Anda di halaman 1dari 20

i

BAHAN AJAR
KALKULUS 2
15P04689
3 SKS

TEKNIK ELEKTRO
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
2020
DESKRIPSI MATAKULIAH

Mata kuliah ini membahas tentang bilangan kompleks, persamaan diferensial biasa
(pdb) orde 1, orde 2 atau orde lebih dari 2, persamaan linear, transformasi laplace, dan
matrik.

ii
BAB I

BILANGAN KOMPLEKS

A. Deskripsi singkat
Pada Bab I akan dibahas mengenai bilangan kompleks.

B. Capaian pembelajaran matakuliah


Mahasiswa peserta matakuliah setelah mempelajari materi ini diharapkan mampu
memahami konsep bilangan kompleks.

C. Isi Materi perkuliahan


1. Notasi Bilangan Kompleks dan Simbol j
Suatu bilangan kompleks z terdiri atas pasangan bilangan riil a dan b yang dapat
dituliskan dengan:

𝑧 = 𝑎 + 𝑗𝑏

Keterangan:

a adalah bagian riil dari bilangan kompleks z (𝑎 = Re 𝑧)

b adalah bagian imajiner dari bilangan kompleks z (𝑏 = Im 𝑧)

𝑗 = √−1 (dalam beberapa bidang terkadang digunakan simbol i)

Sebagai contoh, jika suatu bilangan kompleks z = 3 + j8 maka 3 adalah bagian riil dan
8 adalah bagian imajiner. Coba tentukan bagian riil dan dagian imajiner dari beberapa
bilangan kompleks berikut:
a. z1 = -7 + j6
b. z2 = -17 - j68
c. z3 = 71 + j86
d. z4 = 1 – j8

2. Pangkat dari j
𝑗 = √−1 𝑗 = √−1
𝑗 2 = −1 𝑗 2 = −1
𝑗 3 = 𝑗 2 𝑗 = (−1)𝑗 = −𝑗 𝑗 3 = −𝑗
𝑗 4 = (𝑗 2 )2 = (−1)2 = 1 𝑗4 = 1

1
2

Perhatikan hasil perpangkatan yang terakhir: 𝑗 4 = 1. Setiap kali ada faktor 𝑗 4 muncul,
nilainya dapat digantikan dengan 1. Sehingga nilai pangkat dari j akan memiliki salah
satu nilai dari empat nilai yang telah disampaikan sebelumnya. Sebagai contoh:
𝑗 47 = (𝑗 4 )11 𝑗 3 = (1)11 𝑗 3 = 1(−𝑗) = −𝑗
Coba tentukan nilai pangkat dari j berikut:
a. 𝑗 326
b. 𝑗 101
c. 𝑗 92
d. 𝑗 55
3. Operasi Tambah dan Kurang Bilangan Kompleks
Secara umum operasi tambah dan kurang dua buah bilangan kompleks dapat
dituliskan sebagai berikut:
(𝑎 + 𝑗𝑏) + (𝑐 + 𝑗𝑑) = (𝑎 + 𝑐) + 𝑗(𝑏 + 𝑐)
(𝑎 + 𝑗𝑏) − (𝑐 + 𝑗𝑑) = (𝑎 − 𝑐) + 𝑗(𝑏 − 𝑐)
Sebagai contoh : (-3 + j5) + (6 – j4) = 3 + j
Coba tentukan nilai dari: (2 + 𝑗5) + (−9 + 𝑗2) − (−8 − 2)
4. Operasi Perkalian Bilangan Kompleks
Secara umum operasi tambah dan kurang dua buah bilangan kompleks dapat
dituliskan sebagai berikut:

(𝑎 + 𝑗𝑏)(𝑐 + 𝑗𝑑) = 𝑎𝑐 + 𝑗𝑏𝑐 + 𝑗𝑎𝑑 + 𝑗 2 𝑏𝑑 ingat kembali bahwa 𝑗 2 = −1, maka:

(𝑎 + 𝑗𝑏)(𝑐 + 𝑗𝑑) = 𝑎𝑐 + 𝑗𝑏𝑐 + 𝑗𝑎𝑑 − 𝑏𝑑

(𝑎 + 𝑗𝑏)(𝑐 + 𝑗𝑑) = (𝑎𝑐 − 𝑏𝑑) + 𝑗(𝑏𝑐 + 𝑎𝑑)

Sebagai contoh:

(1 + 𝑗2)(3 + 𝑗4) = 3 + 𝑗6 + 𝑗4 + 𝑗 2 8 = 3 + 𝑗10 − 8 = −5 + 𝑗10

Terdapat tiga kemungkinan dari hasil perkalian dua bilangan kompleks, yaitu bilangan
kompleks, bilangan riil, dan bilangan imajiner.

Coba tentukan nilai dari: (−3 + 𝑗2)(5 − 𝑗4)

5. Pasangan Bilangan Kompleks Konjugat


Secara umum pasangan bilangan kompleks konjugat adalah (a + jb) dan (a – jb),
artinya kedua bilangan kompleks tersebut identik namun berbeda tanda di bagian
imajiner. Perkalian dari pasangan kompleks konjugat akan menghasilkan bilangan riil.
3

