Anda di halaman 1dari 2

KORUPSI, SEKEDAR COBA-COBA ATAU BUDAYA?

Korupsi di Indonesia sudah sangat merajalela. Mungkin semakin hari semakin banyak para
pejabat yang dengan suka rela merampok uang rakyat demi kepentingan diri sendiri. Para
pejabat yang berperut buncit sering dijadikan lelucon oleh masyarakat Indonesia, karena perut
buncitnya yang dianggap bahwa mereka telah memakan hak orang lain, terutama masyarakat
Indonesia yang kurang mampu dan tertindas. Para petinggi yang sering menyebut diri mereka
“Wakil Rakyat” dan mengemis-ngemis minta dihormati, malah tidak jarang berkelakuan tidak
sebagaimana harusnya Wakil Rakyat bekerja. Datang telat dan tidur saat rapat merupakan hal-
hal yang sering dibicarakan media massa tentang para “Wakil Rakyat” ini.
Korupsi atau rasuah (bahasa Latin: corruptio dari kata kerja corrumpere yang bermakna
busuk, rusak, menggoyahkan, memutarbalik, menyogok) adalah tindakan pejabat publik,
baik politisi maupun pegawai negeri, serta pihak lain yang terlibat dalam tindakan itu yang
secara tidak wajar dan tidak legal menyalahgunakan kepercayaan publik yang dikuasakan
kepada mereka untuk mendapatkan keuntungan sepihak. Korupsi sendiri dalam KBBI berarti
penyelewengan atau penyalahgunaan uang negara (perusahaan dan sebagainya) untuk
keuntungan pribadi atau orang lain.
Korupsi di negeri ini bisa jadi merupakan peninggalan dari negara penjajah kita, yaitu Belanda.
Tentu kita semua tahu, bahwa tumbangnya persekutuan dagang Belanda bernama VOC
disebabkan karena orang-orang internal organisasi VOC tersebut melakukan korupsi massal,
hingga Belanda tidak dapat membayar hutang-hutangnya. Korupsi seperti sudah menjadi
budaya di Indonesia. Mulai dari tingkat yang tinggi hingga yang sepele, seperti pengusaha yang
ingin mematenkan merek dagangnya. Mereka harus merogoh kocek yang cukup besar agar
merek dagang mereka dapat dipatenkan lalu dilegalisasi oleh pemerintah Indonesia dan
diperbolehkan berjualan di Indonesia karena mereka harus melewati serangkaian proses
birokrasi yang pastinya membutuhkan “salam tempel”. Bila “salam tempel” tidak diberikan
pada pegawai-pegawai tersebut, bisa jadi merek dagang para pengusaha akan lama selesainya,
bahkan mungkin tidak akan diuruskan oleh mereka. Jangankan jauh-jauh. Mulai dari tempat
yang terdekat di keseharian kita, seperti warung. Kadang saat kita pergi ke warung dan
membeli sesuatu yang mengharuskan penjual menimbang barang belanjaan kita, timbangan
mereka diberi sesuatu yang memberatkan timbangannya agar kilogram semakin berat dan kita
harus membayar lebih, padahal harga yang kita bayarkan tidak sepadan dengan nilai
sebenarnya dari barang yang kita beli. Kasus ini hampir sama seperti para preman yang suka
memalak orang-orang yang lewat di jalanan yang mereka sebut “wilayah” mereka. Hal ini
membuktikan bahwa budaya dan ental korupsi seperti sudah membudaya ke hampir semua
lapisan masyarakat Indonesia.
Mungkin banyak pejabat negeri ini yang dulu saat muda sangat idealis, melawan anti korupsi.
Tetapi setelah mendapat pekerjaan dan mulai mengenal lingkungan pekerjaannya, bisa jadi
orang-orang tersebut mulai tergoyahkan imannya dengan iming-iming mendapat uang dengan
cara yang instan dan menghalalkan segala cara. Ia akhirnya mencoba-coba berkorupsi.
Awalnya dengan nominal yang sedikit. Kemudian, semakin lama jumlah angka nol di akhir
nominal uang suap mereka semakin bertambah dan semakin rutin melakukannya. Hal ini sangat
rawan terjadi terutama pada mahasiswa PKN STAN yang nantinya akan menjadi Pegawai
Negeri Sipil dan tentunya yang akan mengurus keuangan negara. Maka dari itu, segala
peraturan da tat tertib yang berlakudi PKN STAN pastinya dibuat sebagai wujud tindakan
preventif yang mencetak lulusan PKN STAN sebagai pekerja yang bersih dari korupsi. Sebagai
calon-calon punggawa keuangan negara yang nantinya akan berurusan langsung dengan
keuangan negara yang bernominal tidak sedikit, kita harus menguatkan iman kita agar tidak
terjerumus ke dalam lubang hitam bernama “Korupsi”. Meningkatkan iman dapat dilakukan
dengan rajin beribadah sesuai agama dan keyakinan masing-masing dan juga selalu mengingat
bahwa korupsi adalah hal yang buruk dan hal buruk dapat memberi efek yang buruk juga bagi
kehidupan kita kedepannya.

Anda mungkin juga menyukai