Anda di halaman 1dari 22

FISIKA MATEMATIKA

“BILANGAN KOMPLEKS”

Kelompok 2
Anggota:
1. Puput Handayani (11140163000052)
2. Dio Zulfarmansyah (11160163000002)
3. Nuri Septia Utami (11160163000009)
4. Muhamad Sahri (11160163000010)
5. Khuzairi M. Pangestu (11160163000015)
6. Ika Baitinnisa (11160163000016)
7. Mila Hanifah (11160163000017)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA


FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SAYRIF
HIDAYATULLAH
JAKARTA
2017
BILANGAN KOMPLEKS

1. INTRODUCTION
Barang kali kamu sudah biasa mengenal dan menggunkan bilangan real, imajiner
maupun bilangan kompleks dalam matematika aljabar. Marilah kita tinjau sebuah
persamaan kuadrat, yaitu:
𝑎𝑧 2 + bz + c = 0 … … … …. (1.1)
Yang memberikan penyelesaian:
−𝑏±√𝑏 2 −4𝑎𝑐
𝑥= ……….. (1.2)
2𝑎
Jika diskrimian 𝑑 = (𝑏2 − 4𝑎𝑐) adalah negatif, kita harus mengambil akar
kuadrat untuk memperoleh nilai z, .Karena hanya bilangan positif yang memiliki
akar kuadrat positif yang bernilai real (nyata). Kita tidak mungkin untuk
menggunakan (1.2) ketika d <0, kecuali kita menggunakan bilangan jenis baru,
yang kita sebut bilangan imajiner. Untuk itu kita lambang kan i= √−1 dengan
pengertian bahwa i2= −1. Selanjutnya √−16 = 4𝑖, √−3 = 𝑖√3, 𝑖 3 = −𝑖 adalah
contoh bilangan imajiner. Adapun𝑖 2 = −1, √−2√−8 = −4, 𝑖 4𝑛 = 1adalah
contoh bilangan real.
Disamping itu, kita juga mengenal bilangan yang merupakan hasil kombinasi
antara bilangan real dan bilangan imajiner yang disebut bilangan kompleks.
Sebagai contoh, perhatikan persamaan kuadrat berikut :
𝑧 2 − 2z + 2 = 0 adalah:
2 ± √−4
𝑥= =1±𝑖
2
Adapun contoh bilangan kompleks yang lain adalah1 ± 𝑖, 𝑖 + 5, 3 + 𝑖√5.

2. BAGIAN REAL DAN IMAJINER PADA BILANGAN KOMPLEKS.


Bilangan kompleks, misalnya 5 + 3𝑖, merupakan hasil penjumlahan dari dua
bagian, yaitu bagian real dan bagian imajiner. Bilangan real adalah bagian yang
tidak mengandung 𝑖 pada bilangan kompleks. Sementara itu, bagian yang
berkoefisien 𝑖 disebut bagian imajner. Artinya, bilangan kompleks (5 + 3𝑖) bagian
real 5 dan bagian imajiner 3. Perhatikan dengan seksama bahwa bagian imajiner
dari sejumlah bilangan itu kompleks bukan imajiner!
Dari pemaparan diatas, kita bisa mengartikan bahwa bilangan imajiner memiliki
bagian real nol. Jika bagian real suatu bilangan bernilai nol, bilangan itu disebut
bilangan imajiner atau imajiner murni. Jika bagian real nol , biasanya bagian real
dihapus sehingga yang tertulis bukan0 + 3𝑖, melainkan 3𝑖. Jika dari bilangan
kompleks nol, bilangan itu disebut bilangan real, misalnya 7 + 0𝑖 = 7. Jadi
bilangan kompleks terdiri dari bilangan real murni dan imajiner murni.
3. BIDANG KOMPLEKS
Dalam geometri analitis, bilangan kompleks 5 + 3𝑖 biasanya ditulis (5,3) seperti
halnya bialangan kompleks sebarang 𝑧 = 𝑥 + 𝑖𝑦 yang dilambangkan dengan titik
(𝑥, 𝑦) di bidang (𝑥, 𝑦) digunakan untuk mengeplot bilangan kompleks atau
diagram argand. Pada bidang ini sumbu x disebut sumbu real, sedang sumbu y
disebut sumbu imajiner.

Gambar (3.1)

Ketika sejumlah bilangan kompleks ditulis dalam bentuk𝑥 + 𝑖𝑦, kita mengatakan
bahwa itu adalah di bentuk persegi panjang karena 𝑥 dan 𝑦 adalah koordinat
persegi panjang dari titik mewakili jumlah dalam bidang kompleks. Dalam
geometri analitik, kita dapat menemukan titik dengan memberikan koordinat
kutub (𝑟, 𝜃) bukan koordinat persegi panjang (𝑥, 𝑦). Ada cara yang sesuai untuk
menulis sejumlah kompleks. PadaGambar 3.2,
x = r cos θ,
y = r sin θ. ………(3,1)
Maka kita harus
𝑥 + 𝑖𝑦 = 𝑟 𝑐𝑜𝑠 𝜃 + 𝑖𝑟 𝑠𝑖𝑛 𝜃 …(3,2)

gambar 3.2
Pernyataan terakhir ini disebut bentuk koordinat polar dari bilangan kompleks.
Pernyataan (𝑐𝑜𝑠 𝜃 + 𝑖 𝑠𝑖𝑛 𝜃) dapat ditulis sebagai 𝑒 𝑖𝜃 . Cara mudah untuk
menuliskan bentuk koordinat polar dari sejumlah bilangan kompleks (3,3)
𝑥 + 𝑖𝑦 = 𝑟(𝑐𝑜𝑠 𝜃 + 𝑖 𝑠𝑖𝑛 𝜃) = 𝑟𝑒 𝑖𝜃 .

