Anda di halaman 1dari 55

 

DASAR-DASAR
 
 
 
 
 

PENGEFREISAN
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 

POLBAN
oleh:

PETRUS LONDA
LABORATORIUM PEMESINAN POLBAN PETRUS LONDA
 
 
 
 
 
KATA PENGANTAR
 
  Buku pelajaran freis ini merupakan salah satu buku pengantar untuk
 
 
memenuhi kebutuhan akan buku-buku di bidang teknik manufaktur
  khususnya praktek freis. Buku ini membahas hal-hal yang menyangkut
 
  mesin freis dan teknik pengefreisan serta alat-alat yang digunakan pada
 
  proses freis. Penguasan teknik pengefreisan yang memadai merupakan syarat
 
  mutlak yang harus di miliki oleh seseorang yang berkecimpung di bidang
 
teknik pemesinan.
 
  Buku ini dapat membimbing anda dalam bekerja dengan mesin milling atau
 
  freis, sehingga anda dapat menyelesaikan persoalan-persoalan yang di hadapi
 
  di dunia industri. Selain itu, buku ini juga dapat digunakan sebagai buku
 
  pegangan dalam menyampaikan materi pelajaran dasar-dasar pengefreisan
  mulai dari pendidikan kejuruan tingkat menengah, politeknik sampai pada
 
  tingkat perguruan tinggi.
 
  Penulis berharap agar buku yang di beri judul “DASAR-DASAR
 
PENGEFREISAN” ini dapat membantu mengatasi persoalan yang di hadapi
di tempat kerja anda masing-masing.

POLBAN
Akhir kata penulis mengucapkan terima kasih dan penghargaan yang
setinggi-tingginya atas kritik dan saran yang di berikan demi penyempurnaan
buku ini. Semoga “TUHAN MENYERTAI”.

Bandung, Desember 2013

Penulis,

ii
 
 
 
 
 
DAFTAR ISI
 
  KATA PENGANTAR .................................................................................... ii
 
 
DAFTAR ISI.................................................................................................. iii
 
  BAB 1. MESIN FREIS ................................................................................... 1
  A. Pengelompokan Mesin Freis. .............................................................. 1
 
  B. Jenis-jenis mesin freis yang sering digunakan. ................................... 2
 
  BAB 2. FREIS ................................................................................................ 7
 
  A. Gerakan-gerakan pada proses freis. .................................................... 7
 
B. Kemampuan Mesin. ............................................................................ 8
 
  C. Teknik Dasar Pemotongan Benda Kerja. ............................................ 9
 
  D. Metode Pemotongan.......................................................................... 10
  E. Alat Bantu pada Mesin Freis. ............................................................ 15
 
  F. Teknik penjepitan benda kerja. ......................................................... 24
 
 
G. Waktu Pemesinan di Mesin Freis. ..................................................... 27
  H. Alat Potong (Pisau Freis). ................................................................. 31
 
  BAB 3. KEPALA PEMBAGI....................................................................... 41
A. Kepala Pembagi Langsung. ............................................................... 41
B.
C. POLBAN
Kepala Pembagi Universal. ............................................................... 43
Jenis-jenis Pembagian. ...................................................................... 44
1. Pembagian Langsung. ................................................................... 44
2. Pembagian tidak langsung. ............................................................ 45
3. Pembagian Differensial. ................................................................ 48

iii
 
  BAB 1
  MESIN FREIS
 
  Mesin freis atau Milling machines ditemukan sekitar tahun 1818, oleh
 
 
Eli Whitney. Pada awal mulanya mesin freis digerakan secara manual,
  namun dengan perkembangannya hingga kini mesin freis telah dapat
  digerakan secara otomatis dengan tingkat ketelitian yang sangat tinggi.
  A. Pengelompokan Mesin Freis.
  Mesin freis dapat dikelompokan menjadi:
 
 
1. Dilihat dari posisi spindle, mesin freis dapat dibedakan menjadi:
  a. Mesin freis vertikal, sumbu pisau freis (cutter) tegak lurus
  terhadap meja mesin. Alat pemegang pisau freis disebut adaptor.
  Mesin freis ini cocok untuk produksi.
  b. Mesin freis horizontal, sumbu pisau freis (cutter) sejajar terhadap
 
 
meja mesin. Alat pemegang pisau freis dapat menggunakan
  adaptor atau arbor. Mesin freis ini juga cocok untuk produksi.
  2. Dilihat dari penggunaannya, mesin freis dapat dibedakan menjadi:
  a. Mesin freis penggunaan khusus, dapat digunakan untuk
  pemotongan roda gigi, cam, bentuk, gravier, copy.
 
b. Mesin freis penggunaan tunggal, mesin freis ini cocok untuk
 
  pekerjaan produksi. Memiliki sebuah meja kerja yang panjang,
  pada tipe bed gerakan meja hanya pada arah longitudinal
  sedangkan gerakan transverse dan vertikal dilakukan oleh spindle
  pisau freis. Pada tipe knee meja dapat digerakan dalam tiga arah,
  yaitu longitudinal, transverse dan vertical. Mesin freis
 
penggunaan tunggal disebut juga plain milling machine.
c. Mesin freis penggunaan umum, disebut juga mesin freis

POLBAN
universal. Mesin ini cocok digunakan untuk pendidikan karena
sifatnya yang sangat luwes dimana posisi spindle dapat vertikal,
horizontal dan menyudut serta meja mesin dapat dimiringkan
pada suatu sudut tertentu dalam posisi vertikal maupun
horizontal serta dapat memotong bentuk spiral. Mesin ini juga
sudah dilengkapi dengan alat pengontrol jarak gerakan meja
maupun jarak gerakan spindle utama.
d. Mesin centers, selain digunakan untuk milling, mesin ini dapat
digunakan untuk proses boring, reaming, tapping dan contour
dalam sekali set-up. Pergantian alat potong dapat secara otomatis
maupun manual.

LABORATORIUM PEMESINAN POLBAN PETRUS LONDA


 
  2
 
  3. Dilihat dari penempatan mejanya, maka mesin freis dapat dibedakan
 
 
menjadi:
  a. Mesin freis tipe bed, dimana meja mesin diletakan pada suatu
  alas yang kuat sehingga meja mampu menahan beban yang lebih
  berat. Pada tipe ini meja mesin tidak dapat digerakan pada arah
  vertikal, maja hanya dapat digerakan pada arah longitudinal dan
 
 
transverse sedangkan gerakan vertikal dilakukan oleh spindle
  mesin.
  b. Mesin freis tipe knee, dimana meja mesin digantungkan pada
  sebuah colum atau tiang. Mesin tipe ini tidak mampu menahan
  beban yang berat jika dibandingkan dengan tipe bed, akan tetapi
 
meja mesin dapat digerakan dalam tiga arah yaitu vertikal,
 
  horizontal dan transverse.
  4. Dilihat dari sumber gerakan untuk memproses benda kerja, maka
  mesin freis dapat dibedakan menjadi:
  a. Mesin freis konvensional (manual).
  b. Mesin freis semi otomatis
 
 
c. Mesin freis otomatis.
  B. Jenis-jenis mesin freis yang sering digunakan.
  1. Mesin Freis Horizontal.
  Mesin freis horizontal adalah
  mesin freis dengan spindle nose
 
 
yang dipasang horisontal. Mesin
jenis ini adalah mesin produksi.
Meja mesin dapat melakukan

POLBAN gerakan dalam tiga arah, yaitu


vertikal,
transverse.
longitudinal dan

Gambar 1.1. Mesin Freis Horizontal


Tipe Knee.

LABORATORIUM PEMESINAN POLBAN PETRUS LONDA


 
  3
 
  2. Mesin freis vertical tipe knee.
 
 
Mesin freis vertikal adalah
  mesin freis dengan spindle
  yang dipasang vertikal pada
  kepala mesin. Kepala mesin
  ini mungkin bertipe kepala
 
 
tetap, tipe kepala bergerak
  atau bertipe kepala yang bisa
  dimiringkan. Meja mesin
  freis vertikal dapat bertipe
  knee atau bertipe bed. Mesin
 
jenis ini adalah mesin
 
  produksi.
 
 
  Gambar 1.2. Mesin Freis Vertikal
  Tipe Knee.
 
 
  3. Mesin Freis Horizontal Tipe Bed.
 
 
  Meja mesin freis tipe bed
 
 
mampu menaha beban lebih
berat jika dibandingkan
dengan tipe knee, karena

POLBAN meja diletakan diatas alas


yang kuat. Meja tipe ini
hanya dapat digerakan pada
arah melintang atau
longitudinal, sedangkan
gerakan vertikal dan
transverse dilakukan oleh
spindle alat potong.

Gambar 1.3. Mesin Freis Horizontal Tipe Bed.

LABORATORIUM PEMESINAN POLBAN PETRUS LONDA


 
  4
 
  4. Mesin Freis Universal.
 
 
Mesin universal merupakan gabungan dari mesin freis vertikal dan
  mesin freis horizontal, karena posisi spindle utamanya dapat diubah
  menjadi vertikal maupun horizontal. Knee dapat bergerak keatas dan
  kebawah (naik-turun) pada colum, knee membawa slide silang dan
  meja dengan longitudinal slide. Mesin ini dapat digunakan untuk freis
 
 
muka, freis datar, freis spiral, pemotongan roda gigi pengeboran dan
  reaming, boring (peluasan), pembuatan celah dan lain-lain. Pemakanan
  dapat dihasilkan dengan tangan maupun otomatis.
  Pahat dapat dipasang pada spindle nose atau horizontal arbor. Kepala
  khusus dapat digunakan untuk freis vertikal dengan posisi sudut
 
tertentu. Pemakanan dan kecepatan spindle dapat dipilih dengan
 
  banyak ragam.
  Mesin freis universal demikian lengkap, sehingga meja dapat
  dimiringkan dalam arah horizontal serta dapat diganti.
 
 
  Pengatur
  Kepala gerakan
  mesin melintang
 
 
  Meja Tiang
  mesin
 

Pengatur
Pengatur
gerakan
vertikal
POLBAN gerakan
memanjang

Pengatur Switching
gerakan
otomatis

Pedal Dasar
otomatis
cepat
Gambar 1.4. Mesin Freis Universal.

LABORATORIUM PEMESINAN POLBAN PETRUS LONDA


 
  5
 
  Mesin freis universal memiliki peralatan pendukung, seperti:
 
 
a. Fixed angular table.
  Meja jenis ini di pasang
  langsung pada meja vertical
  dan di pegang dengan baut-
  baut serta pasak yang di
 
 
tempatkan pada alur yang
  berbentuk “T”.
 
