Anda di halaman 1dari 12

1.

Gingivitis kronis
Suatu inflamasi gingiva yang menetap dan berkepanjangan atau bertahan lama
karena akumulasi plak yang bertahan lama sehingga pasien tidak merasakan sakit yang
sangat. Faktor utama dari gingivitis kronis adalah bakteri plak tetapi kelainan ini
mempunyai faktor predisposisi berupa kebiasaan bernafas melalui mulut, gigi berlubang
dan konsumsi obat-obatan (faktor sistemik).
2. Perawatan periodontal fase I
Disebut juga perawatan inisial atau prelimenary yang merupakan perawatan non
bedah dengan menghilangkan faktor penyebab atau etiologi seperti menghilangkan iritasi
lokal gingiva dan menghambat transisi kelainan gingiva agar tidak berkelanjutan ke
kelainan periodontal lainnya. Perawatan fase I meliputi scaling, rootplaning, DHE (Dental
Health Education), terapi oklusal, memotivasi pasien, kontrol plak, dan juga terapi
mikrobial.
3. Root planing
Merupakan suatu perawatan periodontal untuk menghilangkan kalkulus di
sementum yang bertujuan untuk mendapatkan permukaan akar yang halus,licin dan bersih.
Perawatan ini di indikasikan untuk pasien yang mengalami nekrosis pada sementum dan
juga pada pasien yang mempunyai kedalaman poket lebih dari 4mm pada pemeriksaan
klinis.
4. Dental Health Education (DHE)
Merupakan usaha atau program yang terarah yang dilakukan untuk mendapatkan
keadaan rongga mulut yang sehat juga merupakan program belajar mengajar yang bersifat
persuasif dan sugestif. Dalam program in meliputi kegiatan motivasi, instruksi,
penyuluhan, kontrol plak, penggunaan obat kumur, dan dental flossing pada daerah
interdental.
5. Scaling
Merupakan perawatan periodontal berupa pembuangan plak dan kalkulus dari
permukaan gigi baik pada bagian supragingiva dan subgingiva. Perawatan ini dilakukan
menggunakan Hand instrumen maupun ultrasonic scaler.

1. Indikasi dan kontraindikasi Scaling dan Root planing


1.1 Indikasi dan Kontraindikasi Scaling
Indikasi
 Menghilangkan penyakit periodontal
 Menghlangkan kalkulus dan plak supragingiva dan subgingiva
Kontraindikasi
 Pasien dengan dentin terbuka
 Kontraindikasi pada anak-anak dengan menggunakan ultrasonik scaler
 Kontraindikasi pada pasien yang memiliki penyakit menular melalui udara seperti
Tuberculosis
2.2 Indikasi dan kontraindikasi Rootplaning
Indikasi
 Pocket leih dari 4mm
 Pasien yang mengalami nekrosis pada jaringan sementum
Kontraindikasi
 Pasien yang sedang mengalami abses
 Kalkulus yang meluas kedaerah apikal
2.3 Indikasi dan kontraindikasi perawatan periodontal fase I
Indikasi
 Pasien yang mengalami gingivitis kronis dan periodontitis
 Pasien yang memiliki skor CPITN 2 dan 3
Kontraindikasi
 Pasien yang mengidap Hipertensi yang tidak terkontrol

2. Tahapan dari perawatan fase I


 DHE (Dental Health Education)
 Penyingkiran kalkulus supragingiva dan subgingiva dengan dua metode yaitu pull motion
dan push motion. Pada gerak menarik mata pisau alat ditempatkan menyentuh apikal atau
lateral dari kalkulus dan dengan sapuan kuat kearah koronal sebagian atau keseluruhan
kalkulus di lepaskan dari perlekatannya. Push motion jari tangan mengaktifkan alat, mata
pisau alat meyentuh tepi lateral kalkulus dan dengan gerak mendorong dari jari tangan
kalkulus di lepaskan dari perlekatannya.
 Koreksi restorasi
 Penumpatan lesi karies
 Instruksi kontrol plak dan kontrol diet yang dilakukan saat dirumah.
 Perawatan akar subgingiva (kuretase)
 Reevaluasi jaringan
 Terapi anti mikroba baik lokal maupun sistemik
 Perawatan scaling supragingiva terlebih dahulu kemudian dievaluasi, jika belum sempurna
tidak di perkenankan untuk melakukan scaling subgingiva. Kemudian setelah proses
scaling selesai dilakukan pemolesan yang bertujuan untuk menghaluskan permukaan gigi.