(𝑎 + 𝑗𝑏)(𝑎 − 𝑗𝑏) = 𝑎2 + 𝑗𝑎𝑏 − 𝑗𝑎𝑏 − 𝑗 2 𝑏 2 = 𝑎2 + 𝑏 2

Sebagai contoh: (3 + j4)(3 – j4) = 25

Coba tentukan apakah beberapa pasangan bilangan kompleks berikut adalah


pasangan kompleks konjugat:

a. (13 + j41) dan (13 – j41)


b. (-23 + j4) dan (-23 – j4)
c. (31 + j42) dan (-31 + j42)
d. (-33 – j4) dan (-33 – j4)
6. Operasi Pembagian Bilangan Kompleks
Secara umum operasi pembagian dua buah bilangan kompleks dapat dilakukan
dengan cara merubah bagian penyebut menjadi bilangan riil. Salah satu cara yang
dapat dilakukan adalah dengan mengalikan kedua bilangan kompleks yang saling
dibagikan dengan pasangan kompleks konjugat dari bilangan kompleks yang menjadi
penyebut. Perhatikan operasi pembagian sebagai berikut:

(𝑎 + 𝑗𝑏) (𝑎 + 𝑗𝑏) (𝑐 − 𝑗𝑑) (𝑎 + 𝑗𝑏)(𝑐 − 𝑗𝑑)


= =
(𝑐 + 𝑗𝑑) (𝑐 + 𝑗𝑑) (𝑐 − 𝑗𝑑) 𝑐 2 + 𝑑2

Sebagai contoh:

(1 + 𝑗2) (1 + 𝑗2) (3 + 𝑗4) −5 + 𝑗10 1 2


= = =− +𝑗
(3 − 𝑗4) (3 − 𝑗4) (3 + 𝑗4) 25 5 5

Coba selesaikan operasi pembagian berikut:

(6+𝑗5)
a. (2−𝑗4)
(6+𝑗5)(3−𝑗5)
b. (2−𝑗4)

7. Representasi Bilangan Kompleks dalam Grafik


Sebagai ilustrasi jika suatu nilai (+3) dikalikan dengan (-1) maka akan diperoleh nilai
(-3). Jika direpresentasikan dalam bentuk vektor maka akan dapat dilihat pada
Gambar 1. Dari gambar tersebut terlihat bahwa vektor akan terotasi sebesar 1800 dari
arah semula dengan besaran yang sama. Faktor (-1) ekuivalen dengan 𝑗 2 . Sehingga
sebuah faktor j merotasikan vektor sebesar 900 dalam arah positif.
4

Gambar 1. Representasi grafik vektor yang dikalikan (-1), j, dan 𝑗 2


Maka representasi grafik suatu bilangan kompleks dapat dinyatakan sebagai jumlahan
dua buah vektor. Sebagai contoh misalkan z = 3 + j2 dapat digambarkan seperti
Gambar 2 sebelah kiri. Gambar 3 menunjukkan representasi operasi penjumlahan dan
pengurangan bilangan kompleks dalam bentuk grafik.

Gambar 2. Representasi grafik bilangan kompleks

Gambar 3. Representasi grafik operasi penjumlahan dan pengurangan bilangan


kompleks
8. Bilangan Kompleks dalam Bentuk Polar/Kutub
Terkadang akan lebih memudahkan menuliskan bilangan kompleks dalam bentuk lain.
Perhatikan Gambar 4, suatu bilangan kompleks z = a + jb dalam representasi vektor
5

OP dimana r adalah besar dari vektor dan θadalah sudut yang terbentuk terhadap
OX.

Gambar 4. Representasi grafik bilangan kompleks z = a + jb


Berdasarkan Gambar 4 diketahui:
𝑟 2 = 𝑎2 +𝑏 2 𝑟 = √𝑎2 +𝑏 2
𝑏 𝑏
tan 𝜃 = 𝑎 𝜃 = 𝑡𝑎𝑛−1 (𝑎) 00 ≤ 𝜃 ≤ 3600

𝑎 = 𝑟 cos 𝜃 𝑏 = 𝑟 sin 𝜃
𝑧 = 𝑎 + 𝑗𝑏 dapat ditulis menjadi 𝑧 = 𝑟 cos 𝜃 + 𝑗𝑟 sin 𝜃 = 𝑟(cos 𝜃 + 𝑗 sin 𝜃) = 𝑟|𝜃
Bentuk polar dari bilangan kompleks z = a + jb adalah 𝑧 = 𝑟(cos 𝜃 + 𝑗 sin 𝜃) = 𝑟|𝜃
𝑏
dimana = √𝑎2 +𝑏2 dan 𝜃 = 𝑡𝑎𝑛−1 ( ). Perlu kehati-hatian dalam menentukan besar
𝑎

nilai θuntuk setiap kuadran, ada baiknya untuk dibuat sketsa vektornya. Nilai θ
dihitung dari sumbu OX positif berlawanan arah jarum jam hingga garis vektor atau
disebut sudut positif.
Sebagai contoh bentuk polar dari bilangan kompleks z = -3 – j4 adalah sebagai
berikut:
𝑟=5
4
𝐸 = 𝑡𝑎𝑛−1 (3)=53,130

𝜃 = 1800 + 𝐸 = 1800 + 53,130 = 233,130

𝑧 = −3 − 𝑗4 = 5(cos 233,130 + 𝑗 sin 233,130 ) = 5|233,130

Gambar 5. Sketsa vektor z = -3 – j4


Coba cari bentuk polar dari bilangan kompleks berikut:
a. z1 = 6 + j8
b. z2 = -6 + j8
c. z3 = -6 – j8
d. z4 = 6 – j8
9. Bilangan Kompleks dalam Bentuk Eksponensial
𝑒 𝑗𝜃 = cos 𝜃 + 𝑗 sin 𝜃 sehingga bentuk 𝑟(cos 𝜃 + 𝑗 sin 𝜃) bisa dituliskan sebagai 𝑟𝑒 𝑗𝜃 .
Bilangan kompleks dalam bentuk eksponensial dapat dituliskan sebagai:
6