 
 
  Pasak-pasak sejajar ini menjamin ketepatan kedudukan meja
  (alignment) dalam hubungannya dengan sumbu geometris dari mesin.
  Meja ini di buat untuk meletakan semua peralatan dari meja, seperti
  ragum, meja putar, kepala pembagi dan lain-lain.
 
 
b. Inclinable universal table.
  Cara pemasangan meja ini sama
  seperti memasang fixed angular table.
  Meja ini digunakan bila mengerjakan
  benda kerja yang memiliki sudut
 
 
tertentu dalam sekali pengerjaan.
  Sudut-sudut yang dapat di atur pada
  meja ini di antaranya:
 

 Arah mendatar ± 30o.

POLBAN
 Arah vertical
 Arah maju-mundur
c. Kepala spindle vertical.
± 45o.
± 30o.

Kepala spindle vertical dapat di atur


atau di miringkan dan di ikat pada
setiap sudut pada arah vertical,
posisinya di tunjukan dengan
tingkatan-tingkatan derajad. Alat ini
memungkinkan untuk memotong pada
Tingkat posisi vertikan dengan besar sudut
kemiringan tertentu.

LABORATORIUM PEMESINAN POLBAN PETRUS LONDA


 
  6
 
  d. Penahan arbor pisau freis.
 
 
Pada pengefreisan horizontal, ujung dari arbor pisau freis yang
  berputar di tahan oleh penahan. Penahan ini di pegang oleh dua
  lengan bergeser.
 
 
 
 
  Penahan
 
  Arbor
  pisau freis
 
  e. Alat pembuat celah (kepala hobbing).
  Alat ini dapat digunakan untuk pembuatan alur pasak pada roda gigi
  maupun pada benda lainnya. Alat ini di pasang pada spindle
 
 
horizontal pada mesin. Mekanisme dari alat ini yaitu mengubah
  putaran spindle menjadi gerakan naik turun (sliding ram).
 
 
 
 
 
 
 
 
Sliding ram

POLBAN
Benda kerja

LABORATORIUM PEMESINAN POLBAN PETRUS LONDA


 
  BAB 2
  FREIS
 
 
 
Freis atau milling adalah suatu proses pemberian bentuk dengan jalan
  menghilangkan atau pengambilan geram dari benda kerja dengan
  pertolongan alat potong (cutter) yang berputar dan mempunyai mata potong
  banyak maupun tunggal.
  A. Gerakan-gerakan pada proses freis.
 
 
Untuk dapat melaksanakan proses pemotongan benda kerja pada mesin
  freis maka diperlukan gerakan-gerakan sebagai berikut:
  1. Gerakan berputar, gerakan ini adalah gerakan utama yang
  dilakukan oleh alat potong (pisau freis), sambil memotong pisau
  freis atau cutter berputar pada sumbunya. Gerakan ini ditunjukan
 
dalam gambar 2.1.
 
  2. Gerakan pengikatan, untuk memungkinkan sisi potong pisau
  freis masuk kedalam benda kerja, maka benda kerja harus dijepit
  pada ragum atau pada meja mesin freis. Gerakan pengikatan ini
  ditunjukan dalam gambar 2.2.
 
 
 
 
 
 
 
 
 

POLBAN
Gambar 2.1. Gerakan Utama
(Pisau freis berputar) Gambar 2.2. Gerakan Pengikatan
(Benda kerja)

3. Gerakan pemakanan, benda kerja digerakan sepanjang daerah


yang akan dipotong. Gerakan pemakanan ini dalam bentuk gerak
lurus atau gerak melingkar. Gerakan ini dilakukan oleh benda
kerja. Gerakan pemekanan ini ditunjukan dalam gambar 2.3.

LABORATORIUM PEMESINAN POLBAN PETRUS LONDA


 
  8
 
 
  Gabungan dari ketiga
  gerakan tersebut
 
 
dinamakan gerakan
  pemotongan.
 
 
 
 
 
 
  Gambar 2.3. Gerakan Pemakanan (Benda Kerja).
 
  B. Kemampuan Mesin.
  Kemampuan mesin ditunjukan oleh tipe mesin dan batas kemampuan
  potong yang bisa dicapai. Pendekatan ke batas kemampuan ini adalah
 
 
keharusan ekonomis dan hanya bisa dilaksanakan oleh seorang yang
  mempunyai pengetahuan tentang teknik milling (freis). Untuk
  mendukung tujuan ini, maka diperlukan keharmonisan dari faktor-
  faktor yang mempengaruhinya, yaitu:
 
• Alat potong atau pisau freis, (bahan, ketajaman dan bentuk).
 
  • Benda kerja, (bahan dan bentuk).
  • Jumlah putaran (n):
  n = Jumlah putaran (putaran per menit).
  vc  1000
n
d vc = cutting velocity dari material (meter per

POLBAN menit).
d = diameter pisau freis (mm).

• Penampang geram (A):


A  a  ae . vf A = Penampang geram (mm3per menit).
a = Kedalaman pemotongan (mm).
ae = Lebar pemotongan (mm).
vf = feed velocity (mm per menit.
 Laju pembuangan geram (Q):
𝒂.𝒗𝒇 .𝒂𝒆
𝑸 = 𝟏𝟎𝟎𝟎

LABORATORIUM PEMESINAN POLBAN PETRUS LONDA


 
  9
 
 
 Feed velocity (kecepatan pemakanan):
 
  f = Kemampuan potong alat potong (mm per
  putaran).
  f  fz  Z fz = Kemampuan potong tiap mata potong (mm
  per mata potong).
 
Vf = f . n Z = Jumlah mata potong.
 
  Untuk pisau freis dengan jumlah mata potong (1, 2, 4), maka jumlah
  mata potongnya sama dengan setengah dari jumlah sesungguhnya.
  Masing-masing faktor diatas saling mempengaruhi dan anda dapat
  menentukannya jika anda memiliki pengetahuan dan pengelaman kerja
  yang cukup.
 
  C. Teknik Dasar Pemotongan Benda Kerja.
  Ada dua teknik dasar dalam pemotongan atau pengefreisan benda
  kerja, yaitu:
  • Teknik pemotongan atau pengefreisan sisi, sumbu pisau freis sejajar
  dengan permukaan benda kerja yang difreis. Pisau freis memotong
 
 
hanya dengan gigi-gigi pada bagian sisi dari bentuk silindris.
  Permukaan yang difreis dapat mendatar, tegak dan menyudut.
 
  Menyudut
 
  Tegak
  Mendatar
 

POLBAN
Gambar 2.4. Teknik Pengefreisan Sisi

• Teknik pemotongan atau pengefreisan muka, sumbu pisau freis


tegak lurus dengan permukaan benda kerja yang difreis. Gigi pisau
freis bagian sisi dan bagian muka keduanya memotong dengan
serentak. Permukaan yang difreis dapat mendatar, tegak dan
menyudut.

LABORATORIUM PEMESINAN POLBAN PETRUS LONDA


 
  10
 
  Tegak
  Mendatar Menyudut
 
 
 
 
 
 
 
Gambar 2.5. Teknik Pengefreisan Muka
 
  Dari teknik pengefreisan diatas, kita juga dapat mengefreis bentuk
  seperti bentuk radius, alur, profil roda gigi. Bentuk-bentuk tersebut
  sangat tergantung kepada bentuk alat potong yang digunakan.
 
D. Metode Pemotongan.
 
  Ada tiga metode dalam proses pemotongan benda kerja di mesin freis.
  Ketiga metode itu adalah:
  1 Pada pengefreisan sisi, seperti yang ditunjukan dalam gambar 2.6,
  benda kerja dapat difreis dengan metode pengefreisan searah atau
  dengan metode pengefreisan berlawanan arah dengan arah
 
 
putaran pisau freis.
  a. Metode Pengefreisan Searah:
  Metode pengefreisan searah, jika putaran pisau freis yang
  memotong searah dengan gerak maju benda kerja. Untuk
  pengefreisan sisi dengan sisi potong berbentuk “helical” aksi
 
 
pemotongan bekerja lebih halus dan permukaan yang
dihasilkan lebih halus. Metode pengfreisan searah ditunjukan
dalam gambar 2.6a. Posisi pemotongan seperti ini di sebut

POLBAN
juga down milling.

(a) (b)

Gambar 2.6. Pengefreisan sisi.

LABORATORIUM PEMESINAN POLBAN PETRUS LONDA


 
  11
 
  Gambar 2.6a menunjukan, aksi pemotongan diawali dengan
 
 
pemotongan yang lebih tebal dan ketebalan pemotongan berakhir
  pada permukaan yang diinginkan. Gaya potong yang terbesar
  terjadi pada permulaan pemotongan dan cenderung menekan
  benda kerja ke permukaan meja mesin sehingga benda kerja tidak
  bergetar. Metode ini dapat memotong benda kerja yang tipis.
 
