Anda di halaman 1dari 98

PERANAN PEMERINTAH DESA DALAM MENINGKATKAN

PARTISIPASI MASYARAKAT DIBIDANG PEMBANGUNAN NON FISIK


(Studi Desa Bahutara Kecamatan Kontukowuna Kabupaten Muna)

SKRIPSI

Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh Gelar Sarjana


Pendidikan pada Jurusan/Program Studi Pendidikan Pancasila dan
Kewarganegaraan

Oleh:

IHSAN BASRI
NIM: A1O1 15 016

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN


UNIVERSITAS HALUOLEO
KENDARI
2019
PERNYATAAN
KEASLIAN SKRIPSI
PERSETUJUAN PEMBIMBING
ABSTRAK

IHSAN BASRI (A1O115016) “Peranan Pemerintah Desa Dalam


meningkatkan Partisipasi Masyarakat Di Bidang Pembangunan Non-Fisik” (Studi
Desa Bahutara Kecamatan Kontukowuna Kabupaten Muna) Dibimbing Oleh
Misran safar sebagai Pembimbing I dan Samiruddin T sebagai pembimbing II.
Tujuan penelitian: 1) Untuk mengetahui peran Pemerintah desa dalam
meningkatkan partisipasi masyarakat dibidang pembangunan non fisik di desa
Bahutara Kecamatan Kontukowuna. 2) Untuk mengetahui kendala Pemerintah
desa dalam meningkatkan partisipasi masyarakat dibidang pembangunan non fisik
di desa Bahutara Kecamatan Kontukowuna.
Penelitian ini dilaksanakan di Desa Bahutara, Kecamatan Kontukowuna,
Kabupaten Muna. Jenis penelitian yang digunakan adalah deskriptif dengan
pendekatan kualitatif. Responden berjumlah 4 orang, yakni Kepala desa dan 2
orang kaur desa serta Kepala Lingkungan. Sedang Informan berjumlah 4 orang,
terdiri Tokoh Adat, tokoh Agama, dan dari majelis ta’lim. Teknik pengumpulan
melalui wawancara dan dokumentasi.
Hasil penelitian menunjukkan 1) Peran Pemerintah desa dalam dibidang
pembangunan non fisik (baik bidang pendidikan dan keagamaan), sudah terlihat
“baik” karena masyarakat sebagian besar masyarakat “sudah paham” terhadap
pembangunan non fisik, baik dibidang keagamaan dan bidang pendidikan. 2)
Adapun kendala yang dihadapi Pemerintah desa dalam meningkatkan partisipasi
masyarakat dibidang pembangunan non fisik, masih terlihat “rendah” baik dari
segi partisipasi maupun dari segi kontribusi masyarakat, seperti dibidang
pendataan KIP dan kurang kesadaran massrakat pada program kegiatan Paket B
(SMP)
Kesimpulan penelitian ini adalah 1) Peran Pemerintah desa dalam dibidang
pembangunan non fisik (khususnya bidang pendidikan dan keagamaan), sudah
terlihat “baik”, 2) kendala yang dihadapi Pemerintah desa dalam meningkatkan
partisipasi masyarakat dibidang pembangunan non fisik, masih terlihat “rendah”
terutama pada tingkat partisipasi masyarakat, kemudian di bidang pendidikan
belum memberikan dampak positif terhadap masyarakat di desa Bahutara.

Kata Kunci: Peranan Pemerintah Desa, Partisipai masyarakat,


Pembanguann Non Fisik.

vi
ABSTRACT
IHSAN BASRI (A1O1 15 016) "The Role of the Village Government in
Increasing Community Participation in the Field of Non-Physical Development"
(Study of Bahutara Village, Kontukowuna Subdistrict, Muna Regency)
Supervised by Misran Safar, as mentor I and Samiruddin T, as mentor II.
The research aimed to Research objectives: 1) To determine the role of the
village government in increasing community participation in the field of non-
physical development in the village of Bahutara, Kontukowuna District. 2) To
find out the obstacles of the village government in increasing community
participation in the field of non-physical development in the village of Bahutara,
Kontukowuna District. This research was carried out in Bahutara Village,
Kontukowuna District, Muna Regency. The research is descriptive by using
qualitative approach.
Respondents were 4 people namely the village head and 2 village people
and the environment head. While the informants numbered 4 people, consisting of
traditional figures, religious leaders, and from the majelis ta ‟lim. Collection
techniques through interviews and documentation.
The results showed that 1) The role of the village government in the field of
non-physical development (both in the field of education and religion), was
already seen as "good" because the majority of the community "understood" non-
physical development, both in the religious and educational fields. 2) As for the
obstacles faced by the village government in increasing community participation
in the field of non-physical development, it still looks "low" both in terms of
participation and in terms of community contributions, such as in the field of KIP
data collection and lack of mass awareness in the Package B (SMP) program
activities.
The concluded of this study are 1) The role of the village government in the
field of non-physical development (especially in the field of education and
religion), has seen "good", 2) the obstacles faced by the village government in
increasing community participation in the field of non-physical development, still
looks "low" especially at the level of community participation, then in the field of
education it has not had a positive impact on the community in the village of
Bahutara.
Keywords: Role of Village Government, Community Participation, Non-
Physical Development.

vii
KATA PENGANTAR

Alhamdulillahirabbil’alamin. Puji syukur kehadirat Allah SWT karena

hanya limpahan Rahmat dan Hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan

skripsi ini yang berjudul “ Peranan Pemerintah Desa Dalam Meningkatkan

Partisipasi Masyarakat Di Bidang Pembangunan Non Fisik (Studi Kasus di Desa

Bahutara Kecamatan Kontukowuna Kabupaten Muna)”. Semoga salawat dan

salam senantiasa tercurahkan kepada junjungan kita Nabi Muhammad SAW,

beserta para keluarga, sahabat, dan semua pengikutnya yang tetap istiqomah

dijalannya hingga akhir zaman Amin. Skripsi ini dapat di selesaikan dengan baik

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana pendidikan pada

Jurusan/Program Studi Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan Fakultas

Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Haluoleo.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa seluruh rangkaian penelitian mulai

dari penyusunan proposal hingga penyusunan skripsi ini senantiasa mendapat

bantuan dan petunjuk dari berbagai pihak. Secara khusus ucapan terima kasih dan

penghargaan yang setinggi-tingginya kepada Dr. Misran Safar, M.SI selaku

pembimbing I dan Dr. H. Samiruddin T, M. Si., selaku pembimbing II yang

telah banyak memberikan bimbingan dan arahan hingga terselesaikannya skripsi

ini. Serta teriring doa beribu syukur dan kasih sayang tak terhingga kepada

viii
malaikat tanpa sayap yaitu ibunda tercinta Waode Pea dan ayahanda Basri

yang telah mendidik dan membesarkan penulis, kasih sayang yang tak terhingga

yang selalu memberikan doa, restu, dukungan moril dan spiritual serta harapan

dan kasih sayangnya kepada penulis, penulis sungguh mencintai kalian

berdua. Tak lupa penulis juga mengucapkan terima kasih baik kepada semua

saudara-saudari saya mulai dari Supardin, Muhamad Rajab, dan adik-adik saya

Sukmawati, Nur zani, dan Al wahab yang telah memberikan saya semangat,

dukungan dan motivasi untuk menyelesaikan Skripsi saya.

Pada kesempatan ini pula penulis ingin menyampaikan terima kasih dan

penghargaan kepada pihak-pihak yang langsung maupun tidak langsung telah

membantu penulis, terutama kepada:

1. Prof. Dr. Muhamad Zamrun F, S.Si., M.Sc., sebagai Rektor Universitas Halu

Oleo yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk mencari ilmu

di Universitas Halu Oleo.

2. Dr. H. Jamiludin, M. Hum., selaku Dekan Fakultas Kegurun dan Ilmu

Pendidikan Universitas Halu Oleo yang memberikan kemudahan dalam

pengurusan.

3. Dr. H. Samiruddin T, M. Si., selaku Ketua Jurusan/Program Studi Pendidikan

Pancasila dan Kewarganegaraan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Universitas Halu Oleo yang selalu memberikan dukungan, arahan, motivasi

dan kemudahan dalam penyelesaian penyusunan skripsi ini.

4. Panitia penguji pada Jurusan/Program Studi Pendidikan Pancasila dan

Kewarganegarkaan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Halu

ix
5. Oleo yaitu Prof. Dr. H. La Iru. SH, M.Si, Nerlin, S. Sos, M. Pd., Prof. Dr.

Sundi Komba, M.Si., Dr. Misran Safar, M.Si., Drs. Hamuni, M.Si., Dr.

Abdul Halim Momo M.Si, yang telah banyak memberikan arahan serta

masukan yang baik demi terlaksananya penulisan skripsi ini.

6. Seluruh Dosen Jurusan Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan yang

telah banyak memberikan ilmu pengetahuan kepada penulis selama menuntut

ilmu di Universitas Halu Oleo dan Seluruh staf administrasi dalam

lingkungan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Halu Oleo.

7. La Hatimi selaku Kepala Desa Bahutara atas kesempatan yang diberikan

kepada saya untuk melaksanakan penelitian di Desa Bahutara Kecamatan

Kontukowuna Kabupaten Muna.

8. Teman-teman tercinta: Waode Nur jani , Erwin, Windi Astuti Multi, Sartina,

Musdalifa,Chichi, Salwia, Fitriani, Viana Sabi, yang selalu memberi

dukungan motivasi dan arahan dalam penyusunan skripsi ini.

9. Rekan-rekan mahasiswa PPKn angkatan 2015, Hendri, Asriyanti, Ayuni,

Fitriani, Rahmatia, Aris, Risman Rantau, Risman, Marwin, Marni, Andriani,

Wd Sufiani, Hutami Amanughani, Uci Indah Sari, Anggraeni, Febi Alniawati,

dan teman-teman lainnya yang tidak dapat disebutkan satu persatu. Semoga

kesuksesan menyertai kita semua. Amin.

10. Sahabat- sahabat yang tercinta, Laode Abdul Majid, Jayadi Syaban, Maulid,

Laode Kasman, Muhamad Isra, Asteno, Nofi, dan Ade hikma.

11. Teman-teman KKN khususnya Sartina Lukman, Musdalifa, Akbar, dan Fadli

Serta Kepala Lurah Napabalano, beserta keluarga besar Kelurahan

x
12. Napabalano yang tidak dapat disebutkan satu persatu oleh penulis, terima

kasih atas motivasi dan pengetahuan yang telah diberikan kepada penulis.

Akhir kata, semoga segala kebaikan dan bantuan yang diberikan

kepada penulis mendapat balasan dari Allah SWT dan semoga hasil skripsi ini

dapat bermanfaat bagi kita semua. Amin.

Kendari, Septembar2019

IHSAN BASRI

xi
DAFTAR ISI

JUDUL SKRIPSI .............................................................................................. i


PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI...........................................................
PERSETUJUAN PEMBIMBING ...................................................................... ii
HALAMAN PENGESAHAN...........................................................................
ABSTRAK ......................................................................................................... iii
KATA PENGANTAR .......................... .................................... ........... .... iv
DAFTAR ISI..................................................................................................... v
DAFTAR TABEL.............................................................................................. vi
DAFTAR LAMPIRAN .........................................................................................vii

BAB I PENDAHULUAN ................................................................................ 1

A. Latar Belakang Masalah ................................................................ 1


B. Rumusan Masalah ......................................................................... 7
C. Tujuan Penelitian........................................................................... 7
D. Manfaat Penelitian......................................................................... 8

BAB II KAJIAN PUSTAKA ........................................................................... 9

A. Konsep Peranan Pemerintah Desa .................................... .. 9


1. Pengertian Peranan .............................................................. 9
2. Pengertian Pemerintah Desa ................................................ 10
3. Tugas Pemerintah Desa ..................................................... 13
4. Peranan Pemerintah Desa .................................................... 14
B. Konsep Partisipasi Masyarakat ................................................... 15
1. Pengertian Partisipasi........................................................... 16
2. Pengertian Partisipasi Masyarakat ....................................... 16
3. Bentuk-Bentuk Partisipasi Masyrakat ................................. 18
C. Konsep Pembangunana Desa Non Fisik ..................................... 18
1. Pengertian Pembangunan Non Fisik .................................... 18
D. Kendala Pemerintah Desa dalam Pembangunan Non Fisik........ 20
E. Penelitian Relevan ...................................................................... 21

BAB III METODE PENELITIAN................................................................... 25

A. Lokasi dan Waktu Penelitian ...................................................... 25


B. Jenis Penelitian ........................................................................... 25
C. Responden dan Informan Penelitian ........................................... 25
D. Teknik Pengumpulan Data.......................................................... 26
E. Teknik Analisis Data .................................................................. 26
F. Definisi Konsep .......................................................................... 27

BAB IV HASIL PENELITIAN


A. Gambaran Umum ........................................................................ 29

xii
B. Peranan Pemerintah Desa Dalam Meningkatkan Partisisipasi
Masyarakat di Bidang pembangunan non Fisik .......................... 33

BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan ................................................................................. 59
B. Saran ........................................................................................... 60
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 61
LAMPIRAN ..................................................................................................... 62

xiii
DAFTAR TABEL

Tabel 1. Jumlah Penduduk................................................................................. 30


Tabel 2. Komposisi Penduduk Berdasarkan pekerjaan.................................... 31
Tabel 3. Sarana dan Prasarana Desa Bahutara.................................................... 32
Tabel 4. Komposisi Penduduk Desa Bahutara Menurut Tingkat Pendidikan...... .33

xiv
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Pedoman Wawancara (Informan) ................................................ 65


Lampiran 2 Pedoman Wawancara (Responden) ............................................. 68
Lampran 3 Daftar Identitas Informan ............................................................. 71
Lampiran 4 Daftar Identitas Responden ......................................................... 74
Lampiran 5 Gambar ........................................................................................ 75

xv
BAB 1
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pembangunan disebuah wilayah tentunya tak terlepas dari peran serta

semua pihak dalam wilayah tersebut. Hal ini menjadi penting dalam suatu

wilayah akan berdampak langsung terhadap keseluruhan komponen yang

berada dalam wilayah tersebut termasuk didalamnya masyarakat. Berbagai

bentuk kemunduran, kemajuan yang terjadi akan berdampak terhadap

kesejahteraan dan kepuasan masyarakat yang berada dalam wilayah

tersebut.

Salah satu peran dari Pemerintah Desa adalah menggerakan

pembangunan dalam masyarakat, demi terciptanya kehidupan kedamaian

kesejahteraan dalam masyarakat. Disadari bahwa peran Pemerintah desa

dalam melaksanakan pembangunan merupakan bagian dari tugas dalam

menjalankan pemerintahan, baik Pemerintah Pusat, Daerah, Kecamatan,

bahkan Pedesaan.

Adanya kebijakan otonomi daerah telah memberikan kewenangan

kepada daerah mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat menurut

prakarsa sendiri berdasarkan aspirasi yang berkembang pada masyarakat.

Kebijakan tersebut memberikan kesempatan kepada masyarakat untuk turut

serta berpasitipasi dalam seluruh proses kebijakan pembangunan mulai dari

perencanaan, pelaksanaan, pemeliharaan dan pengawasan. Keberhasilan

penyelenggaraan otonomi masyarakat desa tidak terlepas dari partisipasi

aktif anggota masyarakat. Di desa telah dibentuk pemerintah desa yaitu

1
2

Kepala Desa, aparatnya serta Badan Permusywaratan Desa (BPD)

sebagai wujud dari demokrasi yang berfungsi sebagai lembaga legislatif

desa.

Undang-undang Nomor 6 Tahun 2014 Pemerintahan Desa menurut

Moh. Kusnardi dan Bintar R. (Ani Sri Rahayu, 2017: 181) adalah

penyelenggaraan urusan pemerintahan dan kepentingan masyarakat

setempat dalam sistem pemerintahan Negara Kesatun Republik Indonesia.

Sedangkan pemerintah desa adalah kepala desa atau yang disebut dengan

nama lain dibantu perangkat desa sebagai unsur penyelenggara

pemerintahan desa. Partisipasi masyarakat dalam pembangunan merupakan

salah satu elemen dari proses pembangunan desa, oleh karena itu perlu

distimulasi terlebih dahulu oleh pihak lain seperti pemerintah desa, sehingga

dengan adanya keterlibatan pemerintah desa kemungkinan masyarakat akan

merasa diberi peluang atau kesempatan ikut serta dalam pembangunan.