𝑧 = 𝑟𝑒 𝑗𝜃
Nilai r dan θdidapatkan dengan cara yang sama seperti pada bentuk polar, namun
nilai θharus dinyatakan dalam radian.
Sebagai contoh bentuk eksponensial dari bilangan kompleks 𝑧 = 5|600 adalah sebagai
berikut:
𝜋
𝜋
𝑟=5 𝜃 = 600 = 3
𝑟𝑎𝑑𝑖𝑎𝑛 𝑧 = 5𝑒 𝑗 3

Coba cari bentuk eksponensial dari bilangan kompleks berikut:


a. z1 = 6 + j6
b. 𝑧 = 15|2100
10. Sudut Negatif
Gambar 6 menunjukkan representasi vektor bilangan kompleks 𝑧 = 3(cos 2300 +
𝑗 sin 2300 ) . Dalam hal ini nilai θ bisa digantikan dengan -1300, tanda negatif
menunjukkan bahwa sudut dihitung dalam arah yang berlawanan bukan dalam arah
positif. Sehingga dapat dituliskan sebagai 𝑧 = 3(cos 2300 + 𝑗 sin 2300 ) =
3(cos[−1300 ] + 𝑗 sin[−1300 ]). Dalam hal ini, telah diketahui bahwa nilai cos[−𝜃] =
cos 𝜃 dan sin[−𝜃] = −sin 𝜃, maka 𝑧 = 3(cos 1300 − 𝑗 sin 1300 ) = 3|−1300.

Gambar 6. Sketsa vektor 𝑧 = 3(cos 2300 + 𝑗 sin 2300 )


Berdasarkan perhitungan sebelumnya, maka 𝑧 = 3|2300 = 3|−1300 . Selain
̅̅̅̅̅̅̅0 .
menggunakan sudut negatif, nilai |−1300 dapat dituliskan sebagai |130

Tanda menunjukkan kuadran pertama dan arah positif, sedangkan


menunjukkan kuadran keempat dan arah negatif.
Sebagai contoh 𝑧 = 5|300 = 5|−3300 = 5|3300 = 5|−300
Coba tulis ulang bentuk bilangan kompleks di bawah ini dalam sudut negatif:
a. z1 = 6 + j6
b. 𝑧 = 15|2100
11. Operasi Perkalian Bilangan Kompleks dalam Bentuk Polar
Operasi perkalian bilangan kompleks dalam bentuk polar dilakukan dengan cara
mengalikan nilai r dan menambah nilai θ. Secara umum sebagai berikut:
𝑟1 (cos 𝜃1 + 𝑗 sin 𝜃1 )𝑟2 (cos 𝜃2 + 𝑗 sin 𝜃2 ) = 𝑟1 𝑟2 (cos[𝜃1 + 𝜃2 ] + 𝑗 sin[𝜃1 + 𝜃2 ])
7

(𝑟1 |𝜃1 ) (𝑟2 |𝜃2 ) = 𝑟1 𝑟2 |(𝜃1 + 𝜃2 )

Sebagai contoh, 5|300 3|500 = 15|1500.


Coba hitung perkalian bilangan kompleks berikut:
a. (2|1300 )(4|−500 )
b. (4|−300 )(3|500 )
12. Operasi Pembagian Bilangan Kompleks dalam Bentuk Polar
Operasi pembagian bilangan kompleks dalam bentuk polar dilakukan dengan cara
membagi nilai r dan mengurangi nilai θ. Secara umum sebagai berikut:
𝑟1 (cos 𝜃1 + 𝑗 sin 𝜃1 ) 𝑟1
= (cos[𝜃1 − 𝜃2 ] + 𝑗 sin[𝜃1 − 𝜃2 ])
𝑟2 (cos 𝜃2 + 𝑗 sin 𝜃2 ) 𝑟2
𝑟1 |𝜃1 𝑟1
= |(𝜃 − 𝜃2 )
𝑟2 |𝜃2 𝑟2 1
15|500
Sebagai contoh, 3|200
= 5|300.

Coba hitung perkalian bilangan kompleks berikut:


16|400
a.
4|−200

9|−500
b. 3|200

13. Operasi Pangkat Bilangan Kompleks dalam Bentuk Polar


Operasi pangkat bilangan kompleks dalam bentuk polar bisa dilakukan dengan cara
yang sama seperti pada perkalian namun diulang sebanyak pangkatnya. Secara
umum sebagai berikut:
[𝑟(cos 𝜃 + 𝑗 sin 𝜃)]𝑛 = 𝑟 𝑛 (cos 𝑛𝜃 + 𝑗 sin 𝑛𝜃)
𝑛
(𝑟|𝜃) = 𝑟 𝑛 |𝑛𝜃
3
Sebagai contoh, (3|500 ) = 27|1500.

