Dasar-Dasar Pengefreisan PDF
Dasar-Dasar Pengefreisan PDF
DASAR-DASAR
PENGEFREISAN
POLBAN
oleh:
PETRUS LONDA
LABORATORIUM PEMESINAN POLBAN PETRUS LONDA
KATA PENGANTAR
Buku pelajaran freis ini merupakan salah satu buku pengantar untuk
memenuhi kebutuhan akan buku-buku di bidang teknik manufaktur
khususnya praktek freis. Buku ini membahas hal-hal yang menyangkut
mesin freis dan teknik pengefreisan serta alat-alat yang digunakan pada
proses freis. Penguasan teknik pengefreisan yang memadai merupakan syarat
mutlak yang harus di miliki oleh seseorang yang berkecimpung di bidang
teknik pemesinan.
Buku ini dapat membimbing anda dalam bekerja dengan mesin milling atau
freis, sehingga anda dapat menyelesaikan persoalan-persoalan yang di hadapi
di dunia industri. Selain itu, buku ini juga dapat digunakan sebagai buku
pegangan dalam menyampaikan materi pelajaran dasar-dasar pengefreisan
mulai dari pendidikan kejuruan tingkat menengah, politeknik sampai pada
tingkat perguruan tinggi.
Penulis berharap agar buku yang di beri judul “DASAR-DASAR
PENGEFREISAN” ini dapat membantu mengatasi persoalan yang di hadapi
di tempat kerja anda masing-masing.
POLBAN
Akhir kata penulis mengucapkan terima kasih dan penghargaan yang
setinggi-tingginya atas kritik dan saran yang di berikan demi penyempurnaan
buku ini. Semoga “TUHAN MENYERTAI”.
Penulis,
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR .................................................................................... ii
DAFTAR ISI.................................................................................................. iii
BAB 1. MESIN FREIS ................................................................................... 1
A. Pengelompokan Mesin Freis. .............................................................. 1
B. Jenis-jenis mesin freis yang sering digunakan. ................................... 2
BAB 2. FREIS ................................................................................................ 7
A. Gerakan-gerakan pada proses freis. .................................................... 7
B. Kemampuan Mesin. ............................................................................ 8
C. Teknik Dasar Pemotongan Benda Kerja. ............................................ 9
D. Metode Pemotongan.......................................................................... 10
E. Alat Bantu pada Mesin Freis. ............................................................ 15
F. Teknik penjepitan benda kerja. ......................................................... 24
G. Waktu Pemesinan di Mesin Freis. ..................................................... 27
H. Alat Potong (Pisau Freis). ................................................................. 31
BAB 3. KEPALA PEMBAGI....................................................................... 41
A. Kepala Pembagi Langsung. ............................................................... 41
B.
C. POLBAN
Kepala Pembagi Universal. ............................................................... 43
Jenis-jenis Pembagian. ...................................................................... 44
1. Pembagian Langsung. ................................................................... 44
2. Pembagian tidak langsung. ............................................................ 45
3. Pembagian Differensial. ................................................................ 48
iii
BAB 1
MESIN FREIS
Mesin freis atau Milling machines ditemukan sekitar tahun 1818, oleh
Eli Whitney. Pada awal mulanya mesin freis digerakan secara manual,
namun dengan perkembangannya hingga kini mesin freis telah dapat
digerakan secara otomatis dengan tingkat ketelitian yang sangat tinggi.
A. Pengelompokan Mesin Freis.
Mesin freis dapat dikelompokan menjadi:
1. Dilihat dari posisi spindle, mesin freis dapat dibedakan menjadi:
a. Mesin freis vertikal, sumbu pisau freis (cutter) tegak lurus
terhadap meja mesin. Alat pemegang pisau freis disebut adaptor.
Mesin freis ini cocok untuk produksi.
b. Mesin freis horizontal, sumbu pisau freis (cutter) sejajar terhadap
meja mesin. Alat pemegang pisau freis dapat menggunakan
adaptor atau arbor. Mesin freis ini juga cocok untuk produksi.
