Anda di halaman 1dari 28

BAB I

TURUNAN

Tujuan Pembelajaran Umum:


1. Mahasiswa mampu memahami konsep turunan dan mampu menentukan turunan
sebuah fungsi.
2. Mahasiswa mampu menggunakan konsep turunan untuk menyelesaikan masalah
teknik mesin.

Tujuan Pembelajaran Khusus:


1. Mahasiswa mampu menentukan turunan dari fungsi-fungsi dasar.
2. Mahasiswa mampu menentukan turunan fungsi komposisi, fungsi hasil kali, dan
fungsi hasil bagi dari fungsi-fungsi dasar.
3. Mahasiswa mampu menentukan turunan fungsi implisit dan fungsi parametrik.
4. Mahasiswa mampu menentukan persamaan garis singgung dan persamaan garis
normal pada sebuah kurva di sebuah titik.
5. Mahasiswa mampu menentukan kecepatan sesaat pada gerak linier dan gerak putar
(Alat Roda Piston).
6. Mahasiswa mampu menentukan nilai ekstrim pada masalah praktis.
7. Mahasiswa mampu menggambar grafik dengan menggunakan uji turunan.
8. Mahasiswa mampu menyelesaikan masalah laju yang berkaitan.

1.1 Pendahuluan
Topik turunan pada bab ini mencakup turunan fungsi-fungsi dasar, turunan fungsi
komposisi, fungsi hasil kali, fungsi hasil bagi, fungsi implisit dan fungsi parametrik.
Topik selanjutnya adalah beberapa penerapan turunan dalam masalah teknik, yaitu
persamaan garis singgung dan persamaan garis normal, kecepatan sesaat pada gerak linier
dan gerak putar, nilai ekstrim pada masalah praktis, menggambar grafik dengan
menggunakan uji turunan, dan masalah laju yang berkaitan.

Pembahasan turunan dilakukan pada penghitungan praktis bagi fungsi-fungsi yang


dijumpai dalam bidang teknik. Oleh karena itu, pembahasan tidak meliputi persyaratan
secara matematis apakah sebuah fungsi dapat diturunkan atau tidak, tetapi diasumsikan
bahwa fungsi-fungsi ini dapat diturunkan di setiap titik. Untuk memudahkan pembaca,
subbab berikut ini menyajikan tabel aturan turunan fungsi-fungsi dasar.

Kalkulus untuk TPKM 1


1.2 Turunan Fungsi Dasar
Fungsi Dasar adalah fungsi dengan satu peubah yang bukan merupakan fungsi komposisi,
fungsi hasil kali, ataupun fungsi hasil bagi dari fungsi yang lain. Aturan turunan untuk
setiap fungsi dasar tersebut terdapat perbedaan sebagaimana tertera pada Tabel 1.

Tabel 1. Aturan Turunan Fungsi Dasar

No. Fungsi Dasar Turunannya

1. Fungsi Polinom: 𝑑𝑦
= 𝑛𝑥
𝑦=𝑥 𝑑𝑥

2. Fungsi Pangkat: 𝑑𝑦
𝑦=𝑎 = 𝑎 ln 𝑎
𝑑𝑥

3. Fungsi Eksponen 𝑥: 𝑑𝑦
=𝑒
𝑦=𝑒 𝑑𝑥

4. Fungsi Logaritma: 𝑑𝑦 1
= . log 𝑒
𝑦 = log 𝑥 𝑑𝑥 𝑥

5. Fungsi Logaritma Normal: 𝑑𝑦 1


=
𝑦 = ln 𝑥 𝑑𝑥 𝑥

6. Fungsi Trigonometri: 𝑑𝑦
𝑦 = sin 𝑥 = cos 𝑥
𝑑𝑥

7. Fungsi Trigonometri: 𝑑𝑦
= − sin 𝑥
𝑦 = cos 𝑥 𝑑𝑥

8. Fungsi Trigonometri: 𝑑𝑦
= sec 𝑥
𝑦 = tan 𝑥 𝑑𝑥

9. Fungsi Trigonometri: 𝑑𝑦
𝑦 = cot 𝑥 = − cosec 𝑥
𝑑𝑥

10. Fungsi Trigonometri: 𝑑𝑦


1 = tan 𝑥 sec 𝑥
𝑦= = cosec 𝑥 𝑑𝑥
sin 𝑥

11. Fungsi Trigonometri: 𝑑𝑦


1 = − cot 𝑥 cosec 𝑥
𝑦= = sec 𝑥 𝑑𝑥
cos 𝑥

Kalkulus untuk TPKM 2


Perhatikan bahwa fungsi dasar polinom yaitu 𝑦 = 𝑥 . Bilangan n merupakan bilangan riil,
yaitu bilangan yang berbentuk bulat, pecahan, maupun akar. Fungsi dasar pangkat 𝑦 = 𝑎 ,
bilangan a juga merupakan bilangan riil. Selanjutnya, fungsi eksponen 𝑦 = 𝑒 , bilangan 𝑒 =
2,7182818 … , disebut sebagai bilangan Euler. Tiga contoh di bawah ini merupakan
contoh turunan dari fungsi polinom, fungsi hasil tambah dari fungsi eksponen dan fungsi
trigonometri, dan fungsi hasil tambah dari fungsi logaritma normal dan fungsi
trigonometri. Namun, ketiganya bukan merupakan fungsi komposisi dari fungsi-fungsi
dasar lainnya.

Contoh 1: Tentukan turunan dari 𝑦 = 2𝑥 − 4𝑥 + 1 terhadap x !


Dengan memperhatikan aturan turunan fungsi dasar polinom, maka
diperoleh

𝑑𝑦
= 2.2𝑥 − 4 + 0
𝑑𝑥

= 4𝑥 − 4.

Contoh 2: Tentukan turunan dari 𝑦 = 5𝑒 + sin 𝑥 terhadap x !


Dengan memperhatikan aturan turunan fungsi dasar eksponen dan fungsi
trigonmetri, maka diperoleh

𝑑𝑦 𝑑(𝑒 ) 𝑑(sin 𝑥)
= 5. +
𝑑𝑥 𝑑𝑥 𝑑𝑥

= 5𝑒 + cos 𝑥

Contoh 3: Tentukan turunan dari 𝑦 = 7 tan 𝑥 + ln 𝑥 terhadap x !


Dengan memperhatikan aturan turunan fungsi dasar trigonometri dan
fungsi dasar logaritma normal, maka diperoleh

𝑑𝑦 𝑑(tan 𝑥) 𝑑(ln 𝑥)
= 7. +
𝑑𝑥 𝑑𝑥 𝑑𝑥

= 7 sec 𝑥 +

Kalkulus untuk TPKM 3


1.3 Aturan Turunan
Terdapat tiga aturan turunan yaitu aturan rantai, aturan hasil kali, dan aturan hasil bagi.
Aturan rantai berlaku jika fungsi yang diturunkan merupakan fungsi komposisi. Aturan
hasil bagi dikenakan pada fungsi yang merupakan hasil kali dua (atau lebih) fungsi,
sedangkan aturan hasil bagi dikenakan pada fungsi yang merupakan hasil bagi dua fungsi.

a. Aturan Rantai.

