Anda di halaman 1dari 15

A.

Industri
Industri adalah bidang yang menggunakan keterampilan, dan ketekunan kerja
(bahasa Inggris: industrious) dan penggunaan alat-alat di bidang pengolahan hasil-hasil
bumi, dan distribusinya sebagai dasarnya. Maka industri umumnya dikenal sebagai mata
rantai selanjutnya dari usaha-usaha mencukupi kebutuhan (ekonomi) yang berhubungan
dengan bumi, yaitu sesudah pertanian, perkebunan, dan pertambangan yang berhubungan
erat dengan tanah. Kedudukan industri semakin jauh dari tanah, yang merupakan basis
ekonomi, budaya, dan politik.

industri dibedakan menjadi dua, yaitu industri barang dan industri jasa

a) Bidang Industri barang

Industri barang merupakan usaha mengolah bahan mentah menjadi barang setengah jadi atau
barang jadi. Kegiatan industri ini menghasilkan berbagai jenis barang, seperti pakaian, sepatu,
mobil, sepeda motor, pupuk, dan obatobatan.

b) Industri jasa

Industri jasa merupakan kegiatan ekonomi yang dengan cara memberikan pelayanan jasa.
Contohnya, jasa transportasi seperti angkutan bus, kereta api, penerbangan, dan pelayaran.
Perusahaan jasa ada juga yang membantu proses produksi. Contohnya, jasa bank dan
pergudangan. Pelayanan jasa ada yang langsung ditujukan kepada para konsumen. Contohnya
asuransi, kesehatan, penjahit, pengacara, salon kecantikan, dan tukang cukur.

Industri berawal dari pekerjaan tukang atau juru. Sesudah mata pencaharian hidup berpindah-
pindah sebagai pemetik hasil bumi, pemburu, dan nelayan di zaman purba, manusia tinggal
menetap, membangun rumah, dan mengolah tanah dengan bertani, dan berkebun serta beternak.
Kebutuhan mereka berkembang misalnya untuk mendapatkan alat pemetik hasil bumi, alat
berburu, alat menangkap ikan, alat bertani, berkebun, alat untuk menambang sesuatu, bahkan alat
untuk berperang serta alat-alat rumah tangga. Para tukang, dan juru timbul sebagai sumber
alat-alat, dan barang-barang yang diperlukan itu. Dari situ mulailah berkembang
kerajinan, dan pertukangan yang menghasilkan barang-barang kebutuhan. Untuk menjadi
pengrajin, dan tukang yang baik diadakan pola pendidikan magang, dan untuk menjaga mutu
hasil kerajinan, dan pertukangan di Eropa dibentuk berbagai gilda (perhimpunan tukang, dan
juru sebagai cikal bakal berbagai asosiasi sekarang).

Pertambangan besi, dan baja mengalami kemajuan pesat pada abad pertengahan. Selanjutnya
pertambangan bahan bakar seperti batubara, minyak bumi, dan gas maju pesat pula. Kedua hal
itu memacu kemajuan teknologi permesinan, dimulai dengan penemuan mesin uap yang
selanjutnya membuka jalan pada pembuatan, dan perdagangan barang secara besar-besaran, dan
massal pada akhir abad 18, dan awal abad 19. Mulanya timbul pabrik-pabrik tekstil (Lille, dan
Manchester) dan kereta api, lalu industri baja (Essen) dan galangan kapal, pabrik mobil (Detroit),
pabrik alumunium. Dari kebutuhan akan pewarnaan dalam pabrik-pabrik tekstil berkembang
industri kimia, dan farmasi. Terjadilah Revolusi Industri. Sejak itu gelombang industrialisasi
berupa pendirian pabrik-pabrik produksi barang secara massal, pemanfaatan tenaga buruh,
dengan cepat melanda seluruh dunia, berbenturan dengan upaya tradisional di bidang pertanian
(agrikultur). Sejak itu timbul berbagai penggolongan ragam industri.
 Perekonomian Global.

