“BILANGAN KOMPLEKS”
Kelompok 2
Anggota:
1. Puput Handayani (11140163000052)
2. Dio Zulfarmansyah (11160163000002)
3. Nuri Septia Utami (11160163000009)
4. Muhamad Sahri (11160163000010)
5. Khuzairi M. Pangestu (11160163000015)
6. Ika Baitinnisa (11160163000016)
7. Mila Hanifah (11160163000017)
1. INTRODUCTION
Barang kali kamu sudah biasa mengenal dan menggunkan bilangan real, imajiner
maupun bilangan kompleks dalam matematika aljabar. Marilah kita tinjau sebuah
persamaan kuadrat, yaitu:
𝑎𝑧 2 + bz + c = 0 … … … …. (1.1)
Yang memberikan penyelesaian:
−𝑏±√𝑏 2 −4𝑎𝑐
𝑥= ……….. (1.2)
2𝑎
Jika diskrimian 𝑑 = (𝑏2 − 4𝑎𝑐) adalah negatif, kita harus mengambil akar
kuadrat untuk memperoleh nilai z, .Karena hanya bilangan positif yang memiliki
akar kuadrat positif yang bernilai real (nyata). Kita tidak mungkin untuk
menggunakan (1.2) ketika d <0, kecuali kita menggunakan bilangan jenis baru,
yang kita sebut bilangan imajiner. Untuk itu kita lambang kan i= √−1 dengan
pengertian bahwa i2= −1. Selanjutnya √−16 = 4𝑖, √−3 = 𝑖√3, 𝑖 3 = −𝑖 adalah
contoh bilangan imajiner. Adapun𝑖 2 = −1, √−2√−8 = −4, 𝑖 4𝑛 = 1adalah
contoh bilangan real.
Disamping itu, kita juga mengenal bilangan yang merupakan hasil kombinasi
antara bilangan real dan bilangan imajiner yang disebut bilangan kompleks.
Sebagai contoh, perhatikan persamaan kuadrat berikut :
𝑧 2 − 2z + 2 = 0 adalah:
2 ± √−4
𝑥= =1±𝑖
2
Adapun contoh bilangan kompleks yang lain adalah1 ± 𝑖, 𝑖 + 5, 3 + 𝑖√5.
Gambar (3.1)
Ketika sejumlah bilangan kompleks ditulis dalam bentuk𝑥 + 𝑖𝑦, kita mengatakan
bahwa itu adalah di bentuk persegi panjang karena 𝑥 dan 𝑦 adalah koordinat
persegi panjang dari titik mewakili jumlah dalam bidang kompleks. Dalam
geometri analitik, kita dapat menemukan titik dengan memberikan koordinat
kutub (𝑟, 𝜃) bukan koordinat persegi panjang (𝑥, 𝑦). Ada cara yang sesuai untuk
menulis sejumlah kompleks. PadaGambar 3.2,
x = r cos θ,
y = r sin θ. ………(3,1)
Maka kita harus
𝑥 + 𝑖𝑦 = 𝑟 𝑐𝑜𝑠 𝜃 + 𝑖𝑟 𝑠𝑖𝑛 𝜃 …(3,2)
gambar 3.2
Pernyataan terakhir ini disebut bentuk koordinat polar dari bilangan kompleks.
Pernyataan (𝑐𝑜𝑠 𝜃 + 𝑖 𝑠𝑖𝑛 𝜃) dapat ditulis sebagai 𝑒 𝑖𝜃 . Cara mudah untuk
menuliskan bentuk koordinat polar dari sejumlah bilangan kompleks (3,3)
𝑥 + 𝑖𝑦 = 𝑟(𝑐𝑜𝑠 𝜃 + 𝑖 𝑠𝑖𝑛 𝜃) = 𝑟𝑒 𝑖𝜃 .