1. Macam – macam fase perawatan periodontal


Perawatan periodontal bukanlah suatu perawatan dental yang berdiri sendiri. Agar
perawatan periodontal berhasil baik, terapi periodontal haruslah mencakup prosedur-
prosedur kedokteran gigi lainnya sesiuai dengan kebutuhan pasien. (Newman, 2006)
Perawatan periodontal meliputi beberapa fase antara lain:
1. Fase preliminari/pendahuluan meliputi:
• Perawatan kasus darurat (emerjensi)
a. Dental atau periapikal
b. Periodontal
c. Lain-lain
• Pencabutan gigi dengan prognosis tidak ada harapan, dan pemasangan gigi tiruan
sementara (bila diperlukan karena alasan tertentu). (Newman, 2006)
2. Fase I
Adalah fase terapi inisial, merupakan fase dengan cara menghilangkan
beberapa faktor etiologi yang mungkin terjadi tanpa melakukan tindakan bedah
periodontal atau melakukan perawatan restoratif dan prostetik.
2. Fase II
Merupakan kelanjutan dari evaluasi respon terapi fase I yang berkembang
sebagai suatu hasil dari penyakit sebelumnya dan menjadi factor predisposisi atau
rekurensi dari penyakit periodontal.
Beberapa prosedur yang dilakukan pada fase ini antara lain :
 Bedah periodontal untuk mengeliminasi poket dengan cara kuretase gingiva
dan gingivektomi.
 Prosedur bedah flap periodontal.
 Rekonturing tulang (bedah tulang).
 Prosedur regenerasi periodontal (bone and tissue graft).
 Penempatan implant serta perawatan endodontik.
3. Fase III (fase restoratif)
Pada fase ini tindakan yang dilakukan antara lain :
 Pembuatan restorasi tetap dan alat prostetik yang ideal untuk gigi yang hilang.
 Evaluasi respon terhadap terapi fase III dengan pemeriksaan periodontal.
4. Fase IV (fase pemeliharaan)
Fase ini dilakukan untuk mencegah terjadinya kekambuhan pada penyakit
periodontal sehingga perlu dilakukan kontrol periodik (J.D.Mansen,1993).
2. Definisi dan Macam-Macam Perawatan Periodontal Fase 1
2.1. Definisi Perawatan Periodontal
Perawatan inisial (initial treatment) atau yang dinamakan juga sebagai
perawatan fase I (phase I therapy) atau fase higienik (hygienic phase) adalah merupakan
tahap pertama dari serangkaian perawatan periodontal, yang diarahkan pada penyingkiran
semua iritan lokal yang dapat menyebabkan inflamasi gingival serta pemberian instruksi
dan memotivasi pasien untuk melaksanakan kontrol plak. Perawatan ini merupakan fase
perawatan etiotropik (etiotropic treatment phase), karena sasarannya adalah penyingkiran
factor etiologi penyakit periodontal (Carranza:1996).
Tujuan dari perawatan inisial ini adalah untuk menyingkirkan
inflamasi/keradangan gingiva. Tujuan ini dapat dicapai dengan jalan penyingkiran kalkulus
dan plak secara tuntas, koreksi restorasi yang cacat, penutupan lesi karies, dan pelaksanaan
kontrol plak yang adekuat (Carranza,1996). Tujuan spesifik perawatan periodontal fase 1
juga menghilangkan kekasaran dan ketidakteraturan kontur permukaan gigi sehingga
membantu dalam kontrol plak yang efektif. Kontrol plak yang efektif merupakan hal pokok
dalam setiap prosedur perawatan periodontal.
Perawatan inisial diindikasikan untuk perawatan pendahuluan bagi pasien
dengan poket periodontal. Kemudian setelah perawatan ini baru dievaluasi untuk
menentukan apakah masih perlu dilakukan bedah periodontal atau tidak serta sebagai satu-
satunya perawatan bagi pasien dengan gingivitis kronis atau periodontitis ringan yang tidak