Misalkan 𝑦 = 𝑓(𝑢) dan 𝑢 = 𝑔(𝑥). Dengan demikian, 𝑦 = 𝑓 𝑔(𝑥) = (𝑓 ∘ 𝑔)(𝑥).


Turunan fungsi y terhadap x adalah

𝑑𝑦 𝑑𝑓(𝑥) 𝑑𝑔(𝑥) 𝑑𝑦 𝑑𝑢
= . = .
𝑑𝑥 𝑑𝑔(𝑥) 𝑑𝑥 𝑑𝑢 𝑑𝑥

Contoh 4 berikut ini merupakan turunan fungsi komposisi dari fungsi polinom dan fungsi
pangkat, sedangkan Contoh 5 merupakan turunan fungsi komposisi dari fungsi
trigonometri dan fungsi polinom.

Contoh 4: Tentukan turunan dari 𝑦 = (2𝑥 − 4𝑥 + 1) terhadap x !


Misalkan 𝑢 = 2𝑥 − 4𝑥 + 1, maka 𝑦 = 𝑢 . Jadi,

𝑑𝑦 𝑑𝑦 𝑑𝑢
= . = 8𝑢 . (4𝑥 − 4)
𝑑𝑥 𝑑𝑢 𝑑𝑥

= 8(2𝑥 − 4𝑥 + 1) . (4𝑥 − 4)

= 32(2𝑥 − 4𝑥 + 1) (𝑥 − 1)

Contoh 5: Tentukan turunan dari 𝑦 = cos(5𝑥 − 7) terhadap x !


Misalkan 𝑢 = 5𝑥 − 7, maka 𝑦 = cos 𝑢. Jadi,

𝑑𝑦 𝑑𝑦 𝑑𝑢
= . = − sin 𝑢 . (5 − 0)
𝑑𝑥 𝑑𝑢 𝑑𝑥

= −5 sin 𝑢

= −5 sin(5𝑥 − 7)

Kalkulus untuk TPKM 4


Aturan Rantai untuk turunan fungsi eksponen, fungsi logaritma, dan fungsi trigonometri
dapat dilihat pada Tabel 2 berikut ini.

Tabel 2. Aturan Rantai pada Turunan Fungsi

No. Fungsi Dasar Turunannya

1. Fungsi Eksponen 𝑓(𝑥): 𝑑𝑦 ( )


= 𝑓 (𝑥). 𝑒
𝑦=𝑒 ( ) 𝑑𝑥

2. Fungsi Pangkat: 𝑑𝑦 ( )
( ) =𝑎 𝑓′(𝑥) ln 𝑎
𝑦=𝑎 𝑑𝑥

3. Fungsi Logaritma Normal: 𝑑𝑦 1


= 𝑓′(𝑥)
𝑦 = ln 𝑓(𝑥) 𝑑𝑥 𝑓(𝑥)

4. Fungsi Trigonometri: 𝑑𝑦
𝑦 = sin 𝑎𝑥 = 𝑎 cos 𝑎𝑥
𝑑𝑥

5. Fungsi Trigonometri: 𝑑𝑦
= −𝑎 sin 𝑎𝑥
𝑦 = cos 𝑎𝑥 𝑑𝑥

6. Fungsi Trigonometri: 𝑑𝑦
= 𝑎 sec 𝑎𝑥
𝑦 = tan 𝑎𝑥 𝑑𝑥

7. Fungsi Trigonometri: 𝑑𝑦
𝑦 = cot 𝑎𝑥 = −𝑎 cosec 𝑎𝑥
𝑑𝑥

8. Fungsi Trigonometri: 𝑑𝑦
1 = 𝑎 tan 𝑎𝑥 sec 𝑎𝑥
𝑦= = cosec 𝑎𝑥 𝑑𝑥
sin 𝑎𝑥

9. Fungsi Trigonometri: 𝑑𝑦
1 = −𝑎 cot 𝑎𝑥 cosec 𝑎𝑥
𝑦= = sec 𝑎𝑥 𝑑𝑥
cos 𝑎𝑥

Contoh 6: Tentukan turunan dari 𝑦 = 5𝑒 + 𝑒 terhadap x !


Dengan memperhatikan turunan fungsi dasar eksponen dan fungsi
trigonmetri, maka diperoleh

𝑑𝑦 𝑑(2𝑥) 𝑑(sin 𝑥)
= 5. 𝑒 + .𝑒
𝑑𝑥 𝑑𝑥 𝑑𝑥

Kalkulus untuk TPKM 5


= 5.2𝑒 + cos 𝑥 . 𝑒

= 10𝑒 +𝑒 cos 𝑥

Contoh 7: Tentukan turunan dari 𝑦 = 7 tan 2𝑥 + ln 3𝑥 terhadap x !


Dengan memperhatikan turunan fungsi dasar trigonometri dan fungsi dasar
logaritma normal, maka diperoleh

𝑑𝑦 𝑑(tan 2𝑥) 𝑑(2𝑥) 𝑑(ln 3𝑥) 𝑑(3𝑥)


= 7. . + .
𝑑𝑥 𝑑𝑥 𝑑𝑥 𝑑𝑥 𝑑𝑥

= 7. sec 2𝑥 . 2 + .𝑒

= 10𝑒 +𝑒 cos 𝑥

b. Aturan Hasil Kali.


Misalkan 𝑦 = 𝑓(𝑥). 𝑔(𝑥). Turunan fungsi y terhadap x adalah

𝑑𝑦
= 𝑓 (𝑥). 𝑔(𝑥) + 𝑓(𝑥). 𝑔′(𝑥)
𝑑𝑥

Contoh 8: Tentukan turunan dari 𝑦 = (2𝑥 − 4𝑥)(𝑥 + 5) terhadap x !


Misalkan 𝑓(𝑥) = 2𝑥 − 4𝑥 dan 𝑔(𝑥) = 𝑥 + 5, maka

𝑑𝑦 𝑑𝑓 𝑑𝑔
= .𝑔 +𝑓
𝑑𝑥 𝑑𝑥 𝑑𝑥

= (4𝑥 − 4). (𝑥 + 5) + (2𝑥 − 4𝑥). (3𝑥 + 0)

= 4(𝑥 − 1)(𝑥 + 5) + 2𝑥(𝑥 − 2)3𝑥

= 4(𝑥 − 1)(𝑥 + 5) + 6𝑥 (𝑥 − 2)

c. Aturan Hasil Bagi.