4. Notasi dan Istilah


𝑖 𝑑𝑎𝑛 𝑗 keduanya digunakan untuk mewakili √−1dalam ilmu teknik (termasuk
ilmu elektro) menggunakan lambing j sebab i sudah dipakai sebagai lambing arus
listrik. Namun disini kami menggunakan isebagailambangdari√−1. Titik A
(gambar 4.1)
(gambar 4.1) 𝑧 = 𝑥 + 𝑖𝑦 = 𝑟(𝑐𝑜𝑠𝜃 + 𝑖 sin 𝜃) = 𝑟𝑒 𝑖𝜃
Persamaan𝑧 merupakan bilangan kompleks,
x bagian bagian real dari 𝑧, sedangkan 𝑦
bagian imajinernya. Nilai 𝑟 merupakan
modulus atau nilai mutlak 𝑧 atau |𝑧| =
𝑚𝑜𝑑𝑧 = 𝑟, sedang θ disebut sudut dari 𝑧
(disebut pula fase, argument, atau amplitude
dari ). Ini ditampilkan dalam symbol
penulisan berikut :
Re z = x, |z|= modz= r = _x2 + y2,
Imz = y (bukaniy), sudut dariz = θ.
Nilai θ harus ditentukan dengan diagram,
𝑦
yaitu mengacu pada kaitan= 𝑎𝑟𝑐 tan 𝑥 .
sebagai contoh:
Contoh 1 Bilangan Kompleks:
𝑧 = −1−𝑖 akan dinyatakan dalam bentuk polar.
Dari gambar 4.2, 𝑧 memberikan makna bahwa 𝑥 = −1, 𝑦 = −1 𝑑𝑎𝑛 𝑟 = √2.
5𝜋
Nilai 𝜃 yang memenuhi adalah :𝜃 = + 2𝑛𝜋, 𝑛 = 0,1,2,3, … …
4
5𝜋
Dikenal dengan istilah nilai sudut utama 𝜃 = dari bilangan kompleks itu (𝑧 =
4
−1 − 𝑖).

(Gambar 4.2)
Berikutnya dapat diuraikan bahwa :
5 5
𝑍 = −1 − 𝑖 = √2[(cos( + 2𝑛𝜋) + 𝑖 sin( + 2𝑛𝜋)]
4 4
5𝜋 5𝜋
= √2 (cos + sin )
4 4
𝑖5𝜋
= √2𝑒 4

Yang dapat ditulis pula dalam bentuk 𝑧 = √2 (cos 225° = 𝑖 sin 225°) . Jika
dibandingkan dengan bilangan kompleks 𝑧 (=𝑥 + 𝑖𝑦), bilangan kompleks “baru”
(𝑥 − 𝑖𝑦) memiliki tanda yang berbeda dibagian imajnernya. Bilangan kompleks
baru ini disebut kompleks konjugat atau konjugat 𝑧 yang berlambang𝑧 ∗ atau 𝑧.
jadi, bilangan (7𝑖 + 5) memiliki konjugat (−7𝑖 + 5), sedangkan (2 +
3𝑖) berkonjugat (2 − 3𝑖). Jika 𝑧 dan 𝑧 ∗ ditampilkan dalam bidang kompleks
(gambar 4.3), 𝑧 ∗ merupakan hasil cermin 𝑧 di sumbu 𝑥 dimana 𝑧 dan 𝑧 ∗ memiliki
modulus yang senilai jika dinyatakan dalam koordinat polar, 𝑧 = 𝑟(𝑐𝑜𝑠𝜃 +
𝑖 sin 𝜃) dan konjugatnya,
𝑧 = 𝑟[cos(−𝜃) + 𝑖 sin(−𝜃) = 𝑟(𝑐𝑜𝑠𝜃 − 𝑖 𝑠𝑖𝑛𝜃) = 𝑟𝑒 −𝑖𝜃

(Gambar 4.3) kompleks konjugat bilangan kompleks

5. ALJABAR KOMPLEKS
A. Penyederhanaan x ke bentuk z + iy
Setiap hasil operasi bilangan (baik penjumlahan, selisih, perkalian maupun
pembagian) bilangan komplek dapat diubah kebentuk (x + iy). Perlu diingat
bahwa 𝑖 2 = −1.
contoh 1.
(1 + i)2=1+2i + i2=1+2i – 1= 2i
Jika operasi berupa pembagian, pembagiannya harus diubah kedalam bilangan
riil. Selain itu, cara lain yang dapat digunakan adalah memindahkan ke bidang
kompleks dalam bentuk polar.
contoh 2.
2+i 2+i 3+i 6+5i + i2 5+5i 1 1
=3 – i . 3+i= = =2+ 2i
3−i 9 – i2 10

Ini biasanya akan lebih mudah yaitu mengkalikan/ membagi bilangan komples
pada bentuk polar.
contoh 3.
Bentuk (1 +i)2 dapat diubah kebentuk polar (gambar 5.1). Pertama pertama dapat
𝑖𝜋
𝜋
kita lihat pada titik (1.1) bahwa r = √2 , dan θ =4 , jadi (1 + i) = √2𝑒 4 ,

kemudian dari gambar 5.2 kita menemukan hasil yang sama dengan contoh no 1.
𝑖𝜋 𝑖𝜋
(1 + i)2=(√2𝑒 4 )2= 2𝑒 2 = 2i

Gambar 5.1 Gambar 5.2


1
contoh 4. Bentuk dapat dinyatakan dalam bentuk (x + iy). Nilai
2(cos 20° + i sin 20°]

sudut 20𝑜 = 9𝜋 rad. Maka bilangan kompleks itu dapat diuraikan menjadi
1 1 1
= 𝜋 𝜋 = 𝑖𝑛 = 0,5 𝑒
2(cos 20𝑜 +𝑖 sin 20𝑜 ) 2(𝑐𝑜𝑠 +𝑖 sin ) 2𝑒
9 9 9
−𝑖𝜋
1 1 1 𝜋 𝜋
= 𝜋 𝜋 = 𝑖𝜋 =0.5 𝑒 9 =0.5(cos 9 - i sin 9 ) = 0.47-0.17i
2(cos 20°+ i sin 20°) 2(cos +isin )
9 9 2𝑒9