(Gambar 4.2)
Berikutnya dapat diuraikan bahwa :
5 5
𝑍 = −1 − 𝑖 = √2[(cos( + 2𝑛𝜋) + 𝑖 sin( + 2𝑛𝜋)]
4 4
5𝜋 5𝜋
= √2 (cos + sin )
4 4
𝑖5𝜋
= √2𝑒 4
Yang dapat ditulis pula dalam bentuk 𝑧 = √2 (cos 225° = 𝑖 sin 225°) . Jika
dibandingkan dengan bilangan kompleks 𝑧 (=𝑥 + 𝑖𝑦), bilangan kompleks “baru”
(𝑥 − 𝑖𝑦) memiliki tanda yang berbeda dibagian imajnernya. Bilangan kompleks
baru ini disebut kompleks konjugat atau konjugat 𝑧 yang berlambang𝑧 ∗ atau 𝑧.
jadi, bilangan (7𝑖 + 5) memiliki konjugat (−7𝑖 + 5), sedangkan (2 +
3𝑖) berkonjugat (2 − 3𝑖). Jika 𝑧 dan 𝑧 ∗ ditampilkan dalam bidang kompleks
(gambar 4.3), 𝑧 ∗ merupakan hasil cermin 𝑧 di sumbu 𝑥 dimana 𝑧 dan 𝑧 ∗ memiliki
modulus yang senilai jika dinyatakan dalam koordinat polar, 𝑧 = 𝑟(𝑐𝑜𝑠𝜃 +
𝑖 sin 𝜃) dan konjugatnya,
𝑧 = 𝑟[cos(−𝜃) + 𝑖 sin(−𝜃) = 𝑟(𝑐𝑜𝑠𝜃 − 𝑖 𝑠𝑖𝑛𝜃) = 𝑟𝑒 −𝑖𝜃
5. ALJABAR KOMPLEKS
A. Penyederhanaan x ke bentuk z + iy
Setiap hasil operasi bilangan (baik penjumlahan, selisih, perkalian maupun
pembagian) bilangan komplek dapat diubah kebentuk (x + iy). Perlu diingat
bahwa 𝑖 2 = −1.
contoh 1.
(1 + i)2=1+2i + i2=1+2i – 1= 2i
Jika operasi berupa pembagian, pembagiannya harus diubah kedalam bilangan
riil. Selain itu, cara lain yang dapat digunakan adalah memindahkan ke bidang
kompleks dalam bentuk polar.
contoh 2.
2+i 2+i 3+i 6+5i + i2 5+5i 1 1
=3 – i . 3+i= = =2+ 2i
3−i 9 – i2 10
Ini biasanya akan lebih mudah yaitu mengkalikan/ membagi bilangan komples
pada bentuk polar.
contoh 3.
Bentuk (1 +i)2 dapat diubah kebentuk polar (gambar 5.1). Pertama pertama dapat
𝑖𝜋
𝜋
kita lihat pada titik (1.1) bahwa r = √2 , dan θ =4 , jadi (1 + i) = √2𝑒 4 ,
kemudian dari gambar 5.2 kita menemukan hasil yang sama dengan contoh no 1.
𝑖𝜋 𝑖𝜋
(1 + i)2=(√2𝑒 4 )2= 2𝑒 2 = 2i
sudut 20𝑜 = 9𝜋 rad. Maka bilangan kompleks itu dapat diuraikan menjadi
1 1 1
= 𝜋 𝜋 = 𝑖𝑛 = 0,5 𝑒
2(cos 20𝑜 +𝑖 sin 20𝑜 ) 2(𝑐𝑜𝑠 +𝑖 sin ) 2𝑒
9 9 9
−𝑖𝜋
1 1 1 𝜋 𝜋
= 𝜋 𝜋 = 𝑖𝜋 =0.5 𝑒 9 =0.5(cos 9 - i sin 9 ) = 0.47-0.17i
2(cos 20°+ i sin 20°) 2(cos +isin )
9 9 2𝑒9
Dengan menggunakan kalkulator pada mode radian kita dapat memperoleh hasil
yang sama 0,5 (cos 20°- i sin 20°) = 0.47 - 0.17 i
B. Konjugasi dari Bilangan Komplek
Sangat mudah untuk melihat bahwa konjugat jumlah dari dua bilangan
kompleks adalah jumlah dari nomor konjugat . Jika,
𝑧1 = 𝑥1 + 𝑖𝑦1 dan 𝑧2 = 𝑥2 + 𝑖𝑦2 , maka 𝑧̅1 + 𝑧̅2 = 𝑥1 − 𝑖𝑦1 + 𝑥2 − 𝑖𝑦2 = 𝑥1 +
𝑥2 − 𝑖𝑦2 = 𝑥1 + 𝑥2 − 𝑖(𝑦1 + 𝑦2 ). Konjugasi dari (z1+ z2) adalah (x1+ x2)+i (y1+
y2) =(x1+ x2) - i(y1+ y2 ).