( )
Misalkan 𝑦 = ( )
. Turunan fungsi y terhadap x adalah

𝑑𝑦 𝑓 (𝑥). 𝑔(𝑥) − 𝑓(𝑥). 𝑔′(𝑥)


=
𝑑𝑥 𝑔 (𝑥)

Kalkulus untuk TPKM 6


Contoh 9: Tentukan turunan dari 𝑦 = terhadap x !
Misalkan 𝑓(𝑥) = 𝑒 dan 𝑔(𝑥) = cos 𝜋𝑥, maka

𝑑𝑦 𝑓 (𝑥). 𝑔(𝑥) − 𝑓(𝑥). 𝑔′(𝑥)


=
𝑑𝑥 𝑔 (𝑥)

−4𝑒 . cos 𝜋𝑥 − 𝑒 (−𝜋. sin 𝜋𝑥)


=
cos 𝜋𝑥

−4𝑒 cos 𝜋𝑥 + 𝜋𝑒 sin 𝜋𝑥


=
cos 𝜋𝑥

Latihan 1.
𝒅𝒚
Tentukan 𝒅𝒙, jika

1. 𝑦 = (8𝑥 + 9) 6. 𝑦 = 𝑒

2. 𝑦 = − + 12 7. 𝑦 = sin 𝑥 + sec 3𝑥

3. 𝑦 = 𝑒 + ln 3𝑥 8. 𝑦 = ln cos 4𝑥

4. 𝑦 = cos 𝑥 + sin 7𝑥 9. 𝑦 = cos 9𝑥

5. 𝑦 = ln(3 − 4 cos 𝑥) 10. 𝑦 = tan(5𝑥 − 4)

Latihan 2.
𝒅𝒚
Tentukan 𝒅𝒙, jika

1. 𝑦 = 𝑒 sin 4𝑥 4. 𝑦 =

2. 𝑦 = 5. 𝑦 = √sin 𝑥 + cos 𝑥

3. 𝑦 = 𝑒 ln 5𝑥 6. 𝑦 = √

Kalkulus untuk TPKM 7


1.4 Turunan Fungsi Implisit
Tidak semua persamaan yang mengandung peubah x dan y dapat ditulis dalam bentuk
𝑦 = 𝑓(𝑥). Sebagai contoh persamaan 𝑦 + 7𝑦 = 𝑥 . Secara umum persamaan ini ditulis
sebagai

𝑓(𝑥, 𝑦) = 𝑐, (1.1)

dengan c konstanta. Dalam persamaan (1.1), dikatakan y sebagai fungsi implisit dari x.
Bentuk umum persamaan 𝑦 + 7𝑦 = 𝑥 adalah 𝑦 + 7𝑦 − 𝑥 = 0. Bagaimana cara
menentukan turunan dari persamaan dengan bentuk fungsi implisit ini? Perhatikan
beberapa contoh berikut ini!

Contoh 10: Tentukan , jika diberikan persamaan 𝑦 + 7𝑦 − 𝑥 = 0 !

Terdapat dua cara penurunan fungsi implisit sebagai berikut.

Cara 1. Bubuhkan operator turunan terhadap x pada dua ruas, kanan dan kiri sebagai
berikut.

𝑑 𝑑
(𝑦 + 7𝑦 − 𝑥 ) = (0)
𝑑𝑥 𝑑𝑥

maka diperoleh 3𝑦 +7 − 3𝑥 = 0. Jadi,

𝑑𝑦 3𝑥
= .
𝑑𝑥 3𝑦 + 7

Cara 2. Misalkan 𝑧(𝑥, 𝑦) = 𝑦 + 7𝑦 − 𝑥 = 0.

Diferensial total dari z(x,y) adalah


𝜕𝑧 𝜕𝑧
𝑑𝑧 = 𝑑𝑥 + 𝑑𝑦 = 0,
𝜕𝑥 𝜕𝑦

dengan dan berturut-turut adalah turunan parsial z terhadap x dan turunan parsial z
terhadap y. Ketika menentukan turunan parsial z terhadap x, berarti peubah y dianggap
sebagai konstanta, demikian sebaliknya, ketika menentukan turunan parsial z terhadap y,
berarti peubah x dianggap sebagai konstanta. Jadi,

𝜕𝑧 𝜕𝑧
= −3𝑥 ; = 3𝑦 + 7 .
𝜕𝑥 𝜕𝑦

Diferensial total dari z untuk contoh ini adalah

𝑑𝑧 = −3𝑥 𝑑𝑥 + (3𝑦 + 7) 𝑑𝑦 = 0,

Kalkulus untuk TPKM 8


sehingga diperoleh

𝑑𝑦 3𝑥
= .
𝑑𝑥 3𝑦 + 7

Contoh 11: Tentukan , jika diberikan persamaan lingkaran dengan pusat (0, 0) dan
jari-jari 5, yaitu 𝑥 + 𝑦 = 25!

Cara 1. Bubuhkan operator turunan terhadap x pada dua ruas, kanan dan kiri sebagai
berikut.

𝑑 𝑑
(𝑥 + 𝑦 ) = (25)
𝑑𝑥 𝑑𝑥

maka diperoleh 2𝑥 + 2𝑦 = 0. Jadi,

𝑑𝑦 𝑥
=− .
𝑑𝑥 𝑦

Cara 2. Misalnya 𝑧(𝑥, 𝑦) = 𝑥 + 𝑦 − 25 = 0.

Diferensial total dari z(x,y) adalah


𝜕𝑧 𝜕𝑧
𝑑𝑧 = 𝑑𝑥 + 𝑑𝑦 = 0,
𝜕𝑥 𝜕𝑦

dengan dan berturut-turut adalah turunan parsial z terhadap x dan turunan parsial z
terhadap y. Diferensial total dari z untuk contoh ini adalah

𝑑𝑧 = 2𝑥 𝑑𝑥 + 2𝑦 𝑑𝑦 = 0,

sehingga diperoleh
𝑑𝑦 𝑥
=− .
𝑑𝑥 𝑦

Contoh 12: Tentukan dari fungsi implisit 𝑥 + 2𝑥𝑦 + 3𝑦 − 4 = 0 !