Perhatian pembangunan perlu diarahkan kepada pembangunan

pedesaan dengan segala aspeknya, karena titik tumpu pembangunan

masyarakat Indonesia berada dipedesaan. Tetapi semuanya berbanding

terbalik dengan kenyataan yang ada saat ini. Keadaan yang demikian

diperkuat oleh adanya kenyataan bahwa masyarakat pedesaaan masih

diliputi dengan masalah kemisikinan, keterbelakangan dan berbagai

kerawanan sosial lainnya. Parlu usaha yang terencana utuk membangun

prasarana perhubungan desa, produksi, pemasaran dan prasarana untuk

meniangkatkan taraf hidup dan kesejahteraan masyarakat yang lebih baik.


3

Salah satu peran dari Pemerintah desa adalah menggerakan

pembangunan dalam masyarakat, demi terciptanya kehidupan kedamaian

kesejahteraan dalam masyarakat. Disadari bahwa peran pemerintah dalam

melaksanakan pembangunan merupakan bagian dari tugas dalam

menjalankan pemerintahan, baik Pemerintah Pusat, Daerah, Kecamatan,

bahkan Pedesaan.

Pembangunan masyarakat desa merupakan pembangunan yang

didasarkan atas peran serta dan swadaya gotong royong masyarakat. Atas

dasar hal tersebut maka kesadaran, partisipasi dan swdaya masyarakat perlu

ditingkatkan agar partisipasi masyarakat dalam pembangunan akan

dirasakan sebagai suatu kewajiban bersama. Dengan partisipasi dan peran

serta disini bukan berarti masyarakat itu hanya berfungsi untuk memberikan

dukungan dan keikutsertaan dalam proses pembangunan, tetapi juga

menikmati hasil-hasil pembangunan itu sendiri. Dengan demikian akan

tercipta kesejahteraan masyarakat secara keseluruhan.

Pemerintah desa seharusnya mempunyai peranan yang sangat penting

terhadap akselerasi (percepatan pelaksanaan implementasi) dari berbagai

tahapan pembangunan. Dikatakan demikian karena peranan pemerintah di

desa yang salah satu fungsinya adalah sebagai motifator dalam pelaksanaan

pembangunan, diharapkan mampu membangkitkan partisipasi masyarakat

dalam menunjang keberhasilan dari proses pembangunan yang ada di desa

lewat kebijakan-kebijakan yang diimplementasikan atau dilaksanakan, yang


4

pada gilirannya dapat mempercepat pelaksanaan berbagai tahapan dan

aktivitas pembangunan di desa.

Partisipasi masyarakat adalah keterlibatan anggota masyarakat dalam

pembangunan meliputi kegiatan dalam perencana dan pelaksanaan program

atau proyek pembangunan yang dikerjakan. Peningkatan pertisipasi

masyarakat merupakan salah satu bentuk pemberdayaan masyarakat secara

aktif dalam pencapaian hasil pembangunan yang dilakukan oleh masyarkat

desa. Pemberdayaan masyarakat dalam upaya pemanfaatan dan pengelolaan

sumberdaya masyarakat secara lebih efekti dan efisien.

Partisipasi masyarakat memiliki banyak bentuk, mulai dari yang

berupa keikutsertaan langsung masyarakat dalam program pemerintahan

maupun sifatnya tidak langsung, seperti berupa sumbangan dana, tenaga

pikiran, maupun pendapat dalam pembuatan kebijakan pemerintah. Namun

demikian ragam dan kadar partisipasi seringkali ditentukan secara masa

yakni dari banyaknya individu yang dilibatkan. Padahal partisipsi

masyarakat pada hakikatnya akan berkaitan dengan akses masyarakat untuk

memperoleh informasi. Hingga saat ini partisipasi masyarakat masih belum

menjadi kegiatan tetap dan terlembaga khususnya dalam pembuatan

keputusan. Sejauh ini, partisipasi masyarakat masih terbatas pada

keikutsertaan dalam pelaksanaan program-program atau kegiatan

pemerintah, padahal partisipasi masyarakat tidak hanya diperlukan pada saat

pelaksanaan tapi juga mulai tahapan perencanaan bahkan pengambilan

keputusan.
5

Pembangunan yang berlangsung dipedesaan dalam kehidupan

masyarakat dilaksanakan dilihat dari bentuknya dapat dibedakan menjadi

dua yaitu, pembangunan infrastuktur (pembangunan fisik) dan suprastruktur

(pembangunan non fisik). Menurut Bachtiar Effendi (Gilang Pramana,

2013: 587) pembangunan fisik adalah pembangunan yang dapat langsung

oleh masyarakat atau pembangunan yang tampak oleh mata, sementara itu

partisipasi non fisik adalah pertisipasi keikut sertaan masyarakat dalam

menentukan arah dan pendidikan nasional dan meratanya animo masyarakat

untuk menuntut ilmu pengetahuan melalui pendidikan, sehingga pemeritah

tidak ada kesulitan mengarahkan rakyat untuk bersekolah.

Pembangunan dalam suatu wilayah bukan hanya melakukan program

pembangunan yang bergerak dibidang pembangunan fisik saja tetapi juga

harus bergerak dibidang pemangunan non fisik atau sosial. Oleh karena itu

pembangunan hendaknya harus adanya keseimbangan antara pembangunan

fisik ataupun pembangunan non fisiknya. Pembangunan non fisik berkaitan

dengan penggunaan sumber daya manusia itu sendiri.

Pembangunan non fisik dilakukan guna meningkatkan taraf dan

kesejahteraan masyarakat pada umumnya, baik peningkatan dan

kesejahteraan masyarakatnya dalam bidang pendidikan, kejahteraan

masyarakat dibidang kesehatan maupun kesejahteraan dalam bidang

lainnya. Oleh karena itu peran manusia dalam pembangunan non fisik perlu

diperhatikan. Usaha dibidang pembangunan non fisik dapat dijalankan

dengan cara membimbing atau guiding, cara persuasi melalui telinga dan
6

mata (audio visual), dan dapat dengan cara memberi stimulasi. Ketiga cara

tersebut dilakukan agar masyarakat terguguh untuk menimbulkan daya

gerak serta dapat terguguh untuk menimbulkan daya gerak serta dapat

menberikan contoh konkrit pembangunan yang sebenarnya, sehingga

pembangunan dapat berjalan dengan baik.

Berdasarkan observasi awal di Desa Bahutara Kecamatan

Kontukowuna terlihat tingkat partisipasi masyarakat dalam pelaksanaan

pembangunan non fisik belum terlaksana dengan maksimal, terutama bidang

pendidikan, kesehatan, dan keagamaan. Usaha dibidang pembangunan non

fisik dapat dijalankan dengan cara membimbing, cara persuasi melalui

telinga dan mata (audio visual), dan cara memberi stimulasi. Ketiga cara

tersebut dilakukan agar masyarakat terguguh untuk menimbulkan daya

gerak serta dapat memberikan contoh konkrit pembangunan yang

sebenarnya, sehingga pembangunan dapat berjalan dengan baik. Tetapi

pemerintah desa Bahutara belum sepenuhnya melaksanakan cara tersebut.

Pemerintah Desa Bahutara masih kurang adanya kerja sama antara aparat

pemerintah dalam kegiatan menyalurkan ide atau pikiran dalam

pembangunan suprastuktur di Desa Bahutara dan masyarakat juga tidak

banyak peluang untuk menyalurkan ide atau sumbangsi pemikiran yang

baik.

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka Peneliti tertarik

untuk mengkaji lebih dalam lagi dengan mengangkat judul “Peranan

Pemerintah Desa dalam Meningkatkan Partisipasi Masyarakat Dibidang


7

Pembangunan Non Fisik (Studi Desa Bahutara Kecamatan Kontukowuna

Kabupaten Muna)”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang masalah maka rumusan masalah

penelitian ini adalah:

1. Bagaimana peranan pemerintah desa dalam meningkatkan partisipasi

masyarakat dibidang pembangunan non fisik khususnya bidang

keagamaan dan pendidikan di desa Bahutara Kecamatan Kontukowuna?

2. Kendala apa saja yang dihadapi pemerintah desa dalam meningkatkan

partisipasi masyarakat di bidang pembangunan non fisik khusunya

bidang keagamaan dan pendidikan di Desa Bahutara Kecamatan

Kontukwuna?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah diatas maka yang menjadi tujuan

penelitian ini adalah:

1. Untuk mengetahui peranan Pemerintah desa dalam meningkatkan

partisipasi masyarakat dibidang pembangunan non fisik khusus bidang

keagamaan dan pendidikan di desa Bahutara Kecamatan kontukowuna

2. Untuk mengetahui kendala Pemerintah desa dalam meningkatkan

partisipasi masyarakat dibidang pembangunan non fisik khususnya

keagamaan dan pendididikan desa Bahutara Kecamatan kontukowuna.


8

D. Manfaat Penelitian

Manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Sebagai informasi mengenai kegiatan yang dilakukan pemerintah

Desa Bahutara untuk meningkatkan partisipasi masyarakat dalam

pembangunan non fisik, dan besarnya partisipasi masyarakat dalam

pembangunan non fisik, sehingga dapat dijadikan bahan pertimbangan

bagi pemerintah daerah maupun instasi terkait dalam upaya

mewujudkan pembangunan non fisik yang baik dan bermanfaat bagi

Bangsa dan Negara.

2. Sebagai sumbangan dan informasi bagi para pembaca atau para

peneliti lainnya yang melakukan kajian berkaitan dengan penelitian

tentang Peran Pemerintah Desa dalam meningkatkan Partisipasi

Masyarakat dalam Pembangunan non fisik di Desa Bahutara

Kecamatan Kontukowuna.
BAB II
KAJIAN PUSTAKA

A. Konsep Peranan Pemerintah Desa

1. Pengertian Peranan

Kata peranan ini sebenarnya menunjukan pada aktifitas yang

dilakukan seseorang untuk melakukan suatu kelompok masyarakat.

Apabila seseorang tidak melakukan apa-apa dalam suatu kelompok

tersebut maka ia tidak melakukan hak dan kewajibannya sebagai

anggota kelompok dalam organisasi.

Fandi V. Sagai (2017: 4) memberikan penjelasan bahwa “kata

peranan sebenarnya menunjukan pada aktivitas yang dilakukan

seseorang untuk melakukan sesuatu kelompok masyarakat. Apabila

seseorang tidak melakukan apa-apa dalam suatu kelompok tersebut

maka ia tidak melakukan hak dan kewajibanya sebagai anggota

kelompok atau organisasi”.

Secara etimologis menurut Poerdawarminta (Fandi V. Sagai,

2017: 4) bahwa “kata peranan berdasar dari kata peran yang artinya:

pemain sandiwara, tukang lawak, kata “peran ini diberi akhiran “an”

maka menjadi peranan yang artinya sesuatu yang memegang pimpinan

atau karena suatu hal atau peristiwa”.

Menurut Jack C. Plano, (Fandi V. Sagai, 2017: 4) peranan yaitu

seperangkat perilaku yang diharapkan oleh seseorang yang menduduki

posisi tertentu dalam suatu kelompok sosial.

9
10

2. Pengertian Pemerintah Desa

Menurut Moh. Kusnardi dan Bintar R. (Ani Sri Rahayu, 2017:

181) bahwa “Pemerintahan desa adalah penyelenggaraan urusan

pemerintahan dan kepentingan masyarakat setempat dalam sistem

pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia. Sedangkan

pemerintah desa adalah kepala desa atau yang disebut dengan nama

lain yang dibantu perangkat desa sebagai unsur penyelenggara

pemerintahan desa.”

Peraturan Daerah Kabupaten Muna Nomor 11 Tahun 2012 pasal

1 ayat (7) pemerintah desa adalah penyelenggaraan urusan

pemerintahan oleh pemerintah desa dan Badan Permusyawaratan Desa

dalam mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat

berdasarkan asal usul dan adat istiadat setempat yang diakui dan

dihormti dalam sistem pemerintahan Negara Kesatuan Republik

Indonesia.

Peraturan Daerah Kabupaten Muna Nomor 11 Tahun 2012 pasal

1 ayat (8) Pemerintah Desa adalah kepala desa dan perangkat desa

sebagai unsur penyelenggara pemerintahan desa.

Menurut Bayu Surianingrat (Yasinda 2007 : 6) “menyatakan

bahwa kepala desa adalah penguasa tunggal dalam pemerintahan desa.

Bersama-sama dengan pembantunya ia merupakan pamong desa.

Kepala desa adalah pelaksana dan penyelenggara urusan rumah tangga


11

desa dan disamping itu ia menyelenggarakan urusan-urusan

pemerintah.”

Menurut Sondang P.Siagaan(Yusinda 2007 : 6) menyatakan

bahwa “Kepala desa adalah sebutan pemimpin desa di Indonesia.

Kepala desa merupakan pemimpin dari pemerintah desa. Maka

jabatan Kepala Desa adalah 6 tahun, dan dapat diperpanjang lagi

untuk satu kali masa jabatan. Kepala Desa tidak bertanggung jawab

kepada Camat, namun hanya masyarakatnya, diluar pekerjaan atau

profesinya sendiri.

Peraturan Daerah Kabupaten Muna Nomor 11 Tahun 2012

Pasal 1 ayat (11) Kepala Desa adalah pimpinan pemerintah desa yang

dipilih langsung oleh penduduk desa dari calon yang memenuhi syarat

yang ditetapkan oleh BPD, disahkan dan dilantik oleh Bupati.

Undang-undang Nomor 6 Tahun 2014, Pasal 1 ayat (4), Badan

Permusyawaratan Desa atau yang disebut dengan nama lain adalah

lembaga yang melaksanakan fungsi pemerintahan yang anggotanya

merupakan wakil dari penduduk Desa berdasarkan keterwakilan

wilayah dan ditetapkan secara demokratis

Undang-undan Nomor 6 Tahun 2014. Perangkat Desa terdiri

atas:

a. sekretaris desa;

b. pelaksana kewilayahan;

c. pelaksana teknis.
12

Undang-undan Nomor 6 Tahun 2014, Pasal 49, ayat (2)

Perangkat Desa sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diangkat oleh

Kepala Desa setelah dikonsultasikan dengan Camat atas nama

Bupati/Walikota.

Undang-undan Nomor 6 Tahun 2014, Pasal 55 Badan

Permusyawaratan Desa mempunyai fungsi:

a. membahas dan menyepakati Rancangan Peraturan Desa

bersama Kepala Desa;

b. menampung dan menyalurkan aspirasi masyarakat Desa;

c. melakukan pengawasan kinerja Kepala Desa.

Undang-undan Nomor 6 Tahun 2014, Pasal 56 ayat, (1)

Anggota Badan Permusyawaratan Desa merupakan wakil dari

penduduk Desa berdasarkan keterwakilan wilayah yang pengisiannya

dilakukan secara demokratis.

Undang-undan Nomor 6 Tahun 2014, Pasal 56 ayat, (2) Masa

keanggotaan Badan Permusyawaratan Desa selama 6 (enam) tahun

terhitung sejak tanggal pengucapan sumpah/janji.

Undang-undan Nomor 6 Tahun 2014, Pasal 56 ayat, (3)

Anggota Badan Permusyawaratan Desa sebagaimana dimaksud pada

ayat (1) dapat dipilih untuk masa keanggotaan paling banyak 3 (tiga)

kali secara berturut-turut atau tidak secara berturut-turut.


13

3. Tugas Pemerintah Desa

Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 Pasal 26 ayat(1) Kepala

Desa bertugas menyelenggarakan Pemerintahan Desa, melaksanakan

pembangunan desa, pembinaan kemasyarakatan desa, dan

pemberdayaan masyarakat desa.

