Anda di halaman 1dari 19

BAB I

BILANGAN KOMPLEKS DAN VEKTOR

Tujuan Pembelajaran Umum:


1. Mahasiswa mampu memahami konsep bilangan kompleks dan vektor.
2. Mahasiswa mampu menggunakan konsep bilangan kompleks dan vektor untuk
menyelesaikan masalah teknik mesin.

Tujuan Pembelajaran Khusus:

1. Mahasiswa dapat menuliskan bilangan kompleks dalam bentuk kartesian dan


grafiknya serta dapat mengkoversinya ke bentuk polar, juga sebaliknya.
2. Mahasiswa dapat mengaplikasikan bilangan kompleks dalam masalah
rangkaian listrik.
3. Mahasiswa dapat menggambarkan vektor dan melakukan operasi vektor.

1.1 Bilangan Kompleks


Definisi

Bilangan kompleks merupakan sebuah pasangan berurut dua bilangan real a dan b yang
ditulis dengan notasi 𝑧 = 𝑎 + 𝑖𝑏 . Notasi ini disebut bentuk kartesian. Bilangan a
disebut bagian real ditulis a = Re(z), sedangkan b disebut bagian imajiner ditulis
b = Im(z).

Sekawan bilangan kompleks (complex conjugate) dari 𝑧 = 𝑎 + 𝑖𝑏 adalah 𝑧̅ = 𝑎 − 𝑖𝑏.

Contoh 1: Tentukan bagian real, bagian imajiner, dan sekawan bilangan kompleks
berikut! 1). 6 + 𝑖7 2). 7 − 𝑖5 3). 𝑖8

Penyelesaian:

1). Misalkan 𝑧 = 6 + 𝑖7 maka 𝑅𝑒(𝑧) = 6 dan 𝐼𝑚(𝑧) = 7. Jadi, 𝑧̅ = 6 − 𝑖7.

2). Misalkan 𝑧 = 7 − 𝑖5 maka 𝑅𝑒(𝑧) = 7 dan 𝐼𝑚(𝑧) = −5. Jadi, 𝑧̅ = 7 + 𝑖5.

3). Misalkan 𝑧 = 𝑖8 maka 𝑅𝑒(𝑧) = 0 dan 𝐼𝑚(𝑧) = 8. Jadi, 𝑧̅ = −𝑖8.

Matematika untuk D3 Teknik Aeronautika 1


Diagram Bilangan Kompleks

Bilangan kompleks secara geometris digambarkan pada bidang kompleks sebagai sebuah
ruas garis. Sumbu horisontal bidang kompleks adalah sumbu real dan sumbu vertikal
adalah sumbu imajiner. Sistem koordinat ini disebut diagram Cartesius atau diagram
Argand.

Im

b a + ib

2 5 + 2i

a 5 Re

Gambar 1. Diagram Argand dari a+ib dan 5+2i

Contoh 2:

Gambarkan diagram Argand bilangan kompleks 3 + 2i, – 2 + 3i, – 3 – i, dan 2 – 2i!

Penyelesaian:

𝑧 = 3 + 2𝑖 → 𝑅𝑒(𝑧) = 3 dan 𝐼𝑚(𝑧) = 2 → 𝑧 di kuadran 𝐼.

𝑧 = −2 + 3𝑖 → 𝑅𝑒(𝑧) = −2 dan 𝐼𝑚(𝑧) = 3 → 𝑧 di kuadran 𝐼𝐼.

𝑧 = −3 − 𝑖 → 𝑅𝑒(𝑧) = −3 dan 𝐼𝑚(𝑧) = −1 → 𝑧 di kuadran 𝐼𝐼𝐼.

𝑧 = 2 − 2𝑖 → 𝑅𝑒(𝑧) = 2 dan 𝐼𝑚(𝑧) = −2 → 𝑧 di kuadran 𝐼𝑉.

Gambar bilangan-bilangan kompleks ini ditunjukkan pada Gambar 2.

– 2 + 3i Im

3 + 2i

Re

–3–i

2 – 2i

Gambar 2. Diagram Argand dari 3+i2, -2+i3, -3-i, dan 2-2i

Matematika untuk D3 Teknik Aeronautika 2


Bentuk Kutub (Polar) Bilangan Kompleks

Diagram argand bilangan kompleks bentuk kartesian 𝑧 = 𝑎 + 𝑖𝑏 dapat dilihat sebagai


diagram polar, seperti ditunjukkan pada gambar di bawah ini.
Im
z

r b

O a Re

Gambar 3. Diagram Argand Bilangan Kompleks 𝒛 = 𝒂 + 𝒊𝒃

Misalnya r merupakan panjang diagram argand dari z dan θ adalah besar sudut diagram
z terhadap sumbu real positif. Dengan menggunakan hubungan trigonometri 𝑎 = 𝑟 cos 𝜃
dan 𝑏 = 𝑟 sin 𝜃, diperoleh 𝑟 = √𝑎 + 𝑏 dan 𝜃 = 𝑎𝑟𝑐 tan . Jadi, bilangan kompleks z
dapat dituliskan sebagai 𝑧 = 𝑎 + 𝑖𝑏 = 𝑟 cos 𝜃 + 𝑖 𝑟 sin 𝜃 atau

𝑧 = 𝑟 (cos 𝜃 + 𝑖 sin 𝜃),

dengan 𝜃 dalam derajat atau radian. Bentuk ini disebut bentuk kutub (polar) bilangan
kompleks. Penulisan atau notasi singkat dari bentuk polar ini adalah

𝑧 = 𝑟∠𝜃,

dengan r modulus atau magnitudo dari z (ditulis 𝑟 = |𝑧|) dan 𝜃 argumen dari z.