Cara 1: Bubuhkan operator turunan terhadap x pada dua ruas sebagai berikut:

𝑑 𝑑
(𝑥 + 2𝑥𝑦 + 3𝑦 − 4) = (0)
𝑑𝑥 𝑑𝑥

maka diperoleh 2𝑥 + 2𝑦 + 2𝑥 + 6𝑦 = 0. Jadi,

𝑑𝑦 𝑥+𝑦
=− .
𝑑𝑥 𝑦 + 3𝑦

Kalkulus untuk TPKM 9


Cara 2. Misalnya𝑧(𝑥, 𝑦) = 𝑥 + 2𝑥𝑦 + 3𝑦 − 4 = 0 maka diferensial total dari z yaitu

𝑑𝑧 = (2𝑥 + 2𝑦)𝑑𝑥 + (2𝑥 + 6𝑦)𝑑𝑦 = 0,

sehingga diperoleh
𝑑𝑦 𝑥+𝑦
=− .
𝑑𝑥 𝑦 + 3𝑦

Latihan 3.
𝒅𝒚 𝒅𝟐 𝒚
1. Jika 𝑥 + 𝑦 − 2𝑥 − 6𝑦 + 5 = 0. Tentukan 𝒅𝒙 dan 𝒅𝒙𝟐 di 𝑥 = 3, 𝑦 = 2 !

𝒅𝒚 𝒅𝟐 𝒚
2. Jika 𝑥 + 𝑦 − 2𝑥 + 2𝑦 − 25 = 0. Tentukan 𝒅𝒙 dan 𝒅𝒙𝟐 di 𝑥 = −2, 𝑦 = 3 !

𝒅𝒚
3. Tentukan 𝒅𝒙 jika 𝑥 + 𝑦 + 3𝑥𝑦 − 8 = 0.

𝒅𝒚
4. Tentukan 𝒅𝒙 jika 𝑥 𝑠𝑖𝑛 𝑥𝑦 = 𝑥 + 1.

𝒅𝒚
5. Tentukan 𝒅𝒙 jika 3𝑥 𝑦 − 7𝑥𝑦 = 4 − 8𝑦.

1. 5 Turunan Fungsi Parametrik


Persamaan parametrik adalah persamaan yang mengandung sebuah parameter. Misalnya
persamaan yang mengandung peubah x dan y yang masing-masing tergantung pada
parameter t, yaitu

𝑦 = 𝑦(𝑡); 𝑥 = 𝑥(𝑡).
𝒅𝒚 𝒅𝒚 𝒅𝒙
Dalam menentukan 𝒅𝒙
, tentu saja dibutuhkan 𝒅𝒕
dan 𝒅𝒕
. Dengan menggunakan aturan
𝒅𝒚 𝒅𝒚 𝒅𝒙
rantai 𝒅𝒙 = .
𝒅𝒕 𝒅𝒕
, maka diperoleh turunan pertama dari y terhadap x. Perhatikan contoh
berikut ini!

𝒅𝒚 𝒅𝟐 𝒚
Contoh 13: Tentukan 𝒅𝒙 dan 𝒅𝒙𝟐 jika 𝑦 = cos 2t ; 𝑥 = sin t !

Penyelesaian:

Karena fungsi x dan y masing-masing memiliki peubah bebas t, berlaku

𝑑𝑦 𝑑𝑥
= −2 sin 2t ; = cos t.
𝑑𝑡 𝑑𝑡

Kalkulus untuk TPKM 10


Dengan menggunakan aturan rantai diperoleh turunan pertama

𝑑𝑦 1
= −2 sin 2𝑡 . = −4 sin 𝑡.
𝑑𝑥 cos 𝑡
Turunan keduanya adalah

𝑑 𝑦 𝑑 𝑑𝑦 𝑑
= = (−4 sin 𝑡)
𝑑𝑥 𝑑𝑥 𝑑𝑥 𝑑𝑥
𝑑 𝑑𝑡 1
= (−4 sin 𝑡). = −4 cos 𝑡 . = −4.
𝑑𝑡 𝑑𝑥 cos 𝑡

𝒅𝒚 𝒅𝟐 𝒚
Contoh 14: Tentukan 𝒅𝒙 dan 𝒅𝒙𝟐 jika 𝑦 = 𝑎(sin θ − θ cos θ) ; 𝑥 = 𝑎(cos θ + θ sin θ) !

Penyelesaian:

Karena fungsi x dan ymasing-masing memiliki variabel bebas 𝜃, berlaku

𝑑𝑦 𝑑𝑥
= 𝑎𝜃 sin θ ; = 𝑎𝜃 cos θ
𝑑𝜃 𝑑𝑡
𝑑𝑦 𝑑𝑦 𝑑𝜃 1
maka = . = 𝑎𝜃 sin 𝜃 . = tan 𝜃
𝑑𝑥 𝑑𝜃 𝑑𝑥 𝑎𝜃 cos 𝜃
Turunan keduanya adalah

𝑑 𝑦 𝑑 𝑑 𝑑𝜃 sec θ
= (tan 𝜃) = (tan θ) = .
𝑑𝑥 𝑑𝑥 𝑑𝜃 𝑑𝑥 𝑎𝜃

Latihan 4.
𝒅𝒚 𝒅𝟐 𝒚
1. Tentukan 𝒅𝒙 dan 𝒅𝒙𝟐 pada 𝜃 = jika 𝑦 = 3 sin θ − sin θ ; 𝑥 = cos θ !

𝒅𝒚 𝒅𝟐 𝒚
2. Tentukan 𝒅𝒙 dan 𝒅𝒙𝟐 pada t = 2 jika 𝑦 = ;𝑥= !

𝒅𝒚 𝒅𝟐 𝒚
3. Tentukan 𝒅𝒙 dan 𝒅𝒙𝟐 pada 𝜃 = jika 𝑦 = 3(θ − sin θ) ; 𝑥 = 3(1 − cos θ) !

𝒅𝒚
4. Tentukan 𝒅𝒙 di titik ( -1, 2) jika 𝑦 = √4𝑡 ; 𝑥 = 𝑡√2𝑡 + 5

𝒅𝒚
5. Tentukan 𝒅𝒙 pada 𝜃 = jika 𝑦 = 3 sin θ ; 𝑥 = cos θ

Kalkulus untuk TPKM 11


1. 6 Penerapan Turunan
Terdapat lima jenis penerapan turunan pada subbab ini, yaitu persamaan garis singgung
dan garis normal, kecepatan sesaat, maksimum-minimum masalah praktis, menggambar
grafik dengan uji turunan, dan laju yang berkaitan. Dalam pembahasannya digunakan
contoh-contoh.

1.6.1 Persamaan Garis Singgung dan Persamaan Garis Normal


Penerapan turunan dengan topik persamaan garis singgung dan garis normal telah
dipelajari sejak di sekolah menengah tingkat atas, sehingga topik ini dikembangkan pada
jenis kurva dengan persamaan implisit ataupun persamaan parametrik. Adapun teknik
untuk memperoleh persamaan garisnya tidak berbeda dari yang dipelajari sebelumnya.

Contoh 15: Tentukan persamaan garis singgung dan persamaan garis normal pada kurva
dengan persamaan 𝑥 + 𝑦 + 3𝑥𝑦 − 11 = 0 di titik 𝑥 = 1, 𝑦 = 2 !