memerlukan bedah periodontal (Carranza,1996)
2.2. Macam-Macam Perawatan Periodontal Fase I.
2.2.1. Instruksi Kontrol Plak Terbatas.
Pada tahap ini pasien diajarkan mengenai cara pembersihan permukaan
gigi yang licin dan rata. Pada sesi pertama kepada pasien baru dapat diajarkan
cara pembersihan dengan sikat gigi saja. Benang gigi (dental floss) hanya
dapat digunakan pada permukaan proksimal gigi yang licin dan rata saja,
karena tepi yang tajam dan permukaan yang kasar dari kalkulus akan
menyebabkan rusaknya benang gigi (Carranza,1996).
2.2.2 Penyingkiran Kalkulus Supragingival.
Pembersihan kalkulus supragingival bisa dengan cara scalling.
Penskeleran supragingival dapat dilakukan dengan skeler ultrasonik, skeler
manual, atau kuret. Penskeleran dilakukan dengan gerakan menarik (pull
motion), kecuali pada daerah interproksimal gigi anterior yang rapat dimana
dapat digunakan skeler pahat yang tipis dengan gerak mendorong (push
motion). Pada gerakan menarik, mata pisau alat ditempatkan menyentuh tepi
apikal atau lateral dari kalkulus dan dengan sapuan yang kuat ke arah koronal
sebagian atau keseluruhan kalkulus dilepaskan dari perlekatannya. Setelah
selesainya penskeleran supra-gingival, segera dilakukan pemolesan
permukaan mahkota gigi. Pemolesan dilakukan dengan pasta abrasif yang
dioleskan pada brus atau rubber cup yang diputar dengan mesin bur
(Pattinson,dkk,1992).
2.2.3. Perbaikan Restorasi yang Cacat.
Keberadaan restorasi yang berlebihan/overhanging, kasar,
overcontoured, lokasinya subgingival meskipun halus akan diikuti oleh
penumpukan plak yang banyak, inflamasi gingiva, kehilangan tulang dan
kehilangan perlekatan. Seperti halnya kalkulus, restorasi yang demikian
menghalangi prosedur kontrol plak, sehingga harus dikoreksi atau diganti
dengan yang baru. Koreksi restorasi yang cacat adalah sama pentingnya
dengan penyingkiran kalkukus, dan oleh karena itu penyingkirannya harus
dilakukan pada waktu yang bersamaan dengan penyingkiran kalkulus
(Carranza,1996).
Cara mendeteksi tepi restorasi yang cacat adalah dengan mengeser-
geserkan ujung eksplorer yang halus naik-turun sepanjang tepi restorasi.
Penyingkiran restorasi yang berlebihan sedapat mungkin dilakukan dengan
menggantinya dengan restorasi yang baru. Apabila restorasinya ingin tetap
dipertahankan agar perawatan inisial bisa cepat diselesaikan, bagian yang
berlebihan harus disingkirkan. Bagian restorasi alloy dan resin yang
berlebihan dapat disingkirkan dengan skeler, kikir periodontal atau finishing
bur. Bila menggunakan bur, arah penggerindingan adalah dari bagian
restorasi yang mengemper ke arah gigi. (Carranza,1996).
2.2.4 Penumpatan Lesi Karies.
Karies yang lokasinya dekat ke gingiva dapat mengganggu kesehatan
periodonsium meskipun tanpa ada kalkulus atau restorasi yang cacat di
sekitarnya. Hal ini disebabkan karies yang letaknya demikian merupakan
wadah yang luas dan tersembunyi bagi bakteri plak. Oleh sebab itu
penumpatan karies yang berada dekat ke gingiva merupakan bagian integral
dari perawatan inisial. Penumpatan sebaiknya berupa penumpatan tetap
(permanen). Namun pada keadaan tertentu penumpatan sementara pun sudah
memadai. Bila tumpatan yang dibuat berupa tumpatan sementara, harus
diingat bahwa fungsi tumpatan sementara tersebut hanyalah untuk
menyingkirkan daerah penumpukan bakteri plak yang mengancam kesehatan