Contoh 3: Gambarkan diagram polar bilangan kompleks 𝑧 = 𝑟∠45°, 𝑧 = 𝑟∠135°,


𝑧 = 𝑟∠ − 135°, dan 𝑧 = 𝑟∠ − 45°!

Penyelesaian:

Keempat bilangan kompleks ini berturut-turut berada pada kuadran I, II, III, dan IV.
Karena modulusnya r maka panjang diagramnya sama. Perhatikan Gambar 4!

𝑧 = 𝑟∠45° 𝑧 = 𝑟∠135° 𝑧 = 𝑟∠ − 135° 𝑧 = 𝑟∠ − 45°

Gambar 4. Diagram Argand pada Empat Kuadran

Matematika untuk D3 Teknik Aeronautika 3


Contoh 4: Tuliskan bilangan kompleks 𝑧 = 6 + 𝑖8 dan 𝑧 = −6 + 𝑖8 dalam bentuk
polar!

Penyelesaian:

Kedua bilangan kompleks ini berturut-turut berada pada kwadran I dan II.

𝑧 = 6 + 𝑖8 𝑧 = −6 + 𝑖8

Gambar 5. Diagram Argand 𝒛𝟏 = 𝟔 + 𝒊𝟖 dan 𝒛𝟐 = −𝟔 + 𝒊𝟖

Dari gambar di atas diperoleh 𝑧 = 6 + 𝑖8 berada di kuadran I dengan 𝑟 = (6 + 8 ) =


10 dan 𝜃 = tan = 53,13° = 53°8 . (Catatan: 1° = 60 ).

Jadi, bentuk polar 𝑧 = 10∠53°8 .

𝑧 = −6 + 𝑖8 berada di kwadran II dengan 𝑟 = ((−6) + 8 ) = 10 dan

𝜃 = tan = 180° − 53°8 = 126°52′.

Jadi, bentuk polar 𝑧 = 10∠126°52′.

Contoh 5: Tuliskan bilangan kompleks 𝑧 = 6∠60° ke dalam bentuk kartesian!

Penyelesaian: 𝑧 = 6∠60° = 6 cos 60° + 𝑖6 sin 60° = 3 + 𝑖3√2.

Bentuk Eksponen Bilangan Kompleks

Bentuk 𝑧 = 𝑟 (cos 𝜃 + 𝑖 sin 𝜃) adalah bentuk polar bilangan kompleks, sedangkan


menurut Teorema Euler (cos 𝜃 + 𝑖 sin 𝜃) = 𝑒 . Oleh karena itu, bilangan kompleks
dapat dituliskan sebagai

𝑧 = 𝑟𝑒 ,

dengan 𝜃 dalam radian. Bentuk ini disebut bentuk eksponen bilangan kompleks.
Bilangan e merupakan konstanta yang dapat dihitung dengan menginverskan fungsi
logaritma normal (ln) dari 1, yaitu

𝑒 = ln (1) = 2,718281828 …

Matematika untuk D3 Teknik Aeronautika 4


Contoh 6: Tuliskan bilangan kompleks 𝑧 = −3 + 𝑖3√2 ke dalam bentuk eksponen!

Penyelesaian:

Bilangan kompleks 𝑧 = −3 + 𝑖3√2 terletak di kwadran II, dengan 𝑎 = −3 dan 𝑏 =



3√2. Jadi, 𝑟 = (−3) + 3√2 = 3√3 dan 𝜃 = tan = 180° − 54,736° =
,
125,264° = 0,696𝜋 radian. Dengan demikian, 𝑧 = 3√3𝑒 .
(Catatan: 180° = 𝜋 radian).

Contoh 7: Tuliskan bilangan kompleks 𝑧 = 3𝑒 ke dalam bentuk kartesian!

Penyelesaian:

Karena 𝑎 = 𝑟 cos 𝜃 = 3 cos − dan 𝑏 = 𝑟 cos 𝜃 = 3 sin(− ) maka

𝜋 𝜋
𝑧 = 3𝑒 = 3 cos − + 𝑖 sin − = 0 + 3𝑖(−1) = −3𝑖.
2 2

Operasi Aljabar Bilangan Kompleks

a. Penjumlahan dan Pengurangan

Operasi penjumlahan dan pengurangan bilangan kompleks dilakukan pada bilangan


kompleks berbentuk kartesian 𝑧 = 𝑎 + 𝑖𝑏. Jika diberikan dalam bentuk lain maka diubah
lebih dulu ke bentuk kartesian. Misalnya diberikan 𝑧 = 𝑎 + 𝑖𝑏 dan 𝑧 = 𝑐 + 𝑖𝑑 maka
𝑧 + 𝑧 = (𝑎 + 𝑐) + 𝑖(𝑏 + 𝑑) dan 𝑧 − 𝑧 = (𝑎 − 𝑐) + 𝑖(𝑏 − 𝑑).

Dalam diagram argand operasi penjumlahan dan pengurangan bilangan kompleks


merupakan resultan diagram tersebut (seperti pada vektor).

Contoh 8: Misalnya diberikan 𝑧 = −5 + 𝑖3 dan 𝑧 = 9 + 𝑖4, tentukan 𝑧 + 𝑧 dan


𝑧 −𝑧 !