Undang-undang Nomor 6 Tahun 2014 Pasal 26 ayat (2) dalam

melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud pada ayat (1) Kepala

Desa berwenang:

a. Memimpin penyelenggaraan pemerintahan desa;

b. Mengangkat dan memberhentikan perangkat desa;

c. Memegang kekuasaan pengelolaan keuangan dan aset desa;

d. Menetapkan peraturan desa;

e. Menetapkan anggaran pendapatan dan belanja desa;

f. Membina kehidupan masyarakat desa;

g. Membina ketenteraman dan ketertiban masyarakat desa;

h. Membina dan meningkatkan perekonomian desa serta

mengintegrasikannya agar mencapai perekonomian skala

produktif untuk sebesar-besarnya kemakmuran masyarakat desa;

i. Mengembangkan sumber pendapatan desa;

j. Mengusulkan dan menerima pelimpahan sebagian kekayaan

negara guna meningkatkan kesejahteraan masyarakat desa;

k. Mengembangkan kehidupan sosial budaya masyarakat desa;

l. Memanfaatkan teknologi tepat guna;


14

m. Mengoordinasikan Pembangunan desa secara partisipatif;

n. Mewakili Desa di dalam dan di luar pengadilan atau menunjuk

kuasa hukum untuk mewakilinya sesuai dengan ketentuan

peraturan perundang-undangan; dan

o. Melaksanakan wewenang lain yang sesuai dengan ketentuan

peraturan perundang-undangan.

Undang-undan Nomor 6 Tahun 2014, Pasal 49, ayat (1),

Perangkat Desa sebagaimana dimaksud dalam Pasal 48 bertugas

membantu Kepala Desa dalam melaksanakan tugas dan

wewenangnya.

Undang-undang Nomor 6 Tahun 2014, Pasal 55 Badan

Permusyawaratan Desa mempunyai fungsi:

a. Membahas dan menyepakati rancangan peraturan desa bersama

Kepala Desa;

b. Menampung dan menyalurkan aspirasi masyarakat desa;

c. Melakukan pengawasan kinerja Kepala Desa.

4. Peranan Pemerintah Desa

Adisasmita (Wahayati, 2016: 10-11) memberikan penjelasan

tentang peranan pemerintah desa dalam meningkatkan partisipasi

masyarakat terhadap pembangunan desa yaitu:

a. Sebagai dinamisator yaitu pemerintah desa dalam hal ini

kepala desa harus memiliki kemampuan dalam memberikan


15

bimbingan, pengarahan, maupun dalam mengajak masyarakat

dalam berpartisipasi aktif dalam setiap pembangunan.

b. Sebagai katalisator yaitu berkaitan dengan aparatur pemerintah

desa dalam melihat dan mengkoordinir langsung faktor-faktor

yang dapat mendorong laju perkembangan pembangunan.

c. Sebagai pelopor yaitu sebagai aparatur pemerintah yang

memiliki kewibawaan tinggi, maka pemerintah desa harus dapat

mengayomi masyarakat, memberikan contoh yang baik,

memiliki dedikasi (loyalitas) yang tinggi, serta dapat

memberikan penampilan yang baik pula terhadap masyarakat

agar pemerintah dapat dihargai dan dihormati serta disegani oleh

masyarakat.

B. Konsep Partisipasi Masyarakat

1. Pengertian Partisipasi

Menurut Bornby (Aprillia Theresia ddk, 2015: 196) memberikan

penjelasan bahwa partisipasi sebagai tindakan mengambil bagian yaitu

kegiatan atau pernyataan untuk mengambil bagian dari kegiatan dengan

maksud memperoleh manfaat.

Webster (Aprillia Theresia ddk, 2015: 196), dalam kamus sosiologi

disebutkan bahwa, partisipasi merupakan keikutsertaan seseorang

didalam kelompok sosial untuk mengambil bagian dari kegiatan

masyarakatnya, di luar pekerjaan atau profesinya sendiri.


16

Verhagen (Aprillia Theresia 2015: 197) menyatakan bahwa

“partisipasi merupakan suatu bentuk khusus dari interaksi dan

komunikasi yang berkaitan dengan pembangian, kewenangan,

tanggung jawab dan manfaat. Tumbuhnya interaksi dan komunikasi

tersebut, dilandasi oleh adanya kesadaran yang dimiliki oleh yang

bersangkutan mengenai:

1. Kondisi yang tidak memuaskan, dan harus diperbaiki.

2. Kondisi tersebut dapat diperbaiki melalui kegiatan manusia atau

masyarakat sendiri.

3. Kemampuannya untuk berpatisipasi dalam kegiatan yang dapat

di lakukan.

4. Adanya kepercayaan diri, bahwa ia dapat memberikan

sumbangan yang bermanfaat bagi kegiatan yang bersangkutan.

2. Pengertian Partisipasi Masyarakat

Menurut Isbandi (Sartika Rifka, 2015: 5) bahwa “partisipasi

masyarakat adalah keikutsertaan masyarakat dalam proses

pengidentifikasian masalah dan pontensi yang ada di masyarakat,

pemilihan dan pengambilan keputusan tentanng alternative solusi

untuk mengatasi masalah dan keterlibatan masyarakat dalam proses

mengevaluasi perubahan yang terjadi”.

Menurut Cohen dan Uphof, (Radimah Piningan, 2017: 17)

bahwa “Partisipasi masyarakat adalah keterlibatan masyarakat dalam

proses perencanaan dan pembuatan keputusan tentang apa yang


17

dilakukan, dalam pelaksanaan program dan pengambilan keputusan

untuk berkontribusi sumber daya atau bekerja sama dalam organisasi

atau kegiatan khusus, berbagi manfaat dan program pembangunan”.

Menurut Maclever, J. L Gillin, dan J. P, Gillin (Hendra

Mondong, 2013: 5) bahwa “masyarakat adalah adanya sering bergaul

atau interaksi karena mempunyai nilai-nilai, norma-norma, cara-cara

dan prosedur yang merupakan kebutuhan bersama sehingga

masyarakat merupakan kesatuan hidup manusia yang berinteraksi

menurut suatu sistem adat-istiadat tertentu, yang bersifat continue dan

terikat oleh suatu rasa identitas bersama. Kesatuan sosial memiliki

kehidupan jiwa seperti adanya ungkapan-ungkapan jiwa rakyat,

kesadaran masyarakat dan sebagainya. Dalam hal individu berada di

bawah pengaruh suatu kesatuan sosial. Jiwa masyarakat ini

merupakan potensi yang berasal dari unsur-unsur masyarakat, meliputi

prenata, status dan peran sosial”.

Undang-undang Nomor 6 Tahun 2014 Pasal 68 ayat (2)

masyarakat desa berkewajiban:

a. Membangun diri dan memelihara lingkungan desa;

b. Mendorong terciptanya kegiatan penyelenggara Pemerintah

desa, pelaksanaan pembangunan desa, pembinaan kemasyarakat

an desa, dan pemberdayaan masyarakat desa yang baik;

c. Mendorong terciptanya situasi yang aman, nyaman, dan tentram

di desa;
18

d. Memelihara dan mengembangkan nilai permusyawaratan,

permufakatan, kekeluargaan, gotong royongan di desa;

e. Partisipasi dalam berbagai kegiatan di desa.

3. Bentuk-Bentuk Partisipasi Masyarakat

Menurut Dusselddorp, (Aprillia Theresia, dkk, 2015: 200)

mengidentifikasikan beragam bentuk-bentuk kegiatan partisipasi oleh

setiap warga masyarakat dapat berupa:

a. Menjadi anggota kelompok-kelompok masyarakat.

b. Melibatkan diri pada kegiatan diskusi kelompok

c. Melibatkan diri pada kegiatan-kegiatan organisasi untuk

menggerakkan partisipasi masyarakat yang lain.

d. Menggerakkan sumber daya masyarakat.

e. Mengambil bagian dalam proses pengambilan keputusan.

f. Memanfaatkan hasil-hasil yang dicapai dari kegiatan

masyarakatnya.

C. Konsep Pembangunana Non Fisik

1. Pengertian Pembangunan Non Fisik

Pembangunan suatu wilayah bukan hanya melakukan program

pembangunan yang bergerak dibidang fisik saja tetapi juga harus

bergerak dibidang non fisik atau sosial. Menurut Bachtiar Effendi

(Gilang Pramana, 2013: 587) bahwa pembangunan harus adanya

keseimbangan pembangunan fisik ataupun non fisiknya, yang menjadi

bagian dari non fisik atau sosial yaitu, ekonomi, kesehatan, dan
19

pendidikan. Pembangunan non fisik berkaitan dengan penggunaan

sumber daya manusia itu sendiri. Pembangunan non fisik

mengedepankan sumber daya manusia, dikarenakan dengan adanya

pembangunan non fisik menjadi dasar untuk melakukan pembangunan

fisik.

Menurut Bachtiar Effendi (Gilang Pramana, 2013: 587-589)

bahwa, pembangunan non fisik di lakukan guna meningkatkan taraf dan

kesejahteraan masyarakat pada umumnya, baik peningkatan dalam

bidang pendindikan, kesejahteraan bidang kesehatan maupun

kesejahteraan dalam bidang lainnya. Usaha dibidang pembangunan non

fisik dapat dijalankan dengan cara membimbing atau guiding, cara

persuasi melalui telinga dan mata (audio visual) dan dapat dengan cara

stimulasi. Kondisi non fisik terdiri dari atas aspek-aspek sosial budaya

politik, dan religi. Aspek sosial budaya dalam arti sempit merupakan

adat-istiadat, kebiasaan-kebiasaan yang hidup dalam masyarakat yang

masih ditaati, misalnya kegiatan gotong royong, yang merupakan

kekuatan berproduksi dan kekuatan pembangunan atas dasar kerja sama

dan saling pengertian.

Menurut Wresniwiro (H. Fauzi, 2013: 13) bahwa “pembangunan

non fisik adalah jenis pembangunan yang tercipta oleh dorongan

masyarakat setempat dan memiliki jangka waktu yang lama. Contoh dari

pembangunan non fisik adalah berupa peningkatan perekonomian rakyat

desa, peningkatan kesehatan masyarakat.”


20

Menurut Bachtiar Effendi (Gilang Pramana, 2013: 589) bahwa,

macam-macam pembangunan non fisik adalah (a) pembangunan

manusia; (b) ekonomi; (c) kesehatan; (d) pendidikan; dan (e) agama.

D. Kendala Pemerintah Desa dalam Pembangunan Non Fisik

Ada banyak hambatan yang mempengaruhi tingkat partisipasi

masyarakat dalam sebuah pembangunan. Termasuklah didalamnya ketika

kebijakan yang dikeluarkan pemerintah tidak mampu memenuhi tingkat

kepuasan masyarakat, sehingga pihak lain dalam hal ini masyarakat

bereaksi dengan mengusulkan beberapa program untuk pembangunan.

Menurut Bruce, (Ismail Umar, Ade M. Yuardani dan Hasymi Rinaldi 2002:

84) keterlibatan masyarakat dalam perumusan kebijakan, terlebih ketika

masyarakat memiliki porsi yang besar dalam pengambilan kebijakan, akan

memperbesar peluang tercapainya tingkat kepuasan semua pihak.

Dalam hal ini, posisi masyarakat cukup strategis dalam menentukan

tingkat pembangunan diwilayahnya. Keterlibatan masyarakat dalam proses

pembangunan sangat dibutuhkan sebab pembangunan yang telah dan

sedang berlangsung memiliki dampak langsung terhadap masyarakat.

Pembangunan dapat mempermudah ataupun mempersulit masyarakat dalam

melakukan aktivitas keseharian. Akibatnya, sangatlah tepat ketika

masyarakat dilibatkan dalam proses pembangunan dikarenakan informasi

tentang pembangunan mulai dari perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi

dimiliki oleh masyarakat sebagai sasaran pembangunan. Terlebih ketika

pemerintah yang memiliki kekuasaan legal dalam pengambilan keputusan


21

dianggap memiliki keterbatasan dalam memperoleh informasi tentang

potensi-potensi yang ada ditingkat masyarakat. Bruce, (Ismail Umar, Ade

M. Yuardani dan Hasymi Rinaldi, 2002: 84).

Menuut Banerjee, dkk (Ismail Umar, Ade M. Yuardani dan Hasymi

Rinaldi, 2013: 85) Permasalahan yang sering kali muncul bahwa

keterlibatan masyarakat pun sangat tergantung pada seberapa besar

informasi yang diperoleh masyarakat terhadap pembangunan yang sedang

dan akan dilaksanakan oleh pemerintah. Hal ini dibutuhkan agar

masyarakat mampu mengidentifikasi kebutuhan seperti apa yang perlu,

harus, ataupun tidak perlu dilakukan dalam pelaksanaan pembangunan.

Adanya kesenjangan informasi inilah yang dapat berakibat pada lemahnya

tingkat partisipasi masyarakat dalam proses pembangunan disebuah

wilayah. Ketidaktahuan antara pemerintah dan masyarakat terhadap potensi

dan kebutuhan masing-masing dapat menghambat proses pembangunan

yang memenuhi tingkat kepuasan semua pihak. Disamping kesenjangan

informasi yang terjadi, permasalahan lainnya adalah interpretasi dari

masing-masing aktor terhadap proses pembangunan yang sedang terjadi.

E. Penelitian Relevan

Beberapa penelitian terdahulu yang memiliki kesamaan judul dengan

penelitian ini yaitu sebagai berikut:

1. Hendra Mondong (2011) “Peran Pemerintah Desa dalam

Meningkatkan Partisipasi Masyarakat dalam Pembangunan di Desa

Koreng.” Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peranan


22

pemerintah desa dalam meningkatkan partisipasi masyarakat bagi

terlaksananya pembangunan sudah berperan dengan baik dalam

rangka mengimplementasikan kebijakan sehubungan dengan

peningkatan partisipasi masyarakat. Metode penelitian menggunakan

analisis kualitatif. Kesimpulan dalam penelitian in adalah tugas

pemerintah sebagai administrator dalam bidang pembangunan dan

kemasyarakatan sudah dapat dikategorikan berhasil, karena para

pemerintah desa dan aparatur pemerintah sering terjun langsung ke

lapangan untuk memantau ataupun untuk mengawasi langsung setiap

kegiatan pembangunan yang sementara dilaksanakan di Desa Koreng.

Persamaan dalam penelitian ini adalah meneliti tentang peranan

Pemerintah Desa sedangkan perbedaan adalah penelitian ini

mejelaskan tentang partisipasi masyarakat dibidang pembangunan

suprastruktur sedangkan penelitian yang relevan menjelaskan tentang

Partisipasi Masyarakat dalam Pembangunan infrastruktur.

2. M. Helmi Watoni Satka (2012), dengan judul “Strategi Pemerintah

Desa Meningkatkan Partisipasi Masyarakat dalam Pembangunan di

Desa K erta Buana Kecamatan Tenggarong Seberang”. Penelitian ini

bertujuan untuk mengetahui strategi apa saja yang dilkukan

pemerintah dalam pembangunan di Desa kerta buana Kecamatan

Tenggarong Seberang. Metode penelitian ini menggunakan metode

Kualitatif. Dalam penelitinnya menyimpulkan bahwa Strategi

pemerintah desa meningkatkan partisipasi masyarakat dalam


23

pembangunan Desa Kerta Buana secara umum sudah cukup baik yaitu

meliputi bidang ekonomi dengan pembinaan dibidang

kewiraswastaan, bidang hukum dengan mengadakan penyuluhan

mengenai narkoba dan perkelahian antar pelajar yang disampaikan

oleh kepolisian, bidang agama dengan memberikan alatalat ceramah

keagamaan, pembentukan ikatan remaja masjid dan pengadaan

yasinan, bidang kesehatan dengan pengadaan posyandu rutin setiap

bulannya, dan memberikan penyuluhan mengenai pentingnya PHBS.

Akan tetapi pelayanan publik dan pengembangan masyarakat masih

kurang baik, karena sering terjadinya keterlambatan pelayanan dan

masyarakat hanya berpartisipasi dalam bentuk tenaga dan ide atau

pemikiran tanpa berpartisipasi dalam bentuk dana. Faktor penghambat

strategi pemerintah desa meningkatkan partisipasi masyarakat dalam

pembangunan Desa Kerta Buana yaitu kurangnya kesadaran

masyarakat, masih kurang baiknya sikap mental masyarakat dan

pendidikan masyarakat yang tergolong rendah. Persamaan dalam

penelitian ini adalah peranan Pemerintah Desa dalam meningkatkan

prtisipasi masyarakat. Sedangkan perbedaan adalah penelitian ini

menjelaskan tentang peranan pemrintah untuk meningktkan partisipasi

masyarkat di bidang pembangunan sedangkan penelitian yang relevan

menjelaskan tentang Strategi pemerintah desa meningkatkan

partisipasi masyarakat dalam pembangunan.