gingiva dan bukan untuk memperbaiki kontur dan fungsi gigi tersebut. Jadi
apabila dilakukan penumpatan sementara, harus tetap dilakukan preparasi
kavitas dan penumpatan tetap sesegera mungkin setelah selesainya perawatan
inisial (Carranza,1996).
2.2.5 Instruksi Kontrol Plak Komprehensif.
Dengan telah disingkirkannya kalkulus supragingival, diperbaikinya
restorasi yang cacat dan ditumpatnya lesi karies, maka permukaan gigi telah
dipersiapkan sedemikian rupa sehingga memungkinkan pasien melakukan
kontrol plak secara tuntas. Pada tahap ini, pasien dapat diberikan instruksi
kontrol plak secara komprehensif dengan mengajarkan cara-cara
pembersihan gigi selain penyikatan gigi. Pasien sudah harus mampu
menyingkirkan plak dari seluruh permukaan mahkota klinis gigi geligi yang
ada, kecuali dari permukaan akar gigi dengan poket yang dalam. Permukaan
akar gigi baru dapat diharapkan terbersihkan oleh pasien secara tuntas apabila
telah terjadi pengurangan kedalaman saku menjadi sulkus normal sejalan
dengan penyembuhan yang terjadi (Carranza,1996).
2.2.6 Perawatan Terhadap Akar Gigi Subgingival.
Setelah pasien dapat melakukan kontrol plak supragingival, mulailah
dilakukan perawatan terhadap akar gigi subgingival berupa penyingkiran
kalkulus subgingival, penyingkiran sementum yang nekrosis, dan penyerutan
akar, yang merupakan tahap akhir dalam mencapai permukaan gigi yang rata
dan licin. Kalkulus subgingival lebih keras dan lebih melekat dibandingkan
dengan kalkulus supragingival. Membersihkan kakulus subgingival biasanya
menggunakan kuret. Membersihaknnya membutuhkan kekuatan yang lebih
besar dan kontrol alat yang lebih baik (Carranza,1996).
Perluasan kalkulus subgingival harus diperkirakan sebelum melakukan
penskeleran. Ini dilakukan dengan eksplorer atau kuret yang halus yang
diselipkan melintasi permukaan kalkulus ke arah apikal sampai dicapai tepi
apikal kalkulus. Jarak antara tepi apikal kalkulus dengan dasar saku biasanya
berkisar 0,2 - 1,0 mm (Carranza,1996).
Setelah penskeleran subgingival dilakukan, kehalusan permukaan akar
harus diperiksa berulang-ulang dengan eksplorer atau kuret halus. Ada daerah
tertentu pada permukaan akar yang perlu diperhatikan seperti alur vertikal
yang dangkal pada sisi proksimal gigi posterior atau batas sementum enamel.
Adanya penumpukan kalkulus pada daerah tersebut sering tidak terdeteksi
(Carranza,1996).
2.2.7 Reevaluasi Jaringan.
Jaringan periodonsium diperiksa kembali untuk menentukan perlu
tidaknya dilakukan perawatan lanjutan. Poket diprobing kembali untuk
menentukan apakah bedah periodontal masih diindikasikan. Evaluasi hasil
perawatan inisial dilakukan antara 1 - 3 bulan setelah diselesaikannya
perawatan inisial, tergantung keparahan lesinya. Pakar yang lebih ahli
menganjurkan evaluasi dilakukan setelah 9 bulan selesainya perawatan inisial
(Carranza,1996).
2.2.8 Occlusal adjustment
Mengembalikan gigitan antara Rahang Atas dan Rahang Bawah
kedalam keadaan yang normal sehingga tidak terjadi trauma yang berlebihan
pada jaringan periodontal dan rasa nyeri yang ditimbulkan. Adanya gigitan
yang tidak seimbang antara Rahang Atas dan Rahang Bawah kemungkinan
dapat menyebabkan Trauma From Occlusion dan jika keadaan tidak segera
diperbaiki dapat menyebabkan terjadinya temporo mandibular joint disorder