Penyelesaian: 𝑧 + 𝑧 = (−5 + 9) + 𝑖(3 + 4) = 4 + 𝑖7

dan 𝑧 − 𝑧 = (−5 − 9) + 𝑖(3 − 4) = −14 − 𝑖.

b. Perkalian

Perkalian Bentuk Kartesian

Misalnya diberikan 𝑧 = 𝑎 + 𝑖𝑏 dan 𝑧 = 𝑐 + 𝑖𝑑 maka

𝑧 . 𝑧 = (𝑎 + 𝑖𝑏)(𝑐 + 𝑖𝑑) = (𝑎𝑐 − 𝑏𝑑) + 𝑖(𝑎𝑑 + 𝑏𝑐).

Matematika untuk D3 Teknik Aeronautika 5


Contoh 9: Misalnya diberikan 𝑧 = 5 + 𝑖7 dan 𝑧 = 7 − 𝑖2. Tentukan 𝑧 . 𝑧 !

Penyelesaian:

𝑧 . 𝑧 = (5 + 𝑖7)(7 − 𝑖2) = (35 + 14) + 𝑖(−10 + 49) = 49 + 𝑖39.

Perkalian Bentuk Polar dan Eksponen

Misalnya diberikan 𝑧 = 𝑟(cos 𝜃 + 𝑖 sin 𝜃) = 𝑟∠𝜃 dan 𝑧 = 𝑅(cos 𝛼 + 𝑖 sin 𝛼) =


𝑅∠ ∝. Maka perkalian dalam bentuk polar adalah

𝑧 . 𝑧 = 𝑟𝑅[cos(𝜃 + 𝛼) + 𝑖 sin(𝜃 + 𝛼)] = 𝑟𝑅∠(𝜃 + 𝛼)

dan perkalian dalam bentuk eksponen adalah


( )
𝑧 . 𝑧 = 𝑟𝑒 𝑅𝑒 = 𝑟𝑅𝑒 .

Contoh 10: Misalnya diberikan 𝑧 = 9∠160° dan 𝑧 = 3∠20°. Tentukan 𝑧 . 𝑧 !

Penyelesaian:

𝑧 . 𝑧 = (9.3)∠(160 + 20)° = 27∠180°.

c. Pembagian

Pembagian Bentuk Kartesian

Misalnya diberikan 𝑧 = 𝑎 + 𝑖𝑏 dan 𝑧 = 𝑐 + 𝑖𝑑 maka

𝑧 (𝑎 + 𝑖𝑏) (𝑎 + 𝑖𝑏) (𝑐 − 𝑖𝑑) (𝑎𝑐 + 𝑏𝑑) + 𝑖(𝑏𝑐 − 𝑎𝑑)


= = . = .
𝑧 (𝑐 + 𝑖𝑑) (𝑐 + 𝑖𝑑) (𝑐 − 𝑖𝑑) (𝑐 + 𝑑 )

Contoh 11: Misalnya diberikan 𝑧 = 5 + 𝑖7 dan 𝑧 = 7 − 𝑖2. Tentukan !

Penyelesaian:

𝑧 (5.7 + 7(−2)) + 𝑖(7.7 − 5(−2)) 21 59


= = +𝑖 .
𝑧 (7 + (−2) ) 53 53

Pembagian Bentuk Polar dan Eksponen

Misalnya diberikan 𝑧 = 𝑟(cos 𝜃 + 𝑖 sin 𝜃) = 𝑟∠𝜃 dan 𝑧 = 𝑅(cos 𝛼 + 𝑖 sin 𝛼) =


𝑅∠𝛼. Maka pembagian dalam bentuk polar adalah

Matematika untuk D3 Teknik Aeronautika 6


𝑧 𝑟 𝑟
= [cos(𝜃 − 𝛼) + 𝑖 sin(𝜃 − 𝛼)] = ∠(𝜃 − 𝛼)
𝑧 𝑅 𝑅

dan pembagian dalam bentuk eksponen adalah

𝑧 𝑟𝑒 𝑟 ( )
= = 𝑒 .
𝑧 𝑅𝑒 𝑅

Contoh 12: Misalnya diberikan 𝑧 = 9∠160° dan 𝑧 = 3∠20°. Tentukan !

Penyelesaian:
𝑧
= (9/3)∠(160 − 20)° = 3∠140°.
𝑧

Kesamaan Bilangan Kompleks

Menurut definisi bilangan kompleks yang telah dikemukakan sebelumnya, bilangan


kompleks merupakan pasangan berurut dua bilangan real (bagian real dan bagian
imajiner), sehingga dua bilangan kompleks dikatakan sama jika dan hanya jika bagian
real keduanya sama dan bagian imajiner keduanya sama.

Misalnya diberikan 𝑧 = 𝑎 + 𝑖𝑏 dan 𝑧 = 𝑐 + 𝑖𝑑, berlaku

𝑧 = 𝑧 ⇔ 𝑎 = 𝑐 dan 𝑏 = 𝑑

Contoh 13: Tentukan x dan y jika (𝑥 + 𝑖𝑦) = 2𝑖.

Penyelesaian:

Karena (𝑥 + 𝑖𝑦) = 𝑥 − 𝑦 + 2𝑖𝑥𝑦 = 2𝑖 maka diperoleh 𝑥 − 𝑦 = 0 dan 2𝑥𝑦 = 2.


Dari 𝑥 − 𝑦 = 0 ⇔ 𝑥 = 𝑦 diperoleh 𝑦 = 𝑥 atau 𝑦 = −𝑥.

