Bilangan kompleks merupakan sebuah pasangan berurut dua bilangan real a dan b yang
ditulis dengan notasi 𝑧 = 𝑎 + 𝑖𝑏 . Notasi ini disebut bentuk kartesian. Bilangan a
disebut bagian real ditulis a = Re(z), sedangkan b disebut bagian imajiner ditulis
b = Im(z).
Contoh 1: Tentukan bagian real, bagian imajiner, dan sekawan bilangan kompleks
berikut! 1). 6 + 𝑖7 2). 7 − 𝑖5 3). 𝑖8
Penyelesaian:
Bilangan kompleks secara geometris digambarkan pada bidang kompleks sebagai sebuah
ruas garis. Sumbu horisontal bidang kompleks adalah sumbu real dan sumbu vertikal
adalah sumbu imajiner. Sistem koordinat ini disebut diagram Cartesius atau diagram
Argand.
Im
b a + ib
2 5 + 2i
a 5 Re
Contoh 2:
Penyelesaian:
– 2 + 3i Im
3 + 2i
Re
–3–i
2 – 2i
r b
O a Re
Misalnya r merupakan panjang diagram argand dari z dan θ adalah besar sudut diagram
z terhadap sumbu real positif. Dengan menggunakan hubungan trigonometri 𝑎 = 𝑟 cos 𝜃
dan 𝑏 = 𝑟 sin 𝜃, diperoleh 𝑟 = √𝑎 + 𝑏 dan 𝜃 = 𝑎𝑟𝑐 tan . Jadi, bilangan kompleks z
dapat dituliskan sebagai 𝑧 = 𝑎 + 𝑖𝑏 = 𝑟 cos 𝜃 + 𝑖 𝑟 sin 𝜃 atau
dengan 𝜃 dalam derajat atau radian. Bentuk ini disebut bentuk kutub (polar) bilangan
kompleks. Penulisan atau notasi singkat dari bentuk polar ini adalah
𝑧 = 𝑟∠𝜃,
dengan r modulus atau magnitudo dari z (ditulis 𝑟 = |𝑧|) dan 𝜃 argumen dari z.
Penyelesaian:
Keempat bilangan kompleks ini berturut-turut berada pada kuadran I, II, III, dan IV.
Karena modulusnya r maka panjang diagramnya sama. Perhatikan Gambar 4!
Penyelesaian:
Kedua bilangan kompleks ini berturut-turut berada pada kwadran I dan II.
𝑧 = 6 + 𝑖8 𝑧 = −6 + 𝑖8
𝑧 = 𝑟𝑒 ,
dengan 𝜃 dalam radian. Bentuk ini disebut bentuk eksponen bilangan kompleks.
Bilangan e merupakan konstanta yang dapat dihitung dengan menginverskan fungsi
logaritma normal (ln) dari 1, yaitu
𝑒 = ln (1) = 2,718281828 …
Penyelesaian:
Penyelesaian:
𝜋 𝜋
𝑧 = 3𝑒 = 3 cos − + 𝑖 sin − = 0 + 3𝑖(−1) = −3𝑖.
2 2
b. Perkalian
Penyelesaian:
Penyelesaian:
c. Pembagian
Penyelesaian:
𝑧 𝑟𝑒 𝑟 ( )
= = 𝑒 .
𝑧 𝑅𝑒 𝑅
Penyelesaian:
𝑧
= (9/3)∠(160 − 20)° = 3∠140°.
𝑧
𝑧 = 𝑧 ⇔ 𝑎 = 𝑐 dan 𝑏 = 𝑑
Penyelesaian:
a. 1 + i b. 1 − 𝑖√3
/
c. 4 cos + 𝑖 sin d. 3𝑒
a. 𝑖 − 1 b. −𝑖4
/
c. 3 cos + 𝑖 sin d. √2𝑒
a. 2𝑖 − 1 b. −𝑖8 c. −√3 + 𝑖
d. 2 e. 2 − 2𝑖
a. 2𝑖 + 1 b. 𝑖8 c. −√6 + 𝑖
d. - 2 e. 3 − 2𝑖
/ /
a. 13 cos − 𝑖 sin b. √2𝑒 c. −√6𝑒
/
d. 24 cos + 𝑖 sin e. 9,3𝑒
a. b. c.
d. e.
√
e. = −𝑖
( ∠ °)
c. (145∠30°)(2∠120°) d.