Ekonomi dunia atau ekonomi global secara umum merujuk ke ekonomi yang
didasarkan pada ekonomi nasional semua negara di dunia. Ekonomi global juga dapat dipandang
sebagai ekonomi masyarakat global dan ekonomi nasional – yaitu ekonomi masyarakat setempat,
sehingga menciptakan satu ekonomi global. Ekonomi dunia dapat dievaluasi dengan berbagai
cara. Misalnya, tergantung model yang dipakai, penilaian yang dipakai dapat direpresentasikan
menggunakan mata uang tertentu, misalnya dolar AS tahun 2006 atau euro tahun 2005.

Ekonomi dunia tidak terpisahkan dari geografi dan ekologi Bumi, sehingga terdapat
kesalahan penyebutan istilah karena ekonomi dunia seharusnya tidak mencakup pertimbangan
sumber daya atau nilai apapun di luar Bumi, meski definisi dan representasi "ekonomi dunia"
bermacam-macam. Misalnya, ketika ada upaya yang bisa dilakukan untuk menghitung nilai
kesempatan daerah tambang yang belum terjamah di teritori yang belum diklaim di Antartika,
kesempatan yang sama di Mars tidak bisa dianggap sebagai bagian dari ekonomi dunia—bahkan
jika saat ini dieksploitasi dengan cara-cara tertentu—dan dapat dianggap sebagai nilai laten saja
sebagaimana properti intelektual yang belum tercipta, seperti penemuan yang tidak terpikirkan
sebelumnya.

Jauh dari standar minimum nilai produksi, pemakaian, dan tukar di planet Bumi, definisi,
representasi, model, dan penilaian ekonomi dunia beragam bentuknya.

Wajar saja membatasi pertanyaan tentang ekonomi dunia secara eksklusif hingga aktivitas
ekonomi manusia saja, dan ekonomi dunia sering diukur secara moneter, bahkan dalam beberapa
hal yang tidak memiliki pasar efisien untuk membantu menilai barang atau jasa tertentu, atau
beberapa hal yang memiliki sedikit penelitian independen atau kerja sama pemerintah membuat
pengukuran sulit dilakukan. Contoh yang umum adalah obat-obatan ilegal dan barang
selundupan, yang dalam standar apapun termasuk bagian dari ekonomi dunia, namun tidak ada
definisi pasar legal semacam itu.

Akan tetapi, bahkan dalam beberapa hal yang memiliki pasar yang jelas dan efisien untuk
menetapkan nilai moneter, para ekonom jarang memakai nilai tukar saat ini atau resmi untuk
menerjemahkan satuan moneter pasar ini menjadi satuan tunggal untuk ekonomi dunia, sejak
nilai tukar cenderung tidak merefleksikan nilai dunia, misalnya dalam beberapa hal ketika
volume atau harga transaksi diatur oleh pemerintah.

Nilai pasar dalam mata uang lokal biasanya diterjemahkan menjadi satu satuan moneter tunggal
menggunakan ide kemampuan berbelanja. Ini adalah metode yang dipakai untuk menghitung
aktivitas ekonomi dunia dalam mata uang dolar AS atau euro asli. Meski begitu, ekonomi dunia
dapat dinilai dan diekspresikan dalam berbagai cara. Tidak jelas seberapa banyak penduduk
dunia yang sebagian besar aktivitas ekonominya terefleksikan pada nilai-nilai ini.

Pada tahun 2011, ekonomi-ekonomi terbesar di dunia di atas $2 triliun, €1,25 triliun
menurut PDB nominalnya adalah Amerika Serikat, Tiongkok, Jepang, Jerman, Prancis, Britania
Raya, Brasil, dan Italia. Ekonomi ekonomi terbesar di dunia diatas $2 triliun, , €1,25 triliun
menurut PDB (PPP) nya adalah Amerika Serikat, Tiongkok, Jepang, India, Jerman, Rusia,
Britania Raya, Brasil, dan Prancis.
B.BIOGRAFI INDONESIA

Karya Harry Poeze yang judulnya berarti Dihujat dan Dilupakan: Tan Malaka, Gerakan Kiri
dan Revolusi Indonesia 1945-1949 sungguh luar biasa dari segi kuantitas dan kualitas. Terdiri
atas tiga jilid setebal 2.194 halaman, buku ini bukan saja menggunakan dokumen Indonesia dan
Belanda, tetapi juga arsip Rusia. Ini merupakan biografi terbesar dalam sejarah modern
Indonesia.