Dengan menggunakan kalkulator pada mode radian kita dapat memperoleh hasil
yang sama 0,5 (cos 20°- i sin 20°) = 0.47 - 0.17 i
B. Konjugasi dari Bilangan Komplek
Sangat mudah untuk melihat bahwa konjugat jumlah dari dua bilangan
kompleks adalah jumlah dari nomor konjugat . Jika,
𝑧1 = 𝑥1 + 𝑖𝑦1 dan 𝑧2 = 𝑥2 + 𝑖𝑦2 , maka 𝑧̅1 + 𝑧̅2 = 𝑥1 − 𝑖𝑦1 + 𝑥2 − 𝑖𝑦2 = 𝑥1 +
𝑥2 − 𝑖𝑦2 = 𝑥1 + 𝑥2 − 𝑖(𝑦1 + 𝑦2 ). Konjugasi dari (z1+ z2) adalah (x1+ x2)+i (y1+
y2) =(x1+ x2) - i(y1+ y2 ).
Dengan cara yang sama, kamu dapat menunjukan bahwa
mengkonjugasikan perbedaan (hasil kali atau hasil bagi) pada bilangan kompleks
adalah perbedaan yang sama antara (hasil kali atau hasil bagi) pada nomor yang
dikonjugasikan (permasalahan no 25) dengan kata lain kamu dapat
mengkonjugasikan sebuah ekxpresi yang berisi i’s dengan hanya ditandai dengan
satu syarat i. Bagaimanapun kita harus berhati-hati dengan i’s yang tersembunyi.
Contoh : Jika.
( 2 − 3i ) ( 2+3i )
z= , maka z =
( i +4 ) (− i +4 )

Tetapi jika z = f + ig , dimana f dan g itu fungsi kompleks , maka


konjugat kompleks z adalah 𝑧̅ = 𝑓 ̅ - i𝑔̅ (bukan f - ig)

C. Nilai Mutlak dari Z ( Bilangan kompleks )

Ingat kembali Bahwa definisi dari |z| adalah |z| = r = √𝑥 2 + 𝑦 2 ( akar


kuadrat positif ). Karena z 𝑧̅ =(x+iy)(x-iy)=x2 +y2, atau pada kuadrat yang
berlawanan z𝑧̅ =(reiθ)(re-iθ)= r2, dapat kita lihat bahwa |z|2 = z 𝑧̅ atau |z| =√𝑧𝑧̅
ditulis bahwa z 𝑧̅ adalah selalu riil dan ≥ 0 karena x,y, dan r adalah riil. Maka
persamaan diatas memiliki hubungan.
(5.1). |z| = r =√x2 + y2 =√z𝑧̅
Contoh
5+3i |v5+3i | √14
| |= = = √7
1−i |1 − i| √2

D. Persamaan Kompleks
Persamaan kompleks adalah suatu persamaan yang mengandung bilangan-
bilangan kompleks. Sebagai contoh x + iy = 2 + 3i dengan x = 2 dan y = 3.
Sehingga dua persamaan kompleks dengan x dan y sebagai komponen riil.
“Dua bilangan kompleks adalah sama, jika dan hanya jika bagian riilnya
sama dan juga bagian imajinernya sama. Jadi, persamaan kompleks x + iy = 2 +
3i, setara dengan dua persamaan riil serempak x = 2 dan y = 3” x + iy = 2 + 3i
dimana x = 2 dan y = 3…………………………………… (i)

Contoh: Hitunglah x dan y jika (x + iy)2 = 2i (5.2)

Penyelesaian:
Persamaan tersebut dapat diuraikan menjadi:
x2 + 2ixy + y2 = 2i
Sehingga diperoleh bagian persamaan untuk bagian riil dan imajinernya masing-
masing:
x2 – y2 = 0, maka x2 = y2 …… (i)
2ixy = 2i ………………. (ii)
Dari persamaan (ii) jika x=1 maka dari persamaan (i) diperoleh:
y2 = -1
Dan karena y seharusnya bilangan riil, maka hasil ini bukan pemecahan yang kita
tinjau. Jika:
y = 1 maka x2 = 1
Yang memberikan nilai bagi variable x. Dengan demikian pemecahan persamaan
tersebut adalah:
x=y=1 dan x=y=-1

E. Grafik
Grafik fungsi kompleks yang ditampilkan di titik berkoordinat (x,y) pada bidang
kompleks juga memberikan makna geometris untuk persamaan dan kesenjangan
yang melibatkan z.

Contoh 1: sebuah lengkung yang melalui sebuah titik (x,y) di bidang kompleks
memiliki |𝑧| = 3?
Artinya, |𝑧| = √𝑥 2 + 𝑦 2 = 3 atau x2 + y2 = 9 merupakan persamaan lingkaran
berjejari 3 dan berpusat di titik asal.

Dengan demikian | z | = 3 adalah persamaan lingkaran radius 3 dengan pusat di


asal.

Contoh 2: |𝑧 − 1| = 2 atau (x-1)2 + y2 = 4 merupakan persamaan lingkaran


berjejari 2 dan berpusat di koordinat (1,0).

Contoh 3: (Sudut z) = π/4. Ini adalah setengah-garis y = x dengan x > 0; mungkin


ini jalur sinar cahaya dari titik asal.
1 1
Contoh 4: Re z > 2. ini adalah setengah-bidang x > 2.

F. Penerapan dalam Fisika


Ditinjau sebuah benda bergerak dibidang (x,y) yang pada saat t berada di titik
berkoordinat (x,y). gerak benda itu dikuasai oleh persamaan:
𝑖+2𝑡
z = x + iy =
𝑡−𝑖
Tentukan kelajuan (besar kecepatan) dan perlajuan (besar percepatan) benda yang
dinyatakan oleh fungsi t. Hal itu dapat diselesaikan langkah berikut. Kelajuan
benda pada geraknya dibidang (x,y) adalah:
𝑑𝑥 𝑑𝑦 𝑑𝑧 𝑑𝑧 𝑑𝑧̅ 𝑑2𝑧
v = √( )2 + ( )2 = |𝑑𝑡 | = √𝑑𝑡 𝑑𝑡 dan perlajuannya a = | |
𝑑𝑡 𝑑𝑡 𝑑𝑡 2