24

3. Miftahus Surur (2014) tentang “Peran Kepemimpinan Kepala Desa

dalam Meningkatkan Partisipasi Masyarakat terhadap Program

Pembangunan di Desa Rejoagung Ploso Jombang.” Penelitian ini

bertujuan untuk mengetahui meningkatnya partisiapasi masyarakat

terhadap program pembangunan di Desa Rejoagung Ploso Jombang.

Berdasarkan hasil penelitiannya dapat disimpulkan bahwa karakter

masyarakat desa Rejoagung adalah masyarakat yang mudah diajak

untuk berpartisipasi terhadap apapun yang bisa menjadikan desa lebih

baik, tetapi masyarakat harus diberi tahu dahulu dan diberikan

pengertian terhadap apa yang akan dilakukan oleh pemerintah desa,

karena masyarakat desa Rejoagung merupakan masyarakat yang tidak

selalu aktif untuk mencari informasi proses perkembangan desa tetapi

mereka akan mau berkerja sama bila ada ajakan untuk ikut

berpartisipasi. Peran Kepala Desa dalam meningkatkan partisipasi

masyarakat adalah dengan cara :

a. MUSRENBANG (Musyawarah Perencanaan Pembangunan)

b. Penggunaan strategi non finansial.

c. Pendekatan terhadap masyarakat.

Metode penelitian ini menggunakan Kualitatif. Persamaan

dalam dalam penelitian ini adalah meneliti tentang peranan

Pemerintah Desa untuk meningkatkan pertisipasai masyarakan.

Sedangkan perbedaan penelitian ini adalah meneliti tentang peranan

Pemerintah desa untuk meninkatkan partisipasi masyarakat di bidang


25

pembangunan sedangkan penelitian yang relevan adalah Peran

Kepemimpinan Kepala Desa dalam Meningkatkan Partisipasi

Masyarakat terhadap Program Pembangunan.


BAB III
METODE PENELITIAN

A. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Desa Bahutara Kecamatan Kontukowuna

Kabupaten Muna dengan pertimbangan bahwa di Desa Bahutara Kecamatan

Kontukowuna peran Pemerintah Desa dalam meningkatkan Partisipasi

Masyarakat di bidang Pembangunan non fisik belum menjadi prioritas,

kondisi ini tergambarkan dari program, kebijakan dan perilaku kebijakan

aparat desa lebih mementingkan kepentingan individu. Dibanding

kepentingan masyarakat Desa Bahutara Kecamatan Kontukowuna

Kabupaten Muna. Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan Maret

sampai dengan Juli 2019.

B. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah

menggunakan penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Sasaran

penelitian deskriptif tidak untuk mengukur sesuatu, melainkan memehami

makna fenomena dalam konteks dan untuk memberikan laporan terhadap

objek yang diteliti.

C. Responden dan Informan Penelitian

Responden dalam penelitian ini terdiri dari 4 orang, Kepala Desa,

kepala urusan pemerintahan, kepala urusan pembangunan, kepala urusan

perekonomian, selain responden untuk mendapatkan data yang akurat maka

digunakan informan yang terdiri 4 orang, tokoh agama satu orang, Toko

26
27

Adat satu orang dan Ibu-ibu majelis ta’lim terdiri dua orang di Desa

Bahutara Kecamatan Kontukowuna Kabupaten Muna.

D. Teknik Pengumpulan Data

Adapun teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini

yaitu sebagai berikut :

a. Observasi (pengamatan) yaitu teknik yang digunakan oleh peneliti

dengan cara mengamati secara langsung objek penelitian yang terjadi,

yaitu Peranan Pemerintah Desa dalam Meningkatkan Partisipasi

Masyarakat di Bidang Pembangunan Non fisik di Desa Bahutara

Kecamatan Kontukowuna Kabupaten Muna.

b. Interview (wawancara) yaitu teknik pengumpulan data yang dilakukan

dengan cara mengajukan pertanyaan-pertanyaan mengenai Peranan

Pemerintah Desa dalam meningkatk an Partisipasi Masyarakat di bidang

Pembangunan Non fisik Desa Bahutara, Kecamatan Kontukowuna

Kabupaten Muna. Teknik wawancara ini dilakukan dengan menyiapkan

pedoman wawancara yang berisi sejumlah pertanyaan atau pernyataan

yang memuat pokok-pokok permasalahan yang akan diteliti.

c. Dokumentasi

Yaitu untuk mendokumentasikan atau mengambil data yang ada di Desa

Bahutara Kecamatan Kontukowuna.

E. Teknik Analisis Data

Teknik analisis data dalam penelitian ini adalah analisis deskriptif kualitatif.

Menurut Miles dan Huberman (Karsadi, 2018: 89) analisis data dilakukan
28

melalui tiga tahap yaitu reduksi data, penyajian data/data display dan

penarikan kesimpulan.

1. Reduksi data yaitu, merangkum, memilih hal pokok, memfokuskan

pada hal yang penting, dicari pola dan temanya.

2. Penyajian data yaitu, penyajian data dalam bentuk uraian singkat,

bagan dan hubungan antar kategori.

3. Penarikan kesimpulan yaitu, peneliti menyusun kesimpulan yang

masih sementara dan dilakukan verivikasi secara berkisenambungan,

sehingga pada akhirnya disusun kesimpulan akhir yang ditunjukan

untuk menjawab semua masalah yang menjadi fokus penelitian.

F. Definisi Konseptual

1. Peranan Pemerintah Desa dalam meningkatkan patisipasi masyarakat

adalah sebagai berikut:

a. Sebagai dinamisator yaitu pemerintah desa dalam hal ini kepala

desa harus memiliki kemampuan dalam memberikan bimbingan,

pengarahan, maupun dalam mengajak masyarakat dalam

berpartisipasi aktif dalam setiap pembangunan.

b. Sebagai katalisator yaitu berkaitan dengan aparatur pemerintah

desa dalam melihat dan mengkoordinir langsung faktor-faktor yang

dapat mendorong laju perkembangan pembangunan.

c. Sebagai pelopor yaitu Sebagai aparatur pemerintah yang memiliki

kewibawaan tinggi, maka pemerintah desa harus dapat mengayomi

masyarakat, memberikan contoh yang baik, memiliki dedikasi


29

(loyalitas) yang tinggi, serta dapat memberikan penampilan yang

baik pula terhadap masyarakat agar pemerintah dapat dihargai dan

dihormati serta disegani oleh masyarakat.

2. Pembangunan non fisik dalam penelitian ini adalah jenis pembangunan

yang tercipta oleh dorongan masyarakat setempat dan memiliki jangka

panjang. Pembangunan non fisik dilakukan guna meningkatkan taraf dan

kedejahteraan masyarakat pada umumnya, baik peningkatan dalam

bidang pendidikan, bidang kesehatan, bidang keagamaan, dan bidang

ekonomi.

a. Bidang pendidikan meliputi penyuluhan dari dinas pendidikan,

melalui pemerintah desa. misalnya seorang guru memberikan ilmu

baca tulis agar masyarakat desa tidak lagi buta huruf atau buta

aksara.

b. Bidang keagamaan meliputi pembinaan untuk meningkatkan

kehidupan beragama di kalangan pemuda. Contohnya mengadakan

pengajian dan yasinan setiap minggu serta kerja bakti untuk

membersihkan rumah ibadah (masjid).

3. Kendala yang dihadapi Pemerintah desa dalam meningkatkan pertisipasi

masyarakat di bidang pembangunan non fisik adalah adanya kesenjangan

informasi yang dapat berakibat pada lemahnya tingkat partisipasi

masyarakat dalam proses pembangunan disebuah wilayah.


BAB 1V
HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian

1. Keadaan Geografis dan Luas Wilayah


Desa Bahutara merupakan salah satu desa yang terdapat di Kecamatan

Kontukowuna Kabupaten Muna Sulawesi Tenggara. Untuk mengunjungi

desa ini dapat menggunakan kendaraan roda dua maupun kendaraan roda

empat. Batas -batas wilayah adimistratif Desa Bahutara yaitu:

a. Sebelah barat berbatasan dengan Desa Kabangka

b. Sebelah timur bebatasan dengan Desa Lembo

c. Sebelah selatan berbatasan dengan Desa Kontukowuna

d. Sebelah utara berbatasan dengan Desa Kilambimbito

Secara Administrasif Wilayah Desa Bahutara terbagi dua dusun yaitu

Dusun satu dan Dusun dua. Luas wilayah Desa Bahutara yaitu 81.000

hektar. Sumber: Hasil Dokumen Kantor Desa Bahutara, 3 Maret 2019

2. Keadaan Demografis

a. Jumlah Penduduk

Penduduk adalah bagian yang terpenting dari sebuah daerah, ketika

suatu daerah mempunyai penduduk yang sangat banyak maka beragam

kebudayaan yang mempengaruhi kehidupan sosialnya. Berdasarkan hasil

perolehan data dilapangan menunjukan bahwa jumlah penduduk Desa

Bahutara sampai bulan Maret tahun 2019 sebanyak 956 jiwa yang terdiri

dari 391 jiwa laki-laki dan 565 jiwa perempuan dengan jumlah kepala

keluarga 118.

30
31

b. Komposisi Penduduk Berdasarkan Pekerjaan

Dilihat dari jenis mata pencaharian, masyarakar Desa Bahutara

terdapat beragam pekerjaan atau profesi yang digeluti. Namun secara

umum, sebagian besar masyarakat menggeluti mata pencaharian sebagai

petani khususnya berkebun, dan selebihnya berprofesi sebagai guru,

pedagang, perantau dan lain-lain. Tabel berikut menunjukan profesi atau

pekerjaan penduduk Desa Bahutara.

Tabel 2. Komposisi Penduduk Berdasarkan Pekerjaan


Jenis Kelamin
No. Pekerjaan Jumlah Presentase
Laki-Laki Perempuan
1 Petani 92 185 277 83%
2 TNI 6 4 10 3%
3 Wiraswasta 5 9 15 4,5%
4 PNS 25 4 29 8,6%
Jumlah 128 202 335 100%
Sumber: Hasil olahan data Desa Bahutara tahun, 2019

Berdasarkan tabel diatas bahwa dari segi pekerjaan dengan jenis

pekerjaannya, masyarakat Desa Bahutara yang berprofesi sebagai petani

sebanyak 277 orang, wiraswasta sebanyak 14 orang, PNS sebanyak 29

orang dan yang lainnya adalah mereka yang masih dalam usia balita,yang

masih dalam usia sekolah dan menempuh pendidikan diberbagai jenjang.

3. Sarana dan Prasarana

Sarana dan prasarana yang ada di Desa Bahutara sudah baik dalam

memenuhi kebutuhan dan keperluan hidupnya, tidak merasa kesulitan,


32

meskipun pembangunan di desa ini belum sepenuhnya terealisasi. Adapun

sarana dan prasarana yang tersedia adalah

Tabel 3. Sarana dan Prasarana Desa Bahutara


No Sarana Prasarana Jumlah (Unit)
1. Kantor Desa 1
2. Pos Kamling 1
3. Pustu 1
4. Gedung Posyandu 1
5. Masjid 1
6. Jalan Usaha Tani 4
7. Lapangan Olahraga 1
8. Sekolah Paud. 1
9. Tk 2
10. SD 3
11. SMP 2
12. SMA 1
13. Gedung Serba Guna 1
Jumlah 19
Sumber: Data Kantor Desa Bahutara 2019

4. Keadaan Sosial Budaya

a. Tingkat Pendidikan

Perananan pendidikan sangat besar pengaruhnya dalam menggapai

kemajuan sebuah bangsa dan Negara di dunia ini. Dalam usaha mencapai

tahap Negara maju. Pembentukan Negara sangat bergantung dengan taraf

pendidikan di suatu bangsa tersebut. Nilai pendidikan sebuah bangsa akan

lenyap begitu saja jika bangsa tersebut lalai dan mudah terbawa arus
33

globalisasi. Pendidikan adalah salah satu aspek yang sangat penting dan

strategis bagi kehidupan manusia. Sebagai sesuatu yang khas dan spesifik

bagi manusia, pendidikan sangat berperan amat signifikan dalam membekali

manusia untuk menyongsong masa depan yang akan dijalanin, yang

diwarnai tantangan dan perubahan.

Pendidikan merupakan usaha yang dilakukan oleh keluarga,

masyarakat dan pemerintah melalui kegiatan bimbingan, pengajaran, dan

latihan yang berlangsung di sekolah dan di luar sekolah sepanjang hayat

untuk mempersiapkan peserta didik agar dapat mempermainkan peranan

dalam berbagai lingkungan hidup secara tetap untuk masa yang akan

datang.

Tabel di bawah menjelaskan tentang komposisi penduduk Desa

Bahutara menurut tingkat pendidikan.

Tabel 4. Komposisi Penduduk Desa Bahutara Menurut Tingkat


Pendidikan
No. Tingkat Pendidikan Jumlah Presentase

1 Tidak Sekolah 38 5,295%

2 TK 15 2,78%

2 SD 120 16,71%

3 SLTP 200 41,78%

4 SLTA 159 27,87%

5 SARJANA 40 5,57%

Jumlah 572 100%

Sumber: Hasil olahan data Bahutara, 2019.


34

Berdasarkan tabel di atas menunjukan bahwa komposisi penduduk

menurut tingkat pendidikan yang terbesar adalah SLTP sebanyak 200 jiwa,

SLTA sebanyak 195 jiwa, SD sebanyak 120 jiwa, Sarjana sebanyak 40

jiwa, tidak sekolah sebanyak 38 jiwa dan jumlah terkecil TK sebanyak 15

jiwa.

b. Agama

Berdasarkan penelitian secara umum penduuduk Desa Bahutara yang

berjumlah 956 jiwa semuanya memeluk agama Islam. Sehingga tempat

ibadah yang dibangun adalah masjid sebagai sarana umat islam.

c. Suku Bangsa

Penduduk Desa Bahutara didiami oleh penduduk asli suku Muna. Jadi

semua masyarakat Desa Bahutara dari 956 jiwa keseluruhannya adalah

suku asli muna yang sudah lama menetap di wilayah ini dan tidak ada

campuran suku lain.

B. Peran Pemerintah Desa dalam Meningkatkan Partisipasi Masyarakat


di Bidang Pembangunan Non Fisik

Aparatur pemerintah desa sebagai pemimpin juga sebagai

penyelenggara pembangunan harus memiliki tanggung jawab atas

perubahan yang akan terjadi, baik perubahan yang terjadi dalam masyarakat

maupun perubahan sosial kemasyarakatan. Untuk itu pemerintah desa

selaku kepala pemerintahan dalam usaha mengantisipasi perubahan-

perubahan tersebut harus memiliki kemampuan untuk berfikir, atau berbuat

secara rasional dalam mengambil keputusan yang akan terjadi ditengah-

tengah masyarakat. Di samping itu keputusan yang nantinya akan diambil


35

tanpa memberatkan rakyat banyak. Kemudian pemerintah desa juga harus

memiliki peran yang cukup baik sebagai dinamisator, katalisator, maupun

sebagai pelopor dalam setiap gerak pembangunan yang dilaksanakan untuk

memperoleh dukungan (partisipasi) penuh dari masyarakat.

1. Peranan Pemerintah Desa sebagai Dinamisator untuk Meningkatkan


Partisipasi Masyarakat di Bidang Keagamaan

Pemerintah desa dalam hal ini kepala desa harus memiliki

kemampuan dalam memberikan bimbingan, pengarahan, maupun dalam

mengajak masyarakat dalam berpartisipasi aktif dalam setiap

pembangunan, Khususnya bidang keagamaan.

a. Pemerintah desa memberi bimbingan

Berdasarkan observasi awal bahwa Pembinaan atau bimbingan

pemerintah desa masyarakat dalam bidang keagamaan merupakan

usaha untuk meningkatkan pembangunan desa dimana untuk

memperbaiki dan meningkatkan taraf hidup serta kondisi sosial

masyarakat desa. Untuk mengetahui bagaimana Peran Kepala Desa

dalam meningkatkan partisipasi masyarakat di bidang pembangunan

non fisik khususnya di bidang Keagamaan maka peneliti

mewawancarai Kepala Desa atas nama Bapak La Hatimi dan jawaban

beliau sebagai berikut:

“Iya dalam melaksanakan kegiatan bidang keagamaan ini saya


bersama aparat desa melakukan bimbingan terhadap masyarakat
mengenai kegiatan yang akan kami laksanakan, dengan ini
masyarakat sedikit memahami bagaimana pentingnya partisipasi
masyarakat dibidang keagamaan dalam kehidupan sehari-
hari. Adapun kegiatan yang kami lakukan di Desa Bahutara
adalah membimbing mereka dalam kegiatan keagamaan, seperti
36

kegiatan maje’lis ta’lim disini kami megarahkan ibu ketua


majelis’talim utuk mengajak ibu-ibu dalam melaksanakan
kegiatan tersebut, dan kami juga menyiapkan fasilitas yang akan
di pakai dalam kegiatan ini.” (Wawancara, 14 Maret 2019).

