 9,5% dari seluruh kematian di
dunia (Bahrudin, 2012). Berdasarkan data di negara maju seperti
Amerika Serikat, pada tahun 2002, stroke menduduki peringkat ke tiga
sebagai penyebab kematian setelah penyakit jantung dan kanker.
Tahun 2006 didapatkan setiap tahunnya 700.000 orang menderita
stroke dengan 550.000 diantaranya merupakan kasus stroke baru (HS
Dourman, 2013). Stroke secara luas diklasifikasikan ke dalam stroke
iskemik dan hemoragik. Faktor risiko stroke di antaranya adalah
merokok, hipertensi, hiperlipidemia, fibrilasi atrium, penyakit jantung
iskemik, penyakit katup jantung, dan diabetes (Goldszmith, 2013).
Dari data South East Asian Medical Information Centre (SEAMIC)
diketahui bahwa angka kematian stroke terbesar terjadi di Indonesia
yang kemudian diikuti secara berurutan oleh Filipina, Singapura,
Brunei, Malaysia, dan Thailand (Dinata et al., 2013). Hasil Riskesdas
Kemenkes RI, 2013 terjadi peningkatan prevalensi stroke dari tahun
2007 hingga 2013 yaitu 8,3 per mil menjadi 12,1 per mil. Prevalensi
tertinggi terjadi di daerah Sulawesi utara (10,8 per mil), Yogyakarta
(10,3 per mil), Bangka Belitung (9,7 per mil) dan DKI Jakarta (9,7 per
mil) (Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, 2014). Dinas
Kesehatan Provinsi Jawa Tengah mendapatkan data bahwa kasus
tertinggi stroke terdapat di Kota Semarang sebesar 17,36% yaitu 4.516
(Wurtiningsih, 2012). Menurut data Riskesdas Depkes RI, 2007 stroke
merupakan penyebab kematian yang utama pada usia > 45 tahun
(15,4% dari seluruh kematian) (Yudawijaya et al., 2011). Penelitian
yang dilakukan Misbach dan Wendra (2000) di 28 rumah sakit di
Indonesia terhadap 2.065 pasien stroke, sebagian 2 besar pasien stroke
yang dirawat di rumah sakit dalam penelitian ini berada pada
kelompok usia 45-65 tahun. Stroke pada dewasa muda dan usia tua
masing-masing 12,9% dan 35,8%. Insiden stroke iskemik lebih tinggi
antara 70% - 85% dari stroke perdarahan 15% - 30%. Di Asia kejadian
stroke iskemik terjadi sekitar 70% dan stroke perdarahan 30%
(Junaidi, 2011). Dari seluruh penderita stroke di Indonesia, stroke
iskemik merupakan jenis yang paling banyak diderita yaitu sebesar
52,9%, diikuti perdarahan intraserebral (38,5%), emboli (7,2%) dan
perdarahan subaraknoid (1,4%) (Dinata et al, 2013).
B. Tujuan Penulisan
1. Tujuan umum :
Memberikan gambaran tentang asuhan keperawaran pada Ny. E
yang mengalami stroke iskemik di ruang neurologi lantai 5 zona A
RSUP Cipto Mangunkusumo, Jakarta Pusat.
2. Tujuan khusus
a. Memberikan gambaran nyata tentang :
1) Pengkajian pada Ny. E
2) Penetapan diagnosis keperawatan Ny. E
3) Perencanaan untuk pemecahan masalah yang ditemukan
pada Ny. E
4) Implementasi pada Ny. E
5) Evaluasi pada Ny. E
b. Membahas antara teori dan kasus Ny. E yang mengalami kasus
stroke iskemik.
C. Manfaat Penulisan
1. Bagi mahasiswa
Mahasiswa dapat meningkatkan pengetahuan mengenai asuhan
keperawatan dengan stroke iskemik sehingga mahasiswa mampu
mengaplikasikan dengan baik.
2. Bagi Institusi
Institusi dapat menjadikan makalah sebagai referensi kasus
neurologi.
D. Sistematika Penulisan
Memberikan gambaran isi makalah untuk masing-masing bab, yaitu :
1. Bab I berisi tentang pendahuluan, terdiri dari latar belakang,
tujuan, manfaat, dan sistematika penulisan.