Coba hitung hasil pangkat bilangan kompleks berikut:


2
a. (2|−300 )
4
b. (4|100 )
14. Operasi Akar Bilangan Kompleks dalam Bentuk Polar
Operasi akar bilangan kompleks dalam bentuk polar dilakukan dengan cara mencari
akar nilai r dan membagi nilai θsesuai akarnya. Secara umum sebagai berikut:
𝑛 𝑛 𝜃 𝜃 𝑛 3600 +𝜃 3600 +𝜃
√𝑟(cos 𝜃 + 𝑗 sin 𝜃) = √𝑟 (cos 𝑛 + 𝑗 sin 𝑛) atau √𝑟 (cos 𝑛
+ 𝑗 sin 𝑛
) atau

𝑛 2(3600 )+𝜃 2(3600 )+𝜃 𝑛 3600 (𝑛−1)+𝜃 3600 (𝑛−1)+𝜃


√𝑟 (cos 𝑛
+ 𝑗 sin 𝑛
) atau .... atau √𝑟 (cos 𝑛
+ 𝑗 sin 𝑛
)
8

𝑛 𝑛 𝑛
√𝑟|𝜃 = √𝑟 |𝜃/𝑛 atau √𝑟 |(3600 + 𝜃)/𝑛 atau √𝑟 |(2[3600 ] + 𝜃)/𝑛 atau ... atau
𝑛

𝑛
√𝑟 |(3600 [𝑛 − 1] + 𝜃)/𝑛

Sebagai contoh 3√8|1200 = 2|400 atau 2|1600 atau 2|2800

Gambar 7. Representasi vektor dari akar: 3√8|1200


Coba cari nilai dari operasi akar bilangan kompleks berikut:
a. 4√81|2000

b. 5√32|250

D. Rangkuman
Terdapat tiga cara menyatakan bilangan kompleks, yaitu:
a. 𝑧 = 𝑎 + 𝑗𝑏 (Bentuk kartesian)
b. 𝑧 = 𝑟(cos 𝜃 + 𝑗 sin 𝜃) = 𝑟|𝜃 (Bentuk polar)
c. 𝑧 = 𝑟𝑒 𝑗𝜃 (Bentuk eksponensial)

E. Pertanyaan/Diskusi
1. Tentukan nilai 5√−3 + 𝑗3 dalam bentuk polar dan eksponensial!
𝜋
2. Nyatakan 𝑒 1−𝑗 2 dalam bentuk 𝑎 + 𝑗𝑏 !

F. Referensi
1. Kreyzig, E., Advanced Engineering Mathematics 9th Edition, John Wiley & Sons, Inc.,
Singapore, 2006
2. Stroud, K.A., Engineering Mathematics, Industrial Press, Inc., New York, 2001.
BAB II

PERSAMAAN DIFERENSIAL ORDE SATU

A. Deskripsi singkat
Pada Bab II akan dibahas mengenai persamaan diferensial orde satu.

B. Capaian pembelajaran matakuliah


Mahasiswa peserta matakuliah setelah mempelajari materi ini diharapkan mampu:
1. Mengenali persamaan diferensial orde satu.
2. Memahami bahwa suatu persamaan diferensial berorde-n dapat diturunkan dari suatu
fungsi yang memiliki sebanyak n buah konstanta sembarang.
3. Menyelesaikan persamaan diferensial orde satu menggunakan integrasi langsung.
4. Menyelesaikan persamaan diferensial orde satu menggunakan pemisahan variabel.
5. Menyelesaikan persamaan diferensial orde satu menggunakan persamaan homogen.
6. Menyelesaikan persamaan diferensial orde satu menggunakan persamaan linier.
7. Menyelesaikan persamaan diferensial orde satu menggunakan persamaan Bernoulli.

C. Isi Materi perkuliahan


1. Persamaan Diferensial Orde Satu
Secara matematis, persamaan diferensial muncul bila ada konstanta sembarang
dieliminasikan dari suatu fungsi tertentu yang diberikan. Perhatikan contoh berikut :
𝑦 = 𝐴 sin 𝑥 + 𝐵 cos 𝑥 (1)
Jika persamaan 1 diturunkan maka akan diperoleh:
𝑑𝑦
𝑑𝑥
= 𝐴 cos 𝑥 − 𝐵 sin 𝑥 (2)
𝑑2 𝑦
𝑑𝑥 2
= −𝐴 sin 𝑥 − 𝐵 cos 𝑥 (3)

Persamaan 3 identik dengan persamaan 1 namun berbeda tanda. Sehingga dapat


dituliskan menjadi:
𝑑2 𝑦
𝑑𝑥 2
= −𝑦 (4)
𝑑2 𝑦
∴ +𝑦=0 (5)
𝑑𝑥 2

Persamaan 5 merupakan persamaan diferensial orde 2.


Perhatikan contoh lainnya berikut:
𝐴
𝑦 = 𝑥 + = 𝑥 + 𝐴𝑥 −1 (6)
𝑥
𝑑𝑦 𝐴
∴ 𝑑𝑥 = 1 − 𝐴𝑥 −2 = 1 − 𝑥 2 (7)

9
10

𝐴
Dari persamaan 6 diperoleh bahwa 𝑥
= 𝑦 − 𝑥 sehingga 𝐴 = 𝑥(𝑦 − 𝑥).
𝑑𝑦 𝑥(𝑦−𝑥) 𝑦−𝑥 𝑥−(𝑦−𝑥) 2𝑥−𝑦
∴ 𝑑𝑥 = 1 − 𝑥2
=1− 𝑥
= 𝑥
= 𝑥
(8)
𝑑𝑦
∴ 𝑥 𝑑𝑥 = 2𝑥 − 𝑦 (9)

Persamaan 9 merupakan contoh persamaan diferensial orde 1.


Suatu fungsi yang memiliki 1 buah konstanta sembarang akan memberikan suatu
persamaan diferensial orde 1, contohnya adalah persamaan 9 dimana pada
persamaan awal yaitu persamaan 6 memiliki 1 buah konstanta sembarang. Suatu
fungsi yang memiliki 2 buah konstanta sembarang akan memberikan suatu
persamaan diferensial orde 2, contohnya adalah persamaan 5 dimana pada
persamaan awal yaitu persamaan 1 memiliki 2 buah konstanta sembarang. Dari kedua
contoh yang telah diberikan dapat disimpulkan bahwa suatu persamaan diferensial
berorde-n dapat diturunkan dari suatu fungsi yang memiliki sebanyak n buah
konstanta sembarang.