Buku ini merupakan kelanjutan dari disertasi Harry A Poeze mengenai Tan Malaka tahun
1976 yang diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia menjadi dua jilid. Jilid pertama berjudul
Pergulatan Menuju Republik 1897-1925 yang terbit tahun 1988, tetapi dilarang beredar setahun
kemudian. Sepuluh tahun kemudian terbit jilid kedua berjudul Pergulatan Menuju Republik
1925-1945.

Masing-masing buku memiliki ketebalan lebih dari 400 halaman. Kalau dihitung total
halaman, tulisan Poeze mengenai Tan Malaka menjadi lebih dari 3.000 halaman.

 Pejuang antikolonialisme

Sutan Ibrahim Gelar Datuk Tan Malaka lahir di Pandan Gadang, Suliki, Sumatera Barat, tahun
1896. Ia menempuh pendidikan Kweekschool di Bukittinggi sebelum melanjutkan pendidikan ke
Belanda. Pulang ke Indonesia tahun 1919 ia bekerja di perkebunan Tanjung Morawa, Deli.

Penindasan terhadap buruh menyebabkan ia berhenti dan pindah ke pulau Jawa tahun
1921. Ia mendirikan sekolah di Semarang dan kemudian di Bandung. Aktivitasnya
menyebabkan ia diasingkan ke negeri Belanda. Ia malah pergi ke Moskwa dan bergerak sebagai
agen komunis internasional (Komintern) untuk wilayah Asia Timur. Namun, ia berselisih paham
karena tidak setuju dengan sikap Komintern yang menentang pan-Islamisme.
Ia berjuang menentang kolonialisme tanpa henti selama 30 tahun dari Pandan Gadang
(Suliki), Bukittinggi, Batavia, Semarang, Yogya, Bandung, Kediri, Surabaya, sampai
Amsterdam, Berlin, Moskwa, Amoy, Shanghai, Kanton, Manila, Saigon, Bangkok, Hongkong,
Singapura, Rangon, dan Penang. Ia sesungguhnya pejuang Asia sekaliber Jose Rizal (Filipina)
dan Ho Chi Minh ( Vietnam).

Tan Malaka adalah tokoh pemikir sekaligus eksekutor gagasannya. Ide-ide cemerlangnya
lahir di dalam penjara atau di tengah kekejaman pendudukan Jepang. Buku Madilog, misalnya,
disusun dengan membaca literatur di perpustakaan nasional Jakarta dan membandingkan dengan
pengalamannya sendiri berpuluh tahun di mancanegara.

Ia tidak setuju dengan rencana pemberontakan PKI yang kemudian meletus tahun
1926/1927 sebagaimana ditulisnya dalam buku Naar de Republiek Indonesia (Menuju Republik
Indonesia, Kanton, April 1925 dan dicetak ulang di Tokyo, Desember 1925). Perpecahan dengan
Komintern mendorong Tan Malaka mendirikan Partai Republik Indonesia (PARI) di Bangkok,
Juni 1927.

Walaupun bukan partai massa, organisasi ini dapat bertahan sepuluh tahun; pada saat yang sama
partai-partai nasionalis di Tanah Air lahir dan mati. PARI dianggap berbahaya oleh intel Belanda
dan aktivisnya diburu. Selama satu dekade PARI mengembangkan sel mereka di kota-kota
penting dan di daerah seperti Cepu, Wonogiri, Kediri, Sungai Gerong, Palembang,
MePerjuangan Tan Malaka yang bersifat lintas bangsa dan lintas benua telah diuraikan secara
rinci dalam dua jilid biografi yang ditulis Poeze. Setelah Indonesia merdeka, perjuangan Tan
Malaka mengalami pasang naik dan pasang surut. Ia memperoleh testamen dari Bung Karno
untuk menggantikan apabila yang bersangkutan tidak dapat menjalankan tugasnya.