Dengan cara yang sama, kamu dapat menunjukan bahwa
mengkonjugasikan perbedaan (hasil kali atau hasil bagi) pada bilangan kompleks
adalah perbedaan yang sama antara (hasil kali atau hasil bagi) pada nomor yang
dikonjugasikan (permasalahan no 25) dengan kata lain kamu dapat
mengkonjugasikan sebuah ekxpresi yang berisi i’s dengan hanya ditandai dengan
satu syarat i. Bagaimanapun kita harus berhati-hati dengan i’s yang tersembunyi.
Contoh : Jika.
( 2 − 3i ) ( 2+3i )
z= , maka z =
( i +4 ) (− i +4 )
D. Persamaan Kompleks
Persamaan kompleks adalah suatu persamaan yang mengandung bilangan-
bilangan kompleks. Sebagai contoh x + iy = 2 + 3i dengan x = 2 dan y = 3.
Sehingga dua persamaan kompleks dengan x dan y sebagai komponen riil.
“Dua bilangan kompleks adalah sama, jika dan hanya jika bagian riilnya
sama dan juga bagian imajinernya sama. Jadi, persamaan kompleks x + iy = 2 +
3i, setara dengan dua persamaan riil serempak x = 2 dan y = 3” x + iy = 2 + 3i
dimana x = 2 dan y = 3…………………………………… (i)
Penyelesaian:
Persamaan tersebut dapat diuraikan menjadi:
x2 + 2ixy + y2 = 2i
Sehingga diperoleh bagian persamaan untuk bagian riil dan imajinernya masing-
masing:
x2 – y2 = 0, maka x2 = y2 …… (i)
2ixy = 2i ………………. (ii)
Dari persamaan (ii) jika x=1 maka dari persamaan (i) diperoleh:
y2 = -1
Dan karena y seharusnya bilangan riil, maka hasil ini bukan pemecahan yang kita
tinjau. Jika:
y = 1 maka x2 = 1
Yang memberikan nilai bagi variable x. Dengan demikian pemecahan persamaan
tersebut adalah:
x=y=1 dan x=y=-1
E. Grafik
Grafik fungsi kompleks yang ditampilkan di titik berkoordinat (x,y) pada bidang
kompleks juga memberikan makna geometris untuk persamaan dan kesenjangan
yang melibatkan z.
Contoh 1: sebuah lengkung yang melalui sebuah titik (x,y) di bidang kompleks
memiliki |𝑧| = 3?
Artinya, |𝑧| = √𝑥 2 + 𝑦 2 = 3 atau x2 + y2 = 9 merupakan persamaan lingkaran
berjejari 3 dan berpusat di titik asal.
Sehingga:
𝑑𝑧 𝑑𝑥 + i 𝑑𝑦 dan 𝑑2 𝑧 = 𝑑2 𝑥 + i 𝑑2 𝑦
=
𝑑𝑡 𝑑𝑡 𝑑𝑡 𝑑𝑡 2 𝑑𝑡 2 𝑑𝑡 2
Selanjutnya dihitung:
𝑑𝑧 2(𝑡−𝑖)−(𝑖+2𝑡) = −3𝑖
=
𝑑𝑡 (𝑡−𝑖)2 (𝑡−𝑖)2
v = 𝑑𝑧 −3𝑖 +3 3
| |= √ 2 = 2
𝑑𝑡 (𝑡−𝑖) (𝑡+𝑖)2
𝑡 +1
𝑑2𝑧 (−3𝑖)(−2) = 6𝑖
=
𝑑𝑡 2 (𝑡−𝑖)3 (𝑡−𝑖)3
𝑑2𝑧 6
a=| 2
|= 3
𝑑𝑡
(𝑡 2 −1)2
Metode ini digunakan dalam fisika, dimana jika z menyatakan kedudukan suatu
benda dalam bidang maka dapat dicari besar kecepatan dan percepatan dari benda
𝑑𝑧 𝑑2𝑧
tersebut. Besar kecepatan sebagai |𝑣̅ | = | | dan besar percepatan |𝑎
̅| = | |
𝑑𝑡 𝑑𝑡 2
𝑖𝑛
Contoh 2: Ujilah kekonvergenan dari deret ∑∞
𝑛=1 . Jika deret itu diuji dengan
√𝑛
uji rasio, diperoleh 𝜌 = 1 sehingga harus diuji dengan metode lain. Uraian deret
1 1 1 1 1
itu membentuk i - + + + − …, yang memiliki komponen real
√2 √3 √4 √5 √6
1 1 1 (−1) 𝑛
- + − +…= ∑∞
𝑛=1 √2𝑛
√2 √4 √6
Sedangkan bagian imajinernya:
1 1 (−1)𝑛
1- + … = ∑∞
𝑛=1
√3 √5 √2𝑛+1
𝑖𝑛
Kedua komponen deret tersebut konvergen. Artinya, ∑∞
𝑛=1 √𝑛 merupakan deret
konvergen.