Penyelesaian:

Kurva ini memiliki persamaan implisit. Dengan cara 1 atau cara 2, diperoleh

𝑑𝑦 2𝑥 + 3𝑦
=− .
𝑑𝑥 2𝑦 + 3𝑥
𝒅𝒚
Gradien atau kemiringan garis singgung, misalnya 𝑚 = 𝒅𝒙 =− .
,

Jadi, persamaan garis singgung yang melalui (1, 2) adalah

𝑦 − 2 = − (𝑥 − 1) atau 7𝑦 + 8𝑥 = 22.

Kemiringan garis normal, misalnya 𝑚 = = .

Jadi, persamaan garis normal yang melalui (1, 2) adalah

8𝑦 − 7𝑥 = 9.

Contoh 16: Tentukan persamaan garis singgung dan persamaan garis normal pada kurva
dengan persamaan 𝑥 = ; 𝑦= pada 𝑡 = 2 !

Penyelesaian:

Kurva ini memiliki persamaan parametrik seperti pada contoh 13, sehingga diperoleh

Kalkulus untuk TPKM 12


𝑑𝑦 𝑡 + 2𝑡
= .
𝑑𝑥 3
𝒅𝒚
Kemiringan garis singgung, misalnya 𝑚 = 𝒅𝒙 = .

Garis singgung melalui (𝑥 , 𝑦 ), dengan 𝑥 = 𝑥(𝑡 = 2) = 2dan 𝑦 = 𝑦(𝑡 = 2) = .

Jadi, persamaan garis singgung yang melalui (2, ) adalah

3𝑦 − 8𝑥 = −12.

Kemiringan garis normal, misalnya 𝑚 = =− .

Jadi, persamaan garis normal yang melalui (2, ) adalah

24𝑦 + 9𝑥 = 50.

Latihan 5.
1. Tentukan persamaan garis singgung dan persamaan garis normal pada kurva dengan
persamaan 𝑥 + 𝑥 𝑦 + 𝑦 − 7 = 0 di titik 𝑥 = 2, 𝑦 = 3 !

2. Tentukan persamaan garis singgung dan persamaan garis normal pada kurva dengan
persamaan 𝑦 = 11 − di titik 𝑥 = 6, 𝑦 = 4 !

3. Tentukan persamaan garis singgung dan persamaan garis normal pada kurva dengan
persamaan 𝑦 = cos 2𝑡 , 𝑥 = sin 𝑡 di t = !

4. Tentukan persamaan garis normal pada kurva dengan persamaan

𝑦 = 2 sin θ ; 𝑥 = 2 cos θ di titik 𝜃 = !

5. Tentukan persamaan garis normal pada kurva dengan persamaan

𝑦 = 1 + cos θ + cos 2θ , 𝑥 = 1 + sin 2θ di titik 𝜃 = !

Kalkulus untuk TPKM 13


1.6.2 Kecepatan Sesaat
Kajian kecepatan sesaat dapat dilakukan pada berbagai sistem yang mengalami gerakan.
Dalam bidang teknik mesin, kajian ini difokuskan pada sistem alat roda piston.

Contoh 17: Sebuah roda berpusat di titik asal dan berjari-jari 10 cm berputar berlawanan
arah perputaran jarum jam, dengan laju 4 put/detik. Sebuah titik P pada pelek berada
pada koordinat (10, 0) saat t = 0. Tentukan: a. Koordinat P saat t = 2 detik! b. Laju P
naik (atau turun) saat t = 1 detik?

• P(Px , Py)
rrx

Gambar 1.1

Penyelesaian:

Diketahui: r = jari-jari roda = 10 cm

 = kecepatan sudut = 4 putaran/detik = 4. 2 = 8 radian/detik

 = besar sudut antara jari-jari roda dan sumbu x positif = t = 8 t radian

r Py

x
Px

Gambar 1.2

Ditanyakan: a. 𝑃 , 𝑃

b.

a. Dari Gambar 1.2 diperoleh 𝑃 = 𝑟 cos 𝜃 dan 𝑃 = 𝑟 sin 𝜃, sehingga

𝑃 ,𝑃 = (10 cos 8𝜋𝑡 , 10 sin 8𝜋𝑡)

Kalkulus untuk TPKM 14


Koordinat P pada saat t = 2 detik adalah

𝑃 ,𝑃 = (10 cos 16𝜋 , 10 sin 16𝜋) = (10, 0)

b. Laju P pada saat t detik yaitu

𝑑𝑃
= 80𝜋 cos 8𝜋𝑡
𝑑𝑡
Maka laju P pada saat t = 1 detik adalah

𝑑𝑃
= 80𝜋 cos 8𝜋 = 80𝜋 cm/detik.
𝑑𝑡

Contoh 18: Alat roda piston berikut ini memiliki jari-jari 1 kaki dan berputar berlawanan
arah perputaran jarum jam pada 2 radian/detik. Batang penghubung panjangnya 5 kaki.
Titik P berada di (1, 0) pada t = 0. Tentukan: a. Koordinat P pada saat 𝑡 = 5𝜋 detik

b. Koordinat Q pada saat 𝑡 = 𝜋 (koordinat x selalu nol) detik


c. Kecepatan Q pada saat 𝑡 = detik

5 kaki

• P(Px , Py)
rrx x

Gambar 1.3

Kalkulus untuk TPKM 15


Penyelesaian:

Diketahui: r = jari-jari roda = 1 kaki

 = kecepatan sudut = 2 radian/detik

 = 2t radian

Sistem pada Gambar 1.3 digambarkan secara horisontal, diperoleh

5
 Px

y
s Py
Gambar 1.4

Ditanyakan: a. 𝑃 , 𝑃 =?

b. 𝑄 ,𝑄 =? (Ket: gerakan Q ke atas/bawah saja, sehingga Qx = 0).

c. =?

a. Seperti contoh sebelumnya diperoleh 𝑃 = 𝑟 cos 𝜃 dan 𝑃 = 𝑟 sin 𝜃, sehingga


koordinat P pada saat t adalah

𝑃 ,𝑃 = (cos 2𝑡 , sin 2𝑡)

Koordinat P pada saat 𝑡 = 5𝜋 adalah

𝑃 ,𝑃 = (cos 10𝜋 , sin 10𝜋) = (1, 0)

b. Karena gerakan hanya naik turun, maka 𝑄 = 0, sehingga yang dihitung hanya 𝑄

saja. Dari Gambar 1.4 diperoleh

𝑄 =𝑠+𝑃 = 25 − 𝑃 + 𝑃 = 25 − cos 2𝑡 + sin 2𝑡

Jadi koordinat Q pada saat t adalah

𝑄 ,𝑄 = (0 , sin 2𝑡 + 25 − cos 2𝑡)

Kalkulus untuk TPKM 16


Koordinat Q pada saat 𝑡 = 𝜋 adalah

𝑄 ,𝑄 = 0 , sin 2𝜋 + 25 − cos 2𝜋 = 0, 2√6

c. Laju Q pada saat t detik yaitu

𝑑𝑄 sin 4𝑡
= cos 2𝑡 +
𝑑𝑡 √25 − cos 2𝑡)

Jadi, laju Q pada saat t = detik yaitu

𝑑𝑄 sin 2𝜋
= cos 𝜋 + = 1 𝑐𝑚/𝑑𝑒𝑡
𝑑𝑡 √25 − cos 𝜋)

Perhatikan bahwa satuan dari angka di depan fungsi cosinus dan sinus harus dikonversi
dulu ke derajat dalam perhitungan dengan kalkulator (𝜋 radian = 180°).