Namun, tahun 1948, Tan Malaka dikenal sebagai penentang diplomasi dengan Belanda
yang dilakukan dalam posisi merugikan Indonesia. Ia memimpin Persatuan Perjuangan yang
menghimpun 141 partai/organisasi masyarakat dan laskar, menuntut agar perundingan baru
dilakukan jika Belanda mengakui kemerdekaan Indonesia seratus persen.
Tahun 1949 Tan Malaka ditembak. Tanggal 28 Maret 1963 Presiden Soekarno
mengangkat Tan Malaka sebagai pahlawan nasional. Namun, sejak era Orde Baru, namanya
dihapus dalam pelajaran sejarah yang diajarkan di sekolah walau gelar pahlawan nasional itu
tidak pernah dicabut. Adalah kebodohan rezim Orde Baru menganggap Tan Malaka sebagai
tokoh partai yang dituduh terlibat pemberontakan beberapa kali. Tan Malaka justru menolak
pemberontakan PKI tahun 1926/1927. Ia sama sekali tidak terlibat dalam peristiwa Madiun
1948. Bahkan, partai yang didirikan tanggal 7 November 1948, Murba, dalam berbagai peristiwa
berseberangan dengan PKI.

Harry Poeze telah menemukan lokasi tewasnya Tan Malaka di Jawa Timur berdasarkan
serangkaian wawancara yang dilakukan pada periode 1986 sampai dengan 2005 dengan para
pelaku sejarah yang berada bersama-sama dengan Tan Malaka tahun 1949. Dengan dukungan
dari keluarga dan lembaga pendukung Tan Malaka, sedang dijajaki kerja sama dengan
Departemen Sosial Republik Indonesia untuk memindahkan kuburannya ke Taman Makam
Pahlawan Kalibata.

Tentu untuk ini perlu tes DNA, misalnya. Tetapi, Depsos dan Pemerintah Provinsi Jatim
harus segera melakukannya sebelum masyarakat setempat secara sporadis menggali dan
mungkin menemukan tulang belulang kambing yang bisa diklaim sebagai kerangka jenazah sang
pahlawan nasional.

 TEMUAN BARU

Banyak penemuan baru yang terdapat dalam buku Tan Malaka yang terakhir ini. Sejarah
revolusi Indonesia tahun 1945-1949 seperti diguncang untuk ditinjau ulang. Peristiwa Madiun
1948 dibahas sebanyak 300 halaman. Poeze menggunakan arsip Komintern yang terdapat di
Moskwa.

Ia menolak tulisan Efimova, Who Gave Instructions to The Indonesian Communitst


Leader Musso in 1948 , yang cenderung menganggap Moeso bergerak sendiri tanpa arahan
Rusia. Selama ini dikesankan bahwa itu adalah gerakan lokal yang diangkat Soekarno-Hatta
sebagai peristiwa nasional agar RI mendapatkan dukungan internasional, terutama dari Amerika
Serikat. Menurut Poeze, pada masa itu hierarki dalam partai komunis masih sangat kuat sehingga
mustahil kegiatan lokal di Madiun tanpa restu politbiro PKI.
Sebelum peristiwa itu meletus, Setiadjid dan Wikana diutus menemui Soemarsono. Ini
berbeda dengan situasi tahun 1965, di mana manuver biro khusus PKI tidak diketahui oleh
semua pucuk pimpinan partai tersebut dan, Banjarmasin, dan Riau.

Poeze juga mengulas long march orang-orang kiri pascaperistiwa Madiun yang jarang
disinggung dalam sejarah Indonesia. Tidak kurang dari 500 kilometer jarak ditempuh ribuan
orang selama dua bulan dari Madiun ke arah Pacitan, lalu ke Utara, sebelum akhirnya mereka,
antara lain Amir Sjarifuddin, ditangkap di wilayah perbatasan yang dikuasai tentara Belanda.