 
Pada metode ini gaya potong cenderung untuk menarik gerakan
  laju meja mesin atau benda kerja, sehingga hal ini akan
  menimbulkan kecelakaan atau kerusakan pada spindel meja mesin
  akibat hentakan gaya potong yang berulang-ulang. Metode ini
  hanya boleh digunakan pada mesin-mesin yang tidak memiliki
 
kelonggaran pada spindel meja mesin atau pada mesin-mesin yang
 
  dilengkapi dengan alat pengatur kelonggaran spindel meja mesin
  (Backlash Eliminator).
  b. Metode Pengefreisan Berlawanan arah:
  Metode pengefreisan berlawanan arah, jika putaran pisau freis
  yang memotong berlawanan arah dengan gerakan maju benda
 
 
kerja. Metode ini dapat digunakan pada setiap jenis mesin
  freis. Untuk mendapatkan permukaan yang baik, meja mesin
  bergerak dalam kondisi yang normal.
  Gambar 2.6b di atas menunjukan, aksi pemotongan diawali
  dari permukaan yang diinginkan dan berakhir pada permukaan
 
 
benda kerja. Pada metode ini aksi pemotongan dimulai dengan
hanya menyentuh kemudian bertambah besar geramnya dan
gaya potong juga bertambah besar. Benda kerja cenderung

2.
POLBAN
terangkat oleh gaya potong, oleh karena itu penjepitan benda
kerja harus kuat. Posisi pemotongan seperti ini di sebut juga
up milling
Pada pengefreisan muka, aksi pemotongan digabung antara
metode pengefreisan searah dan metode pengefreisan berlawanan
arah. Metode ini disebut metode netral.
c. Metode Pengefreisan Netral:
Metode pengefreisan netral, dimana diameter pisau freis (d)
yang digunakan sama dengan lebar benda kerja (b). aksi
pemotongan dimulai dari pemotongan berlawanan arah
sampai ditengah benda kerja. Ketebalan geramnya dari nol
pada permulaan dan bertambah besar dengan tetap sampai

LABORATORIUM PEMESINAN POLBAN PETRUS LONDA


 
  12
 
  ditengah benda kerja. Pada tengah-tengah benda kerja aksi
 
 
pemotongan dimulai lagi dengan pemotongan searah,
  ketebalan geramnya mengecil dan berakhir dengan nol.
  Karena ketebalan geram yang berubah-ubah, maka gaya
  potong pun berubah-ubah. Untuk mencegah kejelekan dari
  gaya potong yang berubah-ubah akibat dari ketebalan geram
 
 
yang berubah-ubah, maka diameter pisau freis (d) harus
  diperbesar minimum 2/5 x lebar benda kerja, sehingga
  ketebalan geramnya akan lebih sama. Gambar 2.7
  memperlihatkan proses pengefreisan muka dengan metode
  netral, dimana diameter cutter (d) sama dengan lebar benda
 
kerja (b). Proses ini akan mengakibatkan gaya potong
 
  berubah-ubah.
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
  Gambar 2.7. Pengefreisan muka dengan. metode netral (d = b).
 
Dengan memperbesar diameter alat potong sebesar 7/5 x lebar benda kerja,
maka ketebalan geramnya akan lebih sama sehingga gaya potong akan lebih
stabil.
POLBAN

Gambar 2.8. Pengefreisan muka dg. metode netral (d = 7/5 x b).

LABORATORIUM PEMESINAN POLBAN PETRUS LONDA


 
  13
 
  Selain metode netral, pada pengefreisan muka kita juga dapat menggunakan
 
 
metode pemotongan searah atau berlawanan arah. Perhatikan gambar 2.9a
  dan gambar 2.9b.
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
  Gambar 2.9a. Pengefreisan Muka Gambar 2.9b. Pengefreisan Muka
  dengan Metode Berlawanan arah. dengan Metode Searah.
 
  Pada pengefreisan muka aksi pemotongan dilakukan oleh sisi potong cutter
 
 
dan mata potong cutter pada bagian muka secara serentak.
  Masing-masing metode pemotongan yang telah disampaikan di atas,
  memiliki keuntungan dan kerugian sebagai berikut:
  a. Metode pengefreisan berlawanan arah:
  Keuntungan:
 
 
Dapat dilaksanankan pada setiap mesin freis.
Kerugian:
Pada pengefreisan sisi, sebelum sisi potong memotong benda

POLBAN
kerja, ia terlebih dahulu bergesekan dengan permukaan benda
kerja dan menyeret geram kedalam putarannya. Jika pendinginan
tidak sempuranah, maka pisau freis akan lebih cepat tumpul.
Sebanding dengan meningkatnya ketebalan geram, maka gaya
potong akan meningkat. Ketika mata potong meninggalkan
benda kerja dengan tiba-tiba gaya potong menurun menjadi nol,
perhatikan gambar 2.6b di atas. Hentakan ini terjadi berulang-
ulang pada setiap gigi dan akan menimbulkan getaran sehingga
permukaan benda kerja menjadi kasar.
Untuk mengatasi kerugian ini maka pada ketebalan pemotongan
yang dalam gunakan pisau freis yang giginya berdekatan dan
laju meja mesin diperlambat.

LABORATORIUM PEMESINAN POLBAN PETRUS LONDA


 
  14
 
  b. Metode pengefreisan searah:
 
 
Keuntungan:
  Pada pengefreisan sisi tidak terjadi getaran karena gaya potong
  menekan benda kerja ke arah meja mesin, perhatikan gambar 9.
  Karena tidak terjadi getaran maka permukaan benda kerja akan
  lebih halus.
 
 
Metode ini dapat memotong benda kerja yang tipis karena pada
  metode ini tidak terjadi getaran.
  Kerugian:
  Metode ini tidak dapat digunakan pada setiap mesin freis. Hanya
  mesin-mesin yang dilengkapi dengan alat pengatur kelonggaran
 
spindel meja mesin atau mesin-mesin yang tidak memiliki
 
  kelonggaran pada spindel meja yang dapat menggunakan metode
  ini.
  Jika metode ini digunakan pada mesin yang memiliki
  kelonggaran spindel meja, maka gaya potong akan menarik meja
  mesin sehingga ulir pada poros pembawa meja yang sedang
 
 
menempel atau mendorong ulir pada meja mesin akan terbawa
  oleh gaya potong. Hal ini akan terjadi berulang-ulang selama
  proses pemotongan dan akan mengakibatkan laju meja tidak
  stabil, benda kerja akan ditarik masuk kedalam putaran pisau
  freis sehingga pisau freis patah bahkan terjadi kerusakan pada
 
 
ulir poros pembawa meja mesin. Gmbar 2.10 menunjukan
kejadian tersebut.

POLBAN

Gambar 2.10. Penggunaan metode searah pada mesin freis yang memiliki
kelonggaran pada spindel meja.

LABORATORIUM PEMESINAN POLBAN PETRUS LONDA


 
  15
 
  E. Alat Bantu pada Mesin Freis.
 
 
Mesin freis biasanya dilengkapi dengan alat bantu, baik alat bantu yang
  digunakan untuk menjepit atau mencekam benda kerja maupun alat
  bantu yang digunakan untuk menjepit atau mencekam alat potong.
  1. Alat bantu untuk menjepit alat potong.
  Alat bantu untuk menjepit alat potong pada mesin freis adalah:
 
 
adaptor cutter, adaptor collet, adaptor sarung pengurang, arbor,
  sarung pengurang, chuck bor dan lain-lain seperti kepala pelebar
  lubang yang biasa disebut boring head dan peralatan pembuatan
  celah.
  a. Adaptor cutter, adaptor cutter terdiri dari adaptor cutter
 
dengan spi atau pasak memanjang dan adaptor cutter
 
  dengan ring pemutar.
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
  Gambar 2.11. Adaptor cutter.
 

Adaptor pisau freis atau cutter ini digunakan untuk memegang


face nilling cuttres, slotting cutters dan profile cutters yang

POLBAN
dilengkapi dengan lubang silindris. Adaptor pisau freis dengan
ring pemutar digunakan untuk memegang cutter yang memiliki
dua alur pada bagian belakangnya dan baut pengunci menahan
pisau freis pada arah aksial. Sedangkan adaptor pisau freis
dengan pasak memanjang digunakan untuk memegang pisau
freis yang memiliki alur spi pada lubangnya. Adaptor jenis ini
dapat menggunakan ring perantara pada bagian belakang cutter.

LABORATORIUM PEMESINAN POLBAN PETRUS LONDA


 
  16
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
  Gambar 2.12. Adaptor collet.
 
  b Adaptor collet, collet dan pisau freis dengan tangkai
 
silindris diikat oleh mur pada ujung muka adaptor, dan
 
  adaptor collet diikat melewati spindle nose oleh draw-bar.
  Adaptor collet ini dibuat khusus untuk collet-collet yang
  bertipe: ISO-Biconical collet, collet tipe ES 32 dan untuk
  collet W 20.
  Pemasangan dan penggantian collet dapat dilihat pada
 
 
gambar berikut:
 
 
 
 

POLBAN Gambar 2.13. Pemasangan collet.

Collet dimasukan kedalam mur pengikat collet dengan arah


dan cara pemasukan seperti terlihat pada gambar 2.13.
Kedudukan ujung tirus collet akan disangga oleh mur
pengikat pada tirus bagian dalam dan alur collet pada arah
melingkar harus masuk pada pengait. Setelah kedudukan
collet tegak lurus pada sumbu vertikal barulah mur collet

LABORATORIUM PEMESINAN POLBAN PETRUS LONDA


 
  17
 
  dipasang pada adaptor collet dan pisau freis dimasukan ke
 
 
dalam lubang collet dan dikencangkan dangan kunci kait.
  Untuk membuka collet, longgarkan mur pengikat collet
  sehingga mur pengikat akan menarik collet melalui pengait
  dan pisau freis dapat dilepas dari lubang collet. Tekan
  dengan jari pada bidang muka collet (arah membuka) dan
 
 
collet akan terlepas dari dudukannya.
  c Adaptor sarung pengurang, adaptor sarung pengurang
  ada dua jenis yaitu: jenis dengan baut differensial dan jenis
  dengan sekerup pemberhenti.
  1 Adaptor dengan sekerup pemberhenti:
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
  Gambar 2.14. Adaptor dengan sekerup pemberhenti.
 
  Pisau freis dengan tangkai tirus dipasangkan ke
  dalam lubang konis dengan menggunakan baut inbus
 
dan dikencangkan dengan kunci “L”. Sekerup
pemberhenti berfungsi untuk menahan gerak mundur
baut inbus ketika membuka pisau freis.

POLBAN
2. Adaptor dengan baut differensial:

Gambar 2.15. Adaptor dengan baut differensial.

Pemasangan dan pelepasan pisau freis kedalam adaptor


dengan baut differensial adalah sebagai berikut:
LABORATORIUM PEMESINAN POLBAN PETRUS LONDA
 
  18
 
  a. Mula-mula pasang baut differensial ke dalam
 
 
adaptor dengan kunci “L”.
  b. Tentukan kedudukan pengikatan ± 12 mm (baut
  differensial muncul kedalam lubang tirus adaptor
  ±12 mm).
  c. Sekerupkan pisau freis dengan tangkai tirus
 
 
kedalam baut differensial dengan tangan.
  d. Kencangkan pisau freis dengan memutar baut
  differensial dengan kunci “L” dengan arah
  berlawanan arah jarum jam.
  e. Sedangkan untuk melepas pisau freis putar baut
 
differensial searah jarum jam.
 
 
  d. Arbor, arbor digunakan untuk mencekam pisau freis rata
  dan pisau freis untuk slot. Pisau freis dimasukan pada arbor
  diantara ring perantara. Arbor ada yang menggunakan
  “spigot” atau alur pasak dan ada yang tidak menggunakan
 
 
alur pasak. Arbor dengan spigot, pemasangannya
  menggunakan pasak memanjang (spi). Pasak memanjang
  dipasang pada arbor dan masuk kedalam alur pasak pada
  pisau freis. Ukuran standard diameter arbor adalah: 13 mm,
  16 mm, 22 mm, 27 mm, 32 mm dan 40 mm.
 