2. Dilihat dari penggunaannya, mesin freis dapat dibedakan menjadi:
a. Mesin freis penggunaan khusus, dapat digunakan untuk
pemotongan roda gigi, cam, bentuk, gravier, copy.
b. Mesin freis penggunaan tunggal, mesin freis ini cocok untuk
pekerjaan produksi. Memiliki sebuah meja kerja yang panjang,
pada tipe bed gerakan meja hanya pada arah longitudinal
sedangkan gerakan transverse dan vertikal dilakukan oleh spindle
pisau freis. Pada tipe knee meja dapat digerakan dalam tiga arah,
yaitu longitudinal, transverse dan vertical. Mesin freis
penggunaan tunggal disebut juga plain milling machine.
c. Mesin freis penggunaan umum, disebut juga mesin freis
POLBAN
universal. Mesin ini cocok digunakan untuk pendidikan karena
sifatnya yang sangat luwes dimana posisi spindle dapat vertikal,
horizontal dan menyudut serta meja mesin dapat dimiringkan
pada suatu sudut tertentu dalam posisi vertikal maupun
horizontal serta dapat memotong bentuk spiral. Mesin ini juga
sudah dilengkapi dengan alat pengontrol jarak gerakan meja
maupun jarak gerakan spindle utama.
d. Mesin centers, selain digunakan untuk milling, mesin ini dapat
digunakan untuk proses boring, reaming, tapping dan contour
dalam sekali set-up. Pergantian alat potong dapat secara otomatis
maupun manual.
Pengatur
Pengatur
gerakan
vertikal
POLBAN gerakan
memanjang
Pengatur Switching
gerakan
otomatis
Pedal Dasar
otomatis
cepat
Gambar 1.4. Mesin Freis Universal.
POLBAN
Arah vertical
Arah maju-mundur
c. Kepala spindle vertical.
± 45o.
± 30o.
POLBAN
Benda kerja
POLBAN
Gambar 2.1. Gerakan Utama
(Pisau freis berputar) Gambar 2.2. Gerakan Pengikatan
(Benda kerja)
POLBAN menit).
d = diameter pisau freis (mm).
POLBAN
Gambar 2.4. Teknik Pengefreisan Sisi
POLBAN
juga down milling.
(a) (b)
2.
POLBAN
terangkat oleh gaya potong, oleh karena itu penjepitan benda
kerja harus kuat. Posisi pemotongan seperti ini di sebut juga
up milling
Pada pengefreisan muka, aksi pemotongan digabung antara
metode pengefreisan searah dan metode pengefreisan berlawanan
arah. Metode ini disebut metode netral.
c. Metode Pengefreisan Netral:
Metode pengefreisan netral, dimana diameter pisau freis (d)
yang digunakan sama dengan lebar benda kerja (b). aksi
pemotongan dimulai dari pemotongan berlawanan arah
sampai ditengah benda kerja. Ketebalan geramnya dari nol
pada permulaan dan bertambah besar dengan tetap sampai
POLBAN
kerja, ia terlebih dahulu bergesekan dengan permukaan benda
kerja dan menyeret geram kedalam putarannya. Jika pendinginan
tidak sempuranah, maka pisau freis akan lebih cepat tumpul.
Sebanding dengan meningkatnya ketebalan geram, maka gaya
potong akan meningkat. Ketika mata potong meninggalkan
benda kerja dengan tiba-tiba gaya potong menurun menjadi nol,
perhatikan gambar 2.6b di atas. Hentakan ini terjadi berulang-
ulang pada setiap gigi dan akan menimbulkan getaran sehingga
permukaan benda kerja menjadi kasar.
Untuk mengatasi kerugian ini maka pada ketebalan pemotongan
yang dalam gunakan pisau freis yang giginya berdekatan dan
laju meja mesin diperlambat.
POLBAN
Gambar 2.10. Penggunaan metode searah pada mesin freis yang memiliki
kelonggaran pada spindel meja.
POLBAN
dilengkapi dengan lubang silindris. Adaptor pisau freis dengan
ring pemutar digunakan untuk memegang cutter yang memiliki
dua alur pada bagian belakangnya dan baut pengunci menahan
pisau freis pada arah aksial. Sedangkan adaptor pisau freis
dengan pasak memanjang digunakan untuk memegang pisau
freis yang memiliki alur spi pada lubangnya. Adaptor jenis ini
dapat menggunakan ring perantara pada bagian belakang cutter.
POLBAN
2. Adaptor dengan baut differensial:
POLBAN
Gambar 2.16. Arbor dengan “bearing bush”.