2. Pemecahan Persamaan Diferensial Orde Satu Menggunakan Integrasi Langsung


Apabila persamaan diferensial dapat disusun
𝑑𝑦
dalam bentuk 𝑑𝑥
= 𝑓(𝑥) , maka persamaan itu dapat dipecahkan dengan integrasi

sederhana. Perhatikan contoh berikut:


𝑑𝑦
Selesaikan: = 3𝑥 2 − 6𝑥 + 5 (10)
𝑑𝑥

Maka 𝑦 = ∫(3𝑥 2 − 6𝑥 + 5) 𝑑𝑥 = 𝑥 3 − 3𝑥 2 + 5𝑥 + 𝐶 (11)


Seperti biasa suatu konstanta integrasi harus diikutsertakan. Hal ini membuktikan
bahwa satu buah konstanta sembarang akan didapatkan ketika suatu persamaan
diferensial orde satu diselesaikan.

3. Pemecahan Persamaan Diferensial Orde Satu Menggunakan Pemisahan Variabel


𝑑𝑦
Jika persamaan diferensial berbentuk 𝑑𝑥
= 𝑓(𝑥, 𝑦) maka variabel y yang muncul di

ruas kanan mencegah kita untuk memecahkan persamaan tersebut dengan integrasi
𝑑𝑦
langsung. Bentuk persamaan diferensial orde satunya dapat berupa 𝑑𝑥
= 𝑓(𝑥)𝐹(𝑦)
𝑑𝑦 𝑓(𝑥)
ataupun 𝑑𝑥 = 𝐹(𝑦). Perhatikan contoh berikut:
𝑑𝑦 2x
Selesaikan: 𝑑𝑥
= 𝑦+1 (12)
𝑑𝑦
Dapat dituliskan sebagai: (𝑦 + 1) = 2x (13)
𝑑𝑥
11

𝑑𝑦
Integralkan keduanya terhadap x: ∫(𝑦 + 1) 𝑑𝑥 𝑑𝑥 = ∫ 2x 𝑑𝑥 (14)

∫(𝑦 + 1) 𝑑𝑦 = ∫ 2x 𝑑𝑥 (15)
𝑦2
+ 𝑦 = 𝑥2 + 𝐶 (16)
2

Perhatikan contoh lainnya berikut:


𝑑𝑦
= (1 + 𝑥)(1 + 𝑦) (17)
𝑑𝑥
1 𝑑𝑦
Dapat dituliskan sebagai: (1+𝑦) 𝑑𝑥
=1+x (18)
1 𝑑𝑦
Integralkan keduanya terhadap x: ∫ (1+𝑦) 𝑑𝑥 𝑑𝑥 = ∫(1 + x) 𝑑𝑥 (19)
1
∫ (1+𝑦) 𝑑𝑦 = ∫(1 + x) 𝑑𝑥 (20)
𝑥2
ln(1 + 𝑦) = 𝑥 + 2
+𝐶 (21)

Dari kedua contoh yang diberikan, di dalam penyelesaian menggunakan pemisahan


variabel maka diperlukan usaha untuk membuat persamaan menjadi dalam bentuk
𝑑𝑦
∫ 𝐹(𝑦) 𝑑𝑥 𝑑𝑥 = ∫ 𝑓(x) 𝑑𝑥 sehingga penyelesaian diperoleh dengan mengintegralkan

kedua ruas menjadi ∫ 𝐹(𝑦) 𝑑𝑦 = ∫ 𝑓(x) 𝑑𝑥.

4. Pemecahan Persamaan Diferensial Orde Satu Menggunakan Persamaan Homogen


Coba perhatikan persamaan berikut:

𝑑𝑦 x+3y
𝑑𝑥
= 2𝑥
(22)

Persamaan 22 cukup sederhana, namun ruas kanannya tidak dapat dinyatakan


sebagai perkalian atau pembagian fungsi x dan fungsi y. Persamaan tersebut tidak
bisa diselesaikan dengan cara pemisahaan variabel. Dalam kasus ini dapat digunakan
subtitusi menggunakan 𝑦 = 𝑣𝑥, dimana v merupakan fungsi x.
Jika 𝑦 = 𝑣𝑥 (23)
𝑑𝑦 𝑑(𝑣𝑥) 𝑑𝑣
Maka = = 𝑣. 1 + x (24)
𝑑𝑥 𝑑𝑥 𝑑𝑥

Subtitusi persamaan 24 dan persamaan 23 pada persamaan 22:


𝑑𝑣 x+3vx
𝑣 + x 𝑑𝑥 = 2𝑥
(25)
𝑑𝑣 1+3v
𝑣 + x 𝑑𝑥 = 2
(26)
𝑑𝑣 1+3v
∴ x 𝑑𝑥 = 2
− 𝑣 (27)
𝑑𝑣 1+v
Disederhanakan menjadi: ∴ x 𝑑𝑥 = 2
(28)

Persamaan 28 dapat diselesaikan menggunakan pemisahan variabel sebagai berikut:


2 1
∫ 1+𝑣 𝑑𝑣 = ∫ 𝑥 𝑑𝑥 (29)
12

∴ 2 ln(1 + 𝑣) = ln 𝑥 + 𝐶 = ln 𝑥 + ln 𝐴 (30)
(1 + 𝑣)2 = 𝐴𝑥 (31)
Substitusi persamaan 23 ke persamaan 31, diperoleh hasil:
𝑦 2
(1 + 𝑥 ) = 𝐴𝑥 (32)

Persamaan 32 merupakan penyelesaian yang didapat untuk persamaan diferensial


orde satu yang ditunjukkan pada persamaan 22 menggunakan persamaan homogen
yaitu melalui substitusi 𝑦 = 𝑣𝑥. Hasil subtitusi tersebut akan menghasilkan persamaan
yang memuat variabel x dan v yang dapat diselesaikan menggunakan pemisahan
variabel, langkah selanjutnya adalah mengembalikan fungsi hasil pemisahan variabel
ke dalam variabel x dan y seperti persamaan awal.