Hal tersebut sejalan dengan yang di jelaskan oleh Bapak

Laode Abdul Kadir beliau mengatakan sebagi berikut:

“Iya sebelum melaksanakan kegiatan di bidang keagamaan ini


kami sebagai Aparat bersama Kepala Desa melakukan bimbingan
terhadap masyarakat mengenai kegiatan yang akan kami
laksanakan, dengan ini masyarakat sedikit memahami bagaimana
pentingnya kegiatan keagamaan dalam kehidupan beragama
dalam kehidupan sehari-hari. Dan adapun kegiatan yang kami
lakukan adalah membimbing mereka dalam kegiatan
keagamaan, seperti kegiatan maje’lis ta’lim disini kami
megarahkan ibu ketua majelis’talim utuk mengajak ibu-ibu dalam
melaksanakan kegiatan tersebut.” (Wawancara, 14 Maret 2019).

Sejalan dengan yang dijelasakan oleh Bapak Laode Samusu

beliau mengatakan:

“Iya sebelum melaksanakan kegiatan di bidang keagamaan ini


kami sebagai Aparat bersama Kepala Desa melakukan bimbingan
terhadap masyarakat mengenai kegiatan yang akan kami
laksanakan, dengan ini masyarakat sedikit memahami bagaimana
pentingnya kegiatan keagamaan dalam kehidupan beragama
dalam kehidupan sehari-hari. Dan adapun kegiatan yang kami
lakukan adalah membimbing mereka dalam kegiatan
keagamaan, seperti kegiatan maje’lis ta’lim disini kami
megarahkan ibu ketua majelis’talim utuk mengajak ibu-ibu dalam
melaksanakan kegiatan tersebut.” (Wawancara, 14 Maret 2019).

Kemudian ditegaskan oleh Ibu Moharisa S,Pd sebagai Ketua

Maje’lis ta’lim beliau mengatakan sebagai berikut:

“Iya sebelum Kepala Desa bersama aparatnya melaksanakan


kegiatan di bidang keagamaan ini mereka melakukan bimbingan
terhadap masyarakat mengenai kegiatan yang akan kami
laksanakan, dengan ini masyarakat sedikit memahami bagaimana
pentingnya kegiatan keagamaan dalam kehidupan sehari-
hari. Dan adapun kegiatan yang mereka lakukan adalah
membimbing dalam kegiatan keagamaan, seperti kegiatan maje’li
37

s ta’lim disini saya ibu ketua majelis’talim diarahkan utuk


mengajak ibu-ibu dalam melaksanakan kegiatan tersebut, dan
mereka juga menyiapkan fasilitas yang akan di pake dalam
kegiatan ini.” (Wawancara, 15 Maret 2019).

Berdasarkan hasil wawancara di atas menunjukkan bahwa

peranan Pemerintah Desa dalam meningkatkan partisipasi

masyarakat di bidang keagamaan Kepala Desa melakukan

bimbingan terhadap ibu-ibu majelis talim untuk membimbing ibu-

ibu yang lain untuk melaksanakan kegiatan tersebut guna

mempererat hubungan partisipasi dengan masyarakat lain sehingga

kegiatan dalam bidang keagamaan ini dapat terealisasikan dengan

baik di Desa Bahutara Kecamatan Kontukowuna.

b. Mengarahkan atau mengajak masyarakat.

Berdasarkan observasi awal bahwa pemerintah desa

Bahutara sebelum melaksanakan kegiatan keagamaan ini maka

pemerintah desa mengarahkan atau mengajak masyarakat untuk

berpartisipasi dalam kegiatan keagamaan ini. Hal tersebut di

jelaskan oleh Bapak La Hatimi dan jawaban beliau sebagai

berikut:

“Iya Sebelum saya melaksanakan kegitan keagamaan ini


maka saya mengarahkan aparat saya untuk mengumpulkan
masyarakat di balai pertemuan untuk melaksanakan rapat
mengenai kegiatan yang kami akan laksanakan bersama
rakyat. Maka di pertemuan itu saya bersama aparat
mengarahkan atau mengajak masyarakat dalam kegiatan
kegamaan ini baik dalam kegitan majelis ta’lim, dan
membersihkan masjid, adapun dalam kegitan majelis ta’lim
ada berbagai kegitan yaitu; mengadakan pengajian, ceramah
38

islami yang diadakan dua kali dalam satu bulan dan saya
mengadakan atau mengundang Ustad yang melaksanakan
ceramah ini. Mengajarkan masyarakat dalam praktek cara
berwuduh dengan benar, cara Shalat dengan benar, praktek
memandikan jenazah, menyolatkan jenazah dan melakukan
baca tulis al-qur’an setiap hari kepada anak-anak TPQ dan
kegiatan ini saya arahkan kepada ketua majelis
ta’lim.”(Wawancara, 14 Maret 2019).

Sejalan dengan yang dijelasakan oleh Bapak Laode Samusu

beliau mengatakan:

“Iya Sebelum kami melaksanakan kegitan keagamaan ini


maka kepala desa mengarahkan kami untuk mengumpulkan
masyarakat di balai pertemuan untuk melaksanakan rapat
mengenai kegiatan yang kami akan laksanakan bersama
rakyat. Maka di pertmuan itu kami mengarahkan atau
mengajak masyarakat dalam kegitan kegamaan ini baik
dalam kegitan majelis ta’lim, dan membersihkan masjid,
adapun dalam kegitan majelis ta’lim ada berbagai kegitan
yaitu; mengadakan pengajian, ceramah islami yang diadakan
dua kali dalam satu bulan, mengajarkan masyarakat dalam
praktek memandikan jenazah, dan melakukan baca tulis al-
qur’an setiap hari kepada anak-anak TPQ.”(Wawancara, 14
Maret 2019).

Sejalan dengan yang dijelasakan oleh Bapak Laode Asmun

beliau mengatakan:

“Iya Sebelum kami melaksanakan kegitan keagamaan ini


maka kepala desa mengarahkan kami untuk mengumpulkan
masyarakat di balai pertemuan untuk melaksanakan rapat
mengenai kegiatan yang kami akan laksanakan bersama
rakyat. Maka di pertemuan itu kami mengarahkan atau
mengajak masyarakat dalam kegitan kegamaan ini baik
dalam kegitan majelis ta’lim, dan membersihkan masjid,
adapun dalam kegitan majelis ta’lim ada berbagai kegitan
yaitu; mengadakan pengajian, ceramah islami yang diadakan
dua kali dalam satu bulan, mengajarkan masyarakat dalam
praktek memandikan jenazah, dan melakukan baca tulis al-
qur’an setiap hari kepada anak-anak TPQ.” (Wawancara, 14
Maret 2019).
39

Kemudian ditegaskan oleh Ibu Moharisa S,Pd sebagai Ketua

Maje’lis ta’lim beliau mengatkan sebagai berikut:

“Iya Sebelum melaksanakan kegitan keagamaan ini kepala


desa mengumpulkan masyarakat di balai pertemuan untuk me
laksanakan rapat mengenai kegiatan yang akan mereka
laksanakan bersama rakyat. Maka di pertmuan itu kepala desa
brsama aparat mengarahkan atau mengajak masyarakat dalam
kegitan kegamaan ini baik dalam kegitan majelis ta’lim, dan
membersihkan masjid, adapun dalam kegitan majelis ta’lim
ada berbagai kegitan yaitu; mengadakan pengajian, ceramah
islami yang diadakan dua kali dalam satu bulan, mengajarkan
masyarakat dalam praktek memandikan jenazah, dan
melakukan baca tulis al-qur’an setiap hari kepada anak-anak
TPQ dan saya sebagai ibu ketua mejelis ta’lim dilibatkan
dalam kegitan tersebut.”(Wawancara, 14 Maret 2019).
Kemudian ditegaskan kemabli oleh Ibu Martini S,Ag sebagai

anggota maje’lis ta’lim beliau mengatakan sebagai berikut:

“Iya Sebelum melaksanakan kegiatan keagamaan ini kepala


desa mengumpulkan masyarakat di balai pertemuan untuk me
laksanakan rapat mengenai kegiatan yang akan mereka
laksanakan bersama rakyat. Maka di pertemuan itu kepala
desa bersama aparat mengarahkan atau mengajak masyarakat
dalam kegitan kegamaan ini baik dalam kegitan majelis
ta’lim, dan membersihkan masjid, adapun dalam kegitan
majelis ta’lim ada berbagai kegitan yaitu; mengadakan
pengajian, ceramah islami yang diadakan dua kali dalam satu
bulan, mengajarkan masyarakat dalam praktek memandikan
jenazah, dan melakukan baca tulis al-qur’an setiap hari
kepada anak-anak TPQ dan saya sebagai ibu anggota dari
mejelis ta’lim dilibatkan dalam kegitan
tersebut.”(Wawancara, 15 Maret 2019).

Berdasarkan data diatas menunjukkan bahwa sebelum

Kepala Desa bersama aparatnya melaksanakan kegiatan keagamaan

ini maka mereka melakukan rapat dengan melibatkan masyarakat

agar masyarakat paham tentang kegitan keagamaan ini khususnya


40

kegitan-kegitan dalam majelis ta’lim seperti mengadakan

pengajian, ceramah islami yang diadakan dua kali dalam satu

bulan, mengajarkan masyarakat dalam praktek memandikan

jenazah, dan melakukan baca tulis al-qur’an setiap hari kepada

anak-anak TPQ di Desa Bahutara, jadi Pemerintah Desa Bahutara

sudah melakukan dengan semaksimal mungkin untuk

meningkatkan partisipasi masyarakat di bidang keagamaan ini.

2. Peranan pemerintah desa sebagai katalisator untuk meningkatkan


partisipasi masyarakat di bidang keagamaan.

Peranan pemerintah sebagai katalisator yaitu seorang pemimpin

yang mengkordinir dan mengawasi secara langsung faktor-faktor yang

dapat mendorong laju perkembangan pembangunan desa. Dengan adanya

peranan kepala desa sebagai aparatur pemerintah desa, maka harus mampu

mengawasi bagaimana kegitan pembangunan itu berjalan dengan baik.

Kemudian menghimbau masyarakat agar mau berpatisipasi selama proses

pembangunan yang berlangsung khusunya dibidang keagamaan. Untuk

mengetahui bagaimana Peran Kepala Desa dalam Meningkatkan

Partisipasi Masyarakat di Bidang Pembangunan Non Fisik khususnya di

bidang Keagamaan maka peneliti mewawancarai kepala desa atas nama

Bapak La Hatimi dan jawaban beliau sebagai berikut:

“Iya setelah kegitan itu berlangsung maka saya ikut mengawasi


supaya saya tau apa yang menjadi kekurangan dalam kegitan
tersebut apakah kegitan keagamaan ini akan berjalan dengan baik
atau tidak, selain itu juga saya mengarahkan kepada aparat saya
untuk ikut dalam mengawasi kegitan keagaaan ini terutama kegitan
majelis ta’lim karna tujuan utama saya adalah menyukseskan
41

kegiatan majelis ta’lim ini. Dan saya berperan langsung didalam


kegitan mejelis ta’lim ini dengan tujuan agar masyarakat
berpatisipasi aktif dalam kegitan ini, ternyanta hanya sebagian
masyarakat saja yang ikut karna mereka belum sepenuhnya paham
dengan kegitan majelis ta’lim ini. Dan saya tidak memaksakan
mereka ikut saya memilih untuk mengajak mereka secara pelan-
pelan saja.”(Wawancara, 14 Maret 2019).
Sejalan dengan yang dijelasakan oleh Bapak Laode Samusu beliau

mengatakan:

“Iya setelah kegitan itu berlangsung maka kami diarahakan ikut


mengawasi supaya kami tau apa yang menjadi kekurangan dalam
kegitan tersebut apakah kegitan keagamaan ini akan berjalan
deangan baik atau tidak, selain itu juga kami diarahkan ikut dalam
kegitan keagaaan ini terutama kegitan majelis ta’lim karna tujuan
utama adalah menyukseskan kegiatan majelis ta’lim ini.
”(Wawancara, 14 Maret 2019).
Sejalan dengan yang dijelasakan oleh Bapak Laode Abdul Kadir

beliau mengatakan:

“Iya setelah kegitan itu berlangsung maka kami diarahakan ikut


mengawasi supaya kami tau apa yang menjadi kekurangan dalam
kegitan tersebut apakah kegitan keagamaan ini akan berjalan
deangan baik atau tidak, selain itu juga kami diarahkan ikut dalam
kegitan keagaaan ini terutama kegitan majelis ta’lim karna tujuan
utama adalah menyukseskan kegiatan majelis ta’lim ini.”
(Wawancara, 14 Maret 2019).

Sejalan dengan yang dijelasakan oleh Bapak Laode Asmun beliau

mengatakan:

“Iya setelah kegitan itu berlangsung maka kami diarahakan ikut


mengawasi supaya kami tau apa yang menjadi kekurangan dalam
kegitan tersebut apakah kegitan keagamaan ini akan berjalan
deangan baik atau tidak, selain itu juga kami diarahkan ikut dalam
kegitan keagaaan ini terutama kegitan majelis ta’lim karena tujuan
utama adalah menyukseskan kegiatan majelis ta’lim ini.
(Wawancara, 14 Maret 2019).
42

Kemudian ditegaskan kemabli oleh Ibu Martini S,Ag sebagai

anggota maje’lis ta’lim beliau mengatkan sebagai berikit:

“Iya setelah kegitan itu berlangsung pemerintah desa ikut mengawasi


dalam kegitan tersebut selain mengawasi mereka ikut langsung
dalam kegitan ini dan pemerintah juga menyiapkan apa –apa yang
menjadi kebutuhan dalam kegitan mejelis talim mereka menyediakan
buku Yasin, Al-Qur’an dan mendatangkan Ustad dua kali dalam
satu bulan agar kami berpatisipasi aktif dalam kegiatan ini.”
(Wawancara, 15 Maret 2019).

Kemudian ditegaskan kemabli oleh Bapak La Jaeja S,Pd sebagai

Tokoh Agama beliau mengatkan sebagai berikit:

“Iya setelah kegitan itu berlangsung pemerintah desa ikut mengawasi


dalam kegitan tersebut selain mengawasi mereka ikut langsung
dalam kegitan ini dan pemerintah juga menyiapkan apa –apa yang
menjadi kebutuhan dalam kegitan mejelis ta’lim mereka
menyediakan buku Yasin, Al-Qur’an dan mendatangkan Ustad dua
kali dalam satu bulan agar kami berpatisipasi aktif dalam kegiatan
ini, dan saya sebagai ketua tokoh agama di desa ini menyaksikan
langsung kegiatan pemerintah desa karna saya juga ikut
berpartisipasi di dalam kegitan ini.”(Wawancara, 15 Maret 2019).

Berdasarkan data diatas menunjukkan bahwa pemerintah desa

bahutara sudah mengawasi atau ikut langsung dalam kegitan majelis ta’lim

ini dengan tujuan agar pemerintah mengetahui apa-apa saja yang kurang

dalam kegitan tersebut, di sini pemerintah desa bahutara sudah melakukan

tugasnya dengan baik dengan tujuan agar masyarakat ikut berpatisipasi

dengan baik dalam kegitan tersebut dan bisa membawa dampak positif

terhadap masyarakat di Desa Bahutara.

3. Peranan pemerintah desa sebagai pelopor untuk meningkatkan


partisipasi masyarakat di bidang keagamaan.

Sebagai pelopor yaitu Sebagai aparatur pemerintah yang memiliki

kewibawaan tinggi, maka pemerintah desa harus dapat mengayomi


43

masyarakat, memberikan contoh yang baik, memiliki dedikasi (loyalitas)

yang tinggi, serta dapat memberikan penampilan yang baik pula terhadap

masyarakat agar pemerintah dapat dihargai dan dihormati serta disegani

oleh masyarakat.