Dengan mensubstitusi 𝑦 = ±𝑥 ke 2𝑥𝑦 = 2 diperoleh 2𝑥 = 2 atau −2𝑥 = 2. Karena x


bilangan real maka 𝑥 tidak mungkin negatif, maka hanya dipilih 2𝑥 = 2 . Jadi,
diperoleh 𝑥 = 𝑦 = ±1.

Matematika untuk D3 Teknik Aeronautika 7


Latihan 1
1. Gambarkan bilangan kompleks berikut dalam bentuk diagram Argand!

a. 1 + i b. 1 − 𝑖√3
/
c. 4 cos + 𝑖 sin d. 3𝑒

2. Tentukan bentuk sekawan bilangan kompleks berikut!

a. 𝑖 − 1 b. −𝑖4
/
c. 3 cos + 𝑖 sin d. √2𝑒

3. Nyatakan bilangan kompleks berikut dalam bentuk polar!

a. 2𝑖 − 1 b. −𝑖8 c. −√3 + 𝑖
d. 2 e. 2 − 2𝑖

4. Nyatakan bilangan kompleks berikut dalam bentuk eksponen!

a. 2𝑖 + 1 b. 𝑖8 c. −√6 + 𝑖
d. - 2 e. 3 − 2𝑖

5. Nyatakan bilangan kompleks berikut dalam bentuk kartesian!

/ /
a. 13 cos − 𝑖 sin b. √2𝑒 c. −√6𝑒
/
d. 24 cos + 𝑖 sin e. 9,3𝑒

6. Nyatakan bilangan kompleks berikut dalam bentuk a + ib!

a. √−64 − 1 + √900 + √−8 b. 𝑖√8 + 2 − (√2 − √−2)


c. −√6 + 𝑖 − √−3 + 1 d. −√−6 + 𝑖 + √−3 + 1
e. (−17 + 𝑖) − √−9 + 1

7. Tuliskan hasil operasi perkalian bilangan berikut dalam bentuk a + ib!

a. √−64 − 1 √900 + √−8 b. 𝑖√8 + 2 (√2 − √−2)


c. −√6 + 𝑖 √−3 + 1 d. −√−6 + 𝑖 √−3 + 1
e. (−17 + 𝑖) √−9 + 1

Matematika untuk D3 Teknik Aeronautika 8


8. Tuliskan hasil operasi pembagian bilangan berikut dalam bentuk a + ib!

a. b. c.

d. e.

9. Tentukan nilai x dan y jika diberikan persamaan berikut ini!


a. 𝑥 + 𝑖𝑦 = 3 + 𝑖4 b. 2𝑖𝑥 + 3 = 𝑦 − 𝑖
c. (2𝑥 − 3𝑦 − 5) + 𝑖(𝑥 + 2𝑦 + 1) = 0 d. (𝑥 + 𝑖𝑦) = 2𝑖𝑥

e. = −𝑖

10. Tentukan nilainya!

a. (3∠45°) ∠90° b. (4∠ − 45°)(110∠165°)

( ∠ °)
c. (145∠30°)(2∠120°) d.
( ∠ °)

( ∠ °)
e. ( ∠ °)

Penerapan Bilangan Kompleks

Di dalam teori rangkaian listrik, Misalnya VR adalah voltage atau tegangan dari sebuah
resistor (resistor) R dan I adalah arus yang melalui resistor tersebut maka berlaku rumus
di bawah ini yang merupakan Hukum Ohm

𝑉 = 𝐼𝑅. (1)

Jika arus dan tegangan melalui sebuah induktor (inductor) L maka rumusnya adalah

𝑑𝐼
𝑉 =𝐿 , (2)
𝑑𝑡
sedangkan arus dan tegangan yang melalui sebuah kapasitor (capacitor) C rumusnya
adalah

𝑑𝑉 𝐼
= . (3)
𝑑𝑡 𝐶

Matematika untuk D3 Teknik Aeronautika 9


R ҨҨҨҨ
L C

Gambar 6. Rangkaian Seri RLC

Arus I dan tegangan V di dalam rangkaian listrik bervariasi terhadap waktu, sehingga
dapat ditulis sebagai fungsi dari waktu

𝐼 = 𝐼 sin 𝜔𝑡. (4)

Hasil mensubstitusi fungsi ini dengan persamaan (1), (2), dan (3), diperoleh

𝑉 = 𝑅𝐼 sin 𝜔𝑡 , (5)

𝑑𝐼
𝑉 =𝐿 = 𝜔𝐿𝐼 cos 𝜔𝑡 , (6)
𝑑𝑡
1
𝑉 =− 𝐼 cos 𝜔𝑡 , (7)
𝜔𝐶
Persamaan (6) diperoleh dengan menurunkan fungsi 𝐼 = 𝐼 sin 𝜔𝑡 terhadap variabel t
yaitu = 𝐼 cos 𝜔𝑡, sedangkan persamaan (7) diperoleh dengan mengintegralkan
persamaan (3) terhadap variabel t yaitu

𝐼
𝑑𝑉 = 𝑑𝑡
𝐶
𝐼 sin 𝜔𝑡 1
𝑉 = 𝑑𝑡 = − 𝐼 cos 𝜔𝑡.
𝐶 𝜔𝐶

Hal ini akan dijelaskan kembali pada bab mengenai turunan dan integral fungsi.