POLBAN
2.17). Setelah ada jarak tersebut ketuklah dengan palu plastik
sehingga adaptor terasa longgar, lanjutkan dengan putaran tangan
sampai lepas. Ada spindle nose mesin freis yang sistem
pembukaan adaptornya tidak perlu diketuk dengan palu plastik
melainkan hanya diputar dengan kunci sampai draw bar
mendorong adaptor dan terasa longgar.
POLBAN
jaraknya ± 2 mm untuk menghindari gesekan.
f. Penyangga harus diberi oli sesudah pemasangan arbor.
g. Draw-bar dan mur arbor harus benar-benar terikat kuat.
h. Waktu mengencangkan mur pengunci, arbor harus
disangga oleh penyangga.
2. Hal-hal yang perlu diperhatikan waktu melepas arbor:
a. Kendorkan terlebih dahulu mur pengunci.
b. Lepas penyangga dengan membuka baut-baut pengunci.
c. Keluarkan cutter dari arbor dengan meleps terlebih
dahulu ring-ring perantara.
d. Lepaskan arbor dari spindle nose dengan jalan, kendorkan
draw-bar kira-kira satu putaran atau perhatikan jarak 2
LABORATORIUM PEMESINAN POLBAN PETRUS LONDA
21
mm seperti pada gambar 2.17, kemudian ketuk draw-bar
dengan palu plasti sehingga draw-bar terasa longgar
kemudian lanjutkan putaran dengan tangan sampai lepas.
e. Sarung pengurang.
Sarung pengurang digunakan untuk pemasangan pisau freis
yang bertangkai konis maupun silindris dimana lubang
spindle nose-nya lebih besar dari tangkai pisau freis. Untuk
yang bertangkai konis dapat langsung dipasang dengan
bantuan sarung pengurang, sedangkan yang bertangkai
silindris harus menggunakan collet.
Pisau freis bertangkai silindris dimasukan kedalam collet
dan collet dipegang oleh sarung pengurang, kemudian
dimasukan ke dalam spindle nose. Collet ditarik oleh draw-
bar melewati spindle nose bersama-sama dengan sarung
pengurang sampai pisau freis terjepit dengan kuat.
Perhatikan gambar 2.19.
Sedangkan pada pisau freis dengan tangkai konis teknik
pemasangannya ada yang menggunakan baut pengencang
dan ada yang menggunakan baut penyambung. Perhatikan
gambar 2.20 dan gambar 2.21.
POLBAN
Gambar 2.19. Pemasangan sarung pengurang collet.
POLBAN
Gambar 2.22. Kepala hobbing.
POLBAN Spanner
letakan di antara rahang
ragum kemudian di jepit
dengan jalan memutar
poros ulir dengan
menggunakan spanner,
sambil mengencangkan
benda kerja di ketok
dengan palu plastik
sehinggan rapat dengan
permukaan ragum bagian
bawah. Jika benda kerja
Gambar 2.23. Ragum mesin. kurang tinggi, bagian
POLBAN
Gambar 2.25. Meja putar (rotary table).
POLBAN Benda
kerja
Klem
Blok
bertingkat
POLBAN
Datar 12 10 8 22 30 80
Tegak
15 12 10 28 40 75
POLBAN
POLBAN
a
Vf
ls lu l la ls
POLBAN
POLBAN
(seperti aluminium). Sudut potongnya kecil (36o), kisarnya besar
(alurnya juga besar). Sudut spiral 35o, sudut bebasnya 8o, sudut buang
28o, sudut bajinya 54o dan pemakanan besar untuk tiap-tiap giginya.
POLBAN arbor.
POLBAN
Sebelum mengefreis bentuk “T”, celah tegak lurusnya harus di
freis terlebih dahulu dengan pisau freis jari (end milling cutter)
atau dengan pisau freis side milling cutter.
Ukuran dari pisau freis (module, diameteral pitch) juga di tunjukan. Menurut
ukuran yang umum digunakan:
Module (m): 0,5; 0,75; 1; 1,25; 1,5; 2; 2,5; 3, 3,5; 4; 4,5; 5; 5,5; 6. Modul
pisau freis di buat untuk ketinggian (h = 2,166 mm).
b. Pisau freis hobbing.