(H. Koh & P.G Robinson,2004).
3. Tahapan DHE (Dental Health Education)
4. Motivasi
agar pasien dapat terdorong untuk melakukan kontrol plak secara adekuat, ia harus
termotivasi. Tahp memotivasi pasien adalah tahap yang paling menentukan untuk
tercapainya pelaksanaan control plak yang adekuat. Memotivasi pasien adalah prosedur
yang sukar karena untuk dapat termotivasi pasien harus berusaha untuk
4.1 Menerima
Pasien harus bersedia menerima dan memahami penyuluhan yang diberikan
berkaitan dengan konsep – konsep pathogenesis, perawatan dan pencegahan
penyakit periodontal.
Pasien diharapakan dapat termotivasi apabila ia dapat memahami apa itu penyakit
periodontal, efek penyakit tersebut, bagaiman kerentanan dirinya terhadap penyakit
tersebut, dan apa yang dapat dilakukan untuk dapat mencapai dan mempertahankan
kesehatan jaringan periodontalnya.
4.2 Perubahan Kebiasaan
Dari pasien diharapkan diharapkan adanya perubahan kebiasaan dalam hal cara –
cara pembersihan mulut sesuai dengan metode yang diajarkan.untuk itu pasien
harus berkemauan dan mampu menguasai ketrampilan penggunaan alat – alat
pembersih.
4.3 Perubahan tingkah laku
Pasien harus menyesuaikan pandangan dan nilai – nilai yang dianutnya mengenai
pembersihan mulut. Pasien harus tergugah bahwa prosedur control plak yang
dilakukanya bukanlah untuk menyenangkan hati dokter gigi, tetapi untuk
tercapainya kesehatan periodonsium itu sendiri. (Caranza,2002)
5. Edukasi
Dalam hal edukasi pasien harus diberitahukan tentang etiologi, perjalanan penyakit,
perawatan dan pencegahan penyakit periodontal. Pasien dengan penyakit periodontal harus
diberitahu bahwa penyakit periodontal ini mempunyai beberapa gambaran klinis seperti
stain yang timbul dipermukaan gigi akibat plak, perdarahan pada gingiva. Dengan
penjelasan yang diberikan diharapakan pasien dapat mengevaluasi sendiri
Pasien diinformasikan bahwa perawatan periodik dan debridement yang dilakukan
oleh dokter gigi adalah hal yang dilakukan untuk mencegah rekurrensi dari penyakit
periodontal dan untuk mengidentifikasi adanya kelainan yang lain. Prosedur ini dapat
berjalan dengan baik apabila dikombinasi dengan kekooperativan pasien dalam
meningkatkan dan menjaga oral hygiene(Caranza,2002).
6. Instruksi
Dengan instruksi tentang bagaimana cara menyikat gigi yang efektif, diharapkan nantinya
angka kejadian terbentuknya plak yang menyebabkan gingivitis dapat berkurang. Pada
pemberian instruksi ini dijelaskan cara pembersihan gigi yang meliputi cara, alat, dan
waktu. Instruksi untuk menjaga oral hygien ini dapat dilakukan dengan cara pembersihan
gigi secara mekanis dan obat kumur.
Pada instruksi kunjungan pertama pasien diberitahu cara penggunaan sikat gigi, dental
floss, dan disclosing agent. Pada kunjungan berikutnya dilakukan evaluasi dari instruksi
yang dilakukan sebelumnya (Caranza,2002)
7. Definisi, Dasar Pemikiran, Indikasi dan Kontraindikasi serta Tahapan Scaling dan
Rootplaning
7.1 Definisi
Skaling adalah usaha membersihkan semua deposit pada gigi, kalkulus subgingiva,
kalkulus supragingiva, plak dan noda. Skaling harus dilakukan secara menyeluruh
sebab inflamasi akan menetap bila deposit gigi tidak dibersihkan seluruhnya. ( J.D.
Manson,1993)
Root planing adalah teknik untuk membersihkan sementum nekrosis dan kalkulus
serta menghaluskan permukaan akar ( J.D. Manson,1993).