Total tegangan untuk rangkaian seri di atas yaitu

𝑉 =𝑉 +𝑉 +𝑉 .

Ini merupakan fungsi yang tidak sederhana. Oleh karena itu, fungsi I pada persamaan (4)
diperluas menjadi bentuk kompleks yaitu

𝐼=𝐼 𝑒 , (8)

dengan pengertian arus secara fisis aktual adalah bagian imajiner dari fungsi I pada
persamaan (8).

Matematika untuk D3 Teknik Aeronautika 10


𝐼=𝐼 𝑒 = 𝐼 (cos 𝜔𝑡 + 𝑖 sin 𝜔𝑡).

Bagian imajinernya yaitu 𝐼𝑚(𝐼) = 𝐼 sin 𝜔𝑡. Dengan kata lain, arus secara fisis aktual
adalah fungsi I pada persamaan (4). Nilai maksimum dari I adalah I0, diperoleh dari
magnitudo dari I pada persamaan (8), yaitu

|𝐼| = 𝐼 (cos 𝜔𝑡 + sin 𝜔𝑡) = 𝐼 .

Maka tegangan menjadi

𝑉 = 𝑅𝐼 𝑒 = 𝑅𝐼, (9)

𝑉 = 𝜔𝐿𝐼 𝑒 = 𝑖𝜔𝐿𝐼, (10)

1 1
𝑉 = 𝐼𝑒 = 𝐼, (11)
𝑖𝜔𝐶 𝑖𝜔𝐶
sehingga total tegangan adalah

1
𝑉 = 𝑉 + 𝑉 + 𝑉 = 𝑅 + 𝑖 𝜔𝐿 − 𝐼. (12)
𝜔𝐶
Misalnya impedansi disimbolkan dengan Z maka

1
𝑍 = 𝑅 + 𝑖 𝜔𝐿 − .
𝜔𝐶
Ini merupakan bentuk kompleks dari impedansi.

Persamaan (12) dapat ditulis sebagai

𝑉 = 𝑍𝐼,

sesuai dengan Hukum Ohm di awal pembahasan. Hukum-hukum yang berlaku pada
resistor yang dipasang seri ataupun paralel, berlaku pula pada impedansi kompleks ini.
Misalnya diberikan dua impedansi Z1 dan Z2 yang dipasang seri maka total impedansinya
adalah

𝑍 +𝑍 ,

sedangkan yang dipasang paralel, total impedansinya adalah

1 1 𝑍𝑍
+ = .
𝑍 𝑍 𝑍 +𝑍

Matematika untuk D3 Teknik Aeronautika 11


Contoh 15:

Misalnya diberikan 𝑍 = 2 + 3𝑖 dan 𝑍 = 1 − 5𝑖, tentukan total impedansinya jika

a) dipasang seri
b) dipasang paralel

Penyelesaian:

a) Dipasang seri:

𝑍 = 𝑍 + 𝑍 = 2 + 3𝑖 + 1 − 5𝑖 = 3 − 2𝑖.

b) Dipasang paralel:

1 1 1 1
𝑍 = + = + .
𝑍 𝑍 2 + 3𝑖 1 − 5𝑖

Penyederhanaan dari = . = = − dan

1 1 1 + 5𝑖 1 + 5𝑖 1 5𝑖
= . = = + .
1 − 5𝑖 1 − 5𝑖 1 + 5𝑖 1 + 25 26 26

Jadi, + = − + + = + = .

Oleh karena itu,

5−𝑖 26 5 + 𝑖 130 + 26𝑖


𝑍 = = . = =5+𝑖.
26 5−𝑖 5+𝑖 26

Jika digunakan rumus 𝑍 = maka penghitungannya lebih mudah.

𝑍𝑍 (2 + 3𝑖)(1 − 5𝑖) (2 + 15) + 𝑖(3 − 10) 17 − 7𝑖


𝑍 = = = =
𝑍 +𝑍 3 − 2𝑖 3 − 2𝑖 3 − 2𝑖

Disederhanakan menjadi

17 − 7𝑖 3 + 2𝑖 65 + 13𝑖
𝑍 = . = = 5 + 𝑖.
3 − 2𝑖 3 + 2𝑖 9+4
Contoh 16:

Misalnya diberikan 𝑍 = 2√3∠30° dan 𝑍 = 2∠120°, tentukan total impedansinya


jika: a) dipasang seri

b) dipasang paralel

Matematika untuk D3 Teknik Aeronautika 12


Penyelesaian:

a) Dipasang seri:

Bentuk impedansi kompleksnya diubah menjadi bentuk kartesian, yaitu

𝑍 = 2√3∠30° = 2√3(cos 30° + 𝑖 sin 30°) = 3 + 𝑖√3

𝑍 = 2∠120° = 2(cos 120° + 𝑖 sin 120°) = −1 + 𝑖√3,

sehingga

𝑍 = 𝑍 + 𝑍 = 3 + 𝑖√3 + −1 + 𝑖√3 = 2 + 2𝑖√3.

Sudut 𝜃 dari 𝑍 berada di kwadran 1 karena diagram Argandnya berada di


kwadran 1. 𝜃 = tan = tan √3 = 60° dan 𝑟 = 2 + (2√3) = 4 ,

Jadi, bentuk polarnya adalah 𝑍 = 4∠60°.

b) Dipasang paralel:

𝑍 𝑍 (2√3∠30°)(2∠120°) 4√3∠150°
𝑍 = = = = √3∠90°.
𝑍 +𝑍 4∠60° 4∠60°

Contoh 17:

Misalnya diberikan rangkaian listrik seri R, L, dan C seperti pada Gambar 6. Tentukan
besarnya tahanan (resistor) dan induktor (atau kapasitor) pada setiap impedansi berikut!

a. 13 + 50i b. – 25i c. 80∠30° d. 30∠ − 45°

Asumsikan frekwensi sumber (supply frequency f) 50 Hz.

