Kelompok 7
Nama NIM
Andoko Suryo C. PO.62.20.1.17.204
Anwar Fuadi PO.62.20.1.17.206
Nadya Veronika P. PO.62.20.1.17.224
Rina Azizah Noor PO.62.20.1.17.231
Priskila Astiani PO.62.20.1.16.033
2. Pandemi
Pandemi atau epidemi global atau wabah global adalah kondisi dimana
terjangkitnya penyakit menular pada banyak orang dalam daerah geografi yang luas.
Berasal dari bahasa Yunani “pan” yang artinya semua dan “demos” yang artinya rakyat.
Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), suatu pandemi dikatakan terjadi
bila ketiga syarat berikut telah terpenuhi :
Timbulnya penyakit bersangkutan merupakan suatu hal baru pada populasi
bersangkutan,
Agen penyebab penyakit menginfeksi manusia dan menyebabkan sakit serius,
Agen penyebab penyakit menyebar dengan mudah dan berkelanjutan pada
manusia.
Suatu penyakit atau keadaan tidak dapat dikatakan sebagai pandemic hanya
karena menewaskan banyak orang. Sebagai contoh, kelas penyakit yang dikenal sebagai
kanker menimbulkan angka kematian yang tinggi namun tidak digolongkan sebagai
pandemi karena tidak ditularkan.
1
Contoh kasus:
Fenomena pandemi flu babi telah menyita perhatian warga dunia setelah
menyerang sejumlah warga Meksiko.Berdasarkan laporan Associated Press (AP), hingga
27 April telah meninggal dunia sebanyak 103 orang dari 1.614 orang di Meksiko.
Laporan AP juga menyebutkan suspect flu babi telah menyebar pada sedikitnya delapan
negara, diantaranya Kanada, Amerika Serikat, Prancis, dan Selandia Baru. Pemerintah
Kanada telah mendapatkan kasus flu babi pertama pada 27 April lalu, sedang Amerika
Serikat, Prancis dan Selandia Baru telah melaporkan kasus serupa beberapa hari
sebelumnya. Di AS, dari sekitar 100 pelajar di sekolah swasta Saint Francis di wilayah
Queen, 11 kasus diantaranya positif flu babi.
Dari laporan pemerintah Meksiko, virus flu babi telah menyerang sedikitnya
1.300 orang. Sementara empat daerah pada Negara tersebut dinyatakan rawan flu babi,
termasuk Meksiko City. Fenomena flu babi yang menyebar secara cepat ke berbagai
negara dapat menyebabkan terjadinya pandemi yakni penyebaran virus flu babi secara
global.Organisasi kesehatan dunia (WHO) pun menggelar pertemuan dengan ahli
kesehatan guna membahas kasus flu babi yang telah menjadi ancaman baru kesehatan
masyarakat dunia.
3. Endemi
Endemik ialah adanya penyakit-penyakit atau factor penyebab penyakit yang
selalu terdapat dalam suatu daerah tertentu atau dikatakan sebagai prevalensi penyakt
tertentu yang selalu terdapat di suatu daerah, sebaliknya epidemic berarti terjadinya
insidensi penyakit dalam suatu daerah yang melebihi kejadian normal yang diharapkan
(Beneson, 1980).
Contoh kasus:
Direktur Pengendalian Penyakit Menular, Dirjen Pengendalian Penyakit dan
Penyehatan Lingkungan, Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, M Subuh
mengatakan, Indonesia merupakan negara dengan endemisitas tinggi Hepatitis B.
“Hal itu berdasarkan data hasil riset kesehatan dasar (riskesdas) tahun 2007 yang
menunjukan, prevalensi penyakit Hepatitis B sebesar 9,4 persen. Hal ini menunjukkan,
Indonesia merupakan negara dengan endemisitas tinggi Hepatitis B,” kata Subuh.
Menurutnya, sekitar satu setengah juta orang di Indonesia meninggal pertahunnya akibat
penyakit Hepatitis B dan C. Sehingga Kementerian Kesehatan RI, terus melakukan
penanggulangan dengan tindak pencegahan.
4. Sporadik
Sporadik adalah suatu keadaan dimana suatu masalah kesehatan (umumnya
penyakit) yang ada di suatu wilayah tertentu frekuensinya berubah-ubah menurut
perubahan waktu, sporadic juga dapat diartikan sebagai jenis penyakit yang tidak tersebar
merata pada tempat dan waktu yang tidak sama, pada suatu saat dapat terjadi epidemik.