7.2 Dasar pemikiran


Dasar pemikiran perawatan scaling dan rootplaning adalah menghilangkan etiologi
utama penyakit periodontal yang berupa bakteri plak dan mengehentikan proses
perjalanan penyakit (Genco,Robert.J, dkk,1990).

7.3 Indikasi dan KontraIndikasi


 Indikasi
1. Preventiv Periodontic
Tindak preventif ini berhubungan dengan control bakteri yang
merupakan etiologi utama dari penyakit periodontal, sehingga dengan
adanya scaling dan rootplaning ini mampu menghilangkan etiologi dari
penyakit periodontal sebelum terjadinya penyakit periodontal tersebut
serta mampu mencegah perjalanan penyakit ke arah yang lebih parah jika
telah terjadi keradangan (Gerald J. Tussing,1982).
2. Terjadi keradangan berupa gingivitis dan periodontitis
Inflamasi yang terjadi di gingival memiliki etiologi utama yakni
bakteri plak. Dengan prosedut scaling dan rootplaning dapat mengurangi
bahkan mengeliminasi keradangan tersebut. Selain itu Scalling dan
rootplaning dapat mengirangi terjadinya edema dan haemorage (Gerald J.
Tussing,1982).
3. Mempertahankan kesehatan jaringan periodontal
Dengan mengeliminasi factor – factor etiologi utama dari penyakit
periodontal maka diharapakan kesehatan jaringan periodontal dapat tetap
terjaga.
 Kontra Indikasi Scaling dan Rootplaning
Scaling dan rootplaning tidak diindikasikan untuk pasien Hemophili
(Genco,Robert.J, dkk,1990).

7.4 Tahapan
7.4.1 Alat – alat scaling
 Kuret
Kuret secara keseluruhan ada 2 yakni kuret universal dan kuret gracey. Kuret
universal merupakan kuret yang dapat digunakan diseluruh rongga mulut.
Dengan muka dari blade didesain dengan sudut 800 – 900 serta memiliki 2
cutting edge. Sedangkan untuk kuret gracey merupakan kuret untuk daerah
spesifik.kuret gracey ini memilki muka blade dengan sudut 600 – 700 dan hanya
memiliki 1 cutting edge. Sudut untuk muka blade ini tidaka lebih dari 900 dan
tidak kurang dari 450 karena sudut angulasi untuk alat sclaer antara 450 – 900
(Genco,Robert.J, dkk,1990).

(Ciri khas kuret: penampang melintang seperti sendok; ujung tumpul)

(Dua tipe kuret. (A) Kuret universal, (B) Kuret Gracey. Kiri: Angulasi mata
pisau dilihat dari arah ujung mata pisau ; Kanan: Mata pisau kuret universal
lurus, sedangkan kuret Gracey melengkung dengan bagian yang tajam pada
sisi yang konveks)
Beberapa jenis kuret. Kiri: Columbia 4R-4L (kuret Universal); Kanan:Kuret Gracey (dari kiri ke
kanan: no. 5-6, no. 7-8, no. 11-12, dan no. 13-14).