Latihan 6.
1. Jawablah pertanyaan pada Contoh 17.
a. Koordinat P saat t = 2𝜋 detik
b. Laju P naik (atau turun) saat t = 𝜋 detik,
jika diketahui jari-jari roda 15 cm dan kecepatan sudutnya 5 radian/detik!
2. Jawablah pertanyaan pada Contoh 18.
a. Koordinat P pada saat 𝑡 = 5 detik
b. Koordinat Q pada saat 𝑡 = 1 (koordinat x selalu nol) detik
c. Kecepatan Q pada saat 𝑡 = detik,

jika jari-jari roda 1,5 kaki dan kecepatan sudutnya 5 putaran/detik!

Kalkulus untuk TPKM 17


1.6.3 Maksimum Minimum Masalah Praktis
Permasalahan praktis yang ditemui sehari-hari sering menuntut kita untuk mengetahui
kapan atau bagaimana kondisi yang dapat memaksimalkan atau meminimalkan sesuatu
yang dipengaruhi beberapa peubah. Misalnya, kekuatan balok kayu dipengaruhi oleh
ukuran penampangnya, yaitu dua peubah (lebar dan tebal). Bagaimana menentukan
ukuran balok jika diinginkan kekuatan balok yang maksimal?

Contoh 19: Sebuah balok dipotong dari sebuah kayu gelondongan berpenampang
lingkaran dengan diameter 20√3 cm. Jika kekuatan balok sebanding dengan hasil kali
lebar dan kuadrat tebalnya, tentukan ukuran penampang balok agar kekuatan balok
maksimum!

A C

Gambar 1.5

Penyelesaian:

Diketahui: l = lebar balok


t = tebal balok

S = kekuatan balok ~𝑙𝑡 ⟺ 𝑆 = 𝑘𝑙𝑡 , dengan k konstanta kesebandingan

Ditanyakan: ukuran l dan t agar S maksimum

Dari Gambar 1.5 diperoleh bahwa diameter lingkaran adalah sisi miring pada segitiga
siku-siku ABC, sehingga 𝑡 + 𝑙 = 1200.

Maka fungsi S dapat ditulis sebagai

𝑆 = 𝑘𝑙𝑡 = 𝑘𝑙(1200 − 𝑙 )

atau 𝑆(𝑙) = 1200𝑘𝑙 − 𝑘𝑙 .

Nilai maksimum S ditentukan oleh nilai l dari persamaan S’( l ) = 0, yaitu

𝑆 (𝑙) = 1200𝑘 − 3𝑘𝑙 = 0

𝑙 = 400 ⇒ 𝑙 = 20 𝑐𝑚 dan 𝑡 = 20√2 𝑐𝑚.

Kalkulus untuk TPKM 18


Jadi, agar kekuatan balok maksimum ukuran penampang baloknya 𝑙 = 20 𝑐𝑚 dan 𝑡 =
20√2 𝑐𝑚.

Contoh 20: Perhatikan sebuah talang air seperti pada gambar 1.6 di bawah ini!Jika sisi-
sisi penampangnya 3 inci,tentukan 𝜃 agar kapasitas talang tersebut maksimum! Catatan:
0<𝜃< .

Gambar 1.6

Penyelesaian:

Diketahui penampang talang sebagai berikut:

x x

3 t

Gambar 1.7

Ditanyakan: Besar sudut 𝜃 =? agar kapasitas talang maksimum.

Dari gambar 1.7 diperoleh bahwa 𝑡 = √9 − 𝑥 , sin 𝜃 = dan cos 𝜃 = .

Kapasitas talang maksimum, jika luas penampangnya maksimum.

Misalnya L = luas penampang. Maka 𝐿 = . 𝑡 = (3 + 𝑥)√9 − 𝑥 .

Jika ditulis dalam 𝜃, maka

𝐿(𝜃) = (3 + 3 cos 𝜃)3 sin 𝜃

Nilai maksimum L ditentukan oleh nilai 𝜃 dari persamaan L’(𝜃) = 0, yaitu

𝐿 (𝜃) = 9 cos 𝜃 + 9 cos 2𝜃 = 0,

yang ekivalen dengan persamaan kuadrat 2 cos 𝜃 + cos 𝜃 − 1 = 0,

sehingga diperoleh cos 𝜃 = ⇒ 𝜃 = 60° ataucos 𝜃 = −1 ⇒ 𝜃 = 180° .

Kalkulus untuk TPKM 19


Karena 0 < 𝜃 < maka dipilih 𝜃 = 60°.

Jadi, agar kapasitas talang maksimum, dipilih 𝜃 = 60°.

Latihan 7.
1. Jawablah pertanyaan pada Contoh 19, jika kayu gelondongan berpenampang ellips
dengan persamaan 9𝑥 + 8𝑦 = 72!

2. Jawablah pertanyaan pada Contoh 20, jika sisi miring penampang talang masing-
masing 10 cm dan alasnya 6 cm!

1.6.4 Menggambar Grafik dengan Uji Turunan


Teknik yang paling sederhana untuk menggambar grafik atau kurva dari sebuah
persamaan 𝑦 = 𝑦(𝑥) adalah dengan cara menghubungkan beberapa titik (𝑥, 𝑦) yang
memenuhi persamaan tersebut. Jika persamaannya linier atau kurvanya berbentuk garis
lurus, maka hanya dibutuhkan dua titik saja. Namun untuk persamaan non linier atau
kurva berupa garis melengkung, maka titik-titik yang dibutuhkan lebih banyak. Semakin
banyak, semakin mulus kurva yang dihasilkan. Dengan teknik uji turunan, kemulusan
kurva dari persamaan non linier akan lebih mudah diperoleh.

Contoh 21: Sketsa kurva persamaan 𝑦 = −3𝑥 + 4𝑥 dengan menggunakan uji turunan
pertama dan turunan kedua!

Turunan pertama: 𝑦 (𝑥) = −12𝑥 + 12𝑥 .

Untuk memperoleh titik-titik kritis digunakan persamaan 𝑦 (𝑥) = 0, sehingga diperoleh

−12𝑥 + 12𝑥 = 𝑥 (−𝑥 + 1) = 0.