( ∠ °)
( ∠ °)
e. ( ∠ °)
Di dalam teori rangkaian listrik, Misalnya VR adalah voltage atau tegangan dari sebuah
resistor (resistor) R dan I adalah arus yang melalui resistor tersebut maka berlaku rumus
di bawah ini yang merupakan Hukum Ohm
𝑉 = 𝐼𝑅. (1)
Jika arus dan tegangan melalui sebuah induktor (inductor) L maka rumusnya adalah
𝑑𝐼
𝑉 =𝐿 , (2)
𝑑𝑡
sedangkan arus dan tegangan yang melalui sebuah kapasitor (capacitor) C rumusnya
adalah
𝑑𝑉 𝐼
= . (3)
𝑑𝑡 𝐶
Arus I dan tegangan V di dalam rangkaian listrik bervariasi terhadap waktu, sehingga
dapat ditulis sebagai fungsi dari waktu
Hasil mensubstitusi fungsi ini dengan persamaan (1), (2), dan (3), diperoleh
𝑉 = 𝑅𝐼 sin 𝜔𝑡 , (5)
𝑑𝐼
𝑉 =𝐿 = 𝜔𝐿𝐼 cos 𝜔𝑡 , (6)
𝑑𝑡
1
𝑉 =− 𝐼 cos 𝜔𝑡 , (7)
𝜔𝐶
Persamaan (6) diperoleh dengan menurunkan fungsi 𝐼 = 𝐼 sin 𝜔𝑡 terhadap variabel t
yaitu = 𝐼 cos 𝜔𝑡, sedangkan persamaan (7) diperoleh dengan mengintegralkan
persamaan (3) terhadap variabel t yaitu
𝐼
𝑑𝑉 = 𝑑𝑡
𝐶
𝐼 sin 𝜔𝑡 1
𝑉 = 𝑑𝑡 = − 𝐼 cos 𝜔𝑡.
𝐶 𝜔𝐶
Hal ini akan dijelaskan kembali pada bab mengenai turunan dan integral fungsi.
𝑉 =𝑉 +𝑉 +𝑉 .
Ini merupakan fungsi yang tidak sederhana. Oleh karena itu, fungsi I pada persamaan (4)
diperluas menjadi bentuk kompleks yaitu
𝐼=𝐼 𝑒 , (8)
dengan pengertian arus secara fisis aktual adalah bagian imajiner dari fungsi I pada
persamaan (8).
Bagian imajinernya yaitu 𝐼𝑚(𝐼) = 𝐼 sin 𝜔𝑡. Dengan kata lain, arus secara fisis aktual
adalah fungsi I pada persamaan (4). Nilai maksimum dari I adalah I0, diperoleh dari
magnitudo dari I pada persamaan (8), yaitu
𝑉 = 𝑅𝐼 𝑒 = 𝑅𝐼, (9)
1 1
𝑉 = 𝐼𝑒 = 𝐼, (11)
𝑖𝜔𝐶 𝑖𝜔𝐶
sehingga total tegangan adalah
1
𝑉 = 𝑉 + 𝑉 + 𝑉 = 𝑅 + 𝑖 𝜔𝐿 − 𝐼. (12)
𝜔𝐶
Misalnya impedansi disimbolkan dengan Z maka
1
𝑍 = 𝑅 + 𝑖 𝜔𝐿 − .
𝜔𝐶
Ini merupakan bentuk kompleks dari impedansi.
𝑉 = 𝑍𝐼,
sesuai dengan Hukum Ohm di awal pembahasan. Hukum-hukum yang berlaku pada
resistor yang dipasang seri ataupun paralel, berlaku pula pada impedansi kompleks ini.
Misalnya diberikan dua impedansi Z1 dan Z2 yang dipasang seri maka total impedansinya
adalah
𝑍 +𝑍 ,
1 1 𝑍𝑍
+ = .
𝑍 𝑍 𝑍 +𝑍
a) dipasang seri
b) dipasang paralel
Penyelesaian:
a) Dipasang seri:
𝑍 = 𝑍 + 𝑍 = 2 + 3𝑖 + 1 − 5𝑖 = 3 − 2𝑖.
b) Dipasang paralel:
1 1 1 1
𝑍 = + = + .
𝑍 𝑍 2 + 3𝑖 1 − 5𝑖
1 1 1 + 5𝑖 1 + 5𝑖 1 5𝑖
= . = = + .
1 − 5𝑖 1 − 5𝑖 1 + 5𝑖 1 + 25 26 26
Jadi, + = − + + = + = .
Disederhanakan menjadi
17 − 7𝑖 3 + 2𝑖 65 + 13𝑖
𝑍 = . = = 5 + 𝑖.
3 − 2𝑖 3 + 2𝑖 9+4
Contoh 16:
b) dipasang paralel
a) Dipasang seri:
sehingga
√
kwadran 1. 𝜃 = tan = tan √3 = 60° dan 𝑟 = 2 + (2√3) = 4 ,
b) Dipasang paralel:
𝑍 𝑍 (2√3∠30°)(2∠120°) 4√3∠150°
𝑍 = = = = √3∠90°.