 Hoe
Hoe digunakan untuk meratakan dan menghaluskann permukaan akar gigi serta
menghilangkan sisa kalkulus dan sementum yang rusak. Bladenya bengkok
membentuk sudut 990 – 1000. Cutting edge dibentuk oleh pertemuan adanya permukaan
ujung yang datar dengan aspek dalam dari blade. (Genco,Robert.J, dkk,1990)
 Sickle scaler
Sickle adalah scaler kasar untuk menyingkirkan kalkulus supragingival. Permukaan
sickle scaler adalah datar dengan dua cutting edge yang menyatu membentuk ujung
yang runcing. Penampang melintangnya berbentuk segitiga dan sisi pemotong pada
kedua sisi. Karena desainnya, alat ini hanya digunakan untuk penyingkiran
kalkulus supragingival. Apabila digunakan untuk instrumentasi subgingival akan
mencederai jaringan gingiva. Banyak sekali jenis sickle scaler. Ada scaler yang khusus
untuk regio anterior dan ada yang khusus untuk regio posterior. Masing-masing jenis
scaler ada yang lurus dan ada yang melengkung lehernya. Pada scaler sabit untuk
region anterior, baik yang lurus maupun yang melengkung, mata pisau, leher dan
gagangnya berada dalam satu bidang. Sebaliknya mata pisau, leher dan gagang untuk
regio posterior tidak berada dalam satu bidang, karena tangkainya membengkok
agar mudah diadaptasikan pada gigi posterior. (Menson,1993)
 File scaler
Desain file scaler serupa dengan hoe scaler. Alat ini terdiri dari sejumlah
miniatur blade dari hoe scaler. Bladenya bengkok membentuk sudut antara 90o-105o
terhadap shanknya. File kini tidak banyak digunakan untuk scaling dan root planing
karena ukurannya dan menyebabkan permukaan akar menjadi kasar. File kadang
digunakan untuk menghilangkan margin restorasi yang overhanging. (Menson,1993)
 Instrumen ultrasonik
Instrumen ultrasonik dapat digunakan untuk scaling, kuretase dan
menghilangkan stain. Mekanisme kerjanya berasal dari fibrasi (getaran fisikal) dari
alat tersebut. Frekuensi getarannya berkisar antara 20.000 sampai jutaan getaran
perdetik. Untuk instrumentasi periodontal, getaran instrumennya dapat mencapai
29.000 getaran/detik.
Alat ultrasonik efektif untuk menghilangkan kalkulus dan membersihkan dinding
epitel poket. Alat ini menimbulkan sedikit jaringan nekrotik yang kemudian akan
terkelupas dari dinding epitel poket. Alat ini menyebabkan permukaan akar menjadi
kasar dan menghilangkan substansi gigi lebih banyak. Volume dan banyaknya struktur
gigi yang hilang dapat dikurangi dengan menyetel instrumen sehingga kekuatannya
lebih rendah dan menggunakannya dengan sentuhan yang ringan. (Menson,1993)
7.4.2 Alat Pulas scaling dan root planing
a. Rubber cusp
Rubber cusp digunakan di handpiece dengan spesial profilaxis angle
yang setelah digunakan harus disterilisasi. Penggunaan rubber cusp dengan
bahan abrasive memungkinkan untuk menghilangkan lapisan sementum yang
tipis di area servikal gigi (Caranza,1996).
b. Bristle Brushes
Benda ini ada yang berbentuk wheel dan cup, karena bahannya yang
kaku maka hanya digunakan untuk membersihkan mahkota dan dihindarkan
untuk polish sementum dan gingiva karena dapat menimbulkan injuri
(Caranza,1996).
c. Air Powder polishing
Alat ini efektif untuk menghilangkan stain dan deposit yang halus
(Caranza,1996).
Alat scalling subgingiva dan root planing
Instrumen seperti sikle, hoe, file dan alat ultrasonik bisa digunakan
untuk scaling subgingiva tetapi tidak dapat digunakan untuk root planing
karena sulit diinsersikan dalam poket yang dalam. Alat yang efektif dapat
digunakan untuk scaling subgingiva dan supragingiva adalah kuret karena
dapat diinsersikan ke poket yang dalam dan menghaluskan permukaan
sementum. Kuret yang digunakan adalah kuret universal dan juga bisa kuret
gracey (Carranza,1996).
7.4.3 Aktivasi instrument
7.4.3.1 Adaptasi
Adapatasi ini merupakan cara menempatkan ujung kerja instrument
(working end) instrument periodontal pada permukaan gigi. Adapatasi
dimaksudkan agar ujung kerja instrument periodontal dapat
menyesuaikan dengan kontur permukaann gigi. Adaptasi yang tepat
sangat diperlukan, yaitu untuk menghindari trauma baik pada jaringan
lunak maupun pada jaringan keras serta untuk mendapatkan efektivitas
insrumen yang digunakan (Carranza,2002).
7.4.3.2 Angulasi
Angulasi adalah penyudutan permukaan blade instrument dengan
permukaan gigi atau sering disebut blade gigi. Angulasi yang tepat
sangat dibutuhkan agar pekerjaan scaling efektiv. Insersi subgingiva
dari blade instrument seperti kuret, angulasi sedapat mungkin
mendekati 00. Ujung instrument dapat diinsersikan dengan lebih mudah
pada dasar poket dengan muka blade menghadap gigi
(Carranza’s,2002).
7.4.3.3 Tekanan lateral
Adalah tekanan yang diciptakan bila suatu kekuatan dikenakan ada
permukaan gigi dengan menggunakan ujung pemotong unjung blade
instrument. Besarnya tekanan yang diberikan bervariasi tergantung
pada sifat kalkulus dan tergantung apakah gerakan ditujukan untuk
mengawali pengambilan kalkulus untuk rootplaning (Carranza’s,2002).