 

POLBAN
Gambar 2.16. Arbor dengan “bearing bush”.

Pemasangan dan pelepasan arbor maupun adaptor terhadap


spindle nose memerlukan perhatian khusus dalam setiap
pekerjaan. Spindle nose dan tangkai konis dari adaptor maupun
arbor harus dibersihkan untuk mencegah kerusakan dari bagian-
bagian yang saling kontak.

LABORATORIUM PEMESINAN POLBAN PETRUS LONDA


 
  19
 
  Pemasangan dan pelepasan adaptor:
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
  Gambar 2.17. Pemasangan dan pelepasan adaptor
 
  Tangkai konis dipegang oleh spindle nose dan diikat dengan
  draw-bar. Sebelum memasukan adaptor ke dalam spindle nose,
 
 
tangkai konis adaptor dan lubang konis spindle nose harus
  dibersihkan dengan tangan untuk mencegah kerusakan. Setelah
  yakin, adaptor dimasukan ke dalam spindle nose dan diikat
  dengan draw-bar, putar draw-bar searah jarum jam dan
  kencangkan dengan kunci secukupnya. Sedangkan untuk
 
 
membukanya, putar draw-bar berlawanan arah jarum jam kurang
lebih satu putaran atau perhatikan jarak antara kepala draw-bar
dengan spindle nose kurang lebih 2 mm (perhatikan gambar

POLBAN
2.17). Setelah ada jarak tersebut ketuklah dengan palu plastik
sehingga adaptor terasa longgar, lanjutkan dengan putaran tangan
sampai lepas. Ada spindle nose mesin freis yang sistem
pembukaan adaptornya tidak perlu diketuk dengan palu plastik
melainkan hanya diputar dengan kunci sampai draw bar
mendorong adaptor dan terasa longgar.

LABORATORIUM PEMESINAN POLBAN PETRUS LONDA


 
  20
 
 
 
 
Pemasangan dan pelepasan arbor.
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
Gambar 2.18. Pemasangan arbor.
 
 
  1. Hal-hal yang perlu diperhatikan waktu pemasangan arbor:
  a. Permukaan konis dan ring perantara harus benar-benar
  bersih.
  b. Spi pada arbor (jika arbor menggunakan spi) harus masuk
 
 
kedalam pisau freis.
  c. Pisau freis rata dipasang sedemikian rupa sehingga gaya
  yang terjadi (Thrust) menuju ke spindle nose.
  d. Pisau freis harus diletakan sedekat mungkin dengan
  tumpuan (jarak X) agar arbor tidak bengkok akibat gaya
potong.
e. Antara mur pengunci dan “bearing support” (penyangga)

POLBAN
jaraknya ± 2 mm untuk menghindari gesekan.
f. Penyangga harus diberi oli sesudah pemasangan arbor.
g. Draw-bar dan mur arbor harus benar-benar terikat kuat.
h. Waktu mengencangkan mur pengunci, arbor harus
disangga oleh penyangga.
2. Hal-hal yang perlu diperhatikan waktu melepas arbor:
a. Kendorkan terlebih dahulu mur pengunci.
b. Lepas penyangga dengan membuka baut-baut pengunci.
c. Keluarkan cutter dari arbor dengan meleps terlebih
dahulu ring-ring perantara.
d. Lepaskan arbor dari spindle nose dengan jalan, kendorkan
draw-bar kira-kira satu putaran atau perhatikan jarak 2
LABORATORIUM PEMESINAN POLBAN PETRUS LONDA
 
  21
 
  mm seperti pada gambar 2.17, kemudian ketuk draw-bar
 
 
dengan palu plasti sehingga draw-bar terasa longgar
  kemudian lanjutkan putaran dengan tangan sampai lepas.
  e. Sarung pengurang.
  Sarung pengurang digunakan untuk pemasangan pisau freis
  yang bertangkai konis maupun silindris dimana lubang
 
 
spindle nose-nya lebih besar dari tangkai pisau freis. Untuk
  yang bertangkai konis dapat langsung dipasang dengan
  bantuan sarung pengurang, sedangkan yang bertangkai
  silindris harus menggunakan collet.
  Pisau freis bertangkai silindris dimasukan kedalam collet
 
dan collet dipegang oleh sarung pengurang, kemudian
 
  dimasukan ke dalam spindle nose. Collet ditarik oleh draw-
  bar melewati spindle nose bersama-sama dengan sarung
  pengurang sampai pisau freis terjepit dengan kuat.
  Perhatikan gambar 2.19.
  Sedangkan pada pisau freis dengan tangkai konis teknik
 
 
pemasangannya ada yang menggunakan baut pengencang
  dan ada yang menggunakan baut penyambung. Perhatikan
  gambar 2.20 dan gambar 2.21.
 
 
 
 

POLBAN
Gambar 2.19. Pemasangan sarung pengurang collet.

LABORATORIUM PEMESINAN POLBAN PETRUS LONDA


 
  22
 
  Untuk pemasangan pisau freis dengan tangkai konis pada mesin freis dengan
 
 
lubang spindle nose yang lebih besar dari tangkai pisau freis, maka
  digunakan sarung pengurang. Pisau freis dipegang oleh baut penyambung
  melewati sarung pengurang.
  Sarung pengurang dimasukan ke
  dalam spindle nose, kemudian
 
 
ditarik oleh draw-bar melalui baut
  penyambung sampai benar-benar
  terkunci. Hal penting yang perlu
  diperhatikan pada teknik
  pemasangan ini adalah jarak antara
 
baut penyambung dengan sarung
 
  pengurang harus minimal 2 mm
  untuk mempermudah proses
  pelapasan pisau freis dari sarung
  pengurang. Perhatikan gambar
  2.20.
 
  Gambar 2.20. Pemasangan dengan baut
  penyambung.
 
  Pada teknik pemasangan dengan
  baut pengencangan, pisau freis
 
 
ditarik dengan baut pengencang
kedalam sarung pengurang.
Kemudian sarung pengurang

POLBAN dimasukan kedalam spindle nose


dan dijepit dengan pelat penguat
pada bagian muka spindle nose
dan dikunci dengan baut-baut
pengunci. Teknik pemasangan
ini hanya terdapat pada beberapa
mesin freis universal. Perhatikan
gambar 2.21.

Gambar 2.21. Pemasangan dengan


f. Kepala
bautHobbing.
pengencang.

LABORATORIUM PEMESINAN POLBAN PETRUS LONDA


 
  23
 
  Mesin freis universal dapat dipasang dengan suatu alat yang
 
 
dinamakan kepala hobbing. Alat ini memungkinkan kita untuk membuat
  celah-celah dan gigi-gigi dalam, macam-macam bentuk dalam lubang dan
  profil-profil luar. Alat ini berpasangan dengan kepala horisontal yang sama
  seperti kepala freis vertikal.
  Ada juga mesin hobbing khusus yang juga digunakan untuk
 
 
pekerjaan-pekerjaan hobbing.
  Prinsip Kerja kepala Hobbing:
  Prinsip kerjanya sama seperti pada mesin sekerap, pahat bergerak naik-turun
  yang dilakukan oleh poros engkol. Arah gerakan (langkah) biasanya vertikal
  terhadap meja, tetapi kepalanya dapat dimiringkan sesuai dengan besar sudut
 
yang tersedia. Dibagian muka ada dua buah baut inbus untuk pencekaman
 
  pahat dan dua baut untuk mengatur kemiringan pahat.
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 

POLBAN
Gambar 2.22. Kepala hobbing.

Pengaturan Langkah Pahat.


Pengaturan panjang langkah (L) dari peralatan hobbing adalah sebagai
berikut:

LABORATORIUM PEMESINAN POLBAN PETRUS LONDA


 
  24
 
  1. Putar spindel dari kepala horisontal mesin freis sampai baut
 
 
penyetel tampak pada jendela bawah.
  2. Kendorkan baut pengunci (b) setengah putaran berlawanan arah
  jarum jam.
  3. Atur panjang langkah dengan baut (a) sambil melihat pada skala.
  4. Kencangkan kembali baut pengunci (b) sekuat mungkin, putar
 
 
searah jarum jam.
  Perhatian:Jangan jalankan mesin sebelum langkah percobaan dengan
  tangan untuk mengetahui betul tidaknya penyetelan (atur alat potong pada
  posisi terrendah).
  Pahat Potong:
 
Pahat potong pada peralatan hobbing, bentuknya disesuaikan dengan bentuk
 
  profil benda kerja yang dihasilkan. Sudut-sudut buang dan kebebasan serta
  kecepatan potongnya sama seperti yang digunakan pada mesin sekerap
  (mesin ketam).
  Peralatan ini biasa digunakan untuk membuat alur spi, roda gigi dalam dan
  lain-lain.
 
 
  F. Teknik penjepitan benda kerja.
  Teknik penjepitan benda kerja pada mesin freis dapat dilakukan
  dengan menggunakan alat bantu sebagai berikut:
  1. Benda kerja dapat di jepit dengan menggunakan ragum
 
 
mesin.
Ragum mesin digunakan untuk menjepit benda kerja dengan ukuran
tertentu. Benda kerja di

POLBAN Spanner
letakan di antara rahang
ragum kemudian di jepit
dengan jalan memutar
poros ulir dengan
menggunakan spanner,
sambil mengencangkan
benda kerja di ketok
dengan palu plastik
sehinggan rapat dengan
permukaan ragum bagian
bawah. Jika benda kerja
Gambar 2.23. Ragum mesin. kurang tinggi, bagian

LABORATORIUM PEMESINAN POLBAN PETRUS LONDA


 
  25
 
  bawah benda kerja di alas
 
 
dengan parallel pad. Benda
  kerja dan parallel pad
  harus rapat dan untuk
  menjamin kekuatan
  penjepitan spanner di
 
 
ketok dengan palu plastik.
  Pada ragum momen di
  lengkapi dengan hydra
  booster system untuk
  Hydra booster penjepitan maksimum
 
dengan gaya penjepitan
  Gambar 2.24. Ragum momen minimum.
 