Ia juga menemukan arsip menarik tentang Soeharto. Selama ini sudah diketahui bahwa
Soeharto datang ke Madiun sebelum meletus pemberontakan. Soemarsono berpesan kepadanya
bahwa kota itu aman dan agar pesan itu disampaikan kepada pemerintah. Poeze menemukan
sebuah arsip menarik di Arsip Nasional RI bahwa Soeharto pernah menulis kepada Paduka Tuan
Kolonel Djokosoejono, komandan tentara kiri, agar beliau datang ke Yogya dan menyelesaikan
persoalan ini. Soeharto menulis saya menjamin keselamatan Pak Djoko . Dokumen ini menarik
karena ternyata Soeharto mengambil inisiatif sendiri sebagai penengah dalam peristiwa Madiun.

Harry Poeze telah menemukan lokasi tewasnya Tan Malaka di Jawa Timur. Lokasi
tempat Tan Malaka disergap dan kemudian ditembak adalah Dusun Tunggul, Desa
Selopanggung, di kaki Gunung Wilis. Penembakan itu dilakukan oleh Suradi Tekebek atas
perintah Letnan Dua Soekotjo dari Batalyon Sikatan, Divisi Brawijaya. Pada masa selanjutnya,
Soekotjo pernah menjadi Wali Kota Surabaya dan terakhir berpangkat brigjen, meninggal tahun
1980-an.

Dalam penelitiannya Poeze juga memanfaatkan foto-foto sejarah. Rapat raksasa di


lapangan Ikada (sekarang lapangan Monas) Jakarta, 19 September 1945, yang dihadiri 15.000
orang dari seputar Jakarta merupakan momen historis penting. Walau Indonesia sudah merdeka,
peralihan kekuasaan belum terlaksana. Tentara Jepang masih memegang senjata dan mengancam
jika rakyat mengadakan rapat lebih dari lima orang. Rapat raksasa di lapangan Ikada itu
dirancang pemuda untuk memperlihatkan dukungan rakyat kepada proklamasi. Soekarno ragu
untuk menghadiri rapat tersebut karena khawatir tentara Jepang melakukan penembakan massal
terhadap penduduk. Rapat itu akhirnya berlangsung dan Soekarno berpidato beberapa menit.
Poeze sempat memeriksa foto-foto tentang peristiwa itu. Ia menemukan seseorang yang
memakai helm di dekat Bung Karno ketika berpidato. Bahkan, pada salah satu foto, Soekarno
dan orang itu berjalan berdampingan. Setelah membandingkan berbagai foto itu, Poeze
berkesimpulan bahwa lelaki berhelm itu adalah Tan Malaka. Lelaki itu lebih pendek dari
Soekarno dan ukurannya di foto ternyata cocok karena tinggi Soekarno adalah 1,72 meter dan
Tan Malaka 1,65 meter.
C.Strategi industrialisasi indonesia

Di dalam teori ekonomi, ada dua macam pola strategi yang dapat digunakan dalam
melaksanakan suatu proses industrialisasi, yaitu strategi Substitusi Impor/Import Subtitution (SI)
yang sering disebut dengan istilah inward-looking stratey atau ”orientasi ke dalam” dan strategi
Promosi Ekspor/export promotion (PE) yang sering disebut dengan istilah outwardlooking
strategy ”orientasi ke luar” Strategi SI lebih menekankan pada pengembangan industri yang
berorientasi pasar domestik, sedangkan PE ke pasar internasional. Strategi SI dilandasi oleh
pemikiran bahwa laju pertumbuhan ekonomi yang tinggi dapat dicapai dengan mengembangkan
industri di dalam negeri yang memproduksi barang-barang pengganti impor. Sedangkan strategi
PE didasari oleh pemikiran bahwa laju pertumbuhan ekonomi yang tinggi hanya bisa
direalisasikan jika produk-produk yang dibuat di dalam negeri dijual di pasar ekspor. Jadi,
berbeda dengan strategi SI,dalam strategi PE tidak ada diskriminasi pemberian insentif dan
kemudahan lainnya dari pemerintah, baik untuk industri yang berorientasi ke pasar domestik,
maupun industri yang berorientasi ke pasar ekspor (Tambunan, 2001).