Jadi, titik-titik kritisnya adalah (0, 0) dan(1, 1).

Uji turunan pertama:

++++++ ++++++ --------

0 1 x

Gambar 1.8

Kalkulus untuk TPKM 20


Ambil titik sampel di sebelah kiri nol, antara nol dan satu, dan di sebelah kanan satu!
Misalnya a < 0. Jika 𝑦 (𝑎) < 0 maka di sebelah kiri nol, kurva turun (dari kiri ke kanan).
Tetapi jika 𝑦 (𝑎) > 0 maka di sebelah kiri nol, kurva naik. Karena 𝑦 (−1) > 0dan
𝑦 > 0 maka di sebelah kiri satu, kurva naik. Karena 𝑦 (2) < 0 maka di sebelah
kanan satu, kurva turun. Visualisasi naik turunnya kurva dapat dilihat dari gambar uji
turunan pertama di atas.

Turunan kedua: 𝑦′′(𝑥) = −36𝑥 + 24𝑥

Untuk memperoleh calon titik-titik balik digunakan persamaan 𝑦′′(𝑥) = 0, sehingga


diperoleh −36𝑥 + 24𝑥 = 12𝑥(−3𝑥 + 2) = 0

Jadi, calon titik-titik baliknya adalah (0, 0) dan , .

Dikatakan calon titik-titik balik, karena belum tentu titik-titik yang dihasilkan pada proses
ini merupakan titik-titik balik. Setelah melalui proses uji turunan kedua maka dapat
disimpulkan apakah titik-titik ini merupakan titik-titik balik ataukah bukan.

Uji turunan kedua:

------ ++++++ ---- ----------

0 2/3 1 x

Gambar 1.9

Ambil titik sampel di sebelah kiri nol! Misalnya b. Jika 𝑦 (𝑏) < 0, maka di sebelah kiri
nol kurva cekung ke bawah. Tetapi jika 𝑦 (𝑏) > 0, maka di sebelah kiri nol kurva
cekung ke atas. Karena 𝑦 (−1) < 0, maka di sebelah kiri nol kurva cekung ke bawah.
Lakukan hal yang sama untuk range antara nol dan 2/3, antara 2/3 dan 1, dan terakhir di
sebelah kanan 1! Visualisasi kecekungan dapat dilihat pada gambar uji turunan kedua di
atas. Karena pada 𝑥 = 0 dan 𝑥 = terjadi perubahan kecekungan maka titik
(0, 0) dan , merupakan titik-titik balik.

Dari uji turunan pertama dan uji turunan kedua diperoleh informasi bahwa di sebelah kiri
nol, kurva naik dan cekung ke bawah, antara 0 dan 2/3 kurva naik dan cekung ke atas,
antara 2/3 dan 1 naik dan cekung ke bawah, di sebelah kanan 1 kurva turun dan cekung
ke bawah. Maka sketsa kurvanya adalah:

Kalkulus untuk TPKM 21


y

x
  



Gambar 1.10

Titik (0, 0) dan , merupakan titik-titik balik, sedangkan titik (1, 1) merupakan titik
maksimum global. Titik maksimum global diperoleh jika untuk nilai x berapapun tidak
ditemukan nilai y yang lebih besar dari titik ini. Sebaliknya, titik minimum global
diperoleh jika untuk nilai x berapapun tidak ditemukan nilai y yang lebih kecil dari titik
ini.Titik maksimum lokal diperoleh jika untuk nilai x di sekitar titik ini tidak ditemukan
nilai y yang lebih besar. Sebaliknya, titik minimum lokal diperoleh jika untuk nilai x di
sekitar titik ini tidak ditemukan nilai y yang lebih kecil. Pada contoh ini, tidak ditemukan
titik maksimum maupun minimum lokal. Pada sebuah kurva tidak mungkin terdapat titik
maksimum global sekaligus titik minimum global.

Contoh 22: Sketsa kurva persamaan 𝑦 = 𝑥 − 2𝑥 dengan menggunakan uji turunan


pertama dan turunan kedua!

Penyelesaian:

Turunan pertama: 𝑦 (𝑥) = 4𝑥 − 6𝑥 .

Titik-titik kritis diperoleh dari persamaan 𝑦 (𝑥) = 0, sehingga diperoleh

4𝑥 − 6𝑥 = 2𝑥 (2𝑥 − 3) = 0.

Jadi, titik-titik kritisnya adalah (0, 0) dan ,− .

Kalkulus untuk TPKM 22


Uji turunan pertama:

-------- -------- ++++++++

0 3/2 x

Gambar 1.11

Dari gambar 1.11 diperoleh bahwa di sebelah kiri 3/2 kurva turun karena 𝑦 (−1) < 0 dan
𝑦 (1) < 0 . Karena 𝑦 (2) > 0 maka di sebelah kanan 3/2 kurva naik.
( )
Turunan kedua: 𝑦 = 12𝑥 − 12𝑥

Calon titik-titik balik diperoleh dari persamaan 𝑦′′(𝑥) = 0, sehingga diperoleh

12𝑥 − 12𝑥 = 12𝑥(𝑥 − 1) = 0

Maka calon titik-titik baliknya adalah (0, 0) dan(1, −1).

Uji turunan kedua:

++++++ ---------- ++++++

0 1 x

Gambar 1.12

Karena 𝑦 (−1) > 0 maka di sebelah kiri nol, kurva cekung ke atas. Lakukan hal yang
sama untuk range antara 0 dan 1, dan di sebelah kanan 1! Visualisasi kecekungan dapat
dilihat pada gambar uji turunan kedua di atas.Karena pada 𝑥 = 0 dan 𝑥 = 1 terjadi
perubahan kecekungan maka titik (0, 0) dan (1, −1) merupakan titik-titik balik.

Dari uji turunan pertama dan uji turunan kedua, diperoleh informasibahwa di sebelah kiri
nol, kurva turun dan cekung ke atas, antara 0 dan 1 kurva turun dan cekung ke bawah,
antara 1 dan 3/2 kurva turun dan cekung ke atas, di sebelah kanan 3/2 kurva naik dan
cekung ke atas. Maka sketsa kurvanya sebagai berikut:

Kalkulus untuk TPKM 23


y

x
     





Gambar 1.13

Titik (0, 0) dan(1, −1) merupakan titik-titik balik, sedangkan titik ,− merupakan
titik minimum global.

Latihan 8.
Sketsa kurva dari persamaan-persamaan di bawah ini dengan menggunakan uji
turunan pertama dan turunan kedua!