Sehingga:
𝑑𝑧 𝑑𝑥 + i 𝑑𝑦 dan 𝑑2 𝑧 = 𝑑2 𝑥 + i 𝑑2 𝑦
=
𝑑𝑡 𝑑𝑡 𝑑𝑡 𝑑𝑡 2 𝑑𝑡 2 𝑑𝑡 2

Selanjutnya dihitung:
𝑑𝑧 2(𝑡−𝑖)−(𝑖+2𝑡) = −3𝑖
=
𝑑𝑡 (𝑡−𝑖)2 (𝑡−𝑖)2
v = 𝑑𝑧 −3𝑖 +3 3
| |= √ 2 = 2
𝑑𝑡 (𝑡−𝑖) (𝑡+𝑖)2
𝑡 +1

Adapun untuk perlajuannya:

𝑑2𝑧 (−3𝑖)(−2) = 6𝑖
=
𝑑𝑡 2 (𝑡−𝑖)3 (𝑡−𝑖)3
𝑑2𝑧 6
a=| 2
|= 3
𝑑𝑡
(𝑡 2 −1)2

Metode ini digunakan dalam fisika, dimana jika z menyatakan kedudukan suatu
benda dalam bidang maka dapat dicari besar kecepatan dan percepatan dari benda
𝑑𝑧 𝑑2𝑧
tersebut. Besar kecepatan sebagai |𝑣̅ | = | | dan besar percepatan |𝑎
̅| = | |
𝑑𝑡 𝑑𝑡 2

6. DERET KOMPLEKS TAK HINGGA


Bab 1 telah memaparkan beragam deret bersuku real. Untuk subbab ini kita akan
membahas dengan deret bersuku kompleks, ditinjau deret parsial kompleks
(hingga suku ke-n) Sn = Xn + iYn, di mana Xn dan Yn real, sehingga deret S akan
konvergen jika S = X + iY = lim 𝑆𝑛 . Artinya, X → Xn dan Y → Yn. .
𝑛→∞

Contoh 1: Ujilah kekonvergenan deret berikut:


(1+𝑖) (1+𝑖)2 (1+𝑖)2 (1+𝑖)𝑛
1+ + + +…+ +…
2 4 8 2𝑛
Persoalan ini dapat diselesaikan dengan menggunakan uji rasio sehingga
memperoleh:
(1+𝑖)𝑛+1 (1+𝑖)𝑛 1+𝑖 1+𝑖 √2
𝜌 = lim | ÷ | = lim | |= | |= <1
𝑛→∞ 2𝑛+1 2𝑛 𝑛→∞ 2 2 2
Karena 𝜌 < 1, deret tersebut konvergen.

𝑖𝑛
Contoh 2: Ujilah kekonvergenan dari deret ∑∞
𝑛=1 . Jika deret itu diuji dengan
√𝑛
uji rasio, diperoleh 𝜌 = 1 sehingga harus diuji dengan metode lain. Uraian deret
1 1 1 1 1
itu membentuk i - + + + − …, yang memiliki komponen real
√2 √3 √4 √5 √6
1 1 1 (−1) 𝑛
- + − +…= ∑∞
𝑛=1 √2𝑛
√2 √4 √6
Sedangkan bagian imajinernya:
1 1 (−1)𝑛
1- + … = ∑∞
𝑛=1
√3 √5 √2𝑛+1
𝑖𝑛
Kedua komponen deret tersebut konvergen. Artinya, ∑∞
𝑛=1 √𝑛 merupakan deret
konvergen.

Contoh 3: Ceklah kekonvergenan dari deret ∑∞ 𝑛=0 𝑧


𝑛
= ∑∞ 𝑖𝜃 𝑛
𝑛=0(𝑟𝑒 ) =
∞ 𝑛 𝑖𝑛𝜃 𝑖𝜃
∑𝑛=0 𝑟 𝑒 . Deret itu merupakan deret geometric dengan z = 𝑟𝑒 . Deret ini
konvergen jika |𝑧| < 1, padahal |𝑧| = r sehingga ∑∞ 𝑛 𝑖𝑛𝜃
𝑛=0 𝑟 𝑒 konvergen jika r <
1.

7. DERET KOMPLEKS DAN LINGKARAN KEKONVERGENAN


Subbab ini akan membahas deret yang suku-sukunya berupa barisan
bilangan kompleks, disebut dengan deret kompleks z,
(7.1) ∑𝑎𝑛 𝑧 𝑛
dimana, z = x+iy serta an merupakan bilangan kompleks. Perhatikanlah beberapa
contoh deret bilangan kompleks berikut :
𝑧2 𝑧3 𝑧4
(7.2a) 1– z+ + + …,
2 3 4
(𝑖𝑧)2 (𝑖𝑧)3 𝑧2 𝑖𝑧 3
(7.2b) 1 + iz + + + ⋯ = 1 + 𝑖𝑧 − + +⋯,
2! 3! 2! 3!

(𝑧 + 1 − 𝑖)𝑛
(7.2c) ∑ .
𝑛=0 3𝑛 𝑛2

Melalui uji rasio, kekonvergenan dari deret kompleks pada persamaan (7.2a)
dapat diperoleh
𝑧·𝑛
ρ = lim n→∞ | | = |z|.
𝑛+1

Deret tersebut konvergen jika ρ < 1 sehingga |z| < 1, atau √𝑥 2 + 𝑦 2 < 1. Persamaan
itu merupakan lingkaran di bidang kompleks berjari-jari 1. Lingkaran tersebut
merupakan lingkaran kekonvergenan dari deret tak hingga. Gambar (7.1)
memperlihatkan kawasan kekonvergenan dari deret ∑(− x)𝑛⁄𝑛, yaitu pada interval

(-1,1) pada sumbu 𝑥 di dalam lingkaran kekonvergenan ∑(− 𝑧) 𝑛⁄𝑛 yang

merupakan nilai 𝑧 pada y = 0. Berarti, melalui jari jari lingkaran kekonvergenan


deret nilai real dapat diperoleh dari 𝑧.
Berikutnya, dari deret (7.2b) yang diuji melalui uji rasio didapatkan
(𝑖𝑧)𝑛+1 (𝑖𝑧)𝑛 𝑖𝑧
ρ = lim n→∞ | ÷ | = lim n→∞ | |=0
𝑛+1 𝑛! 𝑛+1

Jadi, deret contoh ini bersifat konvergen pada semua nilai 𝑧. Adapun deret
persamaan (7.2c), juga melalui uji rasio, didapatkan :
(𝑧 + 1 − 𝑖) 𝑛2 𝑧+1−𝑖
ρ = lim n→∞ | |=| |.
3 (𝑛 + 1)2 3

Deret itu akan konvergen jika ρ < 1, sehingga |z + 1 − i| < 3, atau | z − (− 1 + i)| < 3.