Penyelesaian:

a. Impedansi Z = 13 + 50i
Tahanan = R = 13 Ohm dan reaktansi (XL) = 50 Ohm.
XL = 𝜔𝐿 = 2𝜋𝑓𝐿. Induktor = 𝐿 = = .
= 0,159 𝐻𝑒𝑛𝑟𝑦 = 159 𝑚𝐻.

b. Impedansi Z = – 25i
Tahanan = R = 0 Ohm dan reaktansi (XC) = 25 Ohm.
1 1
𝑋 = = .
𝜔𝐶 2𝜋𝑓𝐶
Kapasitor = 𝐶 = = . .
= 1,273. 10 𝐹𝑎𝑟𝑎𝑑 = 127,3 𝜇𝐹.

Matematika untuk D3 Teknik Aeronautika 13


c. Impedansi Z = 80∠30° = 80 √3 + 𝑖 = 40√3 + 40𝑖
Tahanan = R = 40√3 Ohm dan reaktansi (XL) = 40 Ohm.
Induktor = 𝐿 = = .
= 0,127 𝐻 = 127 𝑚𝐻.

d. Impedansi Z = 30∠ − 45° = 30 √2 − 𝑖√2 = 15√2 − 15𝑖√2


Tahanan = R = 15√2 Ohm dan reaktansi (XC) = 15√2 Ohm.
Kapasitor = 𝐶 = = . .
= 1,5. 10 𝐹𝑎𝑟𝑎𝑑 = 150 𝜇𝐹.

Contoh 18:

Misalnya diberikan rangkaian listrik seri R, L, dan C seperti pada Gambar 15. Jika sudut
dari impedansinya 45°, tentukan

a) 𝜔 dalam R, L, dan C!

b) 𝜔 pada saat frekwensi resonansi!(Petunjuk: resonansi terjadi jika Z bernilai real)

Penyelesaian:

a) Perhatikan impedansi kompleks dari rangkaian listrik seri R, L, dan C yaitu

1
𝑍 = 𝑅 + 𝑖 𝜔𝐿 − .
𝜔𝐶

𝜔𝐿 −
Sudut dari impedansi 𝑍 yaitu 𝜃 = tan = 45°
𝑅

𝜔𝐿 −
maka = tan 45° = 1.
𝑅
1
Jadi, diperoleh 𝜔𝐿 − = 𝑅.
𝜔𝐶
Jika setiap sukunya dikalikan dengan 𝜔𝐶, diperoleh persamaan kuadrat dalam
variabel 𝜔, yaitu 𝐿𝐶𝜔 − 𝑅𝐶𝜔 − 1 = 0. Penyelesaiannya merupakan jawaban
dari pertanyaan bagian a, yaitu

𝑅𝐶 ± √𝑅 𝐶 + 4𝐿𝐶
𝜔 . = .
2𝐿𝐶
b) Frekwensi resonansi terjadi jika Z bernilai real, berarti bagian imajiner dari

Matematika untuk D3 Teknik Aeronautika 14


impedansi Z bernilai nol. Jadi,

1 1 1 1
𝜔𝐿 − = 0 ↔ 𝜔𝐿 = ↔𝜔 = ↔𝜔=± .
𝜔𝐶 𝜔𝐶 𝐿𝐶 𝐿𝐶

Pilih yang bernilai positif. Jadi, 𝜔 pada saat frekwensi resonansi adalah

1
𝜔= .
𝐿𝐶

1.2 Vektor
Definisi dan Notasi Vektor

Vektor merupakan besaran yang mempunyai besar dan arah. Besaran-besaran yang
termasuk vektor di antaranya kecepatan, percepatan, gaya, momentum, medan listrik,
medan magnet, dan lain sebagainya. Sementara itu, besaran yang hanya ditentukan oleh
besarnya saja disebut besaran skalar. Contoh besaran skalar adalah massa, waktu,
temperatur, energi, volume, dan sebagainya.
Notasi atau penulisan vektor dan bilangan harus dibedakan agar tidak saling tertukar.
Pada buku ini vektor dinyatakan dengan huruf kecil yang bercetak tebal dan miring,
sedangkan elemennya yang berupa bilangan dituliskan dalam kurung atau dalam bentuk
penjumlahan vektor-vektor satuan i, j, dan k. Misalnya vektor 𝒖 = (𝑎, 𝑏) = 𝑎𝒊 + 𝑏𝒋.

Panjang sebuah vektor u ditulis sebagai |𝒖| didefinisikan sebagai akar dari jumlah
kuadrat elemen-elemnnya. Jadi, jika vektor 𝒖 = (𝑎, 𝑏) = 𝑎𝒊 + 𝑏𝒋, maka |𝒖| =
√𝑎 + 𝑏 .