𝑍 +𝑍 4∠60° 4∠60°
Contoh 17:
Misalnya diberikan rangkaian listrik seri R, L, dan C seperti pada Gambar 6. Tentukan
besarnya tahanan (resistor) dan induktor (atau kapasitor) pada setiap impedansi berikut!
Penyelesaian:
a. Impedansi Z = 13 + 50i
Tahanan = R = 13 Ohm dan reaktansi (XL) = 50 Ohm.
XL = 𝜔𝐿 = 2𝜋𝑓𝐿. Induktor = 𝐿 = = .
= 0,159 𝐻𝑒𝑛𝑟𝑦 = 159 𝑚𝐻.
b. Impedansi Z = – 25i
Tahanan = R = 0 Ohm dan reaktansi (XC) = 25 Ohm.
1 1
𝑋 = = .
𝜔𝐶 2𝜋𝑓𝐶
Kapasitor = 𝐶 = = . .
= 1,273. 10 𝐹𝑎𝑟𝑎𝑑 = 127,3 𝜇𝐹.
Contoh 18:
Misalnya diberikan rangkaian listrik seri R, L, dan C seperti pada Gambar 15. Jika sudut
dari impedansinya 45°, tentukan
a) 𝜔 dalam R, L, dan C!
Penyelesaian:
1
𝑍 = 𝑅 + 𝑖 𝜔𝐿 − .
𝜔𝐶
𝜔𝐿 −
Sudut dari impedansi 𝑍 yaitu 𝜃 = tan = 45°
𝑅
𝜔𝐿 −
maka = tan 45° = 1.
𝑅
1
Jadi, diperoleh 𝜔𝐿 − = 𝑅.
𝜔𝐶
Jika setiap sukunya dikalikan dengan 𝜔𝐶, diperoleh persamaan kuadrat dalam
variabel 𝜔, yaitu 𝐿𝐶𝜔 − 𝑅𝐶𝜔 − 1 = 0. Penyelesaiannya merupakan jawaban
dari pertanyaan bagian a, yaitu
𝑅𝐶 ± √𝑅 𝐶 + 4𝐿𝐶
𝜔 . = .
2𝐿𝐶
b) Frekwensi resonansi terjadi jika Z bernilai real, berarti bagian imajiner dari
1 1 1 1
𝜔𝐿 − = 0 ↔ 𝜔𝐿 = ↔𝜔 = ↔𝜔=± .
𝜔𝐶 𝜔𝐶 𝐿𝐶 𝐿𝐶
Pilih yang bernilai positif. Jadi, 𝜔 pada saat frekwensi resonansi adalah
1
𝜔= .
𝐿𝐶
1.2 Vektor
Definisi dan Notasi Vektor
Vektor merupakan besaran yang mempunyai besar dan arah. Besaran-besaran yang
termasuk vektor di antaranya kecepatan, percepatan, gaya, momentum, medan listrik,
medan magnet, dan lain sebagainya. Sementara itu, besaran yang hanya ditentukan oleh
besarnya saja disebut besaran skalar. Contoh besaran skalar adalah massa, waktu,
temperatur, energi, volume, dan sebagainya.
Notasi atau penulisan vektor dan bilangan harus dibedakan agar tidak saling tertukar.
Pada buku ini vektor dinyatakan dengan huruf kecil yang bercetak tebal dan miring,
sedangkan elemennya yang berupa bilangan dituliskan dalam kurung atau dalam bentuk
penjumlahan vektor-vektor satuan i, j, dan k. Misalnya vektor 𝒖 = (𝑎, 𝑏) = 𝑎𝒊 + 𝑏𝒋.
Panjang sebuah vektor u ditulis sebagai |𝒖| didefinisikan sebagai akar dari jumlah
kuadrat elemen-elemnnya. Jadi, jika vektor 𝒖 = (𝑎, 𝑏) = 𝑎𝒊 + 𝑏𝒋, maka |𝒖| =
√𝑎 + 𝑏 .
Operasi Vektor
u-v u+v v
b. Perkalian
∝ 𝒖 = ∝ (𝑎, 𝑏) = (∝ 𝑎, ∝ 𝑏).
Perkalian titik disebut juga perkalian skalar (scalar product) atau perkalian dalam (inner
product).
Definisi: Perkalian titik dua buah vektor 𝒖 dan 𝒗 yang membentuk sudut 𝜃
didefinisikan sebagai
2. Distributif, 𝒖 ∙ (𝒗 + 𝒘) = 𝒖 ∙ 𝒗 + 𝒖 ∙ 𝒘
Dengan menggunakan sifat distributif, diperoleh bentuk lain hasil kali titik dua vektor
𝒖 = (𝑎, 𝑏)dan vektor 𝒗 = (𝑐, 𝑑) yaitu 𝒖 ∙ 𝒗 = 𝑎𝑐 + 𝑏𝑑
Contoh 9: Tentukan sudut antara dua vektor 𝒖 = (6, 8) dan 𝒗 = (3, 4)!