1. 𝑦 = 2𝑥 − 5𝑥 + 7 4. 𝑦 = 𝑥 − 4𝑥

2. 𝑦 = 2𝑥 − 𝑥 5. 𝑦 = 𝑥 − 3𝑥 + 3

3. 𝑦 = 𝑥 − 𝑥 6. 𝑦 = −2𝑥 + 3𝑥 + 12𝑥 + 1

Kalkulus untuk TPKM 24


1.6.5 Laju yang Berkaitan
Sebuah fungsi dengan satuan panjang, luas, volume, dan sebagainya, dapat dipengaruhi
oleh beberapa peubah. Oleh karena itu, laju (kecepatan) perubahan sebuah fungsi ataupun
sebuah peubah dapat terjadi secara berkaitan. antar satu peubah dengan peubah lainnya.

Contoh 23: Sebuah balon dilepas pada jarak 150 kaki dari seorang pengamat yang
tingginya diabaikan. Jika balon naik secara lurus ke atas dengan laju 8 kaki/detik,
seberapa cepatkah pertambahan jarak antara pengamat dan balon ketika tinggi balon 50
kaki?

Secara geomatris soal cerita di atas dapat divisualisasikan sebagai berikut:

balon

h
s

pengamat t=0
150 kaki

Gambar 1.14

Penyelesaian:

Diketahui: h = tinggi balon pada saat t

= laju balon naik ke atas = 8 kaki/detik

s = jarak antara pengamat dan balon pada saat t

Ditanyakan:

Dari Gambar 1.14 diperoleh hubungan antara s dan h dengan hukum Phytagoras yaitu:

𝑠 = ℎ + (150)

Persamaan ini diturunkan terhadap t, diperoleh

𝑑𝑠 𝑑ℎ
2𝑠 = 2ℎ + 0,
𝑑𝑡 𝑑𝑡

Kalkulus untuk TPKM 25


𝑑𝑠 ℎ 𝑑ℎ ℎ
sehingga = =8 .
𝑑𝑡 𝑠 𝑑𝑡 𝑠

Pada saat h = 50 , 𝑠 = √2500 + 22500 = 50√10.

Jadi,

𝑑𝑠 50 4
=8 = √10 𝑘𝑎𝑘𝑖/𝑑𝑒𝑡𝑖𝑘
𝑑𝑡 50√10 5

Jadi pertambahan jarak antara pengamat dan balon ketika ketinggian balon 50 kaki adalah
√10 𝑘𝑎𝑘𝑖/𝑑𝑒𝑡𝑖𝑘.

Contoh 24: Sebuah cakram baja memuai selama dipanaskan. Jika jari-jarinya bertambah
panjang dengan laju 0,02 cm/det, berapa kecepatan memuainya cakram pada saat jari-
jarinya 8,1 cm?

Gambar 1.15

Penyelesaian:

Diketahui: r = r (t) = jari-jari cakram pada saat t

= laju pertambahan jari-jari = 0,02cm/detik

L = L(t) =luas cakram pada saat t

Ditanyakan:
,

𝐿 = 𝜋𝑟

𝑑𝐿 𝑑𝑟
= 2𝜋𝑟 = 2𝜋𝑟 (0,02) = 0,04𝜋𝑟
𝑑𝑡 𝑑𝑡
𝑑𝐿
Jadi, = 0,04𝜋 (8,1) = 0,324𝜋 = 1,017876 𝑐𝑚 /𝑑𝑒𝑡
𝑑𝑡 ,

Jadi, kecepatan memuainya cakram pada saat 𝑟 = 8,1 𝑐𝑚 adalah 1,017876 𝑐𝑚 /𝑑𝑒𝑡.

Kalkulus untuk TPKM 26


Contoh 25: Air dituangkan ke dalam bak berbentuk kerucut tegak, dengan laju 8 liter/menit.
Jika tinggi bak 12 dm dan jari-jari permukaan atas 6 dm, seberapa cepatkah permukaan air naik
ketika tinggi permukaan air 4 dm?

6 dm

12 dm h

Gambar 1.16

Diketahui: h = tinggi air pada saat t


r = jari-jari permukaan air pada saat t
V = volume air

= laju volume air (konstan) = 8 liter/menit

= laju tinggi air

Ditanyakan:

Penampang vertikal kerucut menggambarkan dua segitiga sebangun sebagai berikut:

A 6 B

12 dm D r E

Gambar 1.16

Segitiga ABC sebangun dengan segitiga DEC, sehingga diperoleh perbandingan sisi-sisi
yaitu:

𝑟 6 1
= =
ℎ 12 2
Jadi,

1 1
𝑟= ℎ ⟹ 𝑟 = ℎ
2 4

Kalkulus untuk TPKM 27


Volume air yang berbentuk kerucut dengan tinggi h dan jari-jari permukaan r adalah
𝜋 𝜋
𝑉= 𝑟 ℎ= ℎ
3 12
Persamaan ini diturunkan terhadap t, diperoleh

𝑑𝑉 𝜋 𝑑ℎ
= 3ℎ
𝑑𝑡 12 𝑑𝑡
Karena laju volume air 8 liter/menit, diperoleh

𝑑ℎ 32
=
𝑑𝑡 𝜋ℎ
Jadi,
𝑑ℎ 2
= 𝑑𝑚/𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡
𝑑𝑡 𝜋

Jadi laju tinggi air adalah 𝑑𝑚/𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡 pada saat tinggi air 4 dm.

Latihan 9.
Selesaikan soal cerita di bawah ini!

1. Sebuah partikel P bergerak sepanjang kurva 𝑦 = 𝑥 − 4, 𝑥 ≥ 2, sedemikian


sehingga koordinat x pada titik P tersebut bertambah dengan laju 5 cm/det. Berapa
kecepatan koordinat y pada titik P bertambah pada saat x = 3?

2. Minyak dari kapal tangki yang pecah menyebar dengan pola melingkar. Jika jari-jari
lingkaran bertambah dengan laju 1,5 dm/det. Berapa kecepatan meluasnya minyak
setelah 2 jam? (Petunjuk: jari-jari lingkaran minyak nol sebelum tangki pecah).

3. Rusuk kubus diukur dengan panjang 11,4 cm dengan kesalahan ±0,05 cm. Hitunglah
volume kubus dengan taksiran kesalahannya!

4. Air keluar dari bawah bak berbentuk kerucut tegak seperti pada gambar 4.12, dengan laju 30
cm3/detik. Jika tinggi bak 1 m dan garis tengah permukaan bak 60 cm, seberapa cepatkah
menurunnya permukaan air ketika tinggi permukaan air 50 cm?

5. Air keluar dari bawah tangki berbentuk setengah bola yang jari-jarinya 8 dm, dengan laju 2
liter/jam. Seberapa cepatkah menurunnya permukaan air ketika tinggi permukaan air 3 dm?
Catatan: volume segmen bola dengan jari-jari r dan tinggi h adalah 𝜋ℎ 𝑟− .

Kalkulus untuk TPKM 28

Anda mungkin juga menyukai