Berdasarkan observasi awal pemerintah desa bahutara sudah

mengupayakan memberikan contoh teladan yang baik kepada masysarakat

di desa. Kepala desa sebagai pemimpin di desa telah menunjukkan

kewibawaan yang tinggi kepada masyarakat.

Untuk mengetahui bagaimana Peran Kepala Desa dalam

Meningkatkan Partisipasi Masyarakat di Bidang Pembangunan Non Fisik

khususnya di bidang Keagamaan maka peneliti mewawancarai kepala desa

atas nama Bapak La Hatimi dan jawaban beliau sebagai berikut:

“Iya saya sebagai kepela desa di desa ini selalu berusaha menjadi
contoh bagi masyarakat dalam hal apapun itu terutama dalam
kegitan keagamaan ini. Di dalam kegitan keagamaan ini kususnya
di kegitan mejelis ta’lim saya turun tangan langnsung bersama
aparat saya untuk mengarahkan masyarakat agar ikut aktif dalam
kegitan tersebut, adapun yang saya lakukan adalah menyiapkan
alat-alat yang akan digunakan selama kegitan ini berlangunsung,
seperti mengadakan pengajian di situ saya mengundang ustad untuk
melakukan ceramah islami kepada masyarakrat, selain itu saya
menyediakan buku-buku Yasin, Al-Qur’an, dan alat- alat yang
mereka butuhkan.” ( Wawancara, 14 maret 2019).

Sejalan dengan yang dijelasakan oleh Bapak Laode Samusu beliau

mengatakan:

“Iya kami bersama kepala desa selalu berusaha menjadi contoh


teladan bagi masyarakat terutama dalam kegitana keagamaan ini
khususnya kegiatan majeles ta’lim, di dalam kegitan ini kami ikut
langungsung dan juga membantu kepela desa dalam menyiapkan
alat-alat yang akan di gunakan selama kegitan ini berlangsung dan
44

dengan harapan kegitan ini berjalan dengan baaik.” (Wawancara,


14 Maret 2019).

Sejalan dengan yang dijelasakan oleh Bapak Laode Asmun beliau

mengatakan:

“Iya kami bersama kepala desa selalu berusaha menjadi contoh


teladan bagi masyarakat terutama dalam kegitana keagamaan ini
khususnya kegiatan majeles ta’lim, di dalam kegitan ini kami ikut
langungsung dan juga membantu kepela desa dalam menyiapkan
alat-alat yang akan di gunakan selama kegitan ini berlangsung dan
dengan harapan kegitan ini berjalan dengan baaik.” (Wawancara,
14 Maret 2019).

Sejalan dengan yang dijelasakan oleh Bapak Laode Abdul Kadir

beliau mengatakan:

“Iya kami bersama kepala desa selalu berusaha menjadi contoh


teladan bagi masyarakat terutama dalam kegitana keagamaan ini
khususnya kegiatan majeles ta’lim, di dalam kegitan ini kami ikut
langungsung dan juga membantu kepela desa dalam menyiapkan
alat-alat yang akan di gunakan selama kegitan ini berlangsung dan
dengan harapan kegitan ini berjalan dengan baaik.” (Wawancara,
14 Maret 2019).

Ditegaskan oleh Bapak La Jaeja S,Pd sebagai Tokoh Agama

beliau mengatkan sebagai berikit:

“Iya pemerintah desa bahutara sudah berusaha untuk menjadi


contoh teladan bagi masyarakat, mereka mengaktifkan kegitan
majeli ta’lim di desa ini dengan cara ikut langsung dalam kegitan
ini mereka juga menyiapkan alat-alat yang mau di pake dalam
kegitan ini seperti mengadkan buku yasin, Al-qur’an dan
sebagainya degan tujuan agar kegitan ini berjalan dengan baaik dan
masyarakat di desa ini mendapatkan manfaat dalam kegitan ini.
Dan saya sebagai ketua tokoh agama melihat langsung atau
merasakan maanfaat dari kegitan ini karna saya di libatkan dalam
kegitan ini.” ( Wawancara, 15 Maret 2019).
45

Kemudian ditegaskan kemabli oleh Ibu Martini S,Ag sebagai

anggota maje’lis ta’lim beliau mengatkan sebagai berikit:

“Iya pemerintah desa bahutara sudah berusaha untuk menjadi


contoh teladan bagi masyarakat, mereka mengaktifkan kegitan
majeli ta’lim di desa ini dengan cara ikut langsung dalam kegitan
ini mereka juga menyiapkan alat-alat yang mau di pake dalam
kegitan ini seperti mengadakan buku yasin, Al-qur’an dan
sebagainya degan tujuan agar kegitan ini berjalan dengan baaik dan
masyarakat di desa ini mendapatkan manfaat dalam kegitan ini.
Dan saya sebagai anggota ibu majelis ta’lim melihat langsung atau
merasakan maanfaat dari kegitani tetapi kendalanya kegitan ini
kurang direspon oleh sebagian masyarakat.” (Wawancara, 15 Maret
2019).

Berdasarkan data diatas menunjukkan bahwa pemerintah desa

bahutara pemerintah desa bahutara sudah berusaha untuk menjadi contoh

teladan bagi masyarakat, mereka mengaktifkan kegitan majeli ta’lim di

desa ini dengan cara ikut langsung dalam kegitan ini mereka juga

menyiapkan alat-alat yang mau di pake dalam kegitan ini seperti

mengadakan buku yasin, Al-qur’an dan sebagainya degan tujuan agar

kegitan ini berjalan dengan baik dan masyarakat di desa ini mendapatkan

manfaat dalam kegitan ini. Tetapi hal tersebut kurang berhasil untuk

mendapatkan partisipasi oleh sebagian masyarakat.

4. Peranan Pemerintah desa sebagai dinamisator di bidang Pendidikan

Pemerintah desa dalam hal ini kepala desa harus memiliki

kemampuan dalam memberikan bimbingan, pengarahan, maupun dalam

mengajak masyarakat dalam berpartisipasi aktif dalam setiap

pembangunan, Khususnya bidang pendidikan.

a. Pemerintah desa memberi bimbingan


46

Berdasarkan observasi awal bahwa Pembinaan atau bimbingan

pemerintah desa masyarakat dalam bidang pendidikan merupakan usaha

untuk meningkatkan pembangunan desa dimana untuk memperbaiki dan

meningkatkan taraf hidup serta kondisi sosial masyarakat desa. Untuk

mengetahui bagaimana Peran Kepala Desa dalam Meningkatkan

Partisipasi Masyarakat di Bidang Pembangunan Non Fisik khususnya di

bidang pendidikan maka peneliti mewawancarai kepala desa atas nama

Bapak La Hatimi dan jawaban beliau sebagai berikut:

“Iya saya sebagai kepala desa di desa ini memberikan bimbingan


kepada masyakat dalam kegitan pengadaan kip di desa ini dengan
bentuan aparat saya, dengan tujuan agar masyarakat mengerti
diadakannya KIP di desa ini, adapun yang saya lakukan adalah
mengumpulkan masyarakat dan mengadakan rapat di balai
pertemuan, didalam kegitan rapat tersebut saya menjelaskan atau
memberi bimbingan kepada masyakat terkait adanya kip ini (kartu
indonesia pintar) selain itu kegitan yang kami lakukan adalah
mengadakan atau menfasilitasi ujian paket B bagi masyarakat yang
dulunya belum menyelesikan pendidikannya.”(Wawancara,14
Maret 2019).

Sejalan dengan yang dijelasakan oleh Bapak Laode Abdul Kadir

beliau mengatakan:

“Iya kami sebagai aparat membantu kepala desa dalam


memberikan bimbingan kepada masyakat dalam kegitan pengadaan
KIP di desa ini, dengan tujuan agar masyarakat mengerti
diadakannya kip di desa ini, adapun yang kami lakukan adalah
mengumpulkan masyarakat dan mengadakan rapat di balai
pertemuan, didalam kegitan rapat tersebut kami membantu kepela
desa menjelaskan atau memberi bimbingan kepada masyakat
terkait adanya kip ini (kartu indonesia pintar) selain itu kegitan
yang kami lakukan adalah mengadakan atau menfasilitasi ujian
paket B bagi masyarakat yang dulunya belum menyelesikan
pendidikannya.”( Wawancara, 14 Maret 2019).
47

Sejalan dengan yang dijelasakan oleh Bapak Laode Asmun beliau

mengatakan:

“Iya kami sebagai aparat membantu kepala desa dalam


memberikan bimbingan kepada masyakat dalam kegitan pengadaan
kip di desa ini, dengan tujuan agar masyarakat mengerti
diadakannya kip di desa ini, adapun yang kami lakukan adalah
mengumpulkan masyarakat dan mengadakan rapat di balai
pertemuan, didalam kegitan rapat tersebut kami membantu kepela
desa menjelaskan atau memberi bimbingan kepada masyakat
terkait adanya kip ini (kartu indonesia pintar) selain itu kegitan
yang kami lakukan adalah mengadakan atau menfasilitasi ujian
paket B bagi masyarakat yang dulunya belum menyelesikan
pendidikannya .” ( Wawancara, 14 Maret 2019).

Ditegaskan oleh Bapak La Booko sebagai Tokoh Adat beliau

mengatakan sebagai berikit:

“Iya pemerintaha desa sudah melaksanakan kegiatan tersebut


merekam membari bimbimbingan kepada masyarakat tentang
tujuan di adakannya kip di desa ini dan juga mengadakan paket B
dan dalam kegiatan tersebut saya sebagai tokoh adat ikut langnsung
dalam kegitan itu dan saya juga sala satu masyarakat yang ikut
dalam ujian paket tersebut, selain itu anak saya juga mendapatkan
kartu indonesia pintar dengan bantuan pemerintah di desa ini.” (
Wawancara, 15 Maret 2019).

b. Mengarahkan atau mengajak masyarakat

Berdasarkan observasi awal bahwa pemerintah desa

Bahutara sebelum melaksanakan kegiatan pendidikan ini maka

pemerintah desa mengarahkan atau mengajak masyarakat untuk

berpatisipasi dalam kegitan pendidikan ini. Hal tersebut di

jelaskan oleh Bapak La Hatimi dan jawaban beliau sebagai

berikut:

“Iya sebelum saya mengadakan kegiatan menfasilitasi pemberian


data untuk pemberian KIP kepada masyarakat dan mengadakan
fasilitas ujian paket B saya mengarahakan kepada perangkat-
48

perangkat saya untuk mengajak masyarakat ikut serta dalam rapat


yang saya adakan di balai pertemuan di desa ini, agar mereka tau
kegitan apa yang akan saya lakukan dan dalam rapat tersebut saya
bersama aparat memberikan kesempatan kepada masyarakat untuk
bertanya tentang kegitan yang akan saya laskasanakan ini. Disini
saya tidak membatasi bagi masyarakat yang bertanya dengan tujan
agar mereka memahami betul apa yang saya samapikan kepada
mereka.”( Wawancara, 14 Maret 2019).

Sejalan dengan yang dijelasakan oleh Bapak Laode Asmun beliau

mengatakan:

“Iya sebelum kami mengadakan kegiatan menfasilitasi pemebrian


data untuk pemberian KIP kepada masyarakat dan mengadakan
fasilitas ujian paket B kami diarahakan kepala desa untuk mengajak
masyarakat ikut serta dalam rapat yang akan diadakan di balai
pertemuan di desa ini, agar mereka tau kegitan apa yang akan kami
lakukan dan dalam rapat tersebut kami aparat bersama kepala desa
memberikan kesempatan kepada masyarakat untuk bertanya
tentang kegitan yang akan dilaksanakan. Disini masarakat tidak
dibatasi untuk bertanya dengan tujan agar mereka memahami betul
apa yang telah disamapikan oleh kepala desa.”( Wawancara, 14
Maret 2019).

Sejalan dengan yang dijelasakan oleh Bapak Laode Samusu beliau

mengatakan:

“Iya sebelum kami mengadakan kegiatan menfasilitasi pemebrian


data untuk pemberian KIP kepada masyarakat dan mengadakan
fasilitas ujian paket B kami diarahakan kepala desa untuk mengajak
masyarakat ikut serta dalam rapat yang akan diadakan di balai
pertemuan di desa ini, agar mereka tau kegitan apa yang akan kami
lakukan dan dalam rapat tersebut kami aparat bersama kepala desa
memberikan kesempatan kepada masyarakat untuk bertanya
tentang kegitan yang akan dilaksanakan. Disini masarakat tidak
dibatasi untuk bertanya dengan tujan agar mereka memahami betul
apa yang telah disamapikan oleh kepala desa.”( Wawancara, 14
Maret 2019).

Ditegaskan oleh Bapak La Booko sebagai Tokoh Adat beliau

mengatakan sebagai berikit:


49

“Iya sebelum pemerintah mengadakan kegiatan menfasilitasi


pemeberian data untuk pemberian KIP kepada masyarakat dan
mengadakan fasilitas ujian paket B mereka mengarahakan kepada
masyarakat ikut serta dalam rapat yang diadakan dibalai pertemuan
di desa ini, agar kami masyarkat tau kegitan apa yang akan
dilakukan dan dalam rapat tersebut kami diberikan kesempatan
untuk bertanya tentang kegitan yang akan mereka laksanakan di
desa ini. Disini kami tidak dibatasi bertanya terkait dengan kegitan
yang meraka akan adakan.”( Wawancara, 14 Maret 2019).

Berdasarkan data diatas menunjukkan bahwa Pemerintah Desa

Bahutara sudah memberikan bimbingan kepada masyarakat dan juga

sudah mengarahkan dalam kegiatan yang akan mereka laksanakan di

desa bahutara dengan tujuan agar masyarakat ikut berpatisipasi dalam

kegitan ini dan memberikan dampak posotif kepada meraka. Sehingga

pemerintah berhasil dalam meningkatkan partisipasi masyarakat di

bidang pendidikan di desa Bahutara Kecamatan Kontukowuna.

5. Peranan pemerintah desa sebagai katalisator di bidang pendidikan

Peranan pemerintah sebagai katalisator yaitu seorang pemimpin

yang mengkordinir dan mengawasi secara langsung faktor-faktor yang

dapat mendorong laju perkembangan pembangunan desa. Dengan adanya

peranan kepala desa sebagai aparatur pemerintah desa, maka harus

mampu mengawasi bagaimana kegitan pembangunan itu berjalan dengan

baik. Kemudian menghimbau masyarakat agar mau berpatisipasi selama

proses pembangunan yang berlangsung khusunya dibidang pendidikan.

Untuk mengetahui bagaimana Peran Kepala Desa dalam

Meningkatkan Partisipasi Masyarakat di Bidang Pembangunan Non Fisik


50

khususnya di bidang pendidikan maka peneliti mewawancarai kepala

desa atas nama Bapak La Hatimi dan jawaban beliau sebagai berikut:

“Iya saya selalu mengkordinir atau mengawasi langsung kegitan


yang akan kami laksanakan bersama aparat saya, di sini saya turun
tangan langsung dalam melakukan pendataan anak-anak yang akan
mendapatkan KIP dan juga dalam kegiatan menyediakan fasilitas
untuk pelaksanaan ujian paket B sehingga saya tau apa-apasaja
kekurangan atau yang di butuhkan oleh masyarakat di desa ini.” (
Wawancara, 14 maret 2019).

Sejalan dengan yang dijelasakan oleh Bapak Laode Samusu beliau

mengatakan:

“Iya dalam kegitan ini kami aparat bersama kepala desa


mengkordinir atau mengawasi langsung dalam melakukan
pendataan anak-anak yang akan mendapatkan KIP dan juga dalam
kegiatan menyediakan fasilitas untuk pelaksanaan ujian paket B
sehingga kami tau apa-apasaja kekurangan atau yang di butuhkan
oleh masyarakat dalam kegitan tersebut di desa ini.”( Wawancara,
14 maret 2019).

Sejalan dengan yang dijelasakan oleh Bapak Laode Asmun beliau

mengatakan:

“Iya dalam kegitan ini kami aparat bersama kepala desa


mengkordinir atau mengawasi langsung dalam melakukan
pendataan anak-anak yang akan mendapatkan KIP dan juga dalam
kegiatan menyediakan fasilitas untuk pelaksanaan ujian paket B
sehingga kami tau apa-apasaja kekurangan atau yang di butuhkan
oleh masyarakat dalam kegitan tersebut di desa ini.”( Wawancara,
14 maret 2019).