Pisau freis hobbing digunakan untuk membuat roda gigi di mesin
hobbing. Pengambilan geram di lakukan secara berkelanjutan
(generating method). Untuk setiap ukuran dari gigi hanya satu
pisau freis yang digunakan.
convex concave
POLBAN
Pisau freis jari yang dapat digunakan untuk pengefreisan permukaan
yang ringan.
Pisau freis ini selain dapat mengefreis permukaan, dapat juga
digunakan untuk pengefreisan bentuk dan pengefreisan alur. Pisau
freis ini terdiri dari dua bibir potong atau lebih, tergantung dari
ukuran diameternya. Pisau freis ini tidak boleh digunakan untuk
POLBAN
Pisau freis dengan 3 mata potong dan gigi pemutus
POLBAN
Gambar 3.1. Kepala Pembagi Langsung.
POLBAN
posisi yang baru.
B.
POLBAN
diputar pada pelat indeks yang jumlah lubang atau alur
“V” nya ada 60.
POLBAN
Gambar 3.4. Pembagian Langsung
2. Pembagian tidak langsung.
Jika angka pembagian Z tidak memungkinkan lagi untuk dikerjakan
pada pembagian langsung, maka kita menggunakan cara pembagian tak
langsung, sebab pada cara ini tersedia tiga variasi pelat indeks dengan jumlah
lubang seperti ditunjukan pada tabel 3.1 dan table 3.2. Pada pekerjaan ini
roda gigi cacing dan ulir cacing dalam keadaan terpasang, sehingga pada saat
kita memutar tuas indeks nc, putaran ini akan diteruskan oleh poros berulir
cacing ke roda gigi cacing yang dipasang menjadi satu dengan spindel benda
kerja. Perbandingan putaran antara poros berulir cacing dengan roda gigi
cacing biasanya empat puluh berbanding satu (40 : 1), artinya 40 kali putaran
tuas indeks nc akan sama dengan satu kali putaran spindel benda kerja.
Perbandingan ini biasanya disebut ratio kepala pembagi (i), atau i = 40 : 1.
Perbandingan ini tidak selamanya 40 : 1, tergantung dari pembawaan
kepala pembagi.
POLBAN
Gambar 3.5. Pembagian Tidak Langsung
Tabel 3.2: Pelat Indeks dalam satu set
Nomor Jumlah Jumlah Lubang setiap
Pelat Lingkara Lingkaran
n
1 6 15, 18, 21, 29, 37, 43
2 6 16, 19, 23, 31, 39, 47
3 6 17, 20, 27, 23, 41, 49
Jumlah lubang pada pelat indeks sangat bervariasi, tergantung dari
pembawaan kepala pembagi. Setiap kepala pembagi universal biasanya
sudah disertakan satu set pelat indeks (3 buah) dengan variasi lubang yang
berbeda.
Bagaimana cara menempatkan pena indeks yang terpasang pada tuas
indeks (nc) terhadap lubang-lubang pada pelat indeks ?. Karena 40 putaran
tuas indeks (nc) menghasilkan satu kali putaran benda kerja (i = 40 : 1),
maka untuk Z pembagian yang sama dari benda kerja adalah:
40
𝑛𝑐 = putaran.
𝑍
i
Jika Z diketahui dalam jumlah pembagian, maka: nc .
Z
Jika pembagian yang dikehendaki diketahui dalam besaran sudut (α), maka:
i
nc
o
dimana:
360
nc = jumlah putaran tuas indeks
POLBAN i
Z
α
= ratio kepala pembagi (40 : 1)
= jumlah pembagian
= besar sudut pembagian
sejumlah lubang yang harus kita putar pada pelat indeks untuk menambah
beberapa putaran penuh yang diperoleh dari pembagian tersebut.
Contoh: 1.) Pembagian yang dikehendaki (Z) = 12. Hitung putaran tuas
indeks (nc) untuk pembagian tersebut.
Penyelesaian: nc i nc 40 3 4 3 2 3 14 . Ini berarti
Z 12 12 6 42
bahwa tiga kali putaran penuh tuas indeks (nc), ditambah 14
jarak lubang, pada pelat indeks dengan jumlah lubang 42.
Dari tabel pelat indeks diatas, diketahui bahwa pelat indeks
dengan jumlah lubang 42 adalah pelat indeks nomor 2 (dua)
pada tabel 3.1.