Operasi Vektor

a. Penjumlahan dan Pengurangan

Penjumlahan dua vektor u dan v ditulis u + v secara geometris digambarkan sebagai


berikut.

u-v u+v v

Gambar 7. Diagram Penjumlahan Vektor

Matematika untuk D3 Teknik Aeronautika 15


Operasi penjumlahan dan pengurangan dua vektor merupakan resultan dua vektor
tersebut.Secara aljabar, misalnya diberikan 𝒖 = (𝑎, 𝑏) dan 𝒗 = (𝑐, 𝑑) maka 𝒖 + 𝒗 =
(𝑎 + 𝑐, 𝑏 + 𝑑) dan 𝒖 − 𝒗 = (𝑎 − 𝑐, 𝑏 − 𝑑).

Contoh 1: Misalnya diberikan 𝒖 = (−5, 3) dan 𝒗 = (9, 4), tentukan 𝒖 + 𝒗 dan


𝒖−𝒗!

Penyelesaian: 𝒖 + 𝒗 = (−5 + 9, 3 + 4) = (4, 7)

dan 𝒖 − 𝒗 = (−5 − 9, 3 − 4) = (−14, −1).

b. Perkalian

Perkalian Vektor dengan Bilangan

Misalnya diberikan vektor 𝒖 = (𝑎, 𝑏) dan bilangan ∝ maka

∝ 𝒖 = ∝ (𝑎, 𝑏) = (∝ 𝑎, ∝ 𝑏).

Perkalian Vektor dengan Vektor

Perkalian Titik (Dot Product)

Perkalian titik disebut juga perkalian skalar (scalar product) atau perkalian dalam (inner
product).

Gambar 8. Sudut antara dua vektor

Definisi: Perkalian titik dua buah vektor 𝒖 dan 𝒗 yang membentuk sudut 𝜃
didefinisikan sebagai

|𝒖||𝒗| cos 𝜃 𝑗𝑖𝑘𝑎 𝒖, 𝒗 ≠ 𝟎


𝒖∙𝒗=
𝟎 𝑗𝑖𝑘𝑎 𝒖 = 𝟎 𝑎𝑡𝑎𝑢 𝒗 = 𝟎

Karena masing-masing |𝒖|dan|𝒗| merupakan besaran panjang sebuah vektor maka


berdasarkan definisi di atas, hasil kali operasi titik antara dua vektor adalah skalar
(bilangan).

Perkalian titik memiliki sifat: 1. Komutatif, 𝒖 ∙ 𝒗 = 𝒗 ∙ 𝒖

2. Distributif, 𝒖 ∙ (𝒗 + 𝒘) = 𝒖 ∙ 𝒗 + 𝒖 ∙ 𝒘

Matematika untuk D3 Teknik Aeronautika 16


Jika vektor dituliskan dalam bentuk komponen vektor-vektor satuan, diperoleh

𝒖 ∙ 𝒗 = (𝑎𝒊 + 𝑏𝒋) ∙ (𝑐𝒊 + 𝑑𝒋)

Dengan menggunakan sifat distributif, diperoleh bentuk lain hasil kali titik dua vektor
𝒖 = (𝑎, 𝑏)dan vektor 𝒗 = (𝑐, 𝑑) yaitu 𝒖 ∙ 𝒗 = 𝑎𝑐 + 𝑏𝑑

Rumus perkalian ini sangat penting untuk beberapa penghitungan.

Contoh 9: Tentukan sudut antara dua vektor 𝒖 = (6, 8) dan 𝒗 = (3, 4)!

Penyelesaian: 𝒖 ∙ 𝒗 = |𝒖||𝒗| cos 𝜃 = 6.3 + 8. 4 = 18 + 32 = 50

|𝒖| = 6 + 8 = √36 + 64 = √100 = 10

|𝒗| = (3) + (4) = √9 + 16 = √25 = 5

Jadi, |𝒖||𝒗| cos 𝜃 = 10 . 5 cos 𝜃 = 50 ⟹ cos 𝜃 = = 1 ⟹ 𝜃 = 0°.

Jadi, dua vektor tersebut berimpit (paralel) dengan panjang yang berbeda.

Vektor yang Saling Tegak Lurus dan Paralel

Jika dua vektor saling tegak lurus maka cosinus sudut antar keduanya bernilai nol, atau
cos 𝜃 = 0. Dengan demikian, 𝑎𝑐 + 𝑏𝑑 = 0 jika vektor 𝒖 = (𝑎, 𝑏) dan vektor 𝒗 = (𝑐, 𝑑)
saling tegak lurus.

Jika dua vektor paralel maka cosinus sudut antar keduanya bernilai l, ditulis cos 𝜃 = 1.
Dengan demikian, 𝑎𝑐 + 𝑏𝑑 = 1 atau = (jika semua komponen tidak nol).

Perkalian Silang (Cross Product)

Definisi: Perkalian silang vektor u dan vditulis sebagai 𝒖 × 𝒗 didefinisikan sebuah vektor
yang panjangnya |𝒖 × 𝒗| = |𝒖||𝒗| 𝒔𝒊𝒏 𝜽 , dengan 𝜃 sudut positif ( ≤ 180°) antara u dan
v. Vektor 𝒖 × 𝒗 tegak lurus terhadap bidang u dan v (tegak lurus pada vektor u dan v).
Arah vektor 𝒖 × 𝒗 dapat dilihat pada gambar di bawah ini (aturan tangan kanan).

𝒖×𝒗

Gambar 9. Perkalian Silang secara Geometris

Matematika untuk D3 Teknik Aeronautika 17


Perkalian silang tidak bersifat komutatif, karena 𝒖 × 𝒗 = −𝒗 × 𝒖.