2. Bab II berisi tentang tinjauan teori dari konsep dasar stroke
iskemik dan konsep dasar askep stroke iskemik.
3. Bab II berisi tentang tinjauan kasus
4. Bab IV berisi tentang pembahasan mengenai kesenjangan teori
dengan kasus stroke iskemik
5. Bab V penutup, berisi tentang kesimpulan dan saran.
BAB II
TINJAUAN TEORI
1. Pengertian Stroke
2. Anatomi fisiologi
Otak merupakan suatu alat yang sangat penting karena merupakan
system pusat semua organ tubuh bagian dari syaraf sentral yang
terletak dalam rongga tengkorak yang dibungkus oleh selaput otak
yang kuat.
Berat jaringan otak manusia kira-kira merupakan 2% dari berat
orang dewasa. Otak menerima 20% dan seluruh curah jantung
membutuhkan sekitar 20% dari pemakaian oksigen tubuh. Otak
merupakan jaringan yang paling banyak memakai energy dalam
seluruh tubuh manusia dan membutuhkan oksigen serta glukosa
melalui aliran darah tetap konstan karena jaringan otak sangat
rapuh. Bila aliran darah ke otak terhenti selama 10 detik saja dapat
mengakibatkan hilangnya kesadaran dan dalam beberapa menit
saja dapat menimbulkan kerusakan irreversible yang kritis sebagai
pusat integritas dan koordinasi organ dan system efektor perifer
tubuh dan berfungsi sebagai penerima informasi mengeluarkan
impuls dan tingkah laku.
Bagian-bagian hemisfer otak setiap hemisfer serebri dibagi dalam
4 lobus, yaitu : lobus frontal, pariental, temporal, dan oksipital.
Fungsi dari setiap lobus berbeda-beda. Lobus frontal terlihat dalam
mental, emosi, dan fungsi fisik. Bagian anterior mempunyai peran
dalam control tingkah laku sosial, pendapat dan aktivitas
intelektual yang kompleks, bagian sentral dan posterior mengatur
fungsi motoric. Lobus parietal, menterjemahkan input sensorik
sensasi yang dirasakan pada satu sisi bagian tubuh yang lain
diterjemahkan melalui lobus pariental bagian kontra lateral.
Sensasi somatic yang diterima adalah nyeri, temperature, sentuhan
dan tekanan, lobus pariental juga berperan dalam proses memory.
Lobus oksipital mengandung daerah veiseral primer dan daerah
gabungan visual. Daerah visual primer menerima informasi dan
menafsirkan warna. Lobus temporalis berfungsi dalam sensorik
pendengaran, penciuman, dan rasa. Berikut adalah 12 nervus dan
fungsinya :
Saraf I (Olfaktorius) : Menerima rangsang dari hidung dan
menghantarkannya ke otak untuk di proses sebagai sensai bau.
Saraf II (Optikus) : Menerima rangsang dari mata dan
menghantarkannya ke otak untuk di proses sebagai persepsi visual
Saraf III (Okulomotor) : Menggerakkan sebagian besar otot mata
Saraf IV (Troklearis) : Menggerakkan beberapa otot mata
Saraf V (Trigeminus) : Menerima rangsangan dari wajah untuk di
proses di otak sebagai sentuhan dan menggerakkan rahang
Saraf VI (Abdusen) : Abduksi mata
Saraf VII (Fasialis) : Mengendalikan otot wajah untuk menciptakan
ekspresi wajah
Saraf VIII (Vestibulokoklearis) : Mengendalikan keseimbangan
Saraf IX (Glosofaringeal) : Mengendalikan sensasi rasa
Saraf X (Vagus) : Mengendalkan organ-organ dalam
Saraf XI (Aksesorius) : Mengendalikan pergerakan kepala
Saraf XII (Hipoglosus) : Mengendalikan pergerakan lidah.
3. Etiologi Stroke
a. Trombosis serebral
b. Hemoragi
d. Hipoksia Setempat
4. Faktor Risiko
f. Usia
Makin bertambahnya usia, resiko stroke makin tinggi. Hal ini
berkaitan dengan elastisitas pembulult darah yang mengalami
penurunan.
g. Jenis kelamin
h. Polisitemia
i. Perokok
j. Alkohol
5. Manifestasi Klinis
6. Klasifikasi Stroke
a. Stroke hemoragik
Stroke ini terjadi karena perdarahan atau pecahnya pembuluh darah
otak baik di subarkhnoid, intraserebral (Black & Hawks 2014).