 STRATEGI INDUSTRIALISASI DI INDONESIA


Sebagai negara berkembang Indonesia telah menerapkan strategi SI sepanjang proses
industrialisasinya sampai dengan pertengahan tahun 1980-an, pemerintah menerapkan strategi SI
di dalam pengembangan industrinya. Beberapa dasar pertimbangan di dalam memilih
penggunaan strategi ini adalah:

1. Sumber daya alam dan faktor produksi cukup tersedia di dalam neger
2. Potensi permintaan di dalam negeri yang memadai
3. Mendorong perkembangan sektor industri manufaktur di dalam negeri
4. Meningkatkan kesempatan kerja 5. Mengurangi ketergantungan terhadap impor, yang
juga berarti mengurangi defisit saldo neraca perdagangan dan menghemat cadangan
devisa.
Tambunan (2001) menjelaskan bahwa dalam penerapan strategi SI, impor barang dikurangi
atau bahkan dikurangi sama sekali. Pelaksanaan strategi SI terdiri atas dua tahap. Pertama,
industri yang dikembangkan adalah industri yang membuat barang-barang konsumsi. Untuk
membuat barang-barang tersebut diperlukan barang modal, input perantara, dan bahan baku yang
di banyak negara yang menerapkan strategi ini banyak tidak tersedia sehingga harus tetap
diimpor. Dalam tahap kedua, industri yang dikembangkan adalah industri hulu (upstream
industries)
Pengalaman menunjukkan bahwa tahap pertama ternyata lebih mudah dilakukan. Sedangkan
dalam transisi ke tahap berikutnya banyak negara menghadapi kesulitan. Dalam banyak kasus,
industri yang dikembangkan menjadi high-cost industries. Ada beberapa penyebabnya, yaitu :

 Proses substitusi impor terhadap barang modal dan input perantara cenderung lebih padat
modal dibandingkan proses substitusi impor terhadap barang konsumsi.
 Proses produksi di industri hulu mengandung skala ekonomis dan sangat sensitif terhadap
factor efisiensi di dalam sistem organisasi, penggunaan teknologi dan metode produksI.

Di dalam perkembangan selanjutnya, sektor industri manufaktur ternyata tidak berkembang


cukup baik. Pengalaman menunjukkan bahwa kebijakan proteksi yang berlebihan, terutama pada
kurun waktu 1970-an sampai awal 1980-an telah mengakibatkan high cost economy (ekonomi
biaya tinggi). Hasibuan (1993) mencoba menjelaskan kegagalan penerapan strategi SI di
Indonesia. Analisanya adalah sebagai berikut :

1. Bahan baku dan tenaga kerja yang tersedia bukan siap pakai. Hal ini dapat menimbulkan
external diseconomies. Sumber-sumber ekonomi tersebut belum tentu memiliki kualitas
yang baik. Sebagian besar tenaga kerja di Indonesia masih berpendidikan rendah.
Karenanya kualitas tenaga kerja perlu ditingkatkan terlebih dahulu dan ini memerlukan
biaya yang tidak sedikit.
2. Karena pasar yang dilayani oleh produsen dalam negeri adalah pasar domestic tanpa ada
persaingan dari barang-barang impor, maka setiap produk yang dihasilkan tidak dikaitkan
dengan kemampuan bersaing di pasar internasional. Tidak heran kalau tingkat daya saing
global dari barang produksi Indonesia masih sangat rendah dibandingkan dengan negara-
negara lain, khususnya negara-negara maju.
3. Tingkat ketergantungan terhadap barang impor ternyata tidak menjadi lebih rendah.
Sebagai contoh untuk membuat barang-barang konsumsi memerlukan komponen, spare
parts, bahan baku, mesin dan alat-alat produksi yang semuanya masih harus diimpor.
4. Diharapkan kesempatan kerja akan berkembang dengan luas. Akan tetapi, ini tentu
tergantung pada teknologi yang digunakan dalam proses produksi. Kalau teknologi padat
karya yang dipilih, harus diperhatikan jangan sampai mengorbankan tingkat efisiensi, 56
produktivitas dan daya saing.
5. Nilai tambah pada umumnya dapat ditingkatkan, tetapi di pihak lain beberapa industri
dapat mempunyai nilai tambah yang negatif bila dibandingkan dengan nilai tambah dari
industri yang sama di pasar internasional.