Sejalan dengan yang dijelasakan oleh Bapak Laode Abdul kadir

beliau mengatakan:

“Iya dalam kegitan ini kami aparat bersama kepala desa


mengkordinir atau mengawasi langsung dalam melakukan
pendataan anak-anak yang akan mendapatkan KIP dan juga dalam
kegiatan menyediakan fasilitas untuk pelaksanaan ujian paket B
sehingga kami tau apa-apasaja kekurangan atau yang di butuhkan
51

oleh masyarakat dalam kegitan di desa ini.”( Wawancara, 14


maret 2019).

Ditegaskan oleh Bapak La Booko sebagai Tokoh Adat beliau

mengatakan sebagai berikit:

“Iya dalam kegitan ini aparat bersama kepala desa mengkordinir


atau mengawasi langsung dalam melakukan pendataan anak-anak
yang akan mendapatkan KIP dan juga dalam kegiatan
menyediakan fasilitas untuk pelaksanaan ujian paket B sehingga
mereka tau apa-apasaja kekurangan atau yang di butuhkan oleh
masyarakat dalam kegitan tersebut, saya sebagai tokoh adat di
desa ini mengetahui hal tersebut karna saya ikut dalam kegitan
tersebut dan sebagian masyarakat juga dapat mersakan hal
tersebut.”( Wawancara, 15 Maret 2019).

Berdasarkan data diatas menunjukkan bahwa Pemerintah desa

Bahutara sudah melakukan tugasnya denagan baik terutama dalam kegitan

di bidang pendidikan ini, pemeritah desa bahutara mengkordinir dan

mengawasi langsung kegitan yang mereka laksanakan sehingga apa yang

menjadi keluhan masyarakat atau yang kurang dari kegitan tersebut

mereka langsung mengetahuinya dan segera menyelesaikann masalah

tersebut, dengan tujuan agar masyarakat Desa Bahutara bisa berpatisipasi

dengan baik dalam kegitan ini.

6. Peranan pemerintah desa sebabagai pelopor di bidang pendidikan

Sebagai pelopor yaitu Sebagai aparatur pemerintah yang memiliki

kewibawaan tinggi, maka pemerintah desa harus dapat mengayomi

masyarakat, memberikan contoh yang baik, memiliki dedikasi (loyalitas)

yang tinggi, serta dapat memberikan penampilan yang baik pula terhadap
52

masyarakat agar pemerintah dapat dihargai dan dihormati serta disegani

oleh masyarakat.

Berdasarkan observasi awal pemerintah desa bahutara sudah

mengupayakan memberikan contoh teladan yang baik kepada masysarakat

di desa. Kepala desa sebagai pemimpin telah menunjukkan kewibawaan

yang tinggi kepada masyarakat.

Untuk mengetahui bagaimana Peran Kepala Desa dalam

Meningkatkan Partisipasi Masyarakat di Bidang Pembangunan Non Fisik

khususnya di bidang pendidikan maka peneliti mewawancarai kepala desa

atas nama Bapak La Hatimi dan jawaban beliau sebagai berikut:

“Iya saya sebagai kepala desa di desa ini sudah berusaha


memberikan contoh teladan kepada masyarakat, mengayomi
memberikan yang terbaik agar masyarakat bisa dengan cepat
berpartisipasi dalam kegitan yang saya laksanakan. Seperti
pelaksanaan pendataan anak-anak yang akan mendapatkan kip,
disini mereka ikut membantu juga dengan cara menyiapkan berkas-
berkas yang akan di kumpulkan kepada kami. Dan selain mendata
anak-anak yang akan mendapatkan KIP, kami juga menfasilitasi
masyarat yang akan melaksanakan ujian paket B dan kegitan ini
berdampak positif bagi sebagian masyarakat di desa ini.”(
Wawancara, 14 maret 2019).

Sejalan dengan yang dijelasakan oleh Bapak Laode Abdul kadir

beliau mengatakan:

“Iya kami sebagai Pemerintah desa di desa ini sudah berusaha


memberikan contoh teladan kepada masyarakat, mengayomi
memberikan yang terbaik agar masyarakat bisa dengan cepat
berpartisipasi dalam kegitan yang kami laksanakan. Seperti
pelaksanaan pendataan anak-anak yang akan mendapatkan kip,
disini mereka ikut membantu juga dengan cara menyiapkan
berkas-berkas yang akan di kumpulkan kepada kami. Dan selain
mendata anak-anak yang akan mendapatkan KIP, kami juga
menfasilitasi masyarat yang akan melaksanakan ujian paket B dan
53

kegitan ini berdampak positif bagi sebagian masyarakat di desa


ini.” ( Wawancara, 14 maret 2019).

Sejalan dengan yang dijelasakan oleh Bapak Laode Asmun beliau

mengatakan:

“Iya kami sebagai pemerintah desa di desa ini sudah berusaha


memberikan contoh teladan kepada masyarakat, mengayomi
memberikan yang terbaik agar masyarakat bisa dengan cepat
berpartisipasi dalam kegitan yang kami laksanakan. Seperti
pelaksanaan pendataan anak-anak yang akan mendapatkan kip,
disini mereka ikut membantu juga dengan cara menyiapkan
berkas-berkas yang akan di kumpulkan kepada kami. Dan selain
mendata anak-anak yang akan mendapatkan KIP, kami juga
menfasilitasi masyarat yang akan melaksanakan ujian paket B dan
kegitan ini berdampak positif bagi sebagian masyarakat di desa
ini.”( Wawancara, 14 maret 2019).

Ditegaskan oleh Bapak La Booko sebagai Tokoh Adat beliau

mengatakan sebagai berikit:

“Iya Pemerintah desa di desa ini sudah berusaha memberikan


contoh teladan kepada masyarakat, mengayomi memberikan
yang terbaik agar masyarakat bisa dengan cepat berpartisipasi
dalam kegitan yang mereka laksanakan. Seperti pelaksanaan
pendataan anak-anak yang akan mendapatkan KIP, disini
masyarakat ikut membantu juga dengan cara menyiapkan
berkas-berkas yang akan di kumpulkan kepada Pemerintah Desa
Bahutara. Dan selain mendata anak anak yang akan mendapatkn
KIP, pemrintah desa juga juga menfasilitasi masyarat yang akan
melaksanakan ujian paket B dan kegitan ini berdampak positif
bagi sebagian masyarakat di desa ini.”( Wawancara, 14 maret
2019).

Berdasarkan data diatas menujukan bahwa pemerintah desa Bahutara

sudah melaksanakan tugasnya dengan baik dan mejadi contoh teladan yang

baik bagi masyarakatnya, mengayomi dan juga menjadi pemimipin yang selalu

memberikan yang terbaik kepada masayarakatnya, tetepi disini yang ikut

berpatisipasi hanya sebagian masyarakat saja kerena mereka menganggap


54

bahwa kegitan tersebut tidak terlalu bermanfaat bagi mereka. Jadi disini

pemerintah desa bahutara masih gagal untuk meningkatkan pertisipasi

masyarakat dibidang pendidikan.

C. Kendala Pemerintah Desa dalam Meningkatkan Partisipasi Masyarakat


di Bidang Pembangunan Non Fisik

Permasalahan atau kendala yang sering kali muncul bahwa keterlibatan

masyarakat pun sangat tergantung pada seberapa besar informasi yang

diperoleh masyarakat terhadap pembangunan yang sedang dan akan

dilaksanakan oleh pemerintah. Hal ini dibutuhkan agar masyarakat mampu

mengidentifikasi kebutuhan seperti apa yang perlu, harus, ataupun tidak perlu

dilakukan dalam pelaksanaan pembangunan. Adanya kesenjangan informasi

inilah yang dapat berakibat pada lemahnya tingkat partisipasi masyarakat

dalam proses pembangunan disebuah wilayah. Ketidaktahuan antara

pemerintah dan masyarakat terhadap potensi dan kebutuhan masing-masing

dapat menghambat proses pembangunan yang memenuhi tingkat kepuasan

semua pihak.

Disamping kesenjangan informasi yang terjadi, permasalahan lainnya

adalah interpretasi dari masing-masing aktor terhadap proses

pembangunan`yang sedang terjadi. Berdasarkan hasil penelitan di Desa

Bahutra Kecamatan Kontukowuna terdapat banyak kendala yang dihadapi

pemeritah desa dalam meningkatkan partisipasi masyarakat dalam

pembangunan non fisik terkhusus pembangunan di bidang ke agamaan dan

pendidikan.
55

1. Kendala Pemerintah desa di bidang keagamaan

Dalam hal ini yang menjadi kendala pemerintah desa sebagai di

namisator, katalisator maupu pelopor dibidang keagamaan adalah

kurangnya kesadaran sebagian masyarakat terhadap kegiatan di bidang

keagamaan ini, dan kurangnya pemahaman terhadap pembangunan non

fisik di bidang keagamaan.

Untuk mengetahui kendala apasaja yanng dihadapi oleh kepala desa

beserta jajarannya dalam pembangunan non fisik di bidang keagamaan di

Desa Bahutara maka dijelaskan oleh kepala desa atas nama Bapak La

Hatimi dan jawaban beliau sebagai berikut:

“Kendala yang sering kami hadapi adalah masyarakat kurang


paham dengan pembangunan non fisik dibidang keagamaan ini,
jadi susah untuk mengajak mereka untuk berpatisipasi dalam
kegiatan ini mereka lebih sibuk dengan kegitan masing-masing,
seperti Peteni mereka lebih sibuk di kebun. “(Wawancara 14 Maret
2019).

Hal yang sama juga diungkapkan oleh bapak La Ode beliau

mengatakan sebagai berikut:

“Kendala yang sering kami hadapi adalah masyarakat kurang


paham dengan pembangunan non fisik dibidang keagamaan ini,
jadi susah untuk mengajak mereka untuk berpatisipasi dalam
kegiatan ini mereka lebih sibuk dengan kegitan masing-masing,
seperti Peteni mereka lebih sibuk di kebun.” (Wawancara, 14
Maret 2019).

Hal yang sama juga diungkapkan oleh bapak La Ode Samusu

beliau mengatakan sebagai berikut:

“Kendala yang sering kami hadapi adalah masyarakat kurang


paham dengan pembangunan non fisik dibidang keagamaan ini,
jadi susah untuk mengajak mereka untuk berpatisipasi dalam
kegiatan ini mereka lebih sibuk dengan kegitan masing-masing,
56

seperti Peteni mereka lebih sibuk di kebun.” (Wawancara, 14


Maret 2019).

Hal yang sama juga diungkapkan oleh bapak La Ode Asmun

beliau mengatakan sebagai berikut:

“kendala yang sering kami hadapi adalah masyarakat kurang paham


dengan pembangunan non fisik di bidang keagamaan ini, jadi
susah untuk mengajak mereka untuk berpatisipasi dalam kegiatan
ini mereka lebih sibuk dengan kegitan masing-masing, seperti
Peteni mereka lebih sibuk di kebun.” (Wawancara, 14 Maret
2019).

Data tersebut sejalan dengan keterangan Tokoh Agama atas

nama Bapak La Jaeja S,Pd bahwa:

“Kendala yang sering mereka hadapi adalah masyarakat kurang


paham dengan pembangunan non fisik di bidang keagamaan ini,
jadi susah mengajak masyarakat untuk berpatisipasi dalam
kegiatan ini adapun yang ikut kegiatan keagamman ini haya
sebagian masyarkat saja.”(wawancara, 15 Maret 2019).

Sejalan dengan Ibu Ketua Majeli Ta’lim atas nama Ibu Moharisa

S,Pd Bahwa:

“Kendala yang sering mereka hadapi adalah masyarakat kurang


paham dengan Pembangunan Non Fisik di bidang keagamaan
ini, jadi susah mengajak masyarakat untuk berpatisipasi dalam
kegiatan ini adapun yang ikut kegiatan keagamman ini haya
sebagian masyarkat saja.”(wawancara, 15 Maret 2019).

Berdasarkan hasil wawancara diatas menunjukkan bahwa

kendala Kepala Desa dalam meningkatkan partisipasi masyarakat

dibidang keagamaan adalah kurangnya komunikasi antara kepala desa

terhadap masyarakat sehingga sebagian masyarakat kurang paham

terhadap kegiatan yang akan dilakukan oleh kepala desa bersama

aparatnya. Selain itu juga sebagian masyarakat lebih mementingkan


57

pekerjaan mereka di bandingkan kegiatan tersebut. Kerena mereka tidak

paham dengan adanya kegiatan tersebut.

2. Kendala Pemerintah Desa di bidang Pendidikan

Dalam hal ini yang menjadi kendala pemerintah desa sebagai di

namisator, katalisator maupu pelopor dibidang pendidikan adalah

kurangnya kesadaran sebagian masyarakat terhadap kegiatan di bidang

pendidikan ini, dan kurangnya pemahaman terhadap pembangunan non

fisik di bidang pendidikan.

Untuk mengetahui kendala apasaja yanng dihadapi oleh kepala desa

beserta jajarannya dalam pembangunan non fisik di bidang pendidikan di

Desa Bahutara maka dijelaskan oleh kepala desa atas nama Bapak La

Hatimi dan jawaban beliau sebagai berikut:

“Iya kendala yang saya hadapi di sini sebagai kepala desa adalah
kurangnya pemahaman sebagian masyarakat terhadap tujuan dari
pendataan KIP ini, mereka acuh tak acuh dalam kegiatan ini
mereka juga lebih mementingkan kegiatan mereka sehari-hari
daripada mengikuti rapat yang saya adakan di desa ini, dan juga
dalam kegiatan untuk ujian peket B disini juga saya terkendala
pada bantuan di pusat dan juga kurangnya minat sebagian
masyarakat karena mereka menganggap ujian peket ini untuk apa
karena mereka menganggap pendidikan itu untuk apalagi karena
dalam segi usia mereka sudah tua jadi mereka tidak mementingkan
lagi pendidikan, padahal tujuan kami disini dengan adanya paket B
ini masyarakat agar bisa maju dalam segi pemikiran dan juga bisa
berdampak positif ternyata tidak berdampak apa-apa bagi mereka
(Wawancara, 14 Maret 2019).

Hal senada pula disampaikan oleh Bapak Laode Asmun yang

mengatakan bahwa:

“Iya kendala yang kami hadapi di sini sebagai perangkat desa


adalah kurangnya pemahaman sebagian masyarakat terhadap
tujuan dari pendataan KIP ini, mereka acuh tak acuh dalam
58

kegiatan ini mereka juga lebih mementingkan kegiatan mereka


sehari-hari daripada mengikuti rapat yang kami adakan di desa ini,
dan juga dalam kegiatan untuk ujian peket B disini juga kami
terkendala pada bantuan di pusat dan juga kurangnya minat
sebagian masyarakat karena mereka menganggap ujian peket ini
untuk apa karena mereka menganggap pendidikan itu untuk
apalagi karena dalam segi usia mereka sudah tua jadi mereka tidak
mementingkan lagi pendidikan, padahal tujuan kami disini dengan
adanya paket B ini masyarakat agar bisa maju dalam segi
pemikiran dan juga bisa berdampak positif ternyata tidak
berdampak apa-apa bagi mereka (Wawancara, 14 Maret 2019).

Hal senada pula disampaikan oleh Bapak Laode Samusu yang

mengatakan bahwa:

“Iya kendala yang kami hadapi di sini sebagai perangkat desa


adalah kurangnya pemahaman sebagian masyarakat terhadap
tujuan dari pendataan KIP ini, mereka acuh tak acuh dalam
kegiatan ini mereka juga lebih mementingkan kegiatan mereka
sehari-hari daripada mengikuti rapat yang kami adakan di desa ini,
dan juga dalam kegiatan untuk ujian peket B disini juga kami
terkendala pada bantuan di pusat dan juga kurangnya minat
sebagian masyarakat karena mereka menganggap ujian peket ini
untuk apa karena mereka menganggap pendidikan itu untuk
apalagi karena dalam segi usia mereka sudah tua jadi mereka tidak
mementingkan lagi pendidikan, padahal tujuan kami disini dengan
adanya paket B ini masyarakat agar bisa maju dalam segi
pemikiran dan juga bisa berdampak positif ternyata tidak
berdampak apa-apa bagi mereka (Wawancara, 14 Maret 2019).