 
  2. Benda kerja dapat di jepit pada meja putar dengan menggunakan
  pencekam tiga rahang atau langsung pada meja putar. Gambar 2.25
  berikut ini memperlihatkan meja putar yang di lengkapi denga chuk
 
 
tiga rahang untuk menjepit benda kerja. Peralatan ini digunakan
  untuk membuat benda kerja yang melingkar seperti alur “T”, atau
  bentuk melingkar lainnya. Pada bagian yang melingkar di bagi
  dalam derajad dan satuan noniusnya untuk ketelitian pembacaan
  sampai dengan satu menit.
 
 

POLBAN
Gambar 2.25. Meja putar (rotary table).

LABORATORIUM PEMESINAN POLBAN PETRUS LONDA


 
  26
 
  3. Benda kerja dapat di jepit pada kepala pembagi dengan
 
 
menggunakan kolet atau pencekam tiga rahang. (Benda kerja yang
  dijepit menggunakan kolet permukaannya harus baik atau yang
  sudah melalui proses gerinda).
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
  Gambar 2.27. Adjustable
  tailstock.
  Gambar 2.26. Universal dividing head.
 
 
  Kepala pembagi universal di lengkapi dengan chuk penjepit dan pelat
  pembagi. Untuk menjepit benda kerja yang panjang, pada ujung yang
  lainnya harus di sangga dengan penyangga (tailstock).
  4. Benda kerja dapat langsung dijepit pada meja mesin dengan
 
 
menggunakan klem dan blok bertingkat.

POLBAN Benda
kerja

Klem

Blok
bertingkat

Gambar 2.28. Penjepitan benda kerja dengan klem.

LABORATORIUM PEMESINAN POLBAN PETRUS LONDA


 
  27
 
  G. Waktu Pemesinan di Mesin Freis.
 
 
Waktu pemesinan pada proses freis dapat dihitung dengan
  menggunakan rumus-rumus sebagai berikut:
𝐿 .𝑖
  Waktu pemesinan (th): .𝑡ℎ = 𝑉 … … … . menit
  𝑓
 
  L = la + lu + l1 ............... mm.
  Vf = f . n ........... mm/menit.
  L = panjang langkah.
  la = panjang langkah awal.
  lu = panjang langkah akhir.
 
 
i = jumlah pemotongan dalam satu permukaan.
  l1 (l) = panjang benda kerja.
  Kecepatan penghasilan geram (V):
  𝑎 .𝑏 .𝑉
 
𝑉 = 1000 𝑓 … … … . cm3 /menit, atau V = V’ . P
  V = Kecepatan penghasilan geram (cm3/menit).
 
 
 
 
 
 
 
 
 

POLBAN

LABORATORIUM PEMESINAN POLBAN PETRUS LONDA


 
 
 
 
  28
 
 
V’ = Kecepatan penghasilan geram yang diijinkan (cm3/kW menit). Lihat tabel 2.1.
 
 
P = Daya (kW).  
a = Kedalaman pemotongan (mm).
 
 
b = Lebar pemotongan (mm).
 
 
Tabel 2.1: Kecepatan penghasilan geram yang diijinkan (V’).
 
 
Kecepatan penghasilan geram yang diijinkan V’ (cm3/kW menit)
 
 
 
Posisi pengefreisan Analloyed steel
  Alloyed steel Alloyed steel Cast iron Brass and Light
35 ..... 60
 
  60 ..... 80 ..... 100 medium red brass metel
kg/mm2
 
 
kg/mm2 kg/mm2 hard
 
 

Datar 12 10 8 22 30 80
 
 
 
Tegak  
 
15 12 10 28 40 75

POLBAN

LABORATORIUM PEMESINAN POLBAN PETRUS LONDA


 
  29
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
  Gambar 2.23. Kedalaman pemotongan (a)
  dan lebar pemotongan (b).
 
 
 
 
 
  L
 
 
  n
 
d

POLBAN
a

Vf

ls lu l la ls

Gambar 2.24. Panjang langkah (L).

LABORATORIUM PEMESINAN POLBAN PETRUS LONDA


 
 
 
 
30
 
Tabel 2.2. Referensi Kecepatan potong  
  (vc) dan Kecepatan pemakanan (Vf).
Cylindrical milling
  Shell end mill Side milling cutter End milling cutter Inserted blade cutter Slitting Saw
 
cutter (datar)
 
 
Bahan b = 100 mm b = 70 mm b = 20 mm b = 25 mm b = 100 mm b = 2.5 mm
 
Material Roughing Finishing
  Roughing Finishing Roughing Finishing Roughing Finishing Roughing Finishing Roughing Finishing
a  = 0.5 a = 0.5 a = 0.5 a = 0.5 a = 10
 
a = 5 mm  
mm a = 5 mm mm a = 10 mm a = 5 mm mm a = 5 mm mm mm
vc Vf vc  Vf vc Vf vc Vf vc Vf vc Vf vc Vf vc Vf vc Vf vc Vf vc Vf vc Vf
 
Carbon steel
17 100 22  60 17 100 22 70 18 100 22 40 17 50 22 120 20 20 30 50 45 40
 
up to 65 kg/mm²
 
Alloy steel annealed  
14 80 18  50 14 90 18 55 14 80 18 30 15 40 19 100 16 65 23 40 35 40
up to 75 kg/mm²  
Alloy steel tempered  
10 50 14  36 10 55 14 42 12 50 14 25 13 20 17 65 14 36 18 30 25 30
up to 100 kg/mm²  
 
Cast iron
12 120 18  60 12 140 18 70 14 120 18 40 15 60 19 120 15 100 24 90 35 50
up to 180 Brinell  
 
Brass (Ms 58) 35 70 35 50 36 190 55 150 36 150 55 75 35 80 55 120 50 200 60 120 350 200
Light metel 200 200 250 100 200 250 250 110 200 200 250 100 160 90 180 120 250 250 300 90 320 280

POLBAN

LABORATORIUM PEMESINAN POLBAN PETRUS LONDA


 
  31
 
  H. Alat Potong (Pisau Freis).
 
 
  1. Plain cutter.
  a. Pisau freis silindris: Tipe H (Keras), Tipe N (Normal) dan
  Tipe W (Lunak).
  b. Shell End Mill.
 
 
c. Face mill.
  d. Carbide tipped.
  e Side and Face mill.
 
  2. Pisau Freis celah.
 
a. Gergaji bulat.
 
  b. Pisau freis celah cakra.
  c. Pisau freis gigi silang.
  d. Pisau freis alur.
 
  3. Pisau Freis bentuk.
 
 
a. Pisau freis sudut.
  b. Pisau freis radius.
  c. Pisau freis modul.
  d. Pisau freis hobbing.
  4. Pisau freis jari (end milling cutter).
 
 
1. Plain milling cutter.
a. Pisau freis silindris.

POLBAN Pisau freis silindris digunakan pada


pengefreisan horizontal pada suatu permukaan
yang datar. Pisau freis ini mempunyai gigi-gigi
spiral pada bagian yang melingkar (silindris).
Berdasarkan bahan yang akan di potong, pisau
freis ini di badakan menjadi tiga macam
menurut DIN 1836, yaitu tipe N, tipe H dan
tipe W. Sudut spiral, kisar gigi dan sudut
potongnya berbeda-beda dari ke tiga tipe
tersebut. Sama seperti pada pisau freis shell end
mill dan fase mill.

LABORATORIUM PEMESINAN POLBAN PETRUS LONDA


 
  32
 
  Tipe H (keras).
 
 
Pisau freis tipe ini
  digunakan untuk
  memotong material yang
  ulet sampai 100 kp mm-2.
  Sudut potongnya besar
 
 
(85o), kisarnya kecil (sama
  dengan jumlah giginya.
 
  Sudut spiralnya ± 25o, sudut bebasnya 4o, sudut buang 5o, sudut baji
  81o dan pemakanan kecil untuk tiap-tiap giginya.
 
Tipe N (normal).
 
  Pisau freis tipe ini
  digunakan untuk
  memotong baja biasa
  sampai 70 kp mm-2. Sudut
  potongnya tidak begitu
 
 
besar (80o) dan kisarnya
  tidak begitu besar, alurnya
  juga tidak begitu besar.
  Sudut spiralnya ± 30o, sudut bebasnya 5o, sudut buang 10o, sudut
  bajinya 75o dan pemakanan sedikit lebih besar untuk tiap-tiap giginya.
 
 
Tipe W (lunak).
Pisau freis tipe ini digunakan untuk memotong bahan yang lunak

POLBAN
(seperti aluminium). Sudut potongnya kecil (36o), kisarnya besar
(alurnya juga besar). Sudut spiral 35o, sudut bebasnya 8o, sudut buang
28o, sudut bajinya 54o dan pemakanan besar untuk tiap-tiap giginya.

LABORATORIUM PEMESINAN POLBAN PETRUS LONDA


 
  33
 
  b. Shell End mill cutter.
 
 
Cutter ini sisi potongnya terdapat pada
  salah satu bagian muka dan bagian
  melingkarnya. Ke dua bagian sisi potong
  ini terutama digunakan pada pengefreisan
  dua permukaan yang saling tegak lurus.
 
 
  Pisau freis ini lebih panjang di bandingkan diameternya. Pada
  penggunaannya pisau freis ini di pasang pada adaptor pisau freis.
  Shell End mill cutter ini dapat di bedakan menjadi face mill cutter,
  carbide tipped face mill dan side and face mill.
 
c. Face mill cutter.
 
  Face mill cutter digunakan untuk
  mengefreis dengan kedalaman yang tidak
  terlalu besar. Pisau freis ini pendek dan
  mempunyai gigi pemotong pada salah
  satu mukanya dan pada bagian
 
 
melingkarnya. Cutter ini sama seperti
  shell end mill cutter hanya dia lebih
  pendek.
  d. Side and face mill.
  Side and face mill cutter digunakan untuk mengefreis pengasaran
 
 
dengan volume geram yang besar atau bila permukaan yang di
kehendaki kasar.

POLBAN Face mill untuk pengasaran di lengkapi dengan


alur-alur berbentuk ulir pada bagian
melingkarnya yang berfungsi untuk memutus
geram. Kisar dari alur-alur yang berbentuk ulir
tersebut di sesuaikan dengan bahan yang akan
di freis. Gigi-gigi dan alurnya saling memotong
untuk menghindari beban potong yang
berlebihan.

Bentuk gigi-gigi pemutus geram.