Ini merupakan persamaan lingkaran dibagian dalam pada jari-jari 3 yang berpusat
di
z = − 1 + i.

Pada deret real, ρ > 1 berarti deret divergen, sedangkan ρ = 1 berada pada
jari-jari lingkaran kekonvergenan yang mungkin konvergen atau divergen. Kita
tidak akan membahas deret kompleks ini pada ρ > 1 dan ρ = 1.
sin 𝑧
Contoh berikutnya, nyatakan fungsi ke dalam bentuk deret dan
𝑧(1 + 𝑧 2 )

tentukan pula lingkaran kekonvergenan . seperti halnya deret real, sin 𝑧 dapat
dideretkan sehingga memperoleh
sin 𝑧 7𝑧 2 47𝑧 4 5923𝑧 6
(7.3) = 1− + − + ….
𝑧(1 + 𝑧 2 ) 6 40 5040
sin 𝑧
Melalui uji rasio, konvergen pada semua 𝑧. Deret memiliki dua jari-jari
𝑧

kekonvergenan (sebut saja r1 dan r2). Dicari jarak terdekat ke titik asal, yaitu S
sehingga pembilang bernilai nol, jadi deret konvergen setidaknya berada di dalam
sin 𝑧
tiga lingkaran berjejari r1, r2, dan s pada contoh ini ( konvergen pada semua
𝑧

nilai 𝑧) r1 = ∞. Namun, deret tersebut tidak memberikan r2 serta penyebut 1+z2

bernilai nol pada z = ±i, yang berjarak 1 pada titik asal. Ini berarti s = 1 sehingga
deret konvergen didalam lingkaran berjari-jari 1, serta radius kekonvergenannya
adalah 1.

8. FUNGSI ELEMENTER PADA BILANGAN KOMPLEKS


Fungsi elementer yamg dimaksud berbentuk deret dari akar-akar metrik
dan inversnya, logaritma dan fungsi eksponensial, serta antarfungsi tersebut.
Bermanfaat untuk mencari nilai real dalam tabel jika ingin mencari 𝑖 𝑖 , sin(1+i),
atau ln i. secara ekspeimen kita bisa mendapatkan bilangan real, sehingga dari
informasi itu pengukuran tidak imajiner, tetapi nilai-nilainya dari Re z, Imajiner z,
|z|, dan sudut z adalah real dan ini jumlah yang memiliki makna eksperimental.
Jadi, dari manipulasi bilangan kompleks akan dapat memperoleh nilai real yang
dibandingkan dengan eksperimen. Polinomial dan fungsi rasional dari z mudah
dievaluasi. Jika f(z) = (𝑧 2 + 1)/(z − 3), kami menemukan f(i − 2) dan di
subtitusikan dengan z = i – 2
(𝑖 − 2)2 +1 −4𝑖 + 4 −𝑖 − 5 8𝑖 − 12
f(i − 2) = = . =
𝑖−2−3 𝑖−5 −𝑖 − 5 13
Berikutnya, kita akan menyelidiki makna fungsi bilangan kompleks
seperti 𝑒 𝑧 atau sin z, mengingat z = x+iy jika y = 0 sehingga :
𝑧𝑛 𝑧2 𝑧3
𝑒 𝑧 = ∑∞
0 =1+ 𝑧+ + +⋯.
𝑛! 2! 3!

Deret itu diketahui konvergen pada semua nilai z artinya Jika kita menempatka z =
x (x nyata), kita mendapatkan deret yang familiar untuk sebelumnya. Sangat
mudah untuk menunjukkannya, dengan mengalikan deret.
𝑒 𝑧1 𝑒 𝑧2 = 𝑒 𝑧1+𝑧2 .
9. Rumus Euler
Pada persamaan 8.1,

𝑧
𝑧𝑛 𝑧2 𝑧3 𝑧4 𝑧𝑛
𝑒 =∑ =1+𝑧+ + + +⋯
𝑛! 2! 3! 4! 𝑛!
0
Maka untuk mencari 𝑒 𝑖𝜃 adalah:
(𝑖𝜃)2 (𝑖𝜃)3 (𝑖𝜃)4 (𝑖𝜃)5
(9.1) 𝑒 𝑖𝜃 = 1 + 𝑖𝜃 + + + + +⋯
2! 3! 4! 5!
𝜃2 𝜃3 𝜃4 𝜃5
𝑒 𝑖𝜃 = 1 + 𝑖𝜃 − 2!
−𝑖 3!
+ 4!
+𝑖 5!

maka,
𝜃2 𝜃4 𝜃3 𝜃5
𝑒 𝑖𝜃 = 1 − + + ⋯ + 𝑖 (𝜃 − + ⋯)
2! 4! 3! 5!
Seperti yang telah kita ketahui bahwa untuk mencari sin 𝜃 dan cos 𝜃
adalah :
𝜃3 𝜃5
(9.2) sin 𝜃 = 𝜃 − + −⋯
3! 5!
𝜃2 𝜃4
cos 𝜃 = 1 − 2!
+ 4!
−⋯
Lalu, coba bandingkan rumus yang didapat dari (9.1) dan (9.2). Ternyata
rumus yang kita dapat dari (9.2) adalah 𝑐𝑜𝑠 𝜃 + 𝑖 𝑠𝑖𝑛 𝜃 . Akhirnya, kita
mendapatkan rumus baru yang dikenal sebagai rumus Euler :
(9.3) 𝑒 𝑖𝜃 = 𝑐𝑜𝑠 𝜃 + 𝑖 𝑠𝑖𝑛 𝜃
Lalu, jika kita tulis dalam bilangan kompleks maka akan menjadi :
(9.4) 𝑧 = 𝑥 + 𝑖𝑦 = 𝑟(𝑐𝑜𝑠 𝜃 + 𝑖 𝑠𝑖𝑛 𝜃) = 𝑟𝑒 𝑖𝜃
Disini ada beberapa contoh penggunaan dari 9.3 dan 9.4. kasus ini dapat
diselesaikan dengan cepat dengan grafik atau hanya dengan
menggambarkannya di pikiranmu.
Contoh :
1). Temukan nilai dari 2𝑒 𝑖𝜋/6 , 𝑒 𝑖𝜋 , 3𝑒 −𝑖𝜋/2 , 𝑒 2𝑛𝜋𝑖 .
2𝑒 𝑖𝜋/6 adalah 𝑟𝑒 𝑖𝜃 dengan r = 2, 𝜃 = 𝜋/6.