Jadi, dua vektor tersebut berimpit (paralel) dengan panjang yang berbeda.
Jika dua vektor saling tegak lurus maka cosinus sudut antar keduanya bernilai nol, atau
cos 𝜃 = 0. Dengan demikian, 𝑎𝑐 + 𝑏𝑑 = 0 jika vektor 𝒖 = (𝑎, 𝑏) dan vektor 𝒗 = (𝑐, 𝑑)
saling tegak lurus.
Jika dua vektor paralel maka cosinus sudut antar keduanya bernilai l, ditulis cos 𝜃 = 1.
Dengan demikian, 𝑎𝑐 + 𝑏𝑑 = 1 atau = (jika semua komponen tidak nol).
Definisi: Perkalian silang vektor u dan vditulis sebagai 𝒖 × 𝒗 didefinisikan sebuah vektor
yang panjangnya |𝒖 × 𝒗| = |𝒖||𝒗| 𝒔𝒊𝒏 𝜽 , dengan 𝜃 sudut positif ( ≤ 180°) antara u dan
v. Vektor 𝒖 × 𝒗 tegak lurus terhadap bidang u dan v (tegak lurus pada vektor u dan v).
Arah vektor 𝒖 × 𝒗 dapat dilihat pada gambar di bawah ini (aturan tangan kanan).
𝒖×𝒗
𝒖 × 𝒗 = 0 jika u dan v paralel atau antiparalel (berimpit tapi arahnya berlawanan) dan
𝒖 × 𝒖 = 0 untuk sebarang vektor u. Jadi,
𝒊×𝒊=𝒋×𝒋 =𝒌×𝒌= 𝟎
𝒊 × 𝒋 = 𝒌, 𝒋 × 𝒌 = 𝒊, 𝒌×𝒊=𝒋
Karena hasil kali silang dua vektor u dan v merupakan vektor yang tegak lurus pada dua
vektor ini maka perkalian silang hanya dapat dihitung jika vektor-vektornyadi ruang (tiga
dimensi).Misalnya diberikan vektor 𝒖 = (𝑎, 𝑏, 𝑐) dan vektor 𝒗 = (𝑑, 𝑒, 𝑓) maka
𝒊 𝒋 𝒌
𝑏 𝑐 𝑎 𝑐 𝑎 𝑏
𝒖𝒙𝒗= 𝑎 𝑏 𝑐 = 𝒊 −𝒋 𝑑 𝑓 +𝒌 𝑑
𝑒 𝑓 𝑒
𝑑 𝑒 𝑓
Contoh 10:
Tentukan vektor yang tegak lurus pada kedua vektor 𝒖 = (2,1, −1) dan 𝒗 = (1,3, −2)!
𝒊 𝒋 𝒌
1 −1 2 −1 2 𝟏
Penyelesaian: 𝒖 𝒙 𝒗 = 2 1 −1 = 𝒊 −𝒋 +𝒌
3 −𝟐 1 −2 1 𝟑
1 3 −2
= 𝒊(−2 + 3) − 𝒋(−4 + 1) + 𝒌(𝟔 − 𝟏) = 𝒊 + 3𝒋 + 5𝒌.
Latihan 2
1. Misalnya vektor 𝒖 = 2𝒊 + 3𝒋 dan 𝒗 = 4𝒊 − 5𝒋 . Gambarkan grafiknya dan
hitunglah secara aljabar vektor-vektor berikut ini!
a. 𝒖 + 𝒗
b. 𝟐𝒖 + 𝒗
c. 𝒖 − 𝟐𝒗
2. Jika 𝒖 + 𝒗 = −𝒊 + 4𝒋 dan 𝒖 − 𝒗 = 𝒊 + 3𝒋 gambarkan diagram vektor untuk
memperoleh vektor u dan v secara aljabar dan geometri!
3. Hitunglah sudut antara vektor-vektor 𝒖 = (−2,1, −2) dan 𝒗 = (2, −2,0)!
4. Tunjukkan bahwa vektor 2𝒊 − 𝒋 + 4𝒌dan 5𝒊 + 2𝒋 − 2𝒌ortogonal (saling tegak
lurus)!
5. Carilah vektor yang tegak lurus pada dua vektor 𝒊 − 3𝒋 + 2𝒌 dan 5𝒊 − 𝒋 − 4𝒌!
𝒅
𝒄
𝒆
𝒃
𝒂
Tentukan 𝒂 + 𝒃 + 𝒄 + 𝒅 + 𝒆 = ⋯
10. Perhatikan gambar di bawah ini! Segitiga ABC adalah segitiga sembarang.
A E
D C
b
p O q
a