LABORATORIUM PEMESINAN POLBAN PETRUS LONDA


 
  34
 
  e. Carbide tipped face mill
 
 
Untuk diameter yang besar gigi-
  gigi-nya dari mata potong (tip) HSS
  atau carbide yang di buat khusus
  dan di pasang pada baja yang ulet
  dan di ikat dengan sekerup. Mata
 
 
potong HSS atau carbide
  memotong hanya pada ujung-
  carbide ujung-nya saja.
 
  2 Pisau freis celah.
 
Pisau freis ini fungsi utamanya adalah untuk membuat celah dengan
 
  berbagai ukuran. Pisau freis ini terdiri dari beberapa tipe seperti di
  perlihatkan dalam gambar-gambar berikut ini.
  a. Circular blade (pisau freis gergaji bulat).
  Pisau freis ini mempunyai gigi-gigi pada bagian melingkarnya.
  Sisi-sisinya di gerinda concave untuk mencegah bergesernya
 
 
bidang yang telah di potong dengan sisi gergaji bulat. Gergaji ini
  digunakan untuk memotong atau membuat celah yang kecil
  (sampai dengan 2 mm) seperti celah pada kepala baut.
  Pemasangan daun gergaji ini harus benar-
  benar di perhatikan karena gergaji bulat
 
 
tidak mempunyai alur spi, arah putaran
gergaji bulat harus berlawanan arah
dengan arah penencangan mur pada

POLBAN arbor.

b. Side milling cutter (pisau freis gigi silang).


Pisau freis gigi silang mempunyai gigi-gigi
pada bagian yang melingkar dan pada bagian
sisi-sisinya. Sisi potongnya di arahkan ke
kanan dan kekiri (berselang-seling). Pisau freis
ini sangat cocok untuk mengefreis celah yang
dalam.
Untuk baja: gigi-nya kecil dan sudut helix 15o.

LABORATORIUM PEMESINAN POLBAN PETRUS LONDA


 
  35
 
  Untuk logam yang lunak: gigi-nya besar dan
sudut helix 15o.
 
 
  Pisau freis ini mempunyai alur spi untuk
  menjamin pisau freis tidak slip ketika
  memotong benda kerja.
 
 
 
c. Pisau freis cakra.
  Pisau freis celah biasanya mempunyai gigi
  yang lurus. Pisau freis ini digunakan pada
  pengefreisan celah yang tidak begitu dalam dan
  tebal dari pisau freis sampai 30 mm. Sisi-sisi
 
dari pisau freis ini mempunyai lekukan untuk
 
  mencegah pergeseran dengan benda kerja yang
  telah terbentuk alurnya.
 
  d. “T”-slot (pisau freis alur “T”).
  Pisau freis alur “T” mempunyai
 
 
gigi lurus atau gigi silang pada
  bagian melingkarnya dan pada ke
  dua sisi-nya. Pisau freis ini
  digunakan untuk mengefreis alur
  yang berbentuk “T”.
 
 

POLBAN
Sebelum mengefreis bentuk “T”, celah tegak lurusnya harus di
freis terlebih dahulu dengan pisau freis jari (end milling cutter)
atau dengan pisau freis side milling cutter.

e. Pisau freis alur melingkar.


Pisau freis ini di buat untuk
mengefreis alur setengah lingkaran
pada poros, biasanya di pakai untuk
pasak benam cakra.

LABORATORIUM PEMESINAN POLBAN PETRUS LONDA


 
  36
 
  Pisau freis yang kecil biasanya mempunyai gigi-gigi hanya pada
 
 
bagian melingkarnya. Pisau freis yang besar gigi-gigi-nya selain
  pada bagian melingkar juga terdapat pada ke dua sisinya.
 
  3. Pisau freis bentuk.
  a. Pisau freis roda gigi (pisau freis modul).
 
 
Pisau freis roda gigi berbentuk “relieved
  cutter” atau “backed off cutter”. Pisau freis
  jenis ini digunakan untuk memotong celah di
  antara gigi-gigi satu demi satu. Pisau freis
  roda gigi (pisau freis bentuk) di gerinda hanya
 
pada permukaan sisi potongnya supaya tidak
 
  mengubah bentuk dari pisau freis tersebut.
 
 
  Bentuk dari alur-alur giginya berubah untuk setiap perbedaan
  jumlah gigi dalam batas tertentu untuk kisar yang sama. Pisau freis
 
 
roda gigi dalam satu set-nya terdapat 8 buah atau 15 buah. Tabel
  2.3 berikut ini menunjukan pisau freis “involute” 8 buah dalam
  satu set.
 
  Tabel 2.3: Daftar pisau freis dalam satu set.
 
 
No. pisau 1 2 3 4 5 6 7 8
freis
Jumlah 12-13 14-16 17- 21- 26- 35- 55- 135-
gigi
POLBAN 20 25 34 54 134

Ukuran dari pisau freis (module, diameteral pitch) juga di tunjukan. Menurut
ukuran yang umum digunakan:
Module (m): 0,5; 0,75; 1; 1,25; 1,5; 2; 2,5; 3, 3,5; 4; 4,5; 5; 5,5; 6. Modul
pisau freis di buat untuk ketinggian (h = 2,166 mm).
b. Pisau freis hobbing.
Pisau freis hobbing digunakan untuk membuat roda gigi di mesin
hobbing. Pengambilan geram di lakukan secara berkelanjutan
(generating method). Untuk setiap ukuran dari gigi hanya satu
pisau freis yang digunakan.

LABORATORIUM PEMESINAN POLBAN PETRUS LONDA


 
  37
 
  Bentuk gigi dari pisau freis ini trapesium,
 
 
tetapi involute-nya yang di buat lebih
  teliti dari pada dengan metode pembagian
  (indexing method).
 
 
 
 
 
  Pisau freis hobbing
 
  c. Pisau freis sudut (angle cutter).
 
 
 
 
 
 
 
 
 
  Pisau freis ekor burung
  bertangkai
  Pisau freis ekor burung
 
 
 

POLBAN Pisau freis sudut bertangkai

Pisau freis sudut ganda


Pisau freis sudut bentuknya bermacam-macam, seperti di perlihatkan
dalam gambar di atas. Pisau freis ini digunakan untuk memotong bentuk
sesuai dengan pola cutternya. Pisau freis ekor burung (dove-tail cutter)
digunakan untuk membuat celah ekor burung (vee-guides) dengan sudut
60o atau 50o. Pisau freis ini dapat di temukan dalam bermacam-macam
sudut, seperti 45o, 60o dan 90o.

LABORATORIUM PEMESINAN POLBAN PETRUS LONDA


 
  38
 
  d. Cutter ujung radius.
 
 
Cutter ujung radius terdiri dari
  bentuk cembung (convex) dan
  bentuk cekung (concave). Cutter ini
  digunakan untuk memotong bentuk
  radius pada bagian sisi benda kerja
 
 
atau alur yang berbentuk radius.
 
 
 
 
 
 
 
 
  Cutter ujung radius
 
 
bentuk cekung
 
 
Cutter ujung radius bentuk cembung (convex), sisi potongnya terdapat
  hanya pada bentuk radiusnya, radius yang terbentuk sesuai dengan
  ukuran radius pada cutter, sedangkan cutter bentuk radius ujung cekung
  (concave), sisi potongnya terdapat pada bagian ujung radiusnya dan di
  bagian sisinya, cutter ini dapat memotong alut berbentuk radius yang
 
 
lebih dalam.

e. Pisau freis radius (form milling cutter).

POLBAN Pisau freis convex dan pisau freis


concave digunakan bila mengefreis
bentuk radius. Gigi-gigi-nya di buat
secara penurunan bentuk (backed-off).
Pisau freis jenis ini dapat juga di
temukan pisau freis yang digunakan
untuk memotong radius pada posisi
sudut 90o.

convex concave

LABORATORIUM PEMESINAN POLBAN PETRUS LONDA


 
  39
 
  f. Cutter ujung tirus.
 
 
Cutter ujung tirus ini digunakan
  untuk memotong tepi yang tajam
  pada benda kerja (chamfer).
  Ukuran pemotongannya tidak
  terlalu besar. Cutter jenis ini dapat
 
  Cutter alur bentuk “V” di temukan dalam sudut 45o, 60o,
  dan 90o.
 
 
 
 
 
  Cutter ujung tirus (Counter sank)
 
  4. Pisau freis jari (end milling cutter).
   Pisau freis jari yang dapat digunakan untuk pengeboran.
 
Pisau freis ini termasuk dalam end milling cutter. Tipe ini di buat
 
  untuk pengefreisan alur dan alur spi. Pisau freis ini bisa juga
  digunakan untuk pengeboran (sama seperti penggunaan mata bor).
  Panjang ke dua bibir potongnya di buat tidak sama, untuk
  mempermudah proses pemotongan. Pisau freis ini memiliki dua
  bibir potong dan tiga bibir potong.
 
 

POLBAN
 Pisau freis jari yang dapat digunakan untuk pengefreisan permukaan
yang ringan.
Pisau freis ini selain dapat mengefreis permukaan, dapat juga
digunakan untuk pengefreisan bentuk dan pengefreisan alur. Pisau
freis ini terdiri dari dua bibir potong atau lebih, tergantung dari
ukuran diameternya. Pisau freis ini tidak boleh digunakan untuk

LABORATORIUM PEMESINAN POLBAN PETRUS LONDA


 
  40
 
  pengeboran seperti pada mata bor karena pada pusatnya tidak bisa
 
 
memotong.
 
 
 
 
 
  Pisau freis dengan 4 mata potong
 
 
 
 
 
 
 
Pisau freis dengan 2 mata potong
 
 
 
 
 
 
  Pisau freis dengan 3 mata potong
 
 
 
 
 

POLBAN
Pisau freis dengan 3 mata potong dan gigi pemutus

Pisau freis dengan 6 mata potong

LABORATORIUM PEMESINAN POLBAN PETRUS LONDA


 
  BAB 3
  KEPALA PEMBAGI
 
  Kepala pembagi adalah alat bantu pada mesin freis yang sangat
 
  penting, ia dibutuhkan jika pada permukaan benda kerja harus dibuat alur
  atau bentuk profil lainnya pada jarak tertentu, juga pada pembuatan profil
 
  roda gigi, segi empat atau segi enam dan sebagainya. Pada dasarnya kepala
  pembagi dapat dibedakan menjadi dua macam yaitu kepala pembagi
 
  langsung dan kepala pembagi universal.
 