Perdarahan otak dibagi menjadi dua :
1) Perdarahan intraserebri (PIS)
Pecahnya pembulih darah terutama karena hipertensi
mengakibatkan darah masuk ke dalam jaringan otak, membentuk
massa yang menekan jaringan otak dan menimbulkan edema otak.
2) Perdarahan subarachnoid (PSA)
Perdarahan ini berasal dari pecahnya aneurisma. Pecahnya arteri
dan keluar dari ruang subarachnoid menyebabkan peningkatan
TIK, vasospasme pembuluh darah serebri yang berakibat disfungsi
otak global (nyeri kepala, penurunan kesadaran) maupun fokal
(hemiparese, gangguan sensorik, afasia).
b. Stroke iskemik
Iskemik terjadi akibat suplai darah ke jaringan otak berkurang. Hal ini
disebabkan karena obsruksi total atau sebagian pembuluh darah.
1) Trombosis
Pembentukan bekuan atau gumpalan di arteri yang menyebabkan
penyumbatan sehingga mengakibatkan terganggunya aliran darah
ke otak. Trombosis berkaitan dengan kerusakan local dinding
pembuluh darah akibat aterosklerosis yang menyebabkan zat
lemak tertumpul dan membentuk plak pada dinding pembuluh
darah. Plak ini dapat menyebabkan penyempitan (stenosis) pada
arteri sehingga menghambat aliran darah.
2) Emboli
Sumbatan arteri serebral yang disebabkan oleh embolus, embolus
terlepas dibagian luar otak, kemudian terlepas dan mengalir sampai
embolus tersebut melekat di pembuluh darah dan menyumbat
arteri. (Muttaqin, 2008).
7. Patofisiologi
Area edema menyebabkan disfungsi yang lebih besar dari area infark itu
sendiri. Edema dapat berkurang dalam beberapa jam atau kadang sesudah
beberapa hari. Dengan berkurangnya edema klien mulai menunjukan
perbaikan. Karena thrombosis biasanya tidak fatal, jika tidka terjadi
perdarahan massif. Oklusi pada pembuluh darah, makan reversible akan
terjadi abses atau ensefalitis, atau jika sisa infeksi berada pada pembuluh
darah yang tersumbat menyebabkan dilatasi aneurisma pembuluh darah. Hal
ini menyebabkan perdarahan serebri jika aneurisma pecah atau rupture.
Perdarahan pada otak lebih disebabkan oleh rupture eterosklerotik dan
hipertensi mebulh darah. Perdarahan intraserebri yang sangat luas akan
menyebabkan kematian dibandingkan dari keseluruhan penyakit
serebrovaskular, karena perdarahan yang luas terjadi destruksi massa otak,
peningkatan TIK yang lebih berat dapat menyebabkan hernia otak pada plak
serebri.
Kematian dapat disebabkan oleh kompresi batang otak, hemisfer otak, dan
perdarahan batang otak sekunder atau ekstensi perdarahan ke batang otak.
Perembesan darah ke ventrikel otak terjadi pada sepertiga kasus perdarahan
otak di nucleus kaudatus, thalamus dan pons. Jika sirkulasi serebri terhambat,
dapat berkembang anoksia serebri. Perubahan disebabkan oleh anoksia serebsi
dapat reversible untuk jangka waktu 4-6 menit. Perubahan irreversible bila
anoksia lebih dari 10 menit. Anoksia serebri dapat terjadi oleh karena
gangguan yang bervariasi salah satunya henti jantung. Selain kerusakan
parenkim otak akibat volume perdarahan yang rekatif banyak akan
mengakubatkan peningkatan tekanan intracranial yang menyebabkan
menurunnya tekenan perfusi otak serta terganggunya drainase otak.
Pembuluh darah
Perembesan darah ke
oklusi Emboli serebral dalam parenkim otak
↓
↓
Ikemik jaringan otak Stroke Penerkanan jaringan otak
↓ (cerebrovascular ↓
accident) Infark otak, edema dan
Edema dan kongesti
jaringan sekitar herniasi
Defisit neurologis
a. Radiologi
1) Angiografi serebral
Membantu menentukan penyebab stroke secara spesifik seperti
perdarahan, obstruksi arteri, titik oklusi atau rupture.