Contoh 2) Pembagian yang dikehendaki (α) = 37,2o . Hitung putaran tuas
indeks (nc) untuk pembagian tersebut.
i 37, 2 o 40 37, 2 186 6 2
Penyelesaian: nc
o
o
4 4 .
360 360 9 45 45 15
Ini berarti bahwa 4 kali putaran penuh tuas indeks (nc),
ditambah 2 jarak lubang, pada pelat indeks dengan jumlah
lubang 15. Dari tabel pelat indeks diatas, diketahui bahwa
pelat indeks dengan jumlah lubang 15 adalah pelat indeks
nomor 1 (satu) pada tabel 3.2.
Penempatan posisi pena indeks terhadap pelat indeks.
Agar tidak terjadi kekeliruan dalam penetapan pena indeks terhadap
pelat indeks, maka kepala pembagi universal dilengkapi dengan alat penanda
lubang yang dapat digeser pada arah melingkar sesuai dengan perhitungan.
POLBAN
Pelat indeks yang digunakan adalah pelat indeks dengan jumlah
lubang 15, pena indeks ditempatkan pada lubang ke nol yang kita tentukan,
kemudian atur lengan penanda lubang menempal pada pena indeks seperti
pada gambar 3.6 dan lengan yang lainnya diatur pada posisi jarak lubang
yang ke dua. Posisi ini adalah posisi pada pemotongan pertama. Untuk
pemotongan ke dua dan seterusnya, tempatkan pena indeks pada posisi 2
(dua) dengan jalan; cabut pena indeks dari posisi nol, putar tuas indeks nc
sesuai dengan arah putaran yang ditunjukan (empat putaran di tambah dua
jarak lubang) dan tempatkan pena indeks pada posisi 2 (dua). Putar kedua
lengan indeks berlawanan arah dengan arah putaran yang ditunjukan
sehingga lengan indeks menempel pada pena indeks di posisi 2 (dua).
3. Pembagian Differensial.
Dengan metode pembagian differensial, kita dapat mengerjakan setiap
pekerjaan pembagian pada mesin freis. Metode ini memungkinkan
pembagian dengan angka pecahan yang penyebutnya tidak cocok dengan
jumlah lubang yang tersedia pada pelat indeks. Pelat indeks tidak dimatikan
(tidak dikunci), akan tetapi harus ikut bergerak ketika tuas indeks (nc)
diputar. Ketika tuas indeks nc diputar, putaran dari tuas indeks ini akan
diteruskan ke poros berulir cacing, poros ini akan menggerakkan roda gigi
cacing yang dipasang menjadi satu dengan spindel benda kerja. Dengan
perantaraan roda-roda gigi pengubah yang dipasang pada poros spindel
benda kerja, putaran ini akan diteruskan ke pelat indeks sehingga pelat
indeks ikut berputar.
POLBAN Z1
Z3
R
ik Benda Kerja
Z4 Z2
Pengunci Pelat Indeks
Tuas Indeks (nc)
Pelat Indeks
Teknik pembagian differensial ini tidak dapat dilaksanakan pada posisi
vertikal dan pada pengefreisan spiral. Metode ini memungkinkan untuk
mengerjakan setiap pembagian yang dikehendaki (Z) dengan mengikuti
langkah-langkah sebagai berikut:
a. Menentukan angka pembagian yang ideal (Z’), dibaca Zet aksen.
Zet aksen (Z’) diambil maksimal 117% dari Z dan
minimal 87 % dari Z.
b. Menghitung jumlah putaran tuas indeks (nc).
c. Menghitung rangkaian roda gigi pengubah (R).
d. Menentukan arah putaran pelat indeks.
• Jika Z’ lebih besar dari Z, pelat indeks berputar searah dengan
putaran tuas indeks (nc).
• Jika Z’ lebih kecil dari Z, pelat indeks berputar berlawanan
arah dengan putaran tuas indeks (nc).
Sebagaimana biasanya pada pekerjaan pambagian dengan
menggunakan kepala pembagi universal, kita harus mengetahui ratio kepala
pembagi (i), sedangkan pada pembagian differensial, selain (i) yang harus
diketahui, kita juga harus mengetahui ratio roda gigi payung (ik) yang
menggerakkan pelat indeks.