  A. Kepala Pembagi Langsung.
 
 
Kepala pembagi langsung ini biasanya digunakan pada mesin gerinda
  alat, baik sebagai alat bantu yang kemudian dipasangkan pada mesin maupun
 
 
sebagai bagian dari mesin (sudah menjadi satu dengan mesinnya). Akan
  tetapi tidak menutup kemungkinan kepala pembagi ini digunakan pada mesin
 
freis sebagai alat bantu pada pekerjaan-pekerjaan ringan dan sederhanan.
 
  Kepala pembagi ini mempunyai pelat pembagi yang dapat diganti dan
 
dipasang langsung pada spindelnya. Dengan memutar spindel nose maka
 
  pelat pembagi akan ikut berputar, pengunci indeks atau pena indeks masuk
  kedalam alur” V “ atau lubang pada pelat indeks pada posisi pengefreisan
 
  yang baru.
 

POLBAN
Gambar 3.1. Kepala Pembagi Langsung.

LABORATORIUM PEMESINAN POLBAN PETRUS LONDA


 
  42
 
  a. Pelat Pembagi dengan Alur “V”.
 
  Pelat pembagi ini biasanya mempunyai 24 atau 60 pembagian, tetapi
  tidak menutup kemungkinan ada juga pembagian yang lain. Untuk
 
  pembagian 24 atau 60 adalah sangat baik karena tidak ada pecahannya.
  Untuk 24 pembagian: 2, 3, 4, 6, 8, 12, 24 dan untuk 60 pembagian: 2,
 
  3, 4, 5, 6, 10, 12, 15, 20, 30, 60.
  Untuk mempermudah penempatan posisi yang baru, maka pelat
 
  pembagi mempunyai angka jumlah pembagian yang dibuat pada salah
  satu sisinya.
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
  Gambar 3.2. Pelat Pembagi dengan Alur “V”.
 
  b. Pelat Pembagi dengan Lubang-lubang.
 
  Pelat pembagi dengan lubang indeks mempunyai angka jumlah lubang
yang digrafir pada bagian melingkarnya. Untuk menghitung jumlah
lubang yang dikehendaki, pelat pembagi harus diputar untuk mencapai

POLBAN
posisi yang baru.

Gambar 3.3. Pelat Pembagi dengan Lubang-lubang.

LABORATORIUM PEMESINAN POLBAN PETRUS LONDA


 
  43
 
  c. Penentuan Jarak Lubang atau Alur pada Pelat Indeks.
 
 
Untuk menentukan jarak lubang atau alur “V “(keduanya
  dinotasikankan dengan nc) yang dikehendaki, maka jumlah lubang atau
  alur “V” pada pelat indeks (n) dibagi dengan pembagian yang kita
  kehendaki (Z).
  n
  Jika Z diketahui dalam jumlah pembagian, maka: nc  dan
  Z
  jika pembagian yang dikehendaki diketahui dalam besaran sudut (α),
  maka:
  n
  nc 
  360o
  Contoh: 1). Pembagian yang dikehendaki (Z) = 6, jumlah lubang
  pelat indeks (n) = 24. Tentukan jarak lubang yang
 
dikehendaki (nc).
 
n 24
  Penyelesaian: nc   nc  4 , berarti 4 jarak
  Z 6
  lubang harus diputar pada pelat indeks yang jumlah
  lubang atau alur “V” nya ada 24.
  Contoh 2). Pembagian yang dikehendaki (α) = 30o, jumlah lubang
 
 
pelat indeks (n) = 60. Tentukan jarak lubang yang
  dikehendaki (nc).
  Penyelesaian:
  n 30o  60
nc   nc   5,
360o 360o
berarti 5 jarak lubang harus

B.
POLBAN
diputar pada pelat indeks yang jumlah lubang atau alur
“V” nya ada 60.

Kepala Pembagi Universal.

Kepala pembagi universal merupakan alat bantu yang penting pada


mesin freis sebab tidaklah sempurnah jika bekerja pada mesin freis tidak
sampai pada pekerjaan pembagian. Dengan bantuan peralatan ini, kita dapat
mengerjakan macam-macam pembagian seperti pembagian langsung yang
sudah dikerjakan pada kepala pembagi langsung, pembagian tidak langsung
yang tidak dapat dikerjakan pada kepala pembagi langsung, dengan bantuan
kotak roda gigi beserta roda gigi-roda giginya kepala pembagi ini dapat

LABORATORIUM PEMESINAN POLBAN PETRUS LONDA


 
  44
 
  mengerjakan jenis pembagian differensial (pembagian kompensasi) yang
 
 
tidak dapat dikerjakan pada kedua jenis pembagian diatas.
  Pemotongan bentuk spiral (helikal) dan bentuk cam juga dapat
  dikerjakan dengan pertolongan alat ini, kepala pembagi ini juga dapat diputar
  dari posisi horizontal (sejajar meja mesin) ke posisi tegak (90o terhadap meja
  mesin). Jadi pada prinsipnya tidak ada jenis pekerjaan pembagian yang tidak
 
 
dapat dikerjakan pada mesin freis. Begitu sempurnahnya sehingga alat ini
  dinamakan “kepala pembagi universal”.
 
  C. Jenis-jenis Pembagian.
 
 
Ada tiga cara dasar dalam pekerjaan pembagian dengan menggunakan
 
  kepala pembagi universal pada mesin freis, yaitu:
 
  1. Pembagian Langsung.
 
  Pekerjaan pembagian langsung pada kepala pembagi universal sedikit
 
 
agak berbeda dengan kepala pembagi langsung. Pada kepala pembagi
  universal kita harus melepas hubungan antara ulir cacing dengan roda gigi
  cacing agar pergerakan spindel lebih leluasa.
 
 
 
 

POLBAN
Gambar 3.4. Pembagian Langsung

Sedangkan rumus-rumus perhitungan pembagiannya sama seperti pada


n n
kepala pembagi langsung, yaitu: nc  dan nc  o
Z 360

LABORATORIUM PEMESINAN POLBAN PETRUS LONDA


45

 
  2. Pembagian tidak langsung.
 
  Jika angka pembagian Z tidak memungkinkan lagi untuk dikerjakan
 
 
pada pembagian langsung, maka kita menggunakan cara pembagian tak
  langsung, sebab pada cara ini tersedia tiga variasi pelat indeks dengan jumlah
  lubang seperti ditunjukan pada tabel 3.1 dan table 3.2. Pada pekerjaan ini
  roda gigi cacing dan ulir cacing dalam keadaan terpasang, sehingga pada saat
  kita memutar tuas indeks nc, putaran ini akan diteruskan oleh poros berulir
 
 
cacing ke roda gigi cacing yang dipasang menjadi satu dengan spindel benda
  kerja. Perbandingan putaran antara poros berulir cacing dengan roda gigi
  cacing biasanya empat puluh berbanding satu (40 : 1), artinya 40 kali putaran
  tuas indeks nc akan sama dengan satu kali putaran spindel benda kerja.
  Perbandingan ini biasanya disebut ratio kepala pembagi (i), atau i = 40 : 1.
 
Perbandingan ini tidak selamanya 40 : 1, tergantung dari pembawaan
 
  kepala pembagi.
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 

POLBAN
Gambar 3.5. Pembagian Tidak Langsung

Tabel 3.1: Pelat Indeks dalam satu set


Nomor Jumlah Jumlah Lubang
Pelat Lingkaran setiap Lingkaran
1 5 27, 31, 34, 41, 43
2 5 33, 38, 39, 42, 46
3 4 29, 36, 37, 40

LABORATORIUM PEMESINAN POLBAN PETRUS LONDA


46

 
  Tabel 3.2: Pelat Indeks dalam satu set
 
  Nomor Jumlah Jumlah Lubang setiap
  Pelat Lingkara Lingkaran
  n
 
  1 6 15, 18, 21, 29, 37, 43
 
  2 6 16, 19, 23, 31, 39, 47
 
  3 6 17, 20, 27, 23, 41, 49
 
 
Jumlah lubang pada pelat indeks sangat bervariasi, tergantung dari
 
  pembawaan kepala pembagi. Setiap kepala pembagi universal biasanya
  sudah disertakan satu set pelat indeks (3 buah) dengan variasi lubang yang
  berbeda.
  Bagaimana cara menempatkan pena indeks yang terpasang pada tuas
  indeks (nc) terhadap lubang-lubang pada pelat indeks ?. Karena 40 putaran
 
 
tuas indeks (nc) menghasilkan satu kali putaran benda kerja (i = 40 : 1),
  maka untuk Z pembagian yang sama dari benda kerja adalah:
 
40
  𝑛𝑐 = putaran.
  𝑍
i
  Jika Z diketahui dalam jumlah pembagian, maka: nc  .
  Z
  Jika pembagian yang dikehendaki diketahui dalam besaran sudut (α), maka:
  i
  nc 
o
dimana:
360
nc = jumlah putaran tuas indeks

POLBAN i
Z
α
= ratio kepala pembagi (40 : 1)
= jumlah pembagian
= besar sudut pembagian

Perlu diperhatikan bahwa sebelum melakukan pembagian, terlebih


dahulu harus diketahui ratio kepala pembagi (i) dengan jalan putar tuas
indeks (nc) dengan tangan sambil dihitung dan perhatikan putaran spindel
benda kerja sampai satu putaran penuh dan pastikan berapa jumlah putaran
tuas indeks (nc).
Bila pembagian yang dikehendaki (Z) lebih besar dari 40, maka ulir
cacing (tuas indeks nc) harus diputar kurang dari satu putaran. Jika
pembagian yang dikehendaki (Z) kurang dari 40, maka pecahan hasil
pembagian harus diubah menjadi sejumlah angka. Dan pecahan yang terakhir
ini harus diubah sampai penyebutnya sama dengan salah satu dari jumlah
lubang pada pelat indeks yang tersedia. Pembilangnya akan menunjukan

LABORATORIUM PEMESINAN POLBAN PETRUS LONDA


47

 
  sejumlah lubang yang harus kita putar pada pelat indeks untuk menambah
  beberapa putaran penuh yang diperoleh dari pembagian tersebut.
  Contoh: 1.) Pembagian yang dikehendaki (Z) = 12. Hitung putaran tuas
 
 
indeks (nc) untuk pembagian tersebut.
  Penyelesaian: nc  i  nc  40  3 4  3 2  3 14 . Ini berarti
  Z 12 12 6 42
  bahwa tiga kali putaran penuh tuas indeks (nc), ditambah 14
  jarak lubang, pada pelat indeks dengan jumlah lubang 42.
  Dari tabel pelat indeks diatas, diketahui bahwa pelat indeks
 
  dengan jumlah lubang 42 adalah pelat indeks nomor 2 (dua)
  pada tabel 3.1.
  Contoh 2) Pembagian yang dikehendaki (α) = 37,2o . Hitung putaran tuas
  indeks (nc) untuk pembagian tersebut.
 
i 37, 2 o  40 37, 2 186 6 2
  Penyelesaian: nc 
o

o
  4 4 .
  360 360 9 45 45 15
  Ini berarti bahwa 4 kali putaran penuh tuas indeks (nc),
  ditambah 2 jarak lubang, pada pelat indeks dengan jumlah
 
  lubang 15. Dari tabel pelat indeks diatas, diketahui bahwa
  pelat indeks dengan jumlah lubang 15 adalah pelat indeks
  nomor 1 (satu) pada tabel 3.2.
 