2) Elektro Encephalography (EEG)
Mengidentifikasi masalah didasarkan pada gelombang otak atau
mungkin memperlihatkan daerah lesi yang spesifik.
3) Ultrasonografi Doppler
Mengidentifikasi penyakit arteriovena (masalah system arteri
karotis atau aliran darah atau aterosklerosis).
4) CT-Scan
Memperlihatkan adanya infark, edema, hematoma, iskemia,
struktur dan system ventrikel otak.
5) Lumbal fungsi
Menunjukan adanya tekanan yang abnormal dan biasanya ada
thrombosis emboli dan TIA.
6) MRI
Menunjukan daerah yang mengalami infark, hemoragik,
malformasi arterovena
7) Rontgen Thorax
Memperlihatkan keadaan jantung, jika terdapat pembesaran
ventrikel kiri merupakan salah satu tanda hipertensi kronis.
8) Electrocardiogram (ECG)
Mengetahui adanya kelainan jantung yang juga menjadi factor
penyebab stroke.
b. Pemeriksaan laboratorium
1) Darah lengkap
2) Kadar Elektrolit Serum
3) Pemeriksaan kimia darah
4) Profil lemak darah diukur untung mengevaluasi resiko
aterosklerosis (Wijaya & Putri, 2013).
10. Penatalaksanaan
a. Terapi umum
7) Kontrol tekanan darah. Jika terjadi hipotensi berikan NaCl 0,9% 250 ml
selama 1 jam. Kemudian dilanjutkan 500 ml selama 5 jam dan 500 ml selama
8 jam sampai hipotensi dapat diatasi. Jika didapatkan tekanan intracranial
meningkat, diberikan manitol bolus intravena 0,25 sampai 1 g/kgBB/30 menit.
b. Terapi khusus
11. Komplikasi
a. Fase akut
1) Hipoksia serebral
Fungsi otak bergantung pada ketersediaan oksigen yang dikirim ke
jaringan. Pemberian oksigen suplemen dan mempertahankan
hemoglobin serta hematocrit akan membantu dalam
mempertahankan oksigenasi jaringan.
2) Penurunan aliran darah serebral
Aliran darah bergantung pada tekanan darah, curah jantung dan
integritas pembuluh darah serebral. Hidrasi adekuat harus
menjamin penurunan viskositas darah dan memperbaiki aliran
darah serebral. Hipertensi dan hipotensi perlu dihindari untuk
mencegan perubahan pada aliran darah serebral dan potensi
meluasnya area cedera.
3) Embolisme serebral
Embolisme serebral dapat terjadi setelah infark miokard atau
fibrilasi atrium datau dapat berasal dari katup jantung prostetik.
Embolisme akan menurunkan aliran darah ke otak dan selanjutnya
menurunkan aliran serebral.
4) Edema serebral
Edema terjadi jika area mengalami hipoksia atau iskemik maka
tubuh akan meningkatkan aliran darah pada lokasi tersebut dengan
cara vasodilatasi pembuluh darah dan meningkatnya tekanan
sehingga cairan interstesial akan berpindah ke ekstraseluler
sehinga terjadi edema di jaringan otak.
5) Peningkatan TIK
Bertambahnya massa pada otak seperti adanya perdarahan atau
edema otak akan meningkatkan tekanan intracranial yang ditandai
adanya defisit neurologi seperti adanya gangguan motoric,
sensorik, nyeri kepala, gangguan kesadaran. Peningkatan tik yang
tinggi dapat mengakibatkan herniasi serebral yang dapat
mengancam kehidupan (Black & Hawks, 2014).
1. Pengkajian keperawatan
a. Anamnesis
1) Identitas klien meliputi nama usia (kebanyakan terjadi pada usia tua), jenis
kelamin, pendidikan, alamat, pekerjaan, agama, suku bangsa, tanggal dan jam
masuk rumah sakit, nomor register dan diagnosis medis.
2) Keluhan utama yang sering dirasakan adalah kelemahan anggota gerak
sebelah badan, bicara pelo, tidak dapat berkomunikasi dan penurunan tingkat
kesadaran.
b. Riwayat penyakit
1) Riwayat penyakit saat ini
Serangan stroke hemoragik seringkali berlangsung sangat mendadak pada saat
klien sedang melakukan aktivitas.