5. Pemecahan Persamaan Diferensial Orde Satu Menggunakan Persamaan Linier


Metode ini digunakan untuk menyelesaikan persamaan diferensial orde satu yang
𝑑𝑦
memiliki bentuk 𝑑𝑥
+ 𝑃𝑦 = 𝑄 , dimana P dan Q adalah fungsi x (atau konstanta).

Penyelesaiaan dilakukan dengan mengalikan kedua sisi dengan faktor


integrasi/integrating factor (IF) dimana nilainya adalah e∫ 𝑃𝑑𝑥 . Hasil integral dari ∫ 𝑃𝑑𝑥
tidak ditambahkan konstanta. Hasil perkalian yang diperoleh dapat dituliskan dalam
bentuk y. IF = ∫ 𝑄. 𝐼𝐹 𝑑𝑥 dimana 𝐼𝐹 = e∫ 𝑃𝑑𝑥 .
Contoh:
𝑑𝑦
Selesaikan: 𝑑𝑥
−y=x (33)

𝑃 = −1 dan 𝑄 = 𝑥, integrating factor dapat dihitung:


𝐼𝐹 = e∫ 𝑃𝑑𝑥 = e∫ −1𝑑𝑥 = e−𝑥 (34)
Kalikan kedua sisi dengan IF menjadi:
𝑑𝑦
e−𝑥 − ye−𝑥 = xe−𝑥 (35)
𝑑𝑥
𝑑 𝑑𝑣 𝑑𝑢
Ingat kembali rumus ini: {𝑢𝑣} = 𝑢 𝑑𝑥 + 𝑣 𝑑𝑥 (36)
𝑑𝑥

Maka persamaan dapat ditulis ulang menjadi:


𝑑
{e−𝑥 𝑦} = xe−𝑥 (37)
𝑑𝑥

e−𝑥 𝑦 = ∫(xe−𝑥 ) 𝑑𝑥 (38)


e−𝑥 𝑦 = x(−e−𝑥 ) + ∫ e−𝑥 𝑑𝑥 = −𝑥e−𝑥 − e−𝑥 + 𝐶 (39)
∴ 𝑦 = −𝑥 − 1 + 𝐶e𝑥 (40)
Keselurahan metode ini tergantung pada penyelesaian integrating factor dan
persamaan integral pada ruas kanan. Perhatikan persamaan 38, bentuk tersebut bisa
ditulis dalam bentuk umum yaitu y. IF = ∫ 𝑄. 𝐼𝐹 𝑑𝑥.
13

6. Pemecahan Persamaan Diferensial Orde Satu Menggunakan Persamaan Bernoulli


Metode ini digunakan untuk menyelesaikan persamaan diferensial orde satu yang
𝑑𝑦
memiliki bentuk + 𝑃𝑦 = 𝑄𝑦 𝑛 , dimana P dan Q adalah fungsi x (atau konstanta).
𝑑𝑥

Langkah penyelesaiannya adalah sebagai berikut :


Bagi kedua sisi dengan y 𝑛 sehingga didapatkan:
𝑑𝑦
y −𝑛 𝑑𝑥 + 𝑃y1−𝑛 = 𝑄 (41)

Nyatakan z = y1−𝑛 (42)


𝑑𝑧 𝑑𝑦
Sehingga: 𝑑𝑥
= (1 − 𝑛)y −𝑛 𝑑𝑥 (43)

Kalikan persamaan 41 dengan (1 − 𝑛), sehingga didapatkan:


𝑑𝑦
(1 − 𝑛)y −𝑛 + (1 − 𝑛)𝑃y1−𝑛 = (1 − 𝑛)𝑄 (44)
𝑑𝑥

Perhatikan persamaan 42 dan persamaan 43 sehingga persamaan 44 dapat ditulis


𝑑𝑧
menjadi: 𝑑𝑥
+ (1 − 𝑛)𝑃𝑧 = (1 − 𝑛)𝑄 (45)
𝑑𝑧
Dalam bentuk lebih sederhana: + 𝑃1 𝑧 = 𝑄1 (46)
𝑑𝑥

dimana P1 dan Q1 adalah fungsi x.


Persamaan 46 dapat diselesaikan menggunakan integrating factor seperti pada cara
sebelumnya. Setelah didapatkan nilai z, maka dapat dikembalikan menjadi y
menggunakan hubungan yang ditunjukkan pada persamaan 42.
Perhatikan contoh berikut:
𝑑𝑦 1
Selesaikan: + y = x𝑦 2 (47)
𝑑𝑥 𝑥

Bagi kedua sisi dengan y 2 sehingga didapatkan:


𝑑𝑦 1
y −2 𝑑𝑥 + 𝑥 y −1 = 𝑥 (48)

Nyatakan z = y1−𝑛 dimana n=2 maka: z = y1−2 = y −1 (49)


𝑑𝑧 𝑑𝑦
Sehingga: 𝑑𝑥
= −1y −2 𝑑𝑥 (50)

Kalikan persamaan 48 dengan (1 − 𝑛) = (1 − 2) = −1, sehingga didapatkan:


𝑑𝑦 1
−y −2 𝑑𝑥 − 𝑥 y −1 = −𝑥 (51)