Melalui uji rasio, kekonvergenan dari deret kompleks pada persamaan (7.2a)
dapat diperoleh
𝑧·𝑛
ρ = lim n→∞ | | = |z|.
𝑛+1
Deret tersebut konvergen jika ρ < 1 sehingga |z| < 1, atau √𝑥 2 + 𝑦 2 < 1. Persamaan
itu merupakan lingkaran di bidang kompleks berjari-jari 1. Lingkaran tersebut
merupakan lingkaran kekonvergenan dari deret tak hingga. Gambar (7.1)
memperlihatkan kawasan kekonvergenan dari deret ∑(− x)𝑛⁄𝑛, yaitu pada interval
Jadi, deret contoh ini bersifat konvergen pada semua nilai 𝑧. Adapun deret
persamaan (7.2c), juga melalui uji rasio, didapatkan :
(𝑧 + 1 − 𝑖) 𝑛2 𝑧+1−𝑖
ρ = lim n→∞ | |=| |.
3 (𝑛 + 1)2 3
Deret itu akan konvergen jika ρ < 1, sehingga |z + 1 − i| < 3, atau | z − (− 1 + i)| < 3.
Ini merupakan persamaan lingkaran dibagian dalam pada jari-jari 3 yang berpusat
di
z = − 1 + i.
Pada deret real, ρ > 1 berarti deret divergen, sedangkan ρ = 1 berada pada
jari-jari lingkaran kekonvergenan yang mungkin konvergen atau divergen. Kita
tidak akan membahas deret kompleks ini pada ρ > 1 dan ρ = 1.
sin 𝑧
Contoh berikutnya, nyatakan fungsi ke dalam bentuk deret dan
𝑧(1 + 𝑧 2 )
tentukan pula lingkaran kekonvergenan . seperti halnya deret real, sin 𝑧 dapat
dideretkan sehingga memperoleh
sin 𝑧 7𝑧 2 47𝑧 4 5923𝑧 6
(7.3) = 1− + − + ….
𝑧(1 + 𝑧 2 ) 6 40 5040
sin 𝑧
Melalui uji rasio, konvergen pada semua 𝑧. Deret memiliki dua jari-jari
𝑧
kekonvergenan (sebut saja r1 dan r2). Dicari jarak terdekat ke titik asal, yaitu S
sehingga pembilang bernilai nol, jadi deret konvergen setidaknya berada di dalam
sin 𝑧
tiga lingkaran berjejari r1, r2, dan s pada contoh ini ( konvergen pada semua
𝑧
bernilai nol pada z = ±i, yang berjarak 1 pada titik asal. Ini berarti s = 1 sehingga
deret konvergen didalam lingkaran berjari-jari 1, serta radius kekonvergenannya
adalah 1.
Deret itu diketahui konvergen pada semua nilai z artinya Jika kita menempatka z =
x (x nyata), kita mendapatkan deret yang familiar untuk sebelumnya. Sangat
mudah untuk menunjukkannya, dengan mengalikan deret.
𝑒 𝑧1 𝑒 𝑧2 = 𝑒 𝑧1+𝑧2 .
9. Rumus Euler
Pada persamaan 8.1,
∞
𝑧
𝑧𝑛 𝑧2 𝑧3 𝑧4 𝑧𝑛
𝑒 =∑ =1+𝑧+ + + +⋯
𝑛! 2! 3! 4! 𝑛!
0
Maka untuk mencari 𝑒 𝑖𝜃 adalah:
(𝑖𝜃)2 (𝑖𝜃)3 (𝑖𝜃)4 (𝑖𝜃)5
(9.1) 𝑒 𝑖𝜃 = 1 + 𝑖𝜃 + + + + +⋯
2! 3! 4! 5!
𝜃2 𝜃3 𝜃4 𝜃5
𝑒 𝑖𝜃 = 1 + 𝑖𝜃 − 2!
−𝑖 3!
+ 4!
+𝑖 5!
…
maka,
𝜃2 𝜃4 𝜃3 𝜃5
𝑒 𝑖𝜃 = 1 − + + ⋯ + 𝑖 (𝜃 − + ⋯)
2! 4! 3! 5!
