Anda di halaman 1dari 3

BAB 1

Dasar – Dasar Perencanaan pajak

Bagi Negara, pajak merupakan salah satu sumber penerimaan penting yang
digunakan untuk membiayai pengeluaran Negara. Sedangkan bagi perusahaan,
pajak merupakan beban yang akan mengurangi laba bersih sehingga pihak
perusahaan sering melakukan upaya minimalisasi beban pajak baik dengan cara
yang tertera dalam peraturan pajak atau sampai melanggar peraturan perpajakan.
Upaya inilah sering disebut perencanaan pajak (tax planning).

Secara administrative, pungutan pajak dapat dikelompokkan menjadi pajak


langsung yamg dikenakan atas masuknya aliran sumber daya yaitu penghasilan
serta dikelompokkan menjadi pajak tidak langsung yang dikenakan terhadap
keluarnya sumber daya seperti pengeluaran untuk konsumsi atas barang atau jasa.

Kebijakan perpajakan (tax policy) merupakan alternative dari berbagai


sasaran yang hendak dituju dalam sistem perpajakan meliputi: 8 jenis pajak yang
akan dipungut, subjek pajak, objek pajak, tariff pajak, dan prosedur pembayaran
pajak.

Keputusan bisnis sebagian besar dipengaruhi oleh pajak, baik secara


langsung maupun tidak langsung. Dalam pelaksanaannya terdapat perbedaan
kepentingan antara Wajib Pajak dengan pemerintah. Wajib Pajak berupaya agar
dapat membayar pajak sekecil mungkin, sedangkan pemerintah memerlukan dana
untuk membiayai penyelenggaraan pemerintahan yang sebagian besar diperoleh
dari pajak.
Perbedaan kepentingan ini menyebabkan Wajib Pajak cenderung
mengurangi jumlah pembayaran pajak, baik secara legal maupun ilegal.
Meminimalisasi beban pajak dengan tidak melanggar undang-undang/peraturan
perpajakan dikenal dengan Perencanaan Pajak (Tax Planning / Tax Sheltering)

Beberapa faktor yang memotivasi Wajib Pajak untuk melakukan penghematan


pajak secara ilegal antara lain:

1. Besarnya jumlah pajak yang harus dibayar.


2. Kecilnya biaya untuk menyuap fiskus.
3. Rendahnya kemungkinan pelanggaran untuk terdeteksi.
4. Kecilnya sanksi yang dikenakan atas pelanggaran.

Ketika perusahaan memulai investasi dalam suatu proyek, ia harus


memperhitungkan penghasilan setelah pajak atas investasi yang akan
dilakukannya. Beberapa resiko yang mungkin muncul karena adanya investasi
antara lain:

1. Risiko Penghasilan, karena adanya ketidakpastian penerimaan operasi dari


biaya saat ini, ketidakpastian atas pengeluaran (output) perusahaan dengan
biaya (input) pada masa yang akan datang.
2. Risiko Modal, timbul karena adanya kemungkinan aset yang diinvestasikan
sudah ketinggalan zaman sehingga tidak mampu bersaing lagi.
3. Risiko Keuangan, timbul karena ketidakpastian tingkat inflasi pada masa
yang akan datang, akibatnya perusahaan mungkin tidak dapat membayar
kembali pinjaman dan bunganya.
4. Risiko Inflasi, timbul karena ketidakpastian tingkat inflasi pada masa yang
akan datang yang akan berpengaruh terhadap penghasilan dan biaya untuk
mengganti aset perusahaan di masa yang akan datang.
5. Risiko atas keputusan yang tidak dapat diubah, timbul karena pembelian aset
atau biaya yang sudah dikeluarkan tidak dapat digunakan untuk keperluan
lainnya.
6. Risiko Politik, timbul karena atas adanya perubahan kebijakan pemerintah.

Anda mungkin juga menyukai