Hal senada pula disampaikan oleh Bapak Laode Abdul Kadir

yang mengatakan bahwa:

“Iya kendala yang kami hadapi di sini sebagai perangkat desa


adalah kurangnya pemahaman sebagian masyarakat terhadap
tujuan dari pendataan KIP ini, mereka acuh tak acuh dalam
kegiatan ini mereka juga lebih mementingkan kegiatan mereka
sehari-hari daripada mengikuti rapat yang kami adakan di desa ini,
dan juga dalam kegiatan untuk ujian peket B disini juga kami
terkendala pada bantuan di pusat dan juga kurangnya minat
sebagian masyarakat karena mereka menganggap ujian peket ini
untuk apa karena mereka menganggap pendidikan itu untuk
apalagi karena dalam segi usia mereka sudah tua jadi mereka tidak
mementingkan lagi pendidikan, padahal tujuan kami disini dengan
59

adanya paket B ini masyarakat agar bisa maju dalam segi


pemikiran dan juga bisa berdampak positif ternyata tidak
berdampak apa-apa bagi mereka (Wawancara, 14 Maret 2019).

Ditegaskan kembali oleh Bapak La Booko beliau mengatakan

bahwa:

“Iya pemerintah desa di desa ini memiliki kendala kurangnya


sebagian masyarakat dalam kegitan yang mereka laksanakan
mereka acu tak acuh dalam hal ini, karena masyarakat di sini lebih
mementingkan pekerjaan mereka dari pada mengahadiri rapat
yang di laksanakan di desa ini. Jadi di desa ini kurang sekali minat
masyarakat di bidang pendidikan ini (Wawancara, 15 Maret 2019)

Berdasarkan hasil wawancara di atas menunjukkan bahwa kendala

pemerintah dalam bidang pendidikan terlihat kurangnya pemahaman

masyarakat akan pentingnya pendidikan khususnya pada kegiataan

pendataan anak-anak untuk mendapatkan KIP (Kartu Indonesia Pintar)

serta kurangnya pemahaman masyarakat terhadap kegiatan program

paket B terhadap masyarakat yang pendidikannya tertinggal dalam hal

ini untuk masyarakat yang putus sekolah.


BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, maka dapat disimpulkan

sebagai berikut:

1. Peranan Pemerintah di Desa Bahutara Kecamatan Kontukowuna dalam

meningkatkan partisipasi masyarakat di bidang pembangunan non fisik

khususnya di bidang keagamaan dan pendidikan sudah berjalan tetapi

belum maksimal di karenakan kurangnya kesadaran masyarakat dan

rendahnya partisipasi dalam mengikuti kegiatan- kegiatan di bidang

keagamaan dan pendidikan.

2. Kendala yang dihadapi Pemerintah Desa Bahutara dalam meningkatkan

partisipasi masyarakat di bidang pembangunan non fisik khususnya

dibidang keagamaan dan pendidikan yaitu rendahnya tingkat partisipsi

masyarakat terhdap kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan oleh

pemerintah desa seperti kegiatan majelis ta’lim sedangkan dibidang

pendidikan yaitu kurangnya partisipasi masyarakat terhadap pendataan

kartu indonesi pintar ( KIP) dan juga kurangnya kesadaran terhadap

program kegitan paket B.

B. Saran

Berdasarkan simpulan penelitian, maka diajukan beberapa saran sebagai

berikut :

1. Sebaiknya Pemerintah Desa Bahutara sering mengadakan sosialisasi

tentang pembangunan non fisik dibidang keagamaan dan bidang

60
61

pendidikan sehingga masyarakat paham dan bisa berpatisipasi di

kegiatan ini. Dan pemerintah desa sebaiknya memberikan perhatiannya

kepada masyarakat agar masyarakat dapat berpatisipasi dengan mudah

tanpa ada keluhan dalam diri mereka.

2. Pemerintah Desa Bahutara sebaiknya membangun kepercayaan kepada

masyarakat agar masyarakat bisa berpatisipasi dengan mudah dalam

kegiatan pembanugnan non fisik di bidang keagamaan dan pendidikan

di desa ini.
DAFTAR PUSTAKA

Hakim, Rahma, Hakim. 2018 Peranan Kepala Desa dalam meningkatkan


Partisipasi Masyarakat.” http:// oejurnal. ip.fisip-unmul.ac.id> (diakses
pada tanggal 17 mei 2019).
Fauzi. H. 2013. “Pembangunan non fisik ”. http:// digilib.unila.ac.id.> (diakses
pada tanggal 13 november 2018).

Ismail Umar, Ade M. Yuardani dan Hasymi Rinaldi. 2013. “Peran Pemerintah
Desa dalam Meningkatkan Partisipasi Masyarakat Di Desa Rasau Jaya
Umum”(http://dx.doi.org/10.2139/ssrn.342266. (Diakses pada 24
november, 2018).

Karsadi. 2018. Metodologi Penelitian Sosial: Antara Teori dan Praktis.


Yogyakarta. Pustaka Pelajar.

Lahansang, Rifmanly Vicri. 2015. “Peranan Kepala Desa Dalam Pemberdayaan


Masyarakat di Desa Binalu Kecamatan Slaw Timur Selatan”. http://
Download.portalgaruda.org>article> (diakses pada tanggal 29 Oktober
2018).

Mondong, Herman. 2013. ”Peran Pemerintah Desa dalam Meningkatkan


Partisipasi Masyarakat dalam Pembangunan Desa”.
http://ejournal.unsrat.ac.id (diakses pada tanggal 29 Oktober 2018).

Praman, Gilang. 2013. “pembangunan non fisik”. http:// repository.uin.ac.id.>


(diakses pada tanggal 13 november 2018).

Rahayu, Sri, Ani. 2017. Pemerintahan Daerah: Kajian Teori Hukum dan
Aplikasinyan. Jakarta:Sinar Grafika.

Republik Indonesia. 2014. Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014. Tentang Desa.


Jakarta.

Rifka, Sartika. 2015. ”Peran Kepala Desa untuk Meningkatkan Partisipasi


Masyarakat”. http:// Download.portalgaruda.org>article> (diakses pada
tanggal 29 Oktober 2018).

Sagani, V. Fandi. 2017. “Peranan Pemerintah Desa dalam Pembangunan


Infrastruktur”. http:// eprints.umpo.ac.id> (diakses pada tanggal 29
Oktober 2018).

Theresia, Aprillia, dkk. 2015. Pembangunan Berbasis Masyarakat. Bandung:


Alfabeta.

62
63

Wahayati. 2016. “Peranan Pemerintah Desa dalam Meningkatkan Partisipasi


MasyarakPat di Desa Tampo Kecamatan Napabalano Kabupaten Muna”.
(Skripsi). Kendari: Sarjana Ekonomi, Universitas Haluoleo.

Yasinda, A. 2007. “Peranan Kepala Desa dalam Meningkatkan Partisipasi


Masyarakat dalam kegiatan gotong royong.” https//media neliti.com.(
diakses pada tanggal 17 Mei 2019).
64

LAMPIRAN-LAMPIRAN
65

LAMPIRAN 1

PEDOMAN WAWANCARA

(INFORMAN)

1. PENGANTAR

AssalamuakumWr.Wb
Terimakasih atas waktunya telah mengizinkan saya untuk
mewawancarai bapak/ibu saudara (i). Wawancara ini dilaksanakan
dengan maksud untuk memperoleh data dalam rangka penyusunan
skripsi tentang peranan kepala desa dalam meningkatkan pertisipasi
masyarkat di bidang pembangunan non fisik di desa bahutara, maka
dari itu dimohon kesedian bapak/ibu saudara (i) untuk menjawab
pertanyaan yang diajukan sesuai dengan keadaan sebenarnya dan
semua bapak/ibu saudara (i) akan dijaga kerahasiannya.

II. IDENTITAS INFORMAN

a. Nama :
b. Jenis Kelamin :
c. Umur :
d. Alamat :
e. Pendidikan Terakhir :
f. Pekerjaan :
g. Agama :
h. Suku :
66

III. PERTANYAAN

a. Apakah pemerintanh desa sudah memberikan bimbingan

kepada masyarakat dalam bidang agama dan pendidikan di

desa ini?

b. Apakah pemerintah desa sudah memberikan arahan kepada

masyarakat di bidang agama dan pendidikan di desa ini?

c. Apakah pemerintah desa sudah mengajak masyarakat dalam

bidang agama dan pendidikan?

d. Apakah pemerintah desa sudah mengkordinir masyarakat di

bidang agama dan pendidikan di desa ini?

e. Apakah pemerintah desa sudah mengayomi, memberikan

contoh dalam bidang agama dan pendidikan di desa ini?

f. Menurut bapak/ibu apakah kepala desa atau pemerintah desa


sudah melaksanakan tugasnya dengan baik dalam
meningkatkan partisipasi masyrakat di bidang pembangunan
non fisik di bidang keagamaan dan pendidikan ?
g. Menurut bapak/ibu apakah kepala desa atau pemerintah desa
berpatisipasi dalam melaksanakan pembinaan untuk
meningkatkan kehidupan beragama di masyarakat?
h. Menurut bapak /ibu apakah kepala desa atau pemerintah desa
sudah melaksanakan atau sudah berpartisipasi dalam kegiatan
ke agamaan di desa ini?
i. Menurut bapak/ibu apakah kepala desa atau pemerintah desa
sudah berpatisipasi dalam kegiatan yasinan di desa ini?
67

j. Menurut bapak/ibu apakah kepala desa atau pemerintah desa


sudah berpatisipasi dalam kegiatan majelis ta’lim di dea ini?
k. Menurut bapak /ibu apakah kepala desa atau pemerintah desa
sudah memberikan bimbingan atau pengarahan maupun
mengajak masyarakat dalam berpatisipasi dalam pembangunan
non fisik di bidang keagamaan ini?
68

Lampiran 2

PEDOMAN WAWANCARA

(RESPONDEN)

1. PENGANTAR

AssalamuakumWr.Wb
Terimakasih atas waktunya telah mengizinkan saya
untuk mewawancarai bapak/ibu saudara (i). Wawancara ini
dilaksanakan dengan maksud untuk memperoleh data dalam rangka
penyusunan skripsi tentang peranan kepala desa dalam meningkatkan
pertisipasi masyarkat di bidang pembangunan non fisik di desa
bahutara, maka dari itu dimohon kesedian bapak/ibu saudara (i) untuk
menjawab pertanyaan yang diajukan sesuai dengan keadaan
sebenarnya dan semua bapak/ibu saudara (i) akan dijaga
kerahasiannya.

II. DENTITAS RESPONDEN

a. Nama :
b. Jenis Kelamin :
c. Umur :
d. Alamat :
e. Pendidikan Terakhir :
f. Pekerjaan :
g. Agama

III. PERTANYAAN
1. Bidang keagamaan

a. Bagaimanakah cara bapak dalam memberikan bimbingan dalam

masyarakat dalam kegitan keagamaan di desa ini?


69

b. Bagaimanakah cara bapak dalam mengarahkan masyarakat di

bidang keagamaan di desa ini?

c. Apakah bapak sudah mengajak masyarakat dalam bidang

keagamaan di desa ini?

d. Bagaimana cara bapak dalam mengkordinir masyarakat di bidang

keagamaan di desa ini?

e. Bagaimanakah cara bapak dalam mengayomi masyarakat di bidang

keagamaan di desa ini?

f. Apakah bapak sudah memberikan contoh yang baik kepada

masyarakat di bidang keagamaan di desa ini?

g. Menurut Bapak cara apasajakah yang Bapak lakukan agar


masyarkat ikut berpatisipasi dalam pembangunan non fisik di
Bidang Keagamaan ini?
h. Menurut bapak apakah pembangunan non fisik sudah dilaksanakan
di Desa ini?
i. Menurut bapak pembangunan non fisik seperti apajakah yang
sudah di lakukan di Desa ini?
j. Menurut bapak dari program-program tersebut pembangunan non
fisik di bidang keagamaan apasajakah yang sudah di lakukan di
Desa ini?
k. Menurut bapak cara apasajakah yg bapak lakukan agar masyarakat
aktif dalam kegiatan keagaman ini?
l. Menurut bapak cara apasajakah yang bapak lakukan agar
masyarakat aktif dalam kegiatan Yasinan di desa ini?
m. Menurut bapak cara apasajakah yang bapak lakukan agar
masyarakat aktif dalam kegiatan majelis ta’lim di desa ini?
70

n. Menurut bapak kendala apasajakah yang bapak hadapi dalam


meningkatkan partisipasi masyarakat di bidang pembangunan non
fisik di Desa ini?
2. Bidang pendidikan.

a. Bagaimanakah cara bapak dalam memberikan bimbingan dalam

masyarakat dalam bidang pendidikan di desa ini?

b. Bagaimanakah cara bapak dalam mengarahkan masyarakat di

bidang pendidikan di desa ini?

c. Babaimana cara bapak dalam mengajak masyarakat dalam bidang

pendidikan di desa ini?

d. Apakah bapak suadah mengkordinir masyarakat dalam bidang

pendidikan di desa ini?

e. Bagaimana cara bapak dalam mangayomi masyarakat di bidang

pendidikan di desa ini?


71

LAMPRAN 3

DAFTAR IDENTITAS INFORMAN

1. informan
a. Nama : Moharisah.S,pd.
b. Umur : 51 Tahun
c. Jenis Kelamin : Perempuan
d. Alamat : Desa Bahutara
e. Pendidikan Terakhir : S1
f. Pekerjaan : Kepala sekolah SD.
g. Agama : Islam.
2. infoman
a. Nama : Martini Dahibu.S,ag.
b. Umur : 45 tahun.
c. Jenis Kelamin : Perempuan.
d. Alamat : Desa Bahutara.
e. Pendidikan Terakhir : S1.
f. Pekerjaan : Guru Agama SMA
g. Agama : Islam.
3. informan
a. Nama : Jaeja. S,Pd.
b. Umur : 50 tahun.
c. Jenis Kelamin : Laki-laki.
d. Alamat : Desa Bahutara.
e. Pendidikan Terakhir : S1.
f. Pekerjaan : Guru SD.
g. Agama : Islam
72

4. infoman
a. Nama : La Booko
b. Jenis Kelamin : Laki-laki
c. Umur : 49 Tahun
d. Alamat : Desa Bahutara
e. Pendidikan Terakhir : SMA
f. Pekerjaan : Toko Adat
g. Agama : Isalam
73

LAMPIRAN 4

DAFTAR IDENTITAS RESPONDEN

1. Responden
a. Nama : Lahatimi
b. Umur : 52 tahun
c. Jenis Kelamin : Laki-laki
d. Alamat : Desa Bahutara
e. Pendidikan Terakhir : SMA
f. Pekerjaan : Sekertaris Desa / pelaksana desa
g. Agama : Islam.

2. Responden.
b. Nama : Laode Abdul Kadir
c. Umur : 39 tahun.
d. Jenis Kelamin : Laki-laki.
e. Alamat : Desa Bahutara.
f. Pendidikan Terakhir : SMA.
g. Pekerjaan : Kepala Urusan Pemerintahan
h. Agama : Islam.

3. Responden.
a. Nama : Laode Samusu
b. Umur : 50 tahun
c. Jenis Kelamin : Laki-laki
d. Alamat : Desa Bahutara
e. Pendidikan Terakhir : SMA
f. Pekerjaan : Kepala Urusan Pembangunan.
g. Agama : Islam.
74

4. Responden.
a. Nama : Laode Asmun.
b. Umur : 42 tahun.
c. Jenis Kelamin : Laki-laki.
d. Alamat : Desa Bahutara.
e. Pendidikan Terakhir : SMA
f. Pekerjaan : Ketua RT
g. Agama : Islam.
75

LAMPIRAN 5

GEMBAR

Wawancara bersama dengan Kepala Desa Bahutara ( Bapak Lahatimi)


76

Wawancara bersama dengan Toko Adat Desa Bahutara (Bapak la Booko).


77

Wawancara bersama dengan Kaur Perekonomian Desa Bahutara (Bapak laode


Samusu)
78

Wawancara bersama dengan Kaur Pemerintahan Desa Bahutara (Bapak laode


Abdul Kadir)
79

Wawancara bersama dengan ketua Rt Desa Bahutara (Bapak laode Asmun).


80

Wawancara bersama dengang ibu Ketua Majelis ta’lim(Ibu Moharisa S,Pd).


81

Wawancara bersama dengan Ibu Mejelis ta’lim (Ibu Martini S,Ag)


82

Wawancara bersama Tokoh Agama Desa Bahutara(Bapak La Jaeja S,Pd)


83
84

Anda mungkin juga menyukai