Perhatikan persamaan 49 dan persamaan 50 sehingga persamaan 51 dapat ditulis


𝑑𝑧 1
menjadi: 𝑑𝑥
− 𝑥 𝑧 = −𝑥 (52)

Persamaan 52 dapat diselesaikan menggunakan integrating factor seperti pada cara


1
sebelumnya. 𝑃 = − 𝑥 dan 𝑄 = −𝑥, integrating factor dapat dihitung:
1
1
𝐼𝐹 = e∫ 𝑃𝑑𝑥 = e∫ −𝑥𝑑𝑥 = e− ln 𝑥 = 𝑥 (53)

z. IF = ∫ 𝑄. 𝐼𝐹 𝑑𝑥 (54)
z 1
𝑥
= ∫ −𝑥 𝑥
𝑑𝑥 (55)
14

z
𝑥
= −𝑥 + 𝐶 (56)

∴ 𝑧 = 𝐶𝑥 − 𝑥 2 (57)
1
Substitusikan persamaan 49: = 𝐶𝑥 − 𝑥 2 (58)
𝑦

∴ 𝑦 = (𝐶𝑥 − 𝑥 2 )−1 (59)

D. Rangkuman
Suatu persamaan diferensial berorde satu dapat diturunkan dari suatu fungsi yang
memiliki sebanyak 1 buah konstanta sembarang. Pemecahan persamaan diferensial orde
satu dapat dilakukan menggunakan integrasi langsung, pemisahan variabel, persamaan
homogen, persamaan linier maupun persamaan Bernoulli dilihat dari bentuk persamaan
diferensial orde satu yang akan diselesaikan.

E. Pertanyaan/Diskusi
Selesaikan persamaan diferensial berorde satu di bawah ini, pilih dan gunakan metode
yang sesuai dengan bentuk persamaan!
𝑑𝑦 𝑑𝑦
1. 𝑥 = 𝑥 2 + 2𝑥 − 3 7. (𝑥 3 + 𝑥𝑦 2 ) = 2𝑦 3
𝑑𝑥 𝑑𝑥
𝑑𝑦 𝑑𝑦
2. (1 + 𝑥)2 = 1 + 𝑦2 8. (𝑥 2 − 1) + 2xy = x
𝑑𝑥 𝑑𝑥
𝑑𝑦 𝑑𝑦
3. 𝑑𝑥
+ 2𝑦 = 𝑒 3𝑥 9. 𝑑𝑥
+ y tanh 𝑥 = 2 sinh 𝑥
𝑑𝑦 𝑑𝑦
4. 𝑥 𝑑𝑥 − y = 𝑥 2 10. 𝑥 𝑑𝑥 − 2y = 𝑥 3 cos 𝑥
𝑑𝑦 𝑑𝑦 𝑦
5. 𝑥 2 𝑑𝑥 = 𝑥 3 sin 3𝑥 + 4 11. 𝑑𝑥 + 𝑥 = 𝑦 3
𝑑𝑦 𝑑𝑦
6. 𝑥 cos 𝑦 𝑑𝑥 − sin 𝑦 = 0 12. 𝑥 𝑑𝑥 + 3y = 𝑥 2 𝑦 2

Daftar Pustaka

Advanced Engineering Mathematics 9th Edition, Erwin Kreyszig, John Wiley & Sons, Inc.,
Singapore, 2006.

Engineering Mathematics, Fifth Edition, K.A. Stroud, Industrial Press, Inc., New York, 2001.
Persamaan Diferensial Orde Dua

A. Bentuk Persamaan Diferensial Orde Dua


Bentuk persamaan diferensial orde dua:
d2y dy
a 2
 b  cy  f  x 
dx dx
Dengan a, b, c merupakan koefisien-koefisien konstan dan f  x  adalah suatu fungsi x tertentu.

B. Penyelesaian PD Orde Dua Jika RHS=0, f  x   0


Pada kondisi khusus, yaitu f  x   0 sehingga persamaan menjadi :
d2y dy
a 2
 b  cy  0
dx dx
Misalkan y  u dan y  v (u dan v keduanya adalah fungsi x) merupakan solusi untuk dua persamaan :
d 2u du d 2v dv
a 2
 b  cu  0 dan a 2
 b  cv  0
dx dx dx dx
Jika keduanya ditambahkan menjadi:
 d 2u d 2 v   du dv 
a  2  2   b     c u  v   0
 dx dx   dx dx 
d du dv d2 d 2u d 2 v
Dimana  u  v    dan 2  u  v  = 2  2 sehingga persamaan sebelumnya menjadi:
dx dx dx dx dx dx
d2 d
2 
a u  v   b u  v   c u  v   0
dx dx
Persamaan diatas sama dengan persamaan awal hanya saja y digantikan dengan (u+v).
d2y dy
Jika y  u dan y  v adalah solusi untuk persamaan a 2
 b  cy  0 , maka y=u+v juga solusi.
dx dx