  Penempatan posisi pena indeks terhadap pelat indeks.
 
 
Agar tidak terjadi kekeliruan dalam penetapan pena indeks terhadap
  pelat indeks, maka kepala pembagi universal dilengkapi dengan alat penanda
  lubang yang dapat digeser pada arah melingkar sesuai dengan perhitungan.

POLBAN

Gambar 3.6. Penempatan Pena Indeks pada Pelat Indeks.

Gambar 3.6 di atas menunjukan penempatan pena indeks terhadap


pelat indeks sesuai dengan perhitungan pada contoh nomor 2 (dua), yaitu:
LABORATORIUM PEMESINAN POLBAN PETRUS LONDA
48

 
  Pelat indeks yang digunakan adalah pelat indeks dengan jumlah
  lubang 15, pena indeks ditempatkan pada lubang ke nol yang kita tentukan,
  kemudian atur lengan penanda lubang menempal pada pena indeks seperti
 
 
pada gambar 3.6 dan lengan yang lainnya diatur pada posisi jarak lubang
  yang ke dua. Posisi ini adalah posisi pada pemotongan pertama. Untuk
  pemotongan ke dua dan seterusnya, tempatkan pena indeks pada posisi 2
  (dua) dengan jalan; cabut pena indeks dari posisi nol, putar tuas indeks nc
  sesuai dengan arah putaran yang ditunjukan (empat putaran di tambah dua
 
 
jarak lubang) dan tempatkan pena indeks pada posisi 2 (dua). Putar kedua
  lengan indeks berlawanan arah dengan arah putaran yang ditunjukan
  sehingga lengan indeks menempel pada pena indeks di posisi 2 (dua).
 
  3. Pembagian Differensial.
 
 
  Dengan metode pembagian differensial, kita dapat mengerjakan setiap
  pekerjaan pembagian pada mesin freis. Metode ini memungkinkan
  pembagian dengan angka pecahan yang penyebutnya tidak cocok dengan
  jumlah lubang yang tersedia pada pelat indeks. Pelat indeks tidak dimatikan
  (tidak dikunci), akan tetapi harus ikut bergerak ketika tuas indeks (nc)
 
 
diputar. Ketika tuas indeks nc diputar, putaran dari tuas indeks ini akan
  diteruskan ke poros berulir cacing, poros ini akan menggerakkan roda gigi
  cacing yang dipasang menjadi satu dengan spindel benda kerja. Dengan
  perantaraan roda-roda gigi pengubah yang dipasang pada poros spindel
  benda kerja, putaran ini akan diteruskan ke pelat indeks sehingga pelat
 
 
indeks ikut berputar.

Ratio Kepala Pembagi (i)

POLBAN Z1

Z3
R

ik Benda Kerja
Z4 Z2
Pengunci Pelat Indeks
Tuas Indeks (nc)

Pelat Indeks

Gambar 3.7. Pembagian Differensial.

LABORATORIUM PEMESINAN POLBAN PETRUS LONDA


49

 
  Teknik pembagian differensial ini tidak dapat dilaksanakan pada posisi
  vertikal dan pada pengefreisan spiral. Metode ini memungkinkan untuk
  mengerjakan setiap pembagian yang dikehendaki (Z) dengan mengikuti
 
 
langkah-langkah sebagai berikut:
  a. Menentukan angka pembagian yang ideal (Z’), dibaca Zet aksen.
  Zet aksen (Z’) diambil maksimal 117% dari Z dan
  minimal 87 % dari Z.
  b. Menghitung jumlah putaran tuas indeks (nc).
 
 
c. Menghitung rangkaian roda gigi pengubah (R).
  d. Menentukan arah putaran pelat indeks.
  • Jika Z’ lebih besar dari Z, pelat indeks berputar searah dengan
  putaran tuas indeks (nc).
 
• Jika Z’ lebih kecil dari Z, pelat indeks berputar berlawanan
 
 
arah dengan putaran tuas indeks (nc).
 
  Sebagaimana biasanya pada pekerjaan pambagian dengan
  menggunakan kepala pembagi universal, kita harus mengetahui ratio kepala
  pembagi (i), sedangkan pada pembagian differensial, selain (i) yang harus
 
 
diketahui, kita juga harus mengetahui ratio roda gigi payung (ik) yang
  menggerakkan pelat indeks.
  Untuk pembahasan kita kali ini, ratio kepala pembagi (i = 40 : 1) dan
  ratio roda gigi payung (ik = 1 : 1). Untuk ratio roda gigi payung (ik) tidak
  selamanya satu berbanding satu, tergantung dari kepala pembagi yang
 
digunakan. Oleh sebab itu ratio roda gigi payung harus diperiksa dengan
 
  jalan; pasang poros penggerak roda gigi payung, putar dengan tangan dan
perhatikan putaran pelat indeks sampai satu kali putaran penuh, pastikan
berapa jumlah putaran poros penggerak roda gigi payung.

POLBAN
Dengan berorientasi pada i = 40 : 1 dan ik = 1 : 1, maka rumus-rumus
yang digunakan pada pembagian ini adalah:
nc 
i
  
Z ' dan R  i  ik  Z '  Z atau R  nc  ik  Z '  Z 
Z'
dimana: nc = Jumlah putaran tuas indeks.
i = Ratio kepala pembagi (40 : 1).
Z’ = Angka pembagian yang ideal.
Z = Pembagian yang dikehendaki.
ik = Ratio roda gigi payung.
R = Rangkaian roda gigi pengubah.

Roda gigi pengubah biasanya disertakan bersama kepala pembagi dan


disimpan secara terpisah di dalam sebuah kotak kayu. Rangkaian roda gigi
pengubah (R) yang telah dihitung akan dipasangkan di samping meja mesin

LABORATORIUM PEMESINAN POLBAN PETRUS LONDA


50

 
  (biasanya disebelah kiri meja mesin) dengan pertolongan sebuah kotak roda
  gigi (gear box).
  Roda gigi pengubah yang disertakan bersama kepala pembagi adalah:
 
 
24, 24, 28, 32, 40, 44, 48, 56, 64, 72, 86, 100. Angka ini menunjukan jumlah
  gigi dari roda gigi pengubah.
 
  Contoh: 1). Pembagian yang dikehendaki (Z) = 51, ratio kepala pembagi
  (i) = 40 :1, ratio roda gigi payung (ik) = 1 : 1. Hitung putaran
 
 
tuas indeks (nc) dan roda gigi pengubah untuk pembagian
  tersebut.
  Penyelesaian:
 
  a. Menentukan angka pembagian yang ideal (Z’).
 
 
  Z’ maksimal = 117 % x 51 = 59,67
  Z’ minimal = 87 % x 51 = 44,37
  Jadi Z’ dapat dipilih diantara angka 44,37 sampai dengan 59,67.
  Pemilihan angka pembagian Z’ disesuaikan sedemikian rupa
  sehingga cocok dengan jumlah lubang yang tersedia pada pelat
 
 
indeks. Dalam hal ini Z’ dipilih 45, (Z’ = 45).
 
  b. Menghitung jumlah putaran tuas indeks (nc).
 
  i 40 8 16
  nc   nc   nc   nc 
Z' 45 9 18. Ini berarti 16 jarak lubang
 
pada pelat indeks 18. Jadi tidak sampai satu putaran penuh.
Pada tabel 3.2 diatas pelat indeks dengan jumlah lubang 18

POLBAN
adalah pelat indeks nomor 1(satu).

c. Menghitung rangkaian roda gigi pengubah (R).

i 16
R  ik  Z ' Z   R   1  45  51
Z' 18
16  6 96 12 8 48  64
R R  R  R 
18 18 63 24  24 ,
angka-angka tersebut adalah jumlah gigi dari roda gigi yang
disertakan bersama kepala pembagi.

Z1  Z 3
R
Z 2  Z4

LABORATORIUM PEMESINAN POLBAN PETRUS LONDA


51

 
  dimana: Z1 = 48 gigi Z3 = 64 gigi
  Z2 = 24 gigi Z4 = 24 gigi
 
 
 
Ini berarti Z1 menggerakkan Z2, Z2 dipasang satu poros dengan
  Z3, Z3 menggerakkan Z4. Sumber gerakkan adalah Z1, oleh sebab
  itu Z1 harus dipasang pada poros spindel benda kerja. Z4 adalah
  roda gigi yang digerakkan, oleh sebab itu Z4 harus dipasang pada
  poros roda gigi payung yang menggerakkan pelat indeks. Z2 dan
 
 
Z3 dipasang satu poros pada poros bantu. Untuk lebih jalasnya
  lihat bab tentang pembagian differensial (gambar 3.7) pembagian
  differensial.
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 

POLBAN

LABORATORIUM PEMESINAN POLBAN PETRUS LONDA


52

 
  DAFTAR PUSTAKA
 
 
 
  Alois SCHONMETZ,dkk, (1977), “Pengerjaan Logam dengan Mesin”, edisi
 
  bahasa Indonesia, Angkasa, Bandung.
 
 
CM Tools catalogo generale, (2006).
  Fretz, Buergier, Urwyler, (1978), “Teknik bengkel 6”, Swiss project on
 
  Politechnic for Mechanics, Politeknik Mekanik Swiss-ITB,
 
  Bandung.
 
  Gerling H., (1965), “All about machine tools”, Wiley easternlimited, New
 
Delhi.
 
  Heinzler, dkk, (1992), “Tabellenbuch Metell”, Verlag Europa Lehrmttel.
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 

POLBAN

LABORATORIUM PEMESINAN POLBAN PETRUS LONDA

Anda mungkin juga menyukai