 Periode Berkembang (1982-1996)


Seiring melemahnya harga minyak, kebijakan dari tujuan yang semula hanya untuk
pengembangan industri substitusi impor, ditambah misi baru dari pemerintah, yakni
pengembangan industri berorientasi ekspor (strategi PE) yang harus didukung oleh usaha
pendalaman dan pemantapan struktur industri. Kebijakan ini mulai diterapkan pada industri
kimia, logam, kendaraan bermotor, industri mesin listrik/peralatan listrik dan industri alat/mesin
pertanian. Di bidang industri padat teknologi dikembangkan penguasaan teknologi di beberapa
bidang seperti pesawat terbang, permesinan dan perkapalan.

Keberhasilan strategi PE sering diilustrasikan dengan pengalaman dari negaranegara di Asia


Timur dan Tenggara seperti Korea, Taiwan, Singapura, dan Hongkong, hingga pengalaman dari
negara-negara Amerika Latin seprti Brazil, Argentina dan Meksiko. Dari banyak studi mengenai
keberhasilan dari negaranegara tersebut, beberapa syarat penting yang diberikan agar penerapan
strategi tersebut membawa hasil yang baik adalah sebagai berikut (Tambunan, 2001) :

1. Pasar harus menciptakan sinyal harga yang benar, yang sepenuhnya merefleksikan
kelangkaan dari barang yang bersangkutanm baik di pasar output maupun di pasar input
2. ingkat proteksi impor harus rendah
3. Nilai tukar mata uang harus realistis, sepenuhnya merefleksikan keterbatasan uang asing
yang bersangkutan
4. Lebih penting lagi, harus ada insentif untuk meningkatkan ekspor

Pada pertengahan 1980-an, pemerintah Indonesia mulai menyadari bahwa kebijakan proteksi
yang sebelumnya diterapkan ternyata lebih banyak merugikan Indonesia. Sehingga mulai
dilakukan perubahan strategi secara bertahap dari proteksi ke promosi ekspor, khususnya ekspor
nonmigas, termasuk produk-produk manufaktur. Perubahan kebijakan ini didukung oleh
sejumlah paket deregulasi. Paket deregulasi pertama dilakukan pada tahun 1982 di sektor
keuangan yang dikenal dengan nama Gebrakan Sumarlin I.

Dalam strategi ini pemerintah menghilangkan sejumlah rintangan nontarif, khususnya


pembatasan jumlah impor, dengan tujuan untuk menghilangkan antiexport bias dari strategi
sebelumnya. Selain itu pemerintah juga melakukan konversi dari kuota ke proteksi dengan tarif,
penurunan tarif proteksi secara bertahap dan memperkenalkan skema pembebasan dan
pengembalian pajak bagi perusahaanperusahaan eksportir yang mengekspor paling sedikit
85%dari jumlah output-nya.
DAFTAR PUTAKA

https://id.wikipedia.org/wiki/Ekonomi_dunia

www.kadin-indonesia.or.id › enm › images › dokumen

Penulis : Asvi Warman Adam (Ahli Peneliti Utama LIPI)


INDUSTRI DAN PEREKONOMIAN GLOBAL
BIOGRAFI INDONESIA
STRATEGI INDUSTRILIASASI INDONESIA

Disusun :
1. Dicky Wahyudi BAA 116 001
2. Yeyensi Mayang Sari BAA 116 082
3. Ira Rezeki BAA 116 112
4. Onesimus Saragih BAA 116 092

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS


UNIVERSITAS PALANGKA RAYA (UPR)
2019

Anda mungkin juga menyukai