Untuk pembahasan kita kali ini, ratio kepala pembagi (i = 40 : 1) dan
ratio roda gigi payung (ik = 1 : 1). Untuk ratio roda gigi payung (ik) tidak
selamanya satu berbanding satu, tergantung dari kepala pembagi yang
digunakan. Oleh sebab itu ratio roda gigi payung harus diperiksa dengan
jalan; pasang poros penggerak roda gigi payung, putar dengan tangan dan
perhatikan putaran pelat indeks sampai satu kali putaran penuh, pastikan
berapa jumlah putaran poros penggerak roda gigi payung.
POLBAN
Dengan berorientasi pada i = 40 : 1 dan ik = 1 : 1, maka rumus-rumus
yang digunakan pada pembagian ini adalah:
nc
i
Z ' dan R i ik Z ' Z atau R nc ik Z ' Z
Z'
dimana: nc = Jumlah putaran tuas indeks.
i = Ratio kepala pembagi (40 : 1).
Z’ = Angka pembagian yang ideal.
Z = Pembagian yang dikehendaki.
ik = Ratio roda gigi payung.
R = Rangkaian roda gigi pengubah.
(biasanya disebelah kiri meja mesin) dengan pertolongan sebuah kotak roda
gigi (gear box).
Roda gigi pengubah yang disertakan bersama kepala pembagi adalah:
24, 24, 28, 32, 40, 44, 48, 56, 64, 72, 86, 100. Angka ini menunjukan jumlah
gigi dari roda gigi pengubah.
Contoh: 1). Pembagian yang dikehendaki (Z) = 51, ratio kepala pembagi
(i) = 40 :1, ratio roda gigi payung (ik) = 1 : 1. Hitung putaran
tuas indeks (nc) dan roda gigi pengubah untuk pembagian
tersebut.
Penyelesaian:
a. Menentukan angka pembagian yang ideal (Z’).
Z’ maksimal = 117 % x 51 = 59,67
Z’ minimal = 87 % x 51 = 44,37
Jadi Z’ dapat dipilih diantara angka 44,37 sampai dengan 59,67.
Pemilihan angka pembagian Z’ disesuaikan sedemikian rupa
sehingga cocok dengan jumlah lubang yang tersedia pada pelat
indeks. Dalam hal ini Z’ dipilih 45, (Z’ = 45).
b. Menghitung jumlah putaran tuas indeks (nc).
i 40 8 16
nc nc nc nc
Z' 45 9 18. Ini berarti 16 jarak lubang
pada pelat indeks 18. Jadi tidak sampai satu putaran penuh.
Pada tabel 3.2 diatas pelat indeks dengan jumlah lubang 18
POLBAN
adalah pelat indeks nomor 1(satu).
i 16
R ik Z ' Z R 1 45 51
Z' 18
16 6 96 12 8 48 64
R R R R
18 18 63 24 24 ,
angka-angka tersebut adalah jumlah gigi dari roda gigi yang
disertakan bersama kepala pembagi.
Z1 Z 3
R
Z 2 Z4
dimana: Z1 = 48 gigi Z3 = 64 gigi
Z2 = 24 gigi Z4 = 24 gigi
Ini berarti Z1 menggerakkan Z2, Z2 dipasang satu poros dengan
Z3, Z3 menggerakkan Z4. Sumber gerakkan adalah Z1, oleh sebab
itu Z1 harus dipasang pada poros spindel benda kerja. Z4 adalah
roda gigi yang digerakkan, oleh sebab itu Z4 harus dipasang pada
poros roda gigi payung yang menggerakkan pelat indeks. Z2 dan
Z3 dipasang satu poros pada poros bantu. Untuk lebih jalasnya
lihat bab tentang pembagian differensial (gambar 3.7) pembagian
differensial.
POLBAN
DAFTAR PUSTAKA
Alois SCHONMETZ,dkk, (1977), “Pengerjaan Logam dengan Mesin”, edisi
bahasa Indonesia, Angkasa, Bandung.
CM Tools catalogo generale, (2006).
Fretz, Buergier, Urwyler, (1978), “Teknik bengkel 6”, Swiss project on
Politechnic for Mechanics, Politeknik Mekanik Swiss-ITB,
Bandung.
Gerling H., (1965), “All about machine tools”, Wiley easternlimited, New
Delhi.
Heinzler, dkk, (1992), “Tabellenbuch Metell”, Verlag Europa Lehrmttel.
POLBAN