Seperti yang telah kita ketahui bahwa untuk mencari sin 𝜃 dan cos 𝜃
adalah :
𝜃3 𝜃5
(9.2) sin 𝜃 = 𝜃 − + −⋯
3! 5!
𝜃2 𝜃4
cos 𝜃 = 1 − 2!
+ 4!
−⋯
Lalu, coba bandingkan rumus yang didapat dari (9.1) dan (9.2). Ternyata
rumus yang kita dapat dari (9.2) adalah 𝑐𝑜𝑠 𝜃 + 𝑖 𝑠𝑖𝑛 𝜃 . Akhirnya, kita
mendapatkan rumus baru yang dikenal sebagai rumus Euler :
(9.3) 𝑒 𝑖𝜃 = 𝑐𝑜𝑠 𝜃 + 𝑖 𝑠𝑖𝑛 𝜃
Lalu, jika kita tulis dalam bilangan kompleks maka akan menjadi :
(9.4) 𝑧 = 𝑥 + 𝑖𝑦 = 𝑟(𝑐𝑜𝑠 𝜃 + 𝑖 𝑠𝑖𝑛 𝜃) = 𝑟𝑒 𝑖𝜃
Disini ada beberapa contoh penggunaan dari 9.3 dan 9.4. kasus ini dapat
diselesaikan dengan cepat dengan grafik atau hanya dengan
menggambarkannya di pikiranmu.
Contoh :
1). Temukan nilai dari 2𝑒 𝑖𝜋/6 , 𝑒 𝑖𝜋 , 3𝑒 −𝑖𝜋/2 , 𝑒 2𝑛𝜋𝑖 .
2𝑒 𝑖𝜋/6 adalah 𝑟𝑒 𝑖𝜃 dengan r = 2, 𝜃 = 𝜋/6.
Kita dapat menggunakan derajat pada soal ini. Dari gambar tersebut, kita
temukan sudut dari (1 + 𝑖)2 / (1- 𝑖) adalah 135° seperti ditunjukkan pada
gambar tersebut.
1 1 𝑖𝜃
𝑛 𝜃 𝜃
(10.3) 𝑧1/𝑛 = (𝑟𝑒 𝑖𝜃 )𝑛 = 𝑟 𝑛 𝑒 𝑛 = √𝑟 (cos 𝑛 + 𝑖 sin 𝑛)
𝑛
Ada tiga cara untuk menghitung √𝑧 , yakni :
𝑛
1. √|𝑧| merupakan bilangan nyata positif yang merupakan jejari lingkaran
dimana akar berada.
2. Sudut 𝑧 merupakan sudut terkecil positif. Sudut itu dibagi n jika sudut dari
𝑛
√𝑧 ingin diperoleh.
2𝜋 360°
3. Sudut = perlu ditambahkan pada 2b sehingga mendapatkan sudut
𝑛 𝑛
𝑛
lain dari √𝑧.
Trigono metri terbalik dan fungsi hiperbolik memiliki definisi yang sama.
Dalam bilangan real kita tau bahwa sin x dan cos x tidak pernah memiliki nilai
lebih dari 1. Peraturan ini berlaku untuk sin x dan cos x. untuk menggambarkan
metode fungsi trigonometri terbalik. Ayo temukan cos 2.
CONTOH 1
Kita menginginkan z, dimana :
Dengen metode yang sama, kita dapat menemukan invers trigonometri dan fungsi
hiperbolik pada logaritma. (lihat contoh 17) berikut adalah contoh lain:
CONTOH 2
Dalam tabel integral atau table dalam computer kamu dapat menemukan definit
integral.
Ataupun
Untuk integral nyata, nilai e z> 0, oleh karena itu kita harus menggunakan tanda
positif, lalu mengambil logaritma dari contoh diatas. Kita dapat :
| | = |6i |=6
Kecepatannya konstan karena merupakan kecepatan linear hanya
arahnya yang berbeda.
2. Kelistrikan
V = VR + VL + VC
Rumus arus listrik dalam bentuk kompleks :
I = I0 sin wt = I0𝒆𝒊𝝎𝒕
Jadi, setiap persamaan yang terdapat (I) diubah kedalam bentuk
kompleks I = I0𝒆𝒊𝝎𝒕 , Karena I = I0 sin wt = I0𝒆𝒊𝝎𝒕
3. Optika