2
Contoh kasus:
Sejak pertama kali ditemukan pada tahun 1968 di Surabaya dan Jakarta, jumlah
kasus penyakit DBD terus meningkat baik dalam jumlah maupun luas wilayah yang
terjangkit dan secara sporadic terjadi kejadian luar biasa(KLB) setiap tahun, KLB yang
terbesar terjadi pada tahun 1998 dilaporkan dari 16 propinsi dengan IR 35,19 per 100.000
pendudukdan case fatality rate(CFR) 2,0%, kemudian menurun pada tahun 1999 dengan
IR 10,17 per 100.000 penduduk, mengalami peningkatan kembali padatahun 2000
dengan IR 15,99 per 100.000 penduduk dan kembali meningkat pada tahun 2001 dengan
IR 21,66 per 100.000 penduduk, kembali menurun pada tahun 2002 yaitu IR 19, 24 per
100.000 penduduk dan meningkat tajam kembali pada tahun 2003 yaitu IR 23,87 per
100.000 penduduk . Data ini menunjukkan DBD di Indonesia menjadi fenomena yang
sangat sulit diatasi dimana kejadian DBD setiap tahunnya berfluktuasi (Depkes RI,
2004). Menurut Depkes RI (2009) pada tahun 2008 dijumpai kasus DBD di Indonesia
sebanyak 137.469 kasus dengan CFR 0,86% dan IR sebesar 59,02 per 100.000 penduduk,
dan mengalami kenaikan pada tahun 2009 yaitu sebesar 154.855 kasus dengan CFR
0,89% dengan IR sebesar 66,48 per 100.000, dan pada tahun 2010 Indonesia menempati
urutan tertinggi kasus DBD di ASEAN yaitu sebanyak 156.086 kasus dengan kematian
1.358 orang (Kompas, 2010).
1. Diketahui populasi di kota A berjumlah 20000 jiwa, terdiri dari 8000 laki-laki , 7000
Perempuan dan 5000 anak-anak. (2500 anak laki-laki, 2500 anak perempuan) .
Diketahui:
Penyelesaian:
3
⅀ wanita dewasa (pembilang)
Rasio = ⅀ laki−laki dewasa (penyebut)
7000
= 8000
=7:8
Jadi, rasio wanita dewasa dan laki-laki dewasa adalah 7 : 8
Penyelesaian:
⅀ anak−anak (pembilang)
Proporsi = ⅀ populasi (pembilang+penyebut)
5000
= 20000
= 0.25 X 100
= 25 %
Jadi, proporsi anak-anak dalam populasi sebesar 25 %
c. Rate kejadian diare bulan februari pada anak, jika ditemukan 500 kejadian diare?
Penyelesaian:
⅀ kejadian penyakit
Rate = ⅀ anak selama periode 1 bulan
500
= 5000
= 0.1 X 100
= 10 %
Jadi, rate kejadian diare bulan februari pada anak, jika ditemukan 500 kejadian diare
adalah 10 %
Penyelesaian:
4
= 5 : 14
e. Cumulative insidens benign prostate hyperplasia periode 1 jan - 31 des 2018) pada
laki-laki dewasa di Kota A jika sebagaimana ilustrasi berikut (diketahui bahwa
sebanyak 500 laki-laki dewasa sebelumnya telah dilakukan prosteoktomi seluruh
kelenjar prostat) – “ingat populasi berisiko”
Penyelesaian:
Dari 8000 laki-laki dewasa, terdapat 7493 jiwa ( 8000 – 7 – 500) yang berisiko
terhadap benign prostate hyperplasia periode 1 jan - 31 des 2018.
⅀ kasus baru
CI = ⅀ populasi berisiko selama periode waktu tertentu
7
= 7493
= 0,0009 x 100
= 0,09 %
5
Jadi, selama periode 1 jan - 31 des 2018, peluang laki-laki dewasa mengalami benign
prostate hyperplasia sebesar 0,09 %
Penyelesaian:
kasus baru = 7 ( 2, 3, 5, 6, 7, 11, 12)*
kasus lama = 5 ( 1, 4, 8, 9, 10)#
perempuan = 7000 jiwa
perempuan melakukan histerektomi = 20 jiwa
Dari 7000 perempuan dewasa, terdapat 6973 jiwa ( 7000 – 7 – 20) yang berisiko
terhadap ca servix.
⅀ kasus baru
CI = ⅀ populasi berisiko selama periode waktu tertentu
7
= 6973
= 0,001 x 100
= 0,1 %
6
g. Insiden density ca servix di Perusahaan sawit (100 orang-tahun dan 1000 orang-
tahun)
Diketahui:
Kasus baru = 2 kasus ( A, B) x
Meninggal = 2 kasus ( C, D) o
Penyelesaian:
⅀ orang – waktu pengamatan = 2 + 3 + 3 + 4
= 12 orang – tahun
⅀ kasus baru yang terjadi selama periode tertentu
ID = ⅀ orang−waktu seluruh individu yang diamati selama periode waktu tertentu
2 kasus
= 12 orang−tahun
= 0,167
Jadi, Insiden density ca servix di Perusahaan sawit untuk 100 orang-tahun = 16,7/100
orang/tahun dan Insiden density ca servix di Perusahaan sawit untuk 1000 orang-tahun
= 167/1000 orang/tahun.
7
Februari 4 org Agustus 7 org
4
=
100
= 0,04 X 100
=4%
8
5
= 100
= 0,05 X 100
=5%
6
= 100
= 0,06 X 100
=6%
7
= 100
= 0,07 X 100
=7%
8
= 100
= 0,08 X 100
=8%
9
= 100
= 0,09 X 100
=9%
9
Jadi, Point prevalens di puskesmas jika kunjungan diare setiap bulan secara konsisten 100
kunjungan / bulan yaitu untuk bulan Januari dan Februari sebesar 4 %, bulan Maret dan
April sebesar 5 %, bulan Mei dan Juni sebesar 6 %, bulan Juli dan Agustus sebesar 7 %,
bulan September dan Oktober sebesar 8 %, serta bulan November dan Desember sebesar
9 %.
78
= 1200
= 0,065 X 100
= 6,5 %
78
= 20000
= 0,0039 X 100
= 0,39 %
10