𝒖 × 𝒗 = 0 jika u dan v paralel atau antiparalel (berimpit tapi arahnya berlawanan) dan
𝒖 × 𝒖 = 0 untuk sebarang vektor u. Jadi,

𝒊×𝒊=𝒋×𝒋 =𝒌×𝒌= 𝟎

𝒊 × 𝒋 = 𝒌, 𝒋 × 𝒌 = 𝒊, 𝒌×𝒊=𝒋

𝒋 × 𝒊 = −𝒌, 𝒌 × 𝒋 = −𝒊, 𝒊 × 𝒌 = −𝒋.

Perkalian silang bersifat distributif, 𝒖 × (𝒗 + 𝒘) = (𝒖 × 𝒗) + (𝒖 × 𝒘).

Karena hasil kali silang dua vektor u dan v merupakan vektor yang tegak lurus pada dua
vektor ini maka perkalian silang hanya dapat dihitung jika vektor-vektornyadi ruang (tiga
dimensi).Misalnya diberikan vektor 𝒖 = (𝑎, 𝑏, 𝑐) dan vektor 𝒗 = (𝑑, 𝑒, 𝑓) maka

𝒊 𝒋 𝒌
𝑏 𝑐 𝑎 𝑐 𝑎 𝑏
𝒖𝒙𝒗= 𝑎 𝑏 𝑐 = 𝒊 −𝒋 𝑑 𝑓 +𝒌 𝑑
𝑒 𝑓 𝑒
𝑑 𝑒 𝑓

= 𝒊(𝑏𝑓 − 𝑐𝑒) − 𝒋(𝑎𝑓 − 𝑐𝑑) + 𝒌(𝑎𝑒 − 𝑏𝑑).

Contoh 10:

Tentukan vektor yang tegak lurus pada kedua vektor 𝒖 = (2,1, −1) dan 𝒗 = (1,3, −2)!

𝒊 𝒋 𝒌
1 −1 2 −1 2 𝟏
Penyelesaian: 𝒖 𝒙 𝒗 = 2 1 −1 = 𝒊 −𝒋 +𝒌
3 −𝟐 1 −2 1 𝟑
1 3 −2
= 𝒊(−2 + 3) − 𝒋(−4 + 1) + 𝒌(𝟔 − 𝟏) = 𝒊 + 3𝒋 + 5𝒌.

Latihan 2
1. Misalnya vektor 𝒖 = 2𝒊 + 3𝒋 dan 𝒗 = 4𝒊 − 5𝒋 . Gambarkan grafiknya dan
hitunglah secara aljabar vektor-vektor berikut ini!
a. 𝒖 + 𝒗
b. 𝟐𝒖 + 𝒗
c. 𝒖 − 𝟐𝒗
2. Jika 𝒖 + 𝒗 = −𝒊 + 4𝒋 dan 𝒖 − 𝒗 = 𝒊 + 3𝒋 gambarkan diagram vektor untuk
memperoleh vektor u dan v secara aljabar dan geometri!
3. Hitunglah sudut antara vektor-vektor 𝒖 = (−2,1, −2) dan 𝒗 = (2, −2,0)!
4. Tunjukkan bahwa vektor 2𝒊 − 𝒋 + 4𝒌dan 5𝒊 + 2𝒋 − 2𝒌ortogonal (saling tegak
lurus)!
5. Carilah vektor yang tegak lurus pada dua vektor 𝒊 − 3𝒋 + 2𝒌 dan 5𝒊 − 𝒋 − 4𝒌!

Matematika untuk D3 Teknik Aeronautika 18


6. Perhatikan gambar di bawah ini!

𝒅
𝒄
𝒆
𝒃

𝒂
Tentukan 𝒂 + 𝒃 + 𝒄 + 𝒅 + 𝒆 = ⋯

7. Diberikan segiempat sembarang, ABCD. Titik G dan H berturut-turut merupakan


titik tengah AD dan BC. Buktikan 𝐴𝐵 + 𝐷𝐶 = 2𝐺𝐻

8. Diberikan segitiga sembarang, ABC. Titik L, M dan N berturut-turut merupakan


titik tengah AB, BC, dan AC. Buktikan:
a. 2𝐴𝐵 + 3𝐵𝐶 = 𝐶𝐴 = 2𝐿𝐶
b. 𝐴𝑀 + 𝐵𝑁 + 𝐶𝐿 = 0

9. Diberikan segiempat sembarang ABCD. Titik P dan Q berturut-turut merupakan


titik tengah diagonal AC dan BD. Buktikan 𝐴𝐵 + 𝐴𝐷 + 𝐶𝐵 + 𝐶𝐷 = 4𝑃𝑄

10. Perhatikan gambar di bawah ini! Segitiga ABC adalah segitiga sembarang.

A E

D C

Buktikan 𝐷𝐸 ∥ 𝐵𝐶 dan |𝐷𝐸 | = |𝐵𝐶 | !

11. Perhatikan segitiga sembarang di bawah ini! Diketahui bahwa = = . Titik


O disebut sebagai titik berat segitiga.

b
p O q
a

Diberikan segitiga sembarang OBC, dengan O titik asal. Vektor 𝑂𝐶 = 4𝒊 + 3𝒋


dan 𝑂𝐵 = 6𝒊 − 𝒋. Jika titik G titik berat segitiga OBC, maka tentukan Vektor 𝑂𝐺
dalam vektor satuan 𝒊 dan 𝒋!

Matematika untuk D3 Teknik Aeronautika 19

Anda mungkin juga menyukai