Perhatikan persaman berikut:


d2y dy
a 2  b  cy  0
dx dx
dy
Jika nilai a=0, maka kita akan peroleh persamaan diferensial orde satu yaitu : b  cy  0
dx
dy c
Misalnya kita nyatakan sebagai  ky  0 dimana k  , dengan cara pemisahan variabel maka
dx b
persamaan orde satu ini dapat diselesaikan sebagai berikut:
dy
 ky  0
dx
dy
 ky
dx
1
 y dy   kdx
ln y  kx  C
y  e  kx C  e  kx eC  Ae  kx ; jika m  -k
y  Ae mx

d2y dy
Sehingga y  Ae mx
akan menjadi solusi persamaan orde kedua a 2  b  cy  0 jika memenuhi
dx dx
persamaan tersebut.
jika y  Ae mx
dy
 Ame mx
dx
d2y
2
 Am 2 e mx
dx
Maka jika dimasukkan ke dalam persamaan ruas kiri, persamaan diferensial orde dua menjadi:
d2y dy
a 2
 b  cy  0
dx dx
aAm e  bAme  cAe mx  0
2 mx mx

bagi kedua ruasnya dengan Aemx


am 2  bm  c  0
Persamaan menjadi persamaan kuadrat yang akan memberikan dua harga m, sebut saja dengan
m  m1 dan m  m2 sehingga y  Aem1x dan y  Bem2 x adalah dua solusi dari persamaan tersebut.
d2y dy
Jika y  u dan y  v adalah solusi untuk persamaan a 2
 b  cy  0 , maka y=u+v juga solusi.
dx dx
Dengan analogi yang sama maka jika y  Ae dan y  Be adalah solusi maka y  Ae 1  Be 2 juga
m1 x m2 x mx mx

solusi.

d2y dy
Catatan: pemecahan persamaan diferensial orde dua a 2
 b  cy  0 yaitu y  Aem1x  Bem2 x telah
dx dx
memuat dua konstanta sembarang yang dibutuhkan persamaan diferensial orde dua, berarti tidak ada lagi
pemecahan lain selain bentuk ini.

Contoh:
d2y dy
persamaan diferensial orde dua 2
 3  2y  0
dx dx
persamaan karakteristik m  3m  2  0
2

m2  3m  2  0
harga m dapat ditentukan  m  1 m  2   0
 m  1 dan m  2
d2y dy
Jadi pemecahan persamaan diferensial orde dua 2
 3  2 y  0 adalah y  Ae x  Be2 x
dx dx
Rangkuman:
d2y dy
persamaan diferensial orde dua a 2
 b  cy  0
dx dx
pemecahan y  Aem1x  Bem2 x
dengan A dan B adalah dua konstanta sembarang sedangkan m1 dan m2 adalah akar-akar persamaan
kuadrat am 2  bm  c  0 . Persamaan kuadrat ini disebut persamaan karakteristik dan dapat diperoleh
d2y dy d2y dy
langsung dari persamaan a 2
 b  cy  0 , dengan menggantikan 2
dengan m2, dengan m,
dx dx dx dx
dan y dengan 1.
d2y dy
Pemecahan persamaan diferensial orde dua a 2
 b  cy  0 akan tergantung dari nilai akar-akar
dx dx
persamaan kuadrat am 2  bm  c  0 , ada tiga kemungkinan yaitu:
1. Kedua akar riil dan berbeda (m=m1 dan m=m2)
Solusi : y  Ae 1  Be 2
mx mx

2. Kedua akar riil dan nilainya sama (m=m1 dan m=m1)


Solusi : y  Ae 1  Bxe 1  e 1  A  Bx 
mx mx mx

3. Kedua akar compleks (m=α±jβ)


Solusi : y  e  A cos  x  B sin  x 
x

Solusi persamaan diferensial orde dua dengan bentuk khusus:


d2y
1. 2
 n2 y  0 solusi y  A cos nx  B sin nx
dx
d2y
2.  n2 y  0 solusi y  A cosh nx  B sinh nx
dx 2

C. Penyelesaian PD Orde Dua Jika RHS≠0, f  x   0


Pada bagian sebelumnya telang dibahas tentang solusi pemecahan persamaan diferensial orde dua
d2y dy
a 2
 b  cy  f  x  dengan nilai di RHS=0 atau jika f  x   0 , maka diperoleh bahwa
dx dx
y  Ae  Bem2 x disebut sebagai fungsi komplementer atau jawaban homogen.
m1x

d2y dy
Pada persamaan diferensial orde dua a
2
 b  cy  f  x  dengan mensubtitusikan y  Aem1x  Bem2 x
dx dx
hanya akan membuat LHS=0 bukannya f  x  maka perlu ditambahkan fungsi tambahan, X, agar
LHS  f  x  . X (fungsi x) inilah yang perlu dicari, biasanya disebut sebagai integral khusus (particular
integral) atau jawaban tak homogen. Sehingga persamaan lengkap sebagai solusi persamaan diferensial
d2y dy
orde dua a 2  b  cy  f  x  adalah y  Aem1x  Bem2 x  X atau:
dx dx
Solusi lengkap = fungsi komplementer + integral khusus
d2y dy
Cara memecahkan persamaan a 2
 b  cy  f  x  adalah sebagai berikut:
dx dx
1. Fungsi komplementer
Fungsi komplemeter bisa diperoleh dengan memecahkan persamaan bila f  x   0 sehingga diperoleh
bentuk pemecahan sebagai berikut:
1) y  Aem1x  Bem2 x
2)
y  Ae m1x  Bxe m1x  e m1x  A  Bx 
y  e x  A cos  x  B sin  x 
3)
4) y  A cos nx  B sin nx
5) y  A cosh nx  B sinh nx
2. Integral khusus
Integral khusus diperoleh dengan menggunakan bentuk umum dari fungsi x yang ada di ruas kanan
persamaan yang diberikan, kemudian melakukan substitusi pada persamaan di ruas kiri dan
menyamakan koefisien-koefisiennya. Berikut ini bentuk umum yang bisa digunakan sesuai persamaan
f  x :

3. Solusi Lengkap
Solusi lengkap = fungsi komplementer + integral khusus

Contoh penyelesaian persamaan diferensial orde dua:

Anda mungkin juga menyukai