2) Riwayat penyakit dahulu
Adanya riwayat hipertensi, riwayat stroke sebelumnya, diabetes melitus,
penyakit jantung, anemia, riwayat trauma kepala, kontrasepsi oral yang lama
penggunaan obat obat antikoagulan, aspirin vasodilator, obat-obat adiktif dan
kegemukan.
3) Riwayat penyakit keluarga
Biasanya ada riwayat keluarga yang menderita hipertensi, diabetes melitus,
atau adanya riwayat stroke dari generasi terdahulu.
c. Pengkajian psiko-sosio-spiritual
Pengkajian psikologis klien stroke meliputi beberapa dimensi yang
memungkinkan perawat untuk memperoleh persepsi yang jelas mengenai
status emosi kognitif dan perilaku klien.
d. Pemeriksaan fisik
1) Keadaan umum
umumnya mengalami penurunan kesadaran titik suara bicara kadang
mengalami gangguan, yaitu sukar dimengerti atau tidak bisa berbicara dan
tanda-tanda vital tekanan darah meningkat.
2) Tingkat kesadaran
Tingkat kesadaran klien dan respon terhadap lingkungan adalah indikator
paling sensitif untuk mendeteksi diskusi sistem persyarafan. Klien dengan
penurunan kesadaran maka penilaian GCS sangat penting untuk menilai
tingkat kesadaran klien dan bahan evaluasi untuk pemantauan pemberian
asuhan keperawatan.
3) Fungsi cerebri
a) Status mental
Observasi penampilan klien dan tingkah lakunya, nilai gaya bicara klien,
observasi ekspresi wajah dan aktivitas motorik dimana pada klien stroke tahap
lanjut biasanya status mental klien mengalami perubahan.
b) Fungsi intelektual
Penurunan ingatan dan memori baik jangka pendek maupun jangka panjang.
pada beberapa kasus klien mengalami kerusakan otak yaitu kesukaran untuk
mengenal persamaan dan perbedaan yang tidak begitu nyata.
c) Kemampuan bahasa
Penurunan kemampuan bahasa tergantung dari daerah lesi yang
mempengaruhi fungsi cerebri titik pada daerah hemisfer yang dominan pada
bagian posterior dari girus temporalis superior (area wernicke) terjadi disfasia
reseptif, yaitu klien tidak dapat memahami bahasa lisan atau bahasa tertulis.
Lesi pada bagian posterior dari girus frontalis inferior (area broca) terjadi
disfagia expensive, yaitu klien dapat mengerti tetapi tidak dapat menjawab
dengan tepat dan bicara tidak lancar.
d) Lobus frontal
Kerusakan fungsi kognitif dan efek psikologis didapatkan bila kerusakan telah
terjadi pada lobus frontal kapasitas memori atau fungsi intelektual kortikal
yang lebih tinggi mungkin rusak. disfungsi ini dapat ditunjukkan dalam
lapang perhatian terbatas kesulitan dalam pemahaman, lupa, dan kurang
motivasi, yang menyebabkan klien ini menghadapi masalah frustasi dalam
program rehabilitasi mereka. depresi umum terjadi dan mungkin diperberat
oleh respon alamiah klien terhadap klien katastropik ini masalah psikologis
lain juga umum terjadi dan dimanifestasikan oleh labilitas emosional,
bermusuhan frustasi dendam dan kurang kerjasama.
e) Hemisfer
stroke hemisfer kanan menyebabkan hemiparese sebelah kiri tubuh, penilaian
buruk, dan mempunyai kerentanan terhadap sisi kolateral sehingga
kemungkinan terjatuh ke sisi yang berlawanan tersebut. Stroke pada hemisfer
kiri mengalami hemiparese kanan, perilaku lambat dan sangat berhati-hati
kelainan lapang pandang sebelah kanan, afasia dan mudah frustasi.
f. Sistem motorik
1) Inspeksi umum, didapatkan hemiplegia (paralisis pada salah satu sisi)
karena lesi pada sisi otak yang berlawanan. Hemiparesis atau kelemahan salah
satu sisi tubuh.
2) Fasikulasi didapatkan pada otot otot ekstremitas.