7.4.4 Terdapat 3 tipe dasar gerakan instrumentasi, yakni :


1. Exploratory Stroke
Adalah gerakan yang ringan disertai perasaan (feeling) dengan
menggunakan probe atau sonde untuk memeriksa dimensi poket, kalkulus,
dan ketidakteraturan permukaan gigi. Instrument dipegang dengan ringan
dan diadaptasikan dengan tekanan yang ringan terhadap gigi untuk
mendapatkan sensitivitas taktil yang maksimum (Carranza,2002).
2. Scalling Stroke
Adalah gerakan yang pendek, disertai tarikan dengan kekuatan penuh,
menggunakan blade instrument untuk menghilangkan baik supra maupun
subgingival kalkulus. Otot – otot jari maupun tangan digerakkan untuk
mendapatkan pegangan dengan tekanan lateral yang kuat terhadap
permukaan gigi. Ujung pemotong isntrumen dikaitkan pada batas apikal
kalkulus dan menariknya ke arah koronal dengan gerakan yang kuat.
Gerakan scaling harus diawali dari lengan dan ditransmisikan dari
pergelangan tangan disesuaikan dengan pergerakan lengan. Gerakan
scaling tidak di awali dari gerakan pergelangan tangan atau jari – jari
secara terpisah tanpa menggunakan lengan (Carranza,2002).
3. Root Planging Stroke
Adalah gerakan menarik yang bersifat sedang sampai ringan,digunakan
pada tahap akhir, yaitu menghaluskan permukaan akar. Untuk keperluan
ini instrument yang paling sering digunakan adalah kuret. Desain kuret
memungkinkan untuk lebih mudah beradaptasi dengan kontur subgingiva
gigi, sehingga kuret cocok untuk rootplaning pada pasien – pasien yang
memiliki poket yang dalam dan telah melibatkan daerah furkasi
(percabangan akar gigi). Kuret dipegang secara sedang – kuat, dengan
diadaptasikan ke gigi, bahkan dapat memberikan tekanan lateral. Dengan
gerakan panjang kontinyu, gerakan seperti mencukur kuret diaktifkan. Bila
permukaan gigi telah halus, berangsur – angsur tekanan lateral dikurangi
(Carranza,2002).
7.4.5 Evaluasi setelah scaling dan rootplaning
1. 1 – 2 minggu setelah scaling dan rootplaning (Genco,Robert.J, dkk,1990)
a. Edema mulai menghilang
b. Penyusutan pada gingival margin
c. Kedalaman poket berkurang, tetapi kemungkinan masi terjadi sedikit
perdarahan ataupun tidak sama sekali dari dasar poket saat melakukan
probing
d. Kalkulus tidak tampak secara visual
e. Oral higiene sangat bagus
f. Secara histologi, proses epitelisasi telah sempurna
2. 2 – 3 minggu setelah scaling dan rootplaning (Genco,Robert.J, dkk,1990)
a. Warna dan konsistensi gingival tampak normal
b. Tidak terjadi perdarah dari dasar poket saat dilakukan probing
c. Kegoyangan gigi mulai berkurang
d. Flora subgingival bebas dari bakteri patogen dan organisme yang ada
memiliki komposisi yang sama dengan jaringan sehat pada umumnya
e. Secara histologi, jaringan ikat telah mengalami kematangan selama 21-
28 hari dan akhirnya kontur gingiva tampak normal setelah 3 - bulan.

Anda mungkin juga menyukai