Dari gambar tersebut, 𝑥 = √3 , 𝑦 = 1,


𝑥 + 𝑖𝑦 = √3 +𝑖, jadi, 2𝑒 𝑖𝜋/6 = √3 +𝑖.

2). 𝑒 𝑖𝜋 adalah 𝑟𝑒 𝑖𝜃 dengan 𝑟 = 1, 𝜃 = 𝜋.


Dari gambar tersebut, 𝑥 = −1, 𝑦 = 0, 𝑥 + 𝑖𝑦 = -1+ 0i,
Jadi 𝑒 𝑖𝜋 = −1.

3). 3𝑒 −𝑖𝜋/2 adalah 𝑟𝑒 𝑖𝜃 dengan r = 3, 𝜃 = −𝜋/2.

Dari gambar tersebut, 𝑥 = 0 , 𝑦 = −3, jadi


3𝑒 −𝑖𝜋/2 = 𝑥 + 𝑖𝑦 = 0 – 3i = -3i.

4). 𝑒 2𝑛𝜋𝑖 adalah 𝑟𝑒 𝑖𝜃 dengan r = 1 dan 𝜃 = 2𝑛𝜋 = 𝑛(2𝜋);

Dari gambar tersebut, 𝑥 = 1, 𝑦 = 0, jadi 𝑒 2𝑛𝜋𝑖 = 1 + 0𝑖 = 1.

Seringkali kita menggunakan rumus Euler ketika kita ingin


mengalikan atau membagi bilangan kompleks. Dari Persamaan di 8.2,
kita dapat mencari hukum eksponen yang sekarang berlaku untuk
eksponen imajiner:
Rumus Euler dalam perkalian dan pembagian adalah :
(9.5) 𝑒 𝑖𝜃1 ∙ 𝑒 𝑖𝜃2 = 𝑒 𝑖(𝜃1 +𝜃2) ,
𝑒 𝑖𝜃1 ÷ 𝑒 𝑖𝜃2 = 𝑒 𝑖(𝜃1 −𝜃2 )
Ingat bahwa setiap bilangan kompleks dapat ditulis dalam bentuk
𝑟𝑒 𝑖𝜃 oleh gambar 9.4 kita dapatkan
Jika rumus pada (9.5), kita ubah kedalam bilangan kompleks maka akan
menjadi :
(9.6) 𝑧1 ∙ 𝑧2 = 𝑟1 𝑒 𝑖𝜃1 ∙ 𝑟2 𝑒 𝑖𝜃2 = 𝑟1 𝑟2 𝑒 𝑖(𝜃1+𝜃2) ,
𝑟
𝑧1 ÷ 𝑧2 = 𝑟1 𝑒 𝑖(𝜃1 − 𝜃2 )
2
Dari persamaan tesebut, dapat juga dikatakan bahwa, untuk mengalikan
dua bilangan kompleks, kita kalikan nilai absolut dan menambahkan
sudut pada bilangan tersebut. Untuk membagi dua bilangan kompleks,
kita membagi nilai absolut dan mengurangi sudut.
Contoh :
2
Evaluasi (1 + 𝑖) / (1- 𝑖). Dari gambar tersebut, kita mempunyai 1+ 𝑖 =
√2𝑒 𝑖𝜋/4 . Kita gambarkan 1- 𝑖 pada gambar dan menemukan r = √2, 𝜃 =
𝜋 (1+𝑖)2 ( 2𝑒 𝑖𝜋/4 )2 √2𝑒 𝑖𝜋/2
− (atau +7𝜋/4), jadi 1- 𝑖 = √2𝑒 −𝑖𝜋/4 . Lalu = ( √2𝑒 −𝑖𝜋/4) = =
4 (1− 𝑖) √ √2𝑒 −𝑖𝜋/4
√2𝑒 3𝑖𝜋/4 .

Dari gambar tersebut, kita temukan 𝑥 = -1, 𝑦 = 1, jadi


(1+𝑖)2
(1− 𝑖)
= 𝑥 + 𝑖𝑦 = −1 + 𝑖.

Kita dapat menggunakan derajat pada soal ini. Dari gambar tersebut, kita
temukan sudut dari (1 + 𝑖)2 / (1- 𝑖) adalah 135° seperti ditunjukkan pada
gambar tersebut.

10. AKAR BILANGAN KOMPLEKS


Melalui rumusan perkalian dan pembagian bilangan kompleks (persamaan 9.6),
diperoleh rumusan De Moivre yang berbentuk :

(10.1) 𝑧 𝑛 = (𝑟𝑒 𝑖𝜃 )𝑛 = 𝑟 𝑛 𝑒 𝑖𝑛𝜃

n merupakan bilangan bulat. Jadi, bilangan kompleks berpangkat n akan


sebanding dengan perkalian antarmodulus sebanyak n kali dan eksponen sudut θ
berfaktor pengali n. Dalam kasus 𝑟 = 1, maka kita dapatkan :

(10.2) (𝑒 𝑖𝜃 )𝑛 = (cos 𝜃 + 𝑖 sin 𝜃)𝑛 = cos 𝑛𝜃 + 𝑖 sin 𝑛𝜃


Untuk 𝑧1/𝑛 sebanding dengan akar pangkat n dari modulusnya serta nilai
1
eksponen sudut hanya 𝑛 dari θ. Dari hal tersebut maka akan kita dapatkan :

1 1 𝑖𝜃
𝑛 𝜃 𝜃
(10.3) 𝑧1/𝑛 = (𝑟𝑒 𝑖𝜃 )𝑛 = 𝑟 𝑛 𝑒 𝑛 = √𝑟 (cos 𝑛 + 𝑖 sin 𝑛)

𝑛
Ada tiga cara untuk menghitung √𝑧 , yakni :
𝑛
1. √|𝑧| merupakan bilangan nyata positif yang merupakan jejari lingkaran
dimana akar berada.
2. Sudut 𝑧 merupakan sudut terkecil positif. Sudut itu dibagi n jika sudut dari
𝑛
√𝑧 ingin diperoleh.
2𝜋 360°
3. Sudut = perlu ditambahkan pada 2b sehingga mendapatkan sudut
𝑛 𝑛
𝑛
lain dari √𝑧.