3) Tonus otot didapatkan meningkat.
4) Kekuatan otot, pada penilaian dengan menggunakan nilai kekuatan otot
pada sisi yang sakit didapatkan nilai 0.
5) Keseimbangan dan koordinasi, mengalami gangguan karena hemiparesis
dan hemiplegia.
g. Pemeriksaan refleks
1) Pemeriksaan refleks dalam, pengetukan pada tendon, ligamentum, atau
periosteum derajat refleks pada respon normal.
2) Pemeriksaan reflek patologis, pada fase akut refleks fisiologis sisi yang
lumpuh akan menghilang. setelah beberapa hari refleks fisiologis akan muncul
kembali di dahului dengan refleks patologis.
h. Sistem sensorik
Kehilangan sensorik dapat berupa kerusakan sentuhan ringan atau mungkin
lebih berat, dengan kehilangan proprioseptif (kemampuan untuk merasakan
posisi dan gerakan bagian tubuh) serta kesulitan dalam menginterpretasikan
stimulus visual taktil, dan auditorius.
2. Diagnosa keperawatan
Menurut PPNI (2017) diagnosa keperawatan stroke adalah sebagai berikut :
a. Resiko perfusi serebral tidak efektif ditandai dengan aterosklerosis aorta,
aneurisma serebri, infark miokard akut, embolisme, hiperkolesterolemia.
b. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan gangguan neuromuscular,
gangguan neurologis.
c. Defisit nutrisi berhubungan dengan ketidakmampuan menelan makanan,
faktor psikologis (stress, keengganan untuk makan).
d. Inkontinensia urin fungsional berhubungan dengan penurunan tonus otot
kandung kemih, hambatan mobilisasi.
e. Konstipasi berhubungan dengan ketidakcukupan asupan serat,
ketidakcukupan asupan cairan, perubahan kebiasaan makan, ketidakadekuatan
toileting.
f. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan penurunan kekuatan otot,
penurunan massa otot kekakuan sendi kontraktor, gangguan neuromuskular.
g. Gangguan integritas kulit berhubungan dengan perubahan sirkulasi rumah
penurunan mobilitas.
h. Defisit perawatan diri berhubungan dengan gangguan neuromuskular,
kelemahan.
i. Gangguan menelan berhubungan dengan gangguan serebrovaskular
gangguan saraf kranialis, paralysis cerebral.
j. Gangguan Citra tubuh berhubungan dengan perubahan fungsi tubuh.
3. Intervensi keperawatan
a. Resiko perfusi serebral tidak efektif ditandai dengan atherosclerosis
aorta, aneurisma serebri infark miokard akut, embolisme,
hiperkolesterolemia.
Tujuan : perfusi jaringan otak dapat tercapai secara optimal
Kriteria hasil :
- pasien dapat mempertahankan tingkat kesadaran, fungsi kognitif sensorik
,motorik.
- tanda-tanda vital stabil
- tidak ada peningkatan TIK (tidak ada keluhan nyeri kepala, mual, kejang)
- klien mampu berorientasi dengan baik
- pupil isokor
- refleks cahaya (+)
Intervensi :
1. Monitor tanda-tanda vital
2. Monitor tanda-tanda status neurologis dengan GCS
3. Kaji pupil
4. Pertahankan kepala tempat tidur 30 sampai 45 derajat dengan posisi leher
tidak melakukan atau fleksi
5. Anjurkan klien untuk menghindari batuk berlebihan dan mengendan
6. Monitor hasil pemeriksaan analisa gas darah
7. Kolaborasi dalam pemberian medikasi sesuai program dan monitor efek
samping
a. Antifibrinolitik : mencegah lisis dan perdarahan
b. Antihipertensi : menstabilkan tekanan darah
c. Vasodilator perifer : memperbaiki sirkulasi kolateral
d. Diuretik : membantu pengeluaran elektrolit dan air dari dalam tubuh
4. Evaluasi keperawatan
Evaluasi keperawatan menurut Black and Hawks (2014) adalah evaluasi
pencapaian tingkat hasil secara terus-menerus. Setelah stroke, beberapa hasil,
seperti perfusi serebral akan dicapai paling awal; yang lain seperti perawatan
diri, mungkin membutuhkan rehabilitas jangka panjang. Pantau kemajuan
yang mengarah pada hasil.