11. FUNGSI EKSPONENSIAL DAN TRIGONOMETRI


Persamaan 𝑒 𝑧 yang dapat ditulis dalam bentuk lain :
𝑒 𝑧 = 𝑒 𝑥+𝑖𝑦 = 𝑒 𝑥 [cos 𝑦 + 𝑖 sin 𝑦]
Persamaan diatas lebih(11.1)cocok digunakan daripada deret tak hingga untuk
menentukan nilai dari 𝑒 𝑧 untuk mengetahui z, contoh :
𝑒 2−𝑖𝜋 = 𝑒 2 𝑒 −𝑖𝜋 = 𝑒 2 . (−1) = −𝑒 2
Identitas Euler yang menghubungan antara eksponensial kompleks dan fungsi
trigonometri dari sudut real dapat ditulis dalam bentuk lain
𝑒 𝑖𝜃 = 𝑐𝑜𝑠𝜃 + 𝑖𝑠𝑖𝑛𝜃
(11.2) −𝑖𝜃
𝑒 = 𝑐𝑜𝑠𝜃 − 𝑠𝑖𝑛𝜃
Dengan menjumlahkan atau mengurangkan dua persamaan tersebut maka kita
dapatkan 𝑠𝑖𝑛𝜃 dan 𝑐𝑜𝑠𝜃 :
𝑒 𝑖𝜃 − 𝑒 −1𝜃
𝑠𝑖𝑛𝜃 =
2𝑖
𝑒 𝑖𝜃 + 𝑒 −𝑖𝜃
𝑐𝑜𝑠𝜃 =
2
Contoh 1 :
𝑒 𝑖.𝑖 + 𝑒 −𝑖.𝑖 𝑒 −1 + 𝑒
cos 𝑖 = = = 1,543 …
2 2
Contoh 2:
Menguji persamaan 𝑠𝑖𝑛2 𝑧 + 𝑐𝑜𝑠 2 𝑧 = 1
2
2
𝑒 𝑖𝑧 − 𝑒 −𝑖𝑧 𝑒 2𝑖𝑧 − 2 + 𝑒 −2𝑖𝑧
𝑠𝑖𝑛 𝑧 = ( ) =
2𝑖 −4
2
2
𝑒 𝑖𝑧 + 𝑒 −𝑖𝑧 𝑒 2𝑖𝑧 + 2 + 𝑒 −2𝑖𝑧
𝑐𝑜𝑠 𝑧 = ( ) =
2 4

Dari hasil diatas maka dapat dibuktikan bahwa:


2 2
𝑠𝑖𝑛2 𝑧 + 𝑐𝑜𝑠 2 𝑧 = + =1
4 4

12. FUNGSI HIPERBOLA


Rumusan sinus dan kosinus hiperbola dapat diperoleh dari rumusan trigonometric
sin 𝑧 dan cos 𝑧 untuk z imajiner, yaitu 𝑧 = 𝑖𝑦. Maka akan diperoleh :
𝑒 −𝑦 − 𝑒 𝑦 𝑒 𝑦 − 𝑒 −𝑦
sin 𝑖𝑦 = =𝑖
2𝑖 2
𝑒 −𝑦 + 𝑒 𝑦 𝑒 𝑦 + 𝑒 −𝑦
cos 𝑖𝑦 = =
2𝑖 2
Fungsi real disebelah kanan mempunyai diberi nama khusus, yaitu sinus hiperbola
(sinh) dan kosinus hiperbola (cosh) dalam bentuk:
𝑒 𝑧 − 𝑒 −𝑧
sinh 𝑧 =
2
𝑒 𝑧 + 𝑒 −𝑧
cosh 𝑧 =
2
Fungsi-fungsi hiperbola yang memiliki kemiripan dengan fungsi trigonometri,
yaitu:
sinh 𝑧 1
tanh 𝑧 = cosh 𝑧 ; coth 𝑧 = tanh 𝑧
1 1
sech 𝑧 = cosh 𝑧; csch 𝑧 = sinh 𝑧
Selain itu juga terdapat sifat :
sin 𝑖𝑦 = 𝑖 sinh 𝑦
cos 𝑖𝑦 = cosh 𝑦
Contoh :
Membuktikan bahwa:
𝑐𝑜𝑠ℎ2 𝑧 − 𝑠𝑖𝑛ℎ2 𝑧 = 1 (bandingkan dengan 𝑠𝑖𝑛2 𝑧 +
𝑐𝑜𝑠 2 𝑧 = 1)
𝑒 𝑧 +𝑒 −𝑧 𝑒 𝑧 −𝑒 −𝑧
cosh 𝑧 = 2 ; sinh 𝑧 = 2
Jika ditambahakan maka:
𝑒 𝑧 +𝑒 −𝑧 +𝑒 𝑧 −𝑒 −𝑧
𝑐𝑜𝑠ℎ + sinh = = 𝑒𝑧
2
Jika dikurangkan maka:
𝑒 𝑧 +𝑒 −𝑧 −𝑒 𝑧 +𝑒 −𝑧
𝑐𝑜𝑠ℎ + sinh = = 𝑒 −𝑧
2
Kalikan kedua hasil dari pernyataan diatas :
(cosh 𝑧 + sinh 𝑧)(cosh 𝑧 − sinh 𝑧) = 𝑒 𝑧 𝑒 −𝑧
𝑐𝑜𝑠ℎ2 𝑧 − 𝑠𝑖𝑛ℎ2 𝑧 = 1
Pada trigonometri, kita memiliki 𝑐𝑜𝑠 2 𝑧 + 𝑠𝑖𝑛2 𝑧 = 1, jadi terdapat perbedaan
tanda antara fungsi trigonometri dan fungsi hyperbola
14. PANGKAT DAN AKAR KOMPLEKS
Berdasarkan sifat-sifat pda hitungan ln, pada sembarang bilangan imajiner
a dan b dipenuhi persamaan lnab = b lna, yang dapat pula tersaji dalam bentuk ab
= eblna
Persamaan diatas dapat digunakan untuk menentukan nilai dari eksponen pada
bilangan kompleks.
Contoh:
1.
Carilah semua nilai dari i-2i
𝜋 𝜋
 Telah diketahui bahwa ln i = ln l + i ( 2 ± 2𝑛𝜋) = i ( 2 ± 2𝑛𝜋)
𝜋
Maka i-2i =e−2i ln Ii = 𝑒 −2i · i (2 ± 2𝑛𝜋)
= 𝑒 𝜋±4𝜋 = 𝑒 𝜋 , 𝑒 5𝜋 , 𝑒 −3𝜋
Dimana 𝑒 𝜋 adalah 23,14

15. INVERS TRIGONOMETRI DAN HIPERBOLA


Kita mendefinisikan fungsi kompleks triginimetri dan hiperbolik z contohnya :

W = cos z di definisikan untuk nomor yang kompleks, sedangkan untuk cosines


invers dan cosines arc w, di definisikan dengan :

Trigono metri terbalik dan fungsi hiperbolik memiliki definisi yang sama.
Dalam bilangan real kita tau bahwa sin x dan cos x tidak pernah memiliki nilai
lebih dari 1. Peraturan ini berlaku untuk sin x dan cos x. untuk menggambarkan
metode fungsi trigonometri terbalik. Ayo temukan cos 2.
CONTOH 1
Kita menginginkan z, dimana :

Kemudian kita dapat :

Unuk meyederhanakan aljabar u = eiz, lalu e− iz = u− 1, dan persamaannya


menjadi :

Kalikan dengan 2 dan u untuk mendapatkan hasil u2 + 1 = 4u atau u2 - 4u+ 1 =


0. Untuk menyelesaikan persamaan ini menggunakan persamaan :

Ambil logaritma dari kedua sisi persamaan ini, dan memecahkan z:


Inilah cara untuk mrndapatkan cos z, dan melihat bahwa hasilnya itu adalah 2.
Untuk iz = ln (2±√3). Kita mendapatkan :

Dengen metode yang sama, kita dapat menemukan invers trigonometri dan fungsi
hiperbolik pada logaritma. (lihat contoh 17) berikut adalah contoh lain:

CONTOH 2
Dalam tabel integral atau table dalam computer kamu dapat menemukan definit
integral.

Ataupun

Bagaimana hubungannya? Substitusikan / masukan :

memecahkan z seperti dalam contoh sebelumnya. lalu ez = u, e-z = 1/u. kemudian:

Untuk integral nyata, nilai e z> 0, oleh karena itu kita harus menggunakan tanda
positif, lalu mengambil logaritma dari contoh diatas. Kita dapat :

Dengen membandingkan contoh diatas kita tau bahwa jawabannya berbeda


dengan perbedaan konstanta integrasi.
16. PENERAPAN-PENERAPAN FUNGSI KOMPLEKS
Fungsi kompleks dapat digunakan untuk bidang mekanika, kelistrikan, dan
optika.
1. Mekanika

Pergerakan partikel pada bidang (x,y) dalam lintasan z terhadap


t(waktu), dapat dibuat persamaan :
|z-1| = |3 |= 3
→ |z| = r Z (t) = 3e2it R = 3
|z-1| adalah jarak antara titik z dan 1 dan jaraknya kira-kira 3.
Adapun jari-jari dari lingkaran adalah 3 yang berpusat pada koordinat
(1,0) sehingga besar kecepatannya diberi persamaan :

| | = |6i |=6
Kecepatannya konstan karena merupakan kecepatan linear hanya
arahnya yang berbeda.
2. Kelistrikan

VR adalah tegangan pada resistor R dan I adalah arus yang


mengalir pada resistor tersebut. Jadi, VR dapat memenuhi persamaan :
VR = IR = R . I₀ eiwt
Beda potensial ujung konduktor (VL) terhadap L adalah :

= 𝐿 (d(I₀ eiwt))/dt = L (I₀ eiwt) = iw. L I₀ eiwt = iwLI


Sedangkan pada (VC) berkapasitansi C adalah :
𝑑𝑉𝑐 𝐼 𝐼
= → 𝑉 0 = ∫ 𝐼𝑑𝑡
𝑑𝑡 𝑐 𝑐
Arus listrik bolak-balik yang mengalir setiap I beramplitudo I0
sehingga :
I = I0 sin t
Tegangan totalnya :

V = VR + VL + VC
Rumus arus listrik dalam bentuk kompleks :
I = I0 sin wt = I0𝒆𝒊𝝎𝒕
Jadi, setiap persamaan yang terdapat (I) diubah kedalam bentuk
kompleks I = I0𝒆𝒊𝝎𝒕 , Karena I = I0 sin wt = I0𝒆𝒊𝝎𝒕
3. Optika

Pada bidang ini, biasa memanfaatkan superposisi sejumlah


gelombang cahaya, dan fase setiap gelombang berbeda terhadap
gelombang cahaya lainnya. Dapat dinyatakan dalam bentuk kompleks dan
dijumlahkan :
Penjumlahan 2 gelombang atau lebih :
Sin t + sin (t+δ) + sin (t+2δ) + sin (t+3δ) +…..
Karena gelombang tersebut dinyatakan dalam fungsi sinus dan
fungsi sinus adalah bagian dari bilangan imajiner dari fungsi eksponensial
kompleks еᴵt , maka :

